You are on page 1of 32

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
dalam mempertahanankan keseimbangan fisiologi maupun psikologi. Salah satunya adalah
kebutuhan oksigen. Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal
elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas. (Wartonah
Tarwanto, 2006)
Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan dasar
manusia. Hal ini telah terbukti ada yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoxia dan
akan terjadi kematian. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem
pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka
kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari terhadap
pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja.
Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini,
individu merasakan pentingnya oksigen.
Proses pemenuhan kebutuhan pada manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian
oksigen melalui saluran pernapasan dan sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen,
memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar dapat berfungsi normsl kembali.
Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan
dengan pemberian oksigen dengan menggunakan nasal kanul, masker, dan kateter nasal.
Oleh karena kelompok mendapat tempat praktik di RSUD Budhi Asih Ruang Eelweis
Barat yang merupakan ruang rawat khusus penyakit paru yang memiliki keterkaitan erat
dengan kebutuhan oksigenasi, maka kelompok mengambil kasus pemenuhan kebutuhan
oksigen.

II. Rumusan Masalah


a. Apa definisi dari kebutuhan oksigen?
b. Sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi?
c. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi?
d. Gangguan apa saja yang ada dalam kebutuhan oksigenasi?
e. Apa saja jenis alat oksigenasi dan cara pemakaiannya?
f. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi?

III. Tujuan
a. Mengetahui definisi kebutuhan oksigen
b. Mengetahui sistem-sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi
c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
d. Mengetahui gangguan-gangguan yang ada dalam kebutuhan oksigenasi
e. Mengetahui jenis-jenis alat oksigenasi dan cara pemakaiannya
f. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan
oksigenasi
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. Definisi
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh (
Tarwoto dan Wartonah, 2006).
Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, mempertahankan, dan aktivitas berbagai organ atau sel (
Carpeniti-Moyet, 2006).
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen ke dalam sistem (kimia atau
fisika). Oksigen merupkan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah
karbondioksida, energy, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas
normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas
sel. (Mubarak, 2007)

II. Sistem Tubuh Yang Berperan (anatomi-fisiologi)


Saluran pernafasan dari atas kebawah dapat dirinci sebagai berikut : Rongga hidung,
faring ,laring, trakea, percabangan bronkus, paru-paru (bronkiolus, alveolus). Saluran
nafas bagian atas adalah rongga hidung, faring dan laring dan saluran nafas bagian
bawah adalah trachea, bronchi, bronchioli dan percabangannya sampai alveoli. Area
konduksi adalah sepanjang saluran nafas berakhir sampai bronchioli terminalis,
tempat lewatnya udara pernapasan, membersihkan, melembabkan dan menyamakan
udara dengan suhu tubuh hidung, faring, trakhea, bronkus, bronkiolus terminalis. Area
fungsional atau respirasi adalah mulai bronchioli respiratory sampai alveoli, proses
pertukaran udara dengan darah.
A. Anatomi Sistem Pernapasan
a. Hidung
Hidung adalah organ indra penciuman. Ujung saraf yang mendeteksi
penciuman berada di atap (langit-langit) hidung di area lempeng kribriformis
tulang etmoid dan konka superior. Ujung saraf ini distimulasi oleh bau di
udara. Impuls saraf dihantarkan oleh saraf olfaktorius ke otak di mana sensasi
bau dipersepsikan. Ketika masuk dihidung, udara disaring, dihangatkan, dan
dilembabkan. Hal ini dilakukan oleh sel epitel yang memiliki lapisan mukus
sekresi sel goblet dan kelenjar mukosa. Lalu gerakan silia mendorong lapisan
mukus ke posterior didalam rongga hidung dan ke superior saluran pernapasan
bagian bawah menuju faring. Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam
lubang hidung. Saluran-saluran ini bermuara kedalam bagian yang dikenal
sebagai vestibulum hidung. Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat
kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farink dan selaput.
Pada proses pernafasan secara khusus rongga hidung berfungsi antara lain :
- Bekerja sebagai saluran udara pernafasan.
-Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung.
- Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
b. Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.
Bila terjadi radang disebut pharyngitis. saluran faring rnemiliki panjang 12-14
cm dan memanjang dari dasar tengkorak hingga vertebra servikalis ke-6. Faring
berada di belakang hidung, mulut, dan laring serta lebih lebar di bagian
atasnya. Dari sini partikel halus akan ditelan atau di batukkan keluar. Udara
yang telah sampai ke faring telah diatur kelembapannya sehingga hampir bebas
debu, bersuhu mendekati suhu tubuh, lalu mengalir ke kotak suara (laring).
Beberapa fungsi faring :
1. Saluran nafas dan makanan, faring adalah organ yang terlibat dalam sistem
pencernaan dan pernapasan: udara masuk melalui bagian nasal dan oral,
sedangkan makanan melalui bagian oral dan laring.
2. Penghangat dan pelembab, dengan cara yang sama seperti hidung, udara
dihangatkan dan dilembapkan saat masuk ke faring.
3. Fungsi bahasa, fungsi faring dalam bahasa adalah dengan bekerja sebagai
bilik resonansi untuk suara yang naik dari laring, faring (bersama sinus)
membantu memberikan suara yang khas pada tiap individu.
4. Fungsi Pengecap, terdapat ujung saraf olfaktorius dari indra pengecap di
epitelium oral dan bagian faringeal.
5. Fungsi Pendengaran, saluran auditori (pendengaran), memanjang dari
nasofaring pada tiap telinga tengah, memungkinkan udara masuk ke telinga
tengah. Pendengaran yang jelas bergantung pada adanya udara di tekanan
atmosfer pada tiap sisi membran timpani.
6. Fungsi Perlindungan, Jaringan limfatik faring dan tonsil laring menghasilkan
antibodi dalam berespon terhadap antigen, misal mikroba. Tonsil berukuran
lebih besar pada anak dan cenderung mengalami atrofi pada orang dewasa.

Faring terbagi menjadi 3 bagian yaitu nasofaring, orofaring dan laringofaring.


1. Nasofaring
Bagian nasal faring terletak di belakang hidung dan di atas palatum molle.
Pada dinding lateral, terdapat dua saluran auditori, tiap saluran mengarah ke
masing-masing bagian tengah telinga. Pada dinding posterior, terdapat tonsil
faringeal (adenoid), yang terdiri atas jaringan limfoid.Tonsil paling
menonjol pada masa kanak-kanak hingga usia 7 tahun. Selanjutnya, tonsil
mengalami atrofi.
2. Orofaring
Bagian oral faring terletak di belakang mulut, memanjang dari bagian bawah
palatum molle hingga bagian vertebra servikalis ke-3. Dinding lateral
bersatu dengan palatum molle untuk membentuk lipatan di tiap sisi. Antara
tiap pasang lipatan, terdapat kumpulan jaringan limfoid yang disebut tonsil
palatin. Saat menelan, bagian nasal dan oral dipisahkan oleh palaturn molle
dan uvula. Uvula (anggur kecil) adalah prosesus kerucut (conical) kecil yang
menjulur ke bawah dari bagian tengah tepi bawah palatum lunak. Amandel
palatinum terletak pada kedua sisi orofaring posterior.
3. Laringofaring
Bagian laringeal faring memanjang dari atas orofaring dan berlanjut ke
bawah esofagus, yakni dari vertebra servikalis ke-3 hingga 6. Mengelilingi
mulut esophagus dan laring, yang merupakan gerbang untuk system
respiratorik selanjutnya.

c. Laring
Terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot
yang mengandung pita suara, selain fonasi laring juga berfungsi sebagai
pelindung. Laring berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi
jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring dapat tersumbat,
antara lain oleh benda asing (gumpalan makanan), infeksi (misalnya difteri)
dan tumor. pada waktu menelan, gerakan laring keatas, penutupan glotis
(pemisah saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah) seperti pintu
epiglotis yang berbentuk pintu masuk. Jika benda asing masuk melampaui
glotis batuk yang dimiliki laring akan menghalau benda dan secret keluar dari
pernapasan bagian bawah.
Fungsi Laring :
1. Produksi suara, Suara memiliki nada, volume, dan resonansi. Nada suara
bergantung pada panjang dan kerapatan pita suara. Pada saat pubertas, pita
suara pria mulai bertambah panjang, sehingga nada suara pria semakin
rendah. volume suara bergantung pada besarnya tekanan pada pita suara
yang digetarkan. Semakin besar tekanan udara ekspirasi, semakin besar
getaran pita suara dan semakin keras suara yang dihasilkan. Resonansi
bergantung pada bentuk mulut, posisi lidah dan bibir, otot wajah, dan udara
di paranasal.
2. Berbicara, berbicara terjadi saat ekspirasi ketika suara yang dihasilkan oleh
pita suara dimanipulasi oleh lidah, pipi, dan bibir.
3. Pelindung saluran napas bawah, saat menelan, laring bergerak ke atas,
menyumbat saluran faring sehingga engsel epiglotis menutup faring. Hal ini
menyebabkan makanan tidak melalui esophagus dan saluran napas bawah.
4. Jalan masuk udara, bahwa Laring berfungsi sebagai penghubung jalan napas
antara faring dan trakea.
5. Pelembap, penyaring, dan penghangat, dimana proses ini berlanjut saat
udara yang diinspirasi berjalan melalui laring.
d. Trakea
Trakea, merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin
kartilago yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang terbentuk seperti C. Trakea
dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitilium bersilia dan sel cangkir.
Trakea hanya merupakan suatu pipa penghubung ke bronkus. Dimana
bentuknya seperti sebuah pohon oleh karena itu disebut pohon trakeobronkial.
tempat trakea bercabang menjadi bronkus di sebut karina. di karina menjadi
bronkus primer kiri dan kanan, di mana tiap bronkus menuju ke tiap paru (kiri
dan kanan), Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan
bronkospasme dan batuk berat jika dirangsang.
Fungsi trakea :
1. Penunjang dan menjaga kepatenan, Susunan jaringan kartilago dan elastik
menjaga kepatenan jalan napas dan mencegah obstruksi jalan napas saat
kepala dan leher digerakkan. Tidak adanya kartilago di bagian posterior
trakea, memungkinkan trakea berdilatasi dan berkontraksi saat esofagus
mengalami distensi saat menelan. Kartilago mencegah kolapsnya trakea saat
tekanan internal kurang dari tekanan intratoraksik, yaitu saat akhir ekspirasi
dengan upaya.
2. Eskalator mukosiliaris, Eskalator mukosiliaris adalah keselarasan frekuensi
gerakan silia membrane mukosa yang teratur yang membawa mukus dengan
partikel yang melekat padanya ke atas laring di mana partikel ini akan
ditelan atau dibatukkan
3. Refleks batuk, Ujung saraf di laring, trakea, dan bronkus peka terhadap
iritasi sehingga membangkitkan impuls saraf yang dihantarkan oleh saraf
vagus ke pusat pernapasan di batang otak. Respons refleks motorik terjadi
saat inspirasi dalam yang diikuti oleh penutupan glotis, yakni penutupan pita
suara. Otot napas abdomen kemudian berkontraksi dan dengan tiba-tiba
udara dilepaskan di bawah tekanan, serta mengeluarkan mukus dan/atau
benda asing dari mulut
4. Penghangat, pelembap, dan penyaring, Fungsi ini merupakan kelanjutan dari
hidung, walaupun normalnya, udara sudah jernih saat mencapai trakea
e. Percabangan Bronkus
Bronkus, merupakan percabangan trachea. Setiap bronkus primer bercabang 9
sampai 12 kali untuk membentuk bronki sekunder dan tersier dengan diameter
yang semakin kecil. Struktur mendasar dari paru-paru adalah percabangan
bronchial yang selanjutnya secara berurutan adalah bronki, bronkiolus,
bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorik, duktus alveolar, dan alveoli.
Dibagian bronkus masih disebut pernafasan extrapulmonar dan sampai
memasuki paru-paru disebut n intrapulmonar. Bronkus utama kanan lebih
pendek dan lebar serta hampir vertikal dengan trakea. Sedangkan bronkus
utama kiri lebih panjang dan sempit. Jika satu pipa ET yang menjamin jalan
udara menuju ke bawah, ke bronkus utama kanan, jika tidak tertahan baik pada
mulut atau hidung, maka udara tidak dapat memasuki paru kiri dan
menyebabkan kolaps paru (atelekteasis). Namun demikian arah bronkus utama
kanan yang vertikal menyebabkan mudahnya kateter menghisap benda asing.
Cabang Bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan
segmentalis. Percabngan ini terus menjadi kecil sampai akhirnya menjadi
bronkiolus terminalis(saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli).
bronkiolus,tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. hanya otot polos sehingga
ukurannya dapat berubah. Setelah iu terdapat asinus yang merupakan unit
fungsional paru, yaitu tempat pertukaran gas. Asinus (lobulus primer), terdiri
dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris terminalis
(akhir paru) yang menyerupai anggur dipisahkan oleh septum dari alveolus di
dekatnya. Dalam setiap paru terdapat 300 juta alveolus dengan luas permukaan
seluas sebuah lapangan tenis.
f. Paru-paru
Paru-paru berada dalam rongga torak, yang terkandung dalam susunan tulang-
tulang iga dan letaknya disisi kiri dan kanan mediastinum yaitu struktur blok
padat yang berada dibelakang tulang dada. Paru-paru menutupi jantung, arteri
dan vena besar, esofagus dan trakea. Paru-paru berbentuk seperti spons dan
berisi udara dengan pembagaian ruang sebagai berikut :
1. Paru kanan, memiliki tiga lobus yaitu superior, medius dan inferior.
2. Paru kiri berukuran lebih kecil dari paru kanan yang terdiri dari dua lobus
yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik
yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula,
ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa setiap
paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan
yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.
B. Fisiologi Pernapasan
Pernapasan adalah proses inspirasi udara kedalam paru-paru dan ekspirasi udara
dari paru-paru ke lingkungan luar tubuh. Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma
telah dapat rangsangan dari nervus pernikus lalu mengkerut datar. Saat ekspirasi
otot akan kendor lagi dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali
maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi terjadi karena adanya perbedaan
tekanan antara rongga pleura dan paru-paru. Fungsi paru-paru adalah sebagai
tempat pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.
Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut
melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan
pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam
kapiler pulmonaris. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh
hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam
arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan
oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen.
Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan metabolisme,
menembus membrane alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah
melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan
eksterna :
a. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli
dengan udara luar. Arus darah melalui paru-paru. Distribusi arus udara dan arus
darah sedemikian sehingga dalam jumlah tepat dapat mencapai semua bagian
tubuh
b. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih
mudah berdifusi daripada oksigen
c. Pefusi, yaitu pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah
menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) megintari
seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat
lambat. Sel jaringan memungut oksigen darihemoglobin untuk memungkinkan
oksigen berlangsung, dan darah menerima, sebagai gantinya, yaitu karbon
dioksida.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru
menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah
datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2;
jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri
bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak unutk memperbesar
kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi ini mngeluarkan CO2
dan memungut lebih banyak O2.
Perubahan-perubahan berikut terjadi pada komposisi udara dalam alveoli, yang
disebabkan pernapasan eksterna dan pernapasan interna atau pernapasan jarigan.
Udara (atmosfer) yang di hirup:
- Nitrogen 79 %
- Oksigen 20%
- Karbon dioksida 0-0,4%
Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembapan atmosfer Udara yang
diembuskan:
- Nitrogen 79%
- Oksigen
Pernapasan memiliki ritme yang teratur dan ritme pernapasan dihasilkan dari
pusat pernapasan yang terletak di pons dan medula oblongata (pneumotaxic
center). Kontraksi otot inspirasi akan menimbulkan tekanan negatif, menyebabkan
terjadinya aliran udara dari luar masuk ke dalam paru. Kedalaman dan frekuensi
pernapasan sangat penting karena komponen pernapasan ini akan membantu
mempertahankan homeostasis kadar oksigen, karbon dioksida dan ion H+ dalam
darah arteri/
Struktur saluran napas atas sangat berperan agar udara dapat masuk ke dan keluar
dari paru. Saluran napas atas yang paten sangat tergantung struktur anatomis
daerah tersebut. Ukuran konka nasalis yang besar, lidah atau uvula yang besar,
dan palatum molle yang lemah dapat mengobstruksi saluran napas atas. Otot
genioglosus (untuk menjulurkan lidah), serta styloglosus dan hyoglosus (untuk
menarik lidah) mempunyai interaksi kompleks agar jalan napas tetap terbuka.
III. Faktor yang Mempengaruhi
A. Saraf Otonomik
Rangsangan simpatis dan parasimpatis pada saraf otonomik dapat mempengaruhi
kempampuan dilatasi dan kontriksi, dapat terlihat dari simpatis dan parasimpatis
ketika tejadi rangsangan. Ujung saraf dapat mengeluarkan neurotrasmiter (untuk
simpatis dapat mengeluarkan narodenarin yang berpengaruh pada brankhodilatasi
dan parasimpatis mengeluarkan asitekuin yang berpengaruh pada
brankhokontriksi).
B. Hormon dan Obat
Semua hormon termasuk denvat cathocolamne dapat melebarkan saluran
pernafasan. Obat yang tergolong parasimpatis, seperti saluran atropine dan ekstrak
belladonna,dapat melebarkan saluran nafas sedangkan obat yang menghambat
adnergik tipe beta (khususnya beta-2) seperti obat yang tergolong penyakit beta
non selektif seperti obat dapat mempersempit saluran nafas.
C. Kapasitas Paru
1. kapasitas paru merupakan jumlah dari volume pasang surut dan volume
cadangan hisap.
2. kapasitas cadangan fungsional merupakan jumlah dari volume.
3. kapasitas merupakan jumlah dari volume cadangan hembus.
4. jumlah keseluruhan volume udara yang ada dalam paru terdiri atas volume
pasang surut.

IV. Gangguan Kebutuhan Oksigenasi


A. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen
dalam tubuh akibat definensi oksigen atau peningkatan penggunanaan oksigen
dalam tingkat sen,ditandai dengan adanya warna kebiruan pada kulit.
B. Bradypnea
Merupakan pola pernapasan yang lambat dan kurang dari 10 kali per menit,
ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intracranial
C. Hiperventilasi
Merupakan cara tubuh dalam mengomensasi peningkatan jumlah oksigen dalam
paru agar pernafasan cepat dan dalam.
D. Kusmaul
Merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang
dalam keadaan asidosis metabolik.
E. Hipoventilasi
Merupakan upaya untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup yang
dilakukan pada saat ventilasi alveolar serta tidak cukupnya penggunaan oksigen
yang ditandai denga adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, dan
lain lain.
F. Dispnea
Merupakan perasaan sesat dan berat saat penafasan, hal ini dapat disebabkan oleh
perubahan kadar gas dalam jaringan.
G. Orthopnea
Merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri.
H. Cheyne Stokes
Merupakan siklus pernafasan yang amplitudonya mula naik turun dan berhenti.
I. Pernafasan Parodiksian
Merupakan pernafasan yang ditandai dengan pergerakan dinding paru yang
berlawanan arah.
J. Biot
Merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes.
K. Stridor
Merupakan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran pernapasan.
L. Obtruksi Jalan Napas
Merupakan kondisi dimana pernapasan yang tidak normal akibat ketidakmampuan
batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental.
M. Pertukaran Ga
Merupakan kondisi pertukaran gas, baik oksigen maupun karbondioksida antara
alveolus paru dan system vascular. Dapat disebabkan sekresi yang kental atau
imobilisasi akibat penyakit sapar.

V. Jenis-jenis Alat Oksigenasi dan Cara Pemakaiannya


A. Nasal kanul/Binasal kanul
Alatnya sederhana dapat memberikan oksigen dengan aliran 1-6lt/menit dan
konsentrasi oksigen sebesar 24%-44%.
Cara pemasangan :
- Terangkan prosedur pada klien
- Atur posisi klien yang nyaman (semi fowler)
- Atur peralatan oksigen dan humidifier
- Hubungkan kanula dengan selang oksigen ke humidifier dengan aliran oksigen
yang rendah, beri pelicin (jelly) pada kedua ujung kanula.
- Masukan ujung kanula ke lubang hidung
- Fiksasi selang oksigen
- Alirkan oksigen sesuai yang diingiinkan.
Keuntungan
- Toleransi klien baik
- Pemasangannya mudah
- Klien bebas untuk makan dan minum
- Harga lebih murah
Kerugian
- Mudah terlepas
- Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%
- Suplai oksigen berkurang jika klien bernafas lewat mulut
- Mengiritasi selaput lender, nyeri sinus

B. Sungkup Muka / Masker


1. Sungkup muka sederhana
Aliran oksigen melalui alat ini sekitar 5-8lt/menit dengan koonsentrasi 40-60%.
Cara pemasangan :
- Terangkan prosedur pada klien
- Atur posisi yang nyaman pada klien (semi fowler)
- Hubungkan selang oksigen pada sungkup muka sederhana dengan
humidiflier.
- Tepatkan sungkup muka sederhana, sehingga menutupi hidung dan mulut
klien
- Lingkarkan karet sungkup kepada kepala klien agar tidak lepas
- Alirkan oksigen sesuai kebutuhan.
Keuntungan
- Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari nasal kanul
- Sistem humidifikasi dapat ditingkatkan
Kerugian
- Umumnya tidak nyaman bagi klien
- Membuat rasa panas, sehingga mengiritasi mulut dan pipi
- Aktivitas makan dan berbicara terganggu
- Dapat menyebabkan mual dan muntah, sehingga dapat menyebabkan
aspirasi
- Jika alirannya rendah dapat menyebabkan penumpukan karbondioksida
C. Sungkup Muka dengan Kantung Rebreathing (Rebreathing Mask)
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari pada sungkup muka
sederhana yaitu 60-80% dengan aliran oksigen 8-12lt/menit. Indikasi
penggunaan adalah pada klien dengan kadar tekanan karbondioksida yang
rendah, udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga
konsentrasi karbondioksida lebih tinggi dari pada sungkup sederhana.
Cara pemakaian :
- Terangkan prosedur pada klien
- Hubungkan selang oksigen dengan humidiflier dengan aliran rendah
- Isi oksigen kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantung
dengan sungkup
- Atur tali pengikat sungkup sehingga menutup rapat dan nyaman. Bila perlu
pakai kasa pada daerah yang tertekan.
- Sesuaikan aliran oksigen, sehingga kantung akan terisi waktu ekspirasi dan
hampir kuncup waktu inspirasi
Keuntungan
- Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari pada sungkup muka sederhana
- Tidak mengeringkan selaput lendir
Kerugian
- Kantung oksigen bisa terlipat
- Menyebabkan penumpukan oksigen jika aliran terlalu rendah

D. Sungkup Muka Non Rebreathing (Non Rebreathing Mask)


Memberikan konsentrasi oksigen sampai 99% dengan aliran yang sama pada
kantong rebreathing. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak tercampur dengan
ekspirasi. Indikasi penggunaan adalah pada klien dengan kadar tekanan
karbondioksida yang tinggi.
Cara pemasangan sama dengan sungkup muka kantong rebreathing.
Keuntungan
- Konsentrasi oksigen hampir diperoleh 100% karena adanya katup satu arah
antara kantong dan sungkup, sehingga kantung mengandung konsentrasi
oksigen yang tinggi dan tidak tercampur dengan udara ekspirasi.
- Tidak mengeringkan selaput lender
Kerugian
- Kantung oksigen bisa terlipat
- Berisiko untuk terjadi keracunan oksigen
- Tidak nyaman bagi klien
VI. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen
A. Pengkajian Keperawatan
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik
maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui
hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat
pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien
pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama
seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio,
Skala, dan Time).
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami
masalah atau penyakit yang sama.
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat psikologis
Di sini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan terapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan terapi
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna,
bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah
pada bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke
samping sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
1. Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis
klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
2. Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi
berbentuk bulat/melingkar dengan diameter antero posterior sama dengan
diameter tranversal (1:1). Pada orang dewasa perbandingan diameter
antero-posterior dan tranversal adalah (1 : 2).
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya :
- Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan diameter
tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan sternum
sangat menonjol ke depan.
- Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan
dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter
antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter
antero-posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya :
- Kiposis atau bungkuk dimana punggung melengkung/cembung ke
belakang.
- Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung berbentuk
cekung.
- Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.
3. Pola napas
- eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24 x/mnt, klien
tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya
- tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24
x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya
kurang dari 16 x/mnt
- apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
4. Kaji volume pernapasan
- hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara dalam paru-paru yang
ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang
- hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai
dengan pernapasan yang lambat.
5. Kaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah
pernapasan perut yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan
perut.
6. Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau
irreguler
- cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat
dan kadang diselingi apnea.
- kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot
yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan
diselingi periode apnea.
7. Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak
napas dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu
kemampuan bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri
8. Perlu juga dikaji bunyi napas
- stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas
bagian atas
- stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi
- wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul,
- rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat
inspirasi
- ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat
ekspirasi.
9. Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami
- batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi,
- non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi
- hemoptoe yaitu batuk yang mengeluarkan darah
10. Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi
- takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah
- bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.
Juga perlu dikaji tekanan darah
- hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi
- hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
11. Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien, apakah
- anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan
kurang
- hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah
kurang
- hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan akibat
kelainan internal atau eksternal
- sianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau
kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb
- clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat kekurangan
oksigen dalam waktu yang lama.

Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa,
peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil fremitus.
Taktil fremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem
bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih
terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih
besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
a. Bunyi napas yang abnormal
b. Batuk produktif atau non produktif
c. Sianosis
d. Dispnea
e. Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
Kemungkinan faktor penyebab :
a. Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
b. Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
c. Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
d. Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
e. Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
f. Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit
untuk di expektoran
g. Immobilisasi
h. Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi

2. Pola napas tidak efektif


Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan
tidak adekuat.
Tanda-tandanya :
a. Dispnea
b. Peningkatan kecepatan pernapasan
c. Napas dangkal atau lambat
d. Retraksi dada
e. Pembesaran jari (clubbing finger)
f. Pernapasan melalui mulut
g. Penambahan diameter antero-posterior
h. Sianosis, flail chest, ortopnea
i. Vomitus
j. Ekspansi paru tidak simetris
Kemungkinan faktor penyebab :
a. Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri
b. Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan
obat anastesi
c. Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang
menyebabkan kolaps paru
d. CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
e. Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
f. Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan
spasme bronchial atau oedema
g. Penimbunan CO2 akibat penyakit paru
3. Gangguan pertukaran gas
Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan
alkalosis respiratori.
Tanda-tandanya :
a. Dispnea
b. Abnormal gas darah arteri
c. Hipoksia
d. Gelisah
e. Takikardia
f. Sianosis
g. Hipoksemia
h. Tingkat kedalaman irama pernafasan abnormal
Kemungkinan penyebab :
a. Penumpukan cairan dalam paru
b. Gangguan pasokan oksigen
c. Obstruksi saluran pernapasan
d. Bronkhospasme
e. Edema paru
f. Pembedahan paru
g. Penurunan kardiak output

4. Rasa berduka

5. Koping tidak efektif

6. Perubahan rasa nyaman

7. Potensial/resiko infeksi

8. Interaksi sosial terganggu

9. Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien

C. Rencana Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Intervensi:
a. Auskultasi dada bagian anterior dan posterior
Rasional : untuk mengetahui adanya penurunan atau tidaknya ventilasi
dan bunyi tambahan.
b. Lakukan pengisapan jalan napas bila diperlukan
Rasional : Merangsang terjadinya batuk atau pembersihan jalan napas
secara mekanik pada pasien yang tak mampu batuk secara efektif dan
penurunan kesadaran
c. Pertahankan kaedekuatan hidrasi untuk menurunkan viskositas sekresi.
Rasional : memobilisasi keluarnya sputum
d. Instruksikan untuk batuk efektif & teknis napas dalam untuk memudahkan
keluarnya sekresi.
Rasional : memudahkan ekspansi maksimal paru atau jalan napas lebih
kecil dan membantu silia untuk mempermudah jalan napas
e. Kolaborasi dengan berikan obat sesuai indikasi: mukolitik,
ekspektoran, bronkodilator, analgesik
Rasional : Untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret.
f. Kolaborasi dengan berikan obat sesuai indikasi :mukolitik,
ekspektoran, bronkodilator.
Rasional : untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret
g. Kolaborasi dengan bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan
fisioterapi lain mis : spiromerti iasentif, perkusi, drainase postural.
Rasional : memudahkan pengenceran dan pembuangan secret.

2. Pola napas tidak efektif


Intervensi
a. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi semi fowler
Rasional : Merangsang fungsi pernapasan atau ekspansi paru
b. Bantu klien untuk melakukan batuk efektif & napas dalam
Rasional : Meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas, sehingga mudah
untuk dikeluarkan
c. Berikan tambahan oksigen masker/ oksigen nasal sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk kebutuhan
sirkulasi.
d. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian ekspektoran
Rasional : Membantu mengencerkan sekret, sehingga mudah untuk
dikeluarkan

3. Gangguan pertukaran gas


Intervensi
a. Berikan O2 sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar dan dapat
memperbaiki hipoksemia jaringan
b. Pantau GDA Pasien
Rasional : Nilai GDA yang normal menandakan pertukaran gas semakin
membaik
c. Pantau pernapasan
Rasional : Untuk evaluasi distress pernapasan

D. Beberapa Metode Pemenuhan Kebutuhan Oksigen


1. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam paru-
paru melalui saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen
pada pasien dapat melalui tiga cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker.
Pemberian oksigen tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan
mencegah terjadinya hipoksia.
Persiapan Alat dan Bahan :
a. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
b. Nasal kateter, kanula, atau masker
c. Vaselin/lubrikan atau pelumas (jelly)
Prosedur Kerja :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
c. Cek flowmeter dan humidifier
d. Hidupkan tabung oksigen
e. Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi
pasien.
f. Berikan oksigen melalui kanula atau masker.
g. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga,
setelah itu berikan lubrikan dan masukkan.
h. Catat pemberian dan lakukan observasi.
i. Cuci tangan

2. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindak keperawatan yang terdiri
atas perkusi, vibrasi dan postural drainage.
a. Perkusi
Disebut juga clapping adalah pukualn kuat, bukan berarti sekuat-kuatnya,
pada dinding dada dan punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkuk.
Tujuannya, secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat pada
dinding bronkhus.
Prosedur :
1) Tutup area yang akan dilakkan perkusi dengan handuk atau pakaian untuk
mengurangi ketidaknyamanan
2) Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan
relaksasi
3) Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit
4) Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah
cedera seperti : mammae, sternum dan ginjal.
b. Vibrasi
Getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang
diletakkan datar pada dinding dada klien.
Tujuannya, vibrasi digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi
udara ekspirasi dan melepaskan mukus yang kental. Sering dilakukan
bergantian dengan perkusi
Prosedur :
1) Letakkan telapak tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area
dada yang akan di drainage. Satu tangan diatas tangan yang lain dengan
jari-jari menempel bersama dan ekstensi. Cara yang lain yaitu tangan bisa
diletakkan secara bersebelahan.
2) Anjurkan klien menarik napas dalam melalui hidung dan
menghembuskan napas secara lambat lewat mulut atau pursed lips.
3) Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan
gunakan hampir semua tumit tangan. Getarkan (kejutkan) tangan keaarh
bawah. Hentikan getaran jika klien melakukan inspirasi.
4) Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan keluarkan sekret ke
dalam tempat sputum.
c. Postural drainage
Merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai
segmen paru-paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu
yang terbaik utnuk melakukannya yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi
dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari. Postural drainage harus
lebih sering dilakukan apabila lendir klien berubah warnanya menjadi
kehijauan dan kental atau ketika klien menderita demam.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan postural drainage yaitu:
1) Batuk 2 atau 3 kali berurutan setelah setiap kali berganti posisi
2) Minum air hangat setiap hari sekitar 2 liter.
3) Jika harus menghirup bronkodilator, lakukanlah 15 menit sebelum
melakukan postural drainage.
4) Lakukan latihan napas dan latihan lain yang dapat membantu
mengencerkan lendir.
Peralatan:
- Bantal
- Papan pengatur posisi
- Tisu wajah
- Segelas air
- Sputum pot

Prosedur :
1) cuci tangan
2) pilih area yang tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengkajian
semua area paru, data klinis dan chest X-ray.
3) Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat.
4) Minta klien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.
5) Selama 10-15 menit drainage pada posisi tersebut, lakukan perkusi dan
vibrasi dada diatas area yang di drainage
6) Setelah drainage pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk. Bila
tidak bisa batuk, lakukan suction. Tampung sputum di sputum pot.
7) Minta klien istirahat sebentar bila perlu
8) Anjurkan klien istirahat sebentar bila perlu.
9) Anjurkan klien minum sedikit air.
10) Ulangi langkah 3-8 sampai semua area tersumbat telah ter drainage
11) Ulangi pengkajian dada pada semua bidang paru.
12) Cuci tangan
13) Dokumentasikan

3. Napas dalam dan batuk efektif


a. Napas dalam
Yaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari atas pernapasan abdominal
(diafragma) dan purse lips breathing.
Prosedur :
1) Atur posisi yang nyaman
2) Fleksikan lutut klien untuk merelaksasikan otot abdomen
3) Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga
4) Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup. Hitung
sampai 3 selama inspirasi
5) Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup (purse lips braething) secara
perlahan-lahan
b. Batuk efektif
Yaitu latihan batuk untuk mengeluarkan sekret.
Prosedur :
1) Tarik napas dalam lewat hidung dan tahan napas untuk beberapa detik
2) Batukkan 2 kali. Pada saat batuk tekan dada dengan bantal. Tampung
sekret pada sputum pot.
3) Hindari penggunaan waktu yang lama selama batuk karena dapat
menyebabkan fatigue dan hipoksia.

4. Suctioning (pengisapan lendir)


Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu
mengeluarkan sekret atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut dilakukan
untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Persiapan Alat dan Bahan :
a. Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfektan
b. Kateter pengisap lendir
c. Pinset steril
d. Dua kom berisi larutan akuades/NaCl 0,9% dan larutan desinfektan
e. Kasa steril
f. Kertas tisu
Prosedur Kerja :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
c. Atur pasien dalam posisi terlentang dan kepala miring ke arah perawat
d. Gunakan sarung tangan
e. Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap
f. Hidupkan mesin penghisap
g. Lakukan penghisapan lendir dengan memasukan kateter pengisap ke dalam
kom berisi akuades atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa.
h. Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
i. Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik
j. Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%
k. Lakukan hingga lendir bersih
l. Catat respon yang terjadi
m. Cuci tangan
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kasus
Ny. SA pasien masuk dari UGD mengeluh sesak dan demam disertai batuk dan pusing,
dipindah ke ruang rawat inap dengan diagnosa medik dokter Efusi pleura.
Pada saat pengkajian pasien mengaku masih sesak dan terlihat lemah karena pola tidur
terganggu,dan terdapat udema pada kedua punggung kaki. Pada saat pengkajian langsung,
dilakukan observasI TTV dan didapatkan hasil TD 140/80 mmHg, pernapasan 30x/menit,
nadi 108x/menit dan suhu 36.4°C. Pasien diberikan oksigen nasal kanul sebanyak 3 liter
karena sesak.

B. Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Nama Mahasiswa : KELOMPOK 11
Tanggal praktek : 4 SEPTEMBER 2017- 30 SEPTEMBER 2017
Tanggal :

I. Identitas diri klien


Nama : Siti Aminah Suku : Betawi
Umur : 52 tahun Pendidikan : SMU
Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jalan Palad Rawa Kuning, Lama bekerja :-
Cakung, Jakarta Timur Tanggal masuk RS : 31-08-2017
Status perkawinan : Menikah Tanggal pengkajian : 05-09-2017
Agama : Islam Sumber Informasi : keluarga pasien

II. Riwayat Penyakit


1. Keluhan utama saat masuk RS
Klien mengatakan sesak napas kurang lebih 3 hari, nyeri dada, batuk disertai
dahak tetapi sulit untuk mengeluarkan dahak

2. Riwayat penyakit sekarang


sesak napas, nyeri dada, batuk berdahak,
3. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan bahwa ibu klien memiliki penyakit asma

4. Riwayat penyakit terdahulu


Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah di rawat di rumah sakit,tetapi pernah
memiliki riwayar penyakit hipertensi,CHF(congestive heart failure) dan asma

5. Diagnosa medik pada saat masuk rumah sakit, pemeriksaan penunjang, dan
tindakan yang telah dilakukan
Diagnosa medik : Efusi pleura
Pemeriksaan penunjang : Laboraturium, Rontgen torax,EKG
Tindakan yang telah dilakukan :
– pemasangan IV cath no 20 (V metacarpal)
Rontgen torax
O2 nasal kanul 3 liter/menit
Pemeriksaan la H2TL
EKG

III. Pengkajian saat ini (mulai hari pertama saudara merawat klien)
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan (pengetahuan tentang penyakit/perawatan)
- pengetahuan klien tentang penyakit/perawatan kurang luas
- klien mengatakan tinggal di daerah padat pemukiman dan lokasi rumah berada
di pinggir jalan
2. Pola nutrisi/metabolik (program diit,intake makanan,intake cairan)
- tidak ada program diit yang dilaksanakan
- intake makanan : frekuensi : 3x/hari, jenis : nasi + lauk +sayur+ buah+ snack.
Porsi 1 porsi sedang ( piring sedang), keluhan : tidak nafsu makan. Tidak ada
makanan yang dipantang dan tidak ada alergi. Jenis : air ptih dan susu. Jumlah :
kuranglebih 4 gelas/hari. Intake cairan dibatasi
- intake cairan : dibatasi
3. Pola eliminasi
a. buang air besar (frekuensi, konsistensi dan warna feses,dll)
frekuensi : klien mengatakan BAB rutin dan lancar sebelum sakit, tetapi
semenjak sakit baru BAB setelah 4hr dirawat di RS
konsistensi : lunak
warna : kuning kecoklatan
b. buang air kecil (frekuensi, volume, warna urin)
frekuensi : 3 kali sehari
volume : 1000cc
warna : kuning pekat
4. Pola aktifitas
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulans/ROM √
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total

Oksigenasi : terpasang O2 nasal kanul 3 liter/menit

5. Pola tidur dan istirahat (lama tidur,gangguan tidur,perawatan saat bangun


tidur,bandingkan pola tidur sebelum sakit dan saat sakit)
Lama tidur : ± 6 jam/hari
Gangguan tidur : klien mengatakan sulit tidur saat batuk terus menerus dan nyeri
dada
Pola tidur sebelum dan saat sakit : klien mengatakan sebelum sakit tidur cukup (
kurang lebih 8 jam/hari) tetapi semenjak sakit tidur menjadi terganggu ( kurang
lebih 6 jam)
6. Pola persepsual (penglihatan, pendegaran, pengecap, sensasi)
Penglihatan : penglihatan pasien jelas
Pendengaran : pendengaran pasien cukup jelas
Pengecap : pasien masih dapat merasakan rasa manis, asam, asin, dan pahit
Sensasi : pasien masih dapat merasakan sensasi panas, dingin, sakit, gatal
7. Pola persepsi diri (Pandangan klien terhadap sakitnya,kecemasan,konsep diri)
- Pandangan klien tentang sakitnya yaitu sebagai ujian dari Tuhan
- Kecemasan : klien sedikit meraasa cemas akan penyakit yang sedang
dialaminya
8. Pola seksualitas dan reproduksi (fertilitas, libido,menstruasi,konstrasepsi,dll)
Klien mengatakan bahwa klien sudah menopouse
9. Pola peran hubungan (komunikasi, hubungan dengan orang lain, kemampuan
keuangan)
- Klien mengatakan berhubungan baik dengan keluarga dan lingkungan
sekitarnya
- Komunikasi sebelum sakit baik, saat sakit komunikasi menjadi terganggu
- Kemampuan dalam mengelola keuangan klien mengatakan membayar RS
dengan BPJS
10. Pola manejemen kopping stress (perubahan terbesar dalam hidup akhir akhir
ini)
- Klien mengatakan perubahan terbesar semenjak sakit yaitu tidak dapat
bertemu dengan keluarga dan kerabatnya
- Klien sedikit cemas memikirkan penyakitnya
11. System nilai dan keyakinan (pandangan klien tentang agama, kegiatan
keagamaan,dll)
- Klien mengatakan ber agama islam dan taat menjalankan ibadah namun
semenjak sakit klien tidak melakukan ibadah karena keterbatasan fisik
- Kegiatan keagamaan : klien mengikuti pengajian di masjid dekat rumahnya

IV. Pengkajian fisik


a. kesadaran umum
1. kesadaran umum : Compos Mentis
2. status gizi : TB 158 cm BB 70 kg IMT BB/TB(nt)2
70/(1,58)2 =
70/2.49 = 28,11 - obesitas (sumber : depkes RI)
3. tanda tanda vital : TD:140/90 S:36,4°C N: 108x/mnt RR: 30x/mnt

b. pemeriksaan sistematis (Head to Toe)


1. kepala dan leher
- bentuk : simetris
- kulit kepala : kulit kepala pasien bersih
- pertumbuhan rambut : distribusi rambut merata
- keluhan : klien mengatakan sering sakit kepala 3.5 mm
2. mata
- ukuran pupil : normal (3mm) isokor Iya
- reaksi terhadap cahaya : positif
- akomodasi: normal/baik
- bentuk : simetris
- congjungtiva : anemis : 3 warna : merah muda
- fungsi penglihatan : baik/kabur/tidak jelas/2 bentuk baik
- sklera : tidak ikterik
- tanda tanda radang : tidak ada
- operasi : tidak pernah melakukan operasi mata
- kacamata : tidak menggunakan kacamata
- lensa kontak : tidak lensa kontak
3. Hidung
- reaksi alergi tidak ada
- pendarahan tidak ada
- sinus tidak ada
- sekresi tidak ada warna (-)
- mukosa lembab (warna merah muda)
- pernah mengalami flu pernah
- frekuensi dalam setahun ±5x/tahun
- kelainan tidak ada

4. Mulut dan tenggorokan


- bibir warna pucat, tidak ada stomatitis, dan tidak ada kelainan bentuk
- gigi tidak ada kanes
- lidah warna pucat dan pergerakan lidah normal
- reflek menelan baik
- tonsil tidak ada pembesaran
- bau mulut ada bau mulut
- sekret ada/tidak, warna kuning kehijauan

5. Telinga
- bentuk simetris
- kebersihan telinga bersih
- pendengaran fungsi pendengaran baik
- cairan yang keluar tidak ada
- lain lain (-)

6. Leher
- bentuk tidak normal
- pembesaran getah bening tidak ada
- JVP terdapat tekanan vena jugularis
- kelainan tidak ada

7. Dada/thorax
- bentuk : simetris/tidak simetris. Gerakan dinding dada simetris
- kulit ,warna kuning langsat edema ada
- mamae ukuran, bentuk, dan kesimetrisan payudara normal, warna aelola
coklat, putting susu tidak ada ulkus dan pembengkakan, tiudak ada sekret
- auskultasi suara paru : wheezing/ronchi/ rales/vesikuler/bronchivesikuler
-perkusi : sonor,hipersonor,dullness
- sputum ada
- pola nafas cepat dan mendalam (30x/menit) jenis hiperventilasi
- batuk darah tidak ada
- jantung/sirkulasi : irama : teratur/tidak teratur , frekuensi 108x/menit
- bunyi jantung S1 (bunyyi jantung pertama) dan S2 (bunyi jantung kedua)
- nyeri dada ada
- taktit premitus simetris
- capilary refill time 2 detik
- palpitasi denyut jantung berdetak cepat dan tidak teratur
- pembesaran kelenjar ketiak tidak ada

8. Abdomen
- bentuk normal dan simetris
- kulit, warna kuning langsat turgor baik
- luka operasi tidak ada luka operasi stoma tidak ada
- auskultasi bising usus setiap kuadran
- palpasi setiap kuadran tidak ada nyeri dan tidak ada pembesaran pada limfa,
hati, ginjal
nyeri tekan, nyeri lepas tidak ada
- perkusi pada setiap kuadran timpani
- kelainan/keluhan tidak ada

9. Genitalia
- bentuk normal dan suimetris
- kebersihan genitalia bersih
- haematuria tidak ada
- skrotum (-)
- urine output 1000cc
- keluhan lain tidak ada
- rektum dan anus : hemoroid /benjolan, ada/ tidak warna (-) lesi (-)

10. Ekstremitas
Ekstremitas atas
- bentuk simetris edema tidak ada
- kelainan: kontraktur (-) deformitas (-) atrofi (-)
- reflek bisep dan trisep baik
- sensasi baik
- kekuatan otot 3 dari 0-5 ROM baik
- kelembaban kulit kering
- temperatur normal
- nyeri tidak ada kaku tidak ada
- lain lain (-)

Ekstremitas bawah
- bentuk dan telapak kaki simetris edema terdapat edema pada
kedua punggung kaki pasien
- kelainan: kontraktur (-) deformitas (-) atrofi (-)
- reflek bisep dan trisep baik
- sensasi baik
- kekuatan otot 3 dari 0-5 ROM baik
- kelembaban kulit kering
- temperatur normal
- nyeri tidak ada kaku terasa kaku dan kram pada bagian kanan
dan kiri kaki pasien
- lain lain (-)
V. Hasil pemeriksaan penunjang
(cantumkan tanggal periksaan, dan kesimpulan hasilnya)
Tanggal : 31-08-2017
Jenis pemeriksaan : analisa gas darah
- pH : 7,52 (normal : 7,35-7,45)
- pCO2 : 37 mmHg (normal : 35-45)
- PO2 : 77 mmHg (normal : 80-100)
- Bikarbonat (HCO3) : 31 mmol/L (normal : 21-28)
- Total CO2 : 32 mmol/L (normal 23-27)
- Saturasi O2 : 95% (normal : 95-100)
- Kelebihan basa (BE) ; 8,0 mEq/L (normal : -2,5-2,5)

VI. PENATALAKSANAAN
1. CAIRAN :
Renxamin/24jam

2. NUTRISI
a. Makan
- Frekuensi : 3x/hari
- Jenis : nasi lembek + sayur + buah
- Porsi : 1 piring kecil
b. Minum
- Jenis : air putih dan susu
- Jumlah : ± 4 gelas

3. TERAPI OBAT
a. Oral
- Ambroxol 3x1
- Aspar K 3x1
- PCT 3x500
b. Injeksi
- Clanexi 3x gr (iv)
c. Inhalasi
- Ventolin 3x/hari
- Pulmicart 3x/hari

C. Analisa Data

ANALISA DATA

Nama klien/umur : Ny.S / 51 tahun


Ruangan/No.Kamar : Edelweis Barat / 504
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Bersihan jalan
pasien mengatakakan batuk dan sulit nafas tidak efektif
mengeluarkan dahak,dahak yang
dikeluarkan kuning kehijauan,sesak
nafas dan nyeri dada
DO :
a) TD : 140/90 mmHg, N : 108X/menit
,RR : 30x/menit S : 36,4
b)wheezing (+)
c)klien Nampak gelisah dan sulit
bernafas

2 DS: Hambatan upaya Pola nafas tidak


Pasien mengatakan sesak nafas dan nafas (nyeri saat efektif
nyeri dada bernafas)
DO:
a) TD : 140/90 mmHg, N : 108X/menit
,RR : 30x/menit S : 36,4
b)Pola nafas terlihat cepat dan
mendalam (Hiperventilasi)

3 DS:
Klien mengatakan sakit kepala dan Perubahan Gangguan
sesak nafas membrane pertukaran gas
DO: Alveoulus-kapiler
a) TD : 140/90 mmHg, N : 108X/menit
,RR : 30x/menit S : 36,4
b)detak jantung cepat dan tidak teratur
( takikardia)
c)hasil lab analisa gas darah
-PH : 7,52 (N :7.32-7,45)
-PCO2 37 mmHg (N: 35-45
-PO2 77 mmHg (N : 80-100)
-bikaronat 31 mmol/l ( N: 21-28)
-total CO2 32 mmol/l (N : 23-27 )
-saturasi 02 95% (N : 90-100%)
Kelebihan basa (BE) : 80m eq/l (N : -
2.5-2.5)

D. Diagnosa

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama klien/umur : Ny.S / 51 tahun


Ruangan/No.Kamar: Edelweis Barat / 504
No DIAGNOSA KEPERAWATAN Tanggal Tanggal Paraf &
(diisi berdasarkan prioritas masalah) ditemukan diatasai Nama jelas
1 Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya 5 september
nafas ( nyeri dada dan sesak nafas) d.d TD : 2017
140/90 mmHg, N : 108X/menit ,RR :
30x/menit S : 36,4, pola nafas terlihat cepat
dan mendalam ( hiperventilasi )

2 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d 5 september


sekresi yang tertahan d.d batuk tidak 2017
efektif. Wheezing (+),TD : 140/90 mmHg,
N : 108X/menit ,RR : 30x/menit S : 36,4°C,
adanya sputum (warna kuning kehijauan)

3 Gangguan pertukaran gas b.d perubahan 5 september


membrane alveolus-kaliper d.d TD : 140/90 2017
mmHg, N : 108X/menit ,RR : 30x/menit S :
36,4, detak jantung cepat dan tidak teratur (
takikardia) -PH : 7,52 (N :7.32-7,45)
-PCO2 37 mmHg (N: 35-45
-PO2 77 mmHg (N : 80-100)
-bikaronat 31 mmol/l ( N: 21-28)
-total CO2 32 mmol/l (N : 23-27 )
-saturasi 02 95% (N : 90-100%)
Kelebihan basa (BE) : 80m eq/l (N : -2.5-
2.5)

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama klien/umur : Ny.S / 51 tahun
Ruangan/No.ruangan: Edelweis Barat / 504
No TUJUAN DAN RENCANA RASIONAL PARAF
dx KRITERIA HASIL TINDAKAN &NAMA
1 Klien menunjukan 1) posisikan pasien Untuk memaksimalkan
keefektifan pola nafas semi fowler potensial ventilasi
setelah dilakukan 2x24
jam dengan criteria 2) monitor Untuk memantau keaddan
hasil : kecepatan pernapasan dan perubahan
a) pasien menunjukan pernapasan,pola pada tanda vital yang dapat
tidak adanya gangguan nafas,dispea dan terjadi sebagai akibat stress
status pernafasan perubahan tanda fisiologis dan nyeri atau
b) frekuensi, irama, tanda vital setiap 8 dapat menunjukan
kedalaman jam terjadinya nyok sehubungan
perfapadasan dalam dengan
batas normal hipoksia/perdarahan.

3)monitor aliran Menjaga aliran oksigen


oksigen mencukupi kebutuhan
pasien

2 Klien menunjukan 1) kaji fungsi Penururan bunyi napas


pembersihan jalan paru,adanya bunyi mungkin menandakan
nafas yang efektif nafas atelekrosis,ronchi,whee
setelah dilakukan tambahan,perubah zing, menunjukan adanya
tindakan keperawatan an irama dan akumulasi secret dan
selama 2x24 jam kedalaman,penge ketidakmampuan untuk
dengan criteria hasil : tahuan otot otot membersihkan jalan nafas
aksesori menyebabkan penggunaaan
otot aksesori dan
peningkatan usaha bernafas

2)ajarkan nafas memenuhi kebutuhan O2


dalam dan batuk dan mobilisasi secret
efektif

3)anjurkan pasien untuk mengencerkan secret


untuk minum sehingga mudah
trutama air hangat dikeluarkan

4)beri klien posisi memaksimalkan ekspansi


semi fowler paru dan menurunkan upaya
pernafasan ventilasi
maksimal dapat membuka
area atelokrasis,
memudahkan pengaliran
sekret keluar

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama klien/umur : Ny.S / 51 tahun No. Register : 01089638
Ruangan/No.ruangan: Edelweis Barat / 504
HARI/TANGGA NO. TINDAKAN KEPERAWATAN, RESPON/HASIL PARAF
L,JAM DX &
NAMA
Senin, 04/09/17

08.20 1 Memberikan klien posisi semi fowler


R : klien merasa lebih mudah untuk bernapas

09.00 1 Memonitor kecepatan pernapasan, pola napas,


dispnea dan perubahan TTV setiap 8jam
R : TD = 140/90 S = 36,4°C
RR = 30x/menit N = 108x/menit
Pola napas : takipnea
Kecepatan napas : cepat dan dalam

11.30 1 Memonitor aliran oksigen klien


R : terpasang oksigen nasal kanul 3liter/menit

14.30 2 Mengkaji fungsi paru, bunyi napas tambahan, irama


dan kedalaman, adanya otot bantu napas
R : wheezing (+), ronchi (+)
Irama : tidak teratur, napas dalam
Otot bantu napas (+)

16.00 2 Menganjurkan napas dalam dan batuk efektif


R : klien kooperatif, sputum dapat dikeluarkan

18.30 2 Menganjurkan klien untuk minum yang cukup


terutama air hangat
R:

20.00 2 Memberikan klien posisi semi fowler


R : klien merasa lebih nyaman untuk bernapas

You might also like