Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
dalam mempertahanankan keseimbangan fisiologi maupun psikologi. Salah satunya adalah
kebutuhan oksigen. Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal
elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas. (Wartonah
Tarwanto, 2006)
Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan dasar
manusia. Hal ini telah terbukti ada yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoxia dan
akan terjadi kematian. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem
pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka
kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari terhadap
pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja.
Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini,
individu merasakan pentingnya oksigen.
Proses pemenuhan kebutuhan pada manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian
oksigen melalui saluran pernapasan dan sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen,
memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar dapat berfungsi normsl kembali.
Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan
dengan pemberian oksigen dengan menggunakan nasal kanul, masker, dan kateter nasal.
Oleh karena kelompok mendapat tempat praktik di RSUD Budhi Asih Ruang Eelweis
Barat yang merupakan ruang rawat khusus penyakit paru yang memiliki keterkaitan erat
dengan kebutuhan oksigenasi, maka kelompok mengambil kasus pemenuhan kebutuhan
oksigen.
III. Tujuan
a. Mengetahui definisi kebutuhan oksigen
b. Mengetahui sistem-sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi
c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
d. Mengetahui gangguan-gangguan yang ada dalam kebutuhan oksigenasi
e. Mengetahui jenis-jenis alat oksigenasi dan cara pemakaiannya
f. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan
oksigenasi
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. Definisi
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh (
Tarwoto dan Wartonah, 2006).
Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, mempertahankan, dan aktivitas berbagai organ atau sel (
Carpeniti-Moyet, 2006).
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen ke dalam sistem (kimia atau
fisika). Oksigen merupkan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah
karbondioksida, energy, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas
normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas
sel. (Mubarak, 2007)
c. Laring
Terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot
yang mengandung pita suara, selain fonasi laring juga berfungsi sebagai
pelindung. Laring berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi
jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring dapat tersumbat,
antara lain oleh benda asing (gumpalan makanan), infeksi (misalnya difteri)
dan tumor. pada waktu menelan, gerakan laring keatas, penutupan glotis
(pemisah saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah) seperti pintu
epiglotis yang berbentuk pintu masuk. Jika benda asing masuk melampaui
glotis batuk yang dimiliki laring akan menghalau benda dan secret keluar dari
pernapasan bagian bawah.
Fungsi Laring :
1. Produksi suara, Suara memiliki nada, volume, dan resonansi. Nada suara
bergantung pada panjang dan kerapatan pita suara. Pada saat pubertas, pita
suara pria mulai bertambah panjang, sehingga nada suara pria semakin
rendah. volume suara bergantung pada besarnya tekanan pada pita suara
yang digetarkan. Semakin besar tekanan udara ekspirasi, semakin besar
getaran pita suara dan semakin keras suara yang dihasilkan. Resonansi
bergantung pada bentuk mulut, posisi lidah dan bibir, otot wajah, dan udara
di paranasal.
2. Berbicara, berbicara terjadi saat ekspirasi ketika suara yang dihasilkan oleh
pita suara dimanipulasi oleh lidah, pipi, dan bibir.
3. Pelindung saluran napas bawah, saat menelan, laring bergerak ke atas,
menyumbat saluran faring sehingga engsel epiglotis menutup faring. Hal ini
menyebabkan makanan tidak melalui esophagus dan saluran napas bawah.
4. Jalan masuk udara, bahwa Laring berfungsi sebagai penghubung jalan napas
antara faring dan trakea.
5. Pelembap, penyaring, dan penghangat, dimana proses ini berlanjut saat
udara yang diinspirasi berjalan melalui laring.
d. Trakea
Trakea, merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin
kartilago yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang terbentuk seperti C. Trakea
dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitilium bersilia dan sel cangkir.
Trakea hanya merupakan suatu pipa penghubung ke bronkus. Dimana
bentuknya seperti sebuah pohon oleh karena itu disebut pohon trakeobronkial.
tempat trakea bercabang menjadi bronkus di sebut karina. di karina menjadi
bronkus primer kiri dan kanan, di mana tiap bronkus menuju ke tiap paru (kiri
dan kanan), Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan
bronkospasme dan batuk berat jika dirangsang.
Fungsi trakea :
1. Penunjang dan menjaga kepatenan, Susunan jaringan kartilago dan elastik
menjaga kepatenan jalan napas dan mencegah obstruksi jalan napas saat
kepala dan leher digerakkan. Tidak adanya kartilago di bagian posterior
trakea, memungkinkan trakea berdilatasi dan berkontraksi saat esofagus
mengalami distensi saat menelan. Kartilago mencegah kolapsnya trakea saat
tekanan internal kurang dari tekanan intratoraksik, yaitu saat akhir ekspirasi
dengan upaya.
2. Eskalator mukosiliaris, Eskalator mukosiliaris adalah keselarasan frekuensi
gerakan silia membrane mukosa yang teratur yang membawa mukus dengan
partikel yang melekat padanya ke atas laring di mana partikel ini akan
ditelan atau dibatukkan
3. Refleks batuk, Ujung saraf di laring, trakea, dan bronkus peka terhadap
iritasi sehingga membangkitkan impuls saraf yang dihantarkan oleh saraf
vagus ke pusat pernapasan di batang otak. Respons refleks motorik terjadi
saat inspirasi dalam yang diikuti oleh penutupan glotis, yakni penutupan pita
suara. Otot napas abdomen kemudian berkontraksi dan dengan tiba-tiba
udara dilepaskan di bawah tekanan, serta mengeluarkan mukus dan/atau
benda asing dari mulut
4. Penghangat, pelembap, dan penyaring, Fungsi ini merupakan kelanjutan dari
hidung, walaupun normalnya, udara sudah jernih saat mencapai trakea
e. Percabangan Bronkus
Bronkus, merupakan percabangan trachea. Setiap bronkus primer bercabang 9
sampai 12 kali untuk membentuk bronki sekunder dan tersier dengan diameter
yang semakin kecil. Struktur mendasar dari paru-paru adalah percabangan
bronchial yang selanjutnya secara berurutan adalah bronki, bronkiolus,
bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorik, duktus alveolar, dan alveoli.
Dibagian bronkus masih disebut pernafasan extrapulmonar dan sampai
memasuki paru-paru disebut n intrapulmonar. Bronkus utama kanan lebih
pendek dan lebar serta hampir vertikal dengan trakea. Sedangkan bronkus
utama kiri lebih panjang dan sempit. Jika satu pipa ET yang menjamin jalan
udara menuju ke bawah, ke bronkus utama kanan, jika tidak tertahan baik pada
mulut atau hidung, maka udara tidak dapat memasuki paru kiri dan
menyebabkan kolaps paru (atelekteasis). Namun demikian arah bronkus utama
kanan yang vertikal menyebabkan mudahnya kateter menghisap benda asing.
Cabang Bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan
segmentalis. Percabngan ini terus menjadi kecil sampai akhirnya menjadi
bronkiolus terminalis(saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli).
bronkiolus,tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. hanya otot polos sehingga
ukurannya dapat berubah. Setelah iu terdapat asinus yang merupakan unit
fungsional paru, yaitu tempat pertukaran gas. Asinus (lobulus primer), terdiri
dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris terminalis
(akhir paru) yang menyerupai anggur dipisahkan oleh septum dari alveolus di
dekatnya. Dalam setiap paru terdapat 300 juta alveolus dengan luas permukaan
seluas sebuah lapangan tenis.
f. Paru-paru
Paru-paru berada dalam rongga torak, yang terkandung dalam susunan tulang-
tulang iga dan letaknya disisi kiri dan kanan mediastinum yaitu struktur blok
padat yang berada dibelakang tulang dada. Paru-paru menutupi jantung, arteri
dan vena besar, esofagus dan trakea. Paru-paru berbentuk seperti spons dan
berisi udara dengan pembagaian ruang sebagai berikut :
1. Paru kanan, memiliki tiga lobus yaitu superior, medius dan inferior.
2. Paru kiri berukuran lebih kecil dari paru kanan yang terdiri dari dua lobus
yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik
yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula,
ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa setiap
paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan
yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.
B. Fisiologi Pernapasan
Pernapasan adalah proses inspirasi udara kedalam paru-paru dan ekspirasi udara
dari paru-paru ke lingkungan luar tubuh. Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma
telah dapat rangsangan dari nervus pernikus lalu mengkerut datar. Saat ekspirasi
otot akan kendor lagi dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali
maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi terjadi karena adanya perbedaan
tekanan antara rongga pleura dan paru-paru. Fungsi paru-paru adalah sebagai
tempat pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.
Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut
melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan
pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam
kapiler pulmonaris. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh
hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam
arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan
oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen.
Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan metabolisme,
menembus membrane alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah
melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan
eksterna :
a. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli
dengan udara luar. Arus darah melalui paru-paru. Distribusi arus udara dan arus
darah sedemikian sehingga dalam jumlah tepat dapat mencapai semua bagian
tubuh
b. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih
mudah berdifusi daripada oksigen
c. Pefusi, yaitu pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah
menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) megintari
seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat
lambat. Sel jaringan memungut oksigen darihemoglobin untuk memungkinkan
oksigen berlangsung, dan darah menerima, sebagai gantinya, yaitu karbon
dioksida.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru
menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah
datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2;
jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri
bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak unutk memperbesar
kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi ini mngeluarkan CO2
dan memungut lebih banyak O2.
Perubahan-perubahan berikut terjadi pada komposisi udara dalam alveoli, yang
disebabkan pernapasan eksterna dan pernapasan interna atau pernapasan jarigan.
Udara (atmosfer) yang di hirup:
- Nitrogen 79 %
- Oksigen 20%
- Karbon dioksida 0-0,4%
Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembapan atmosfer Udara yang
diembuskan:
- Nitrogen 79%
- Oksigen
Pernapasan memiliki ritme yang teratur dan ritme pernapasan dihasilkan dari
pusat pernapasan yang terletak di pons dan medula oblongata (pneumotaxic
center). Kontraksi otot inspirasi akan menimbulkan tekanan negatif, menyebabkan
terjadinya aliran udara dari luar masuk ke dalam paru. Kedalaman dan frekuensi
pernapasan sangat penting karena komponen pernapasan ini akan membantu
mempertahankan homeostasis kadar oksigen, karbon dioksida dan ion H+ dalam
darah arteri/
Struktur saluran napas atas sangat berperan agar udara dapat masuk ke dan keluar
dari paru. Saluran napas atas yang paten sangat tergantung struktur anatomis
daerah tersebut. Ukuran konka nasalis yang besar, lidah atau uvula yang besar,
dan palatum molle yang lemah dapat mengobstruksi saluran napas atas. Otot
genioglosus (untuk menjulurkan lidah), serta styloglosus dan hyoglosus (untuk
menarik lidah) mempunyai interaksi kompleks agar jalan napas tetap terbuka.
III. Faktor yang Mempengaruhi
A. Saraf Otonomik
Rangsangan simpatis dan parasimpatis pada saraf otonomik dapat mempengaruhi
kempampuan dilatasi dan kontriksi, dapat terlihat dari simpatis dan parasimpatis
ketika tejadi rangsangan. Ujung saraf dapat mengeluarkan neurotrasmiter (untuk
simpatis dapat mengeluarkan narodenarin yang berpengaruh pada brankhodilatasi
dan parasimpatis mengeluarkan asitekuin yang berpengaruh pada
brankhokontriksi).
B. Hormon dan Obat
Semua hormon termasuk denvat cathocolamne dapat melebarkan saluran
pernafasan. Obat yang tergolong parasimpatis, seperti saluran atropine dan ekstrak
belladonna,dapat melebarkan saluran nafas sedangkan obat yang menghambat
adnergik tipe beta (khususnya beta-2) seperti obat yang tergolong penyakit beta
non selektif seperti obat dapat mempersempit saluran nafas.
C. Kapasitas Paru
1. kapasitas paru merupakan jumlah dari volume pasang surut dan volume
cadangan hisap.
2. kapasitas cadangan fungsional merupakan jumlah dari volume.
3. kapasitas merupakan jumlah dari volume cadangan hembus.
4. jumlah keseluruhan volume udara yang ada dalam paru terdiri atas volume
pasang surut.
Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa,
peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil fremitus.
Taktil fremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem
bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih
terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih
besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
a. Bunyi napas yang abnormal
b. Batuk produktif atau non produktif
c. Sianosis
d. Dispnea
e. Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
Kemungkinan faktor penyebab :
a. Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
b. Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
c. Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
d. Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
e. Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
f. Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit
untuk di expektoran
g. Immobilisasi
h. Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi
4. Rasa berduka
7. Potensial/resiko infeksi
C. Rencana Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Intervensi:
a. Auskultasi dada bagian anterior dan posterior
Rasional : untuk mengetahui adanya penurunan atau tidaknya ventilasi
dan bunyi tambahan.
b. Lakukan pengisapan jalan napas bila diperlukan
Rasional : Merangsang terjadinya batuk atau pembersihan jalan napas
secara mekanik pada pasien yang tak mampu batuk secara efektif dan
penurunan kesadaran
c. Pertahankan kaedekuatan hidrasi untuk menurunkan viskositas sekresi.
Rasional : memobilisasi keluarnya sputum
d. Instruksikan untuk batuk efektif & teknis napas dalam untuk memudahkan
keluarnya sekresi.
Rasional : memudahkan ekspansi maksimal paru atau jalan napas lebih
kecil dan membantu silia untuk mempermudah jalan napas
e. Kolaborasi dengan berikan obat sesuai indikasi: mukolitik,
ekspektoran, bronkodilator, analgesik
Rasional : Untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret.
f. Kolaborasi dengan berikan obat sesuai indikasi :mukolitik,
ekspektoran, bronkodilator.
Rasional : untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret
g. Kolaborasi dengan bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan
fisioterapi lain mis : spiromerti iasentif, perkusi, drainase postural.
Rasional : memudahkan pengenceran dan pembuangan secret.
2. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindak keperawatan yang terdiri
atas perkusi, vibrasi dan postural drainage.
a. Perkusi
Disebut juga clapping adalah pukualn kuat, bukan berarti sekuat-kuatnya,
pada dinding dada dan punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkuk.
Tujuannya, secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat pada
dinding bronkhus.
Prosedur :
1) Tutup area yang akan dilakkan perkusi dengan handuk atau pakaian untuk
mengurangi ketidaknyamanan
2) Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan
relaksasi
3) Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit
4) Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah
cedera seperti : mammae, sternum dan ginjal.
b. Vibrasi
Getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang
diletakkan datar pada dinding dada klien.
Tujuannya, vibrasi digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi
udara ekspirasi dan melepaskan mukus yang kental. Sering dilakukan
bergantian dengan perkusi
Prosedur :
1) Letakkan telapak tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area
dada yang akan di drainage. Satu tangan diatas tangan yang lain dengan
jari-jari menempel bersama dan ekstensi. Cara yang lain yaitu tangan bisa
diletakkan secara bersebelahan.
2) Anjurkan klien menarik napas dalam melalui hidung dan
menghembuskan napas secara lambat lewat mulut atau pursed lips.
3) Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan
gunakan hampir semua tumit tangan. Getarkan (kejutkan) tangan keaarh
bawah. Hentikan getaran jika klien melakukan inspirasi.
4) Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan keluarkan sekret ke
dalam tempat sputum.
c. Postural drainage
Merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai
segmen paru-paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu
yang terbaik utnuk melakukannya yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi
dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari. Postural drainage harus
lebih sering dilakukan apabila lendir klien berubah warnanya menjadi
kehijauan dan kental atau ketika klien menderita demam.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan postural drainage yaitu:
1) Batuk 2 atau 3 kali berurutan setelah setiap kali berganti posisi
2) Minum air hangat setiap hari sekitar 2 liter.
3) Jika harus menghirup bronkodilator, lakukanlah 15 menit sebelum
melakukan postural drainage.
4) Lakukan latihan napas dan latihan lain yang dapat membantu
mengencerkan lendir.
Peralatan:
- Bantal
- Papan pengatur posisi
- Tisu wajah
- Segelas air
- Sputum pot
Prosedur :
1) cuci tangan
2) pilih area yang tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengkajian
semua area paru, data klinis dan chest X-ray.
3) Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat.
4) Minta klien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.
5) Selama 10-15 menit drainage pada posisi tersebut, lakukan perkusi dan
vibrasi dada diatas area yang di drainage
6) Setelah drainage pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk. Bila
tidak bisa batuk, lakukan suction. Tampung sputum di sputum pot.
7) Minta klien istirahat sebentar bila perlu
8) Anjurkan klien istirahat sebentar bila perlu.
9) Anjurkan klien minum sedikit air.
10) Ulangi langkah 3-8 sampai semua area tersumbat telah ter drainage
11) Ulangi pengkajian dada pada semua bidang paru.
12) Cuci tangan
13) Dokumentasikan
A. Kasus
Ny. SA pasien masuk dari UGD mengeluh sesak dan demam disertai batuk dan pusing,
dipindah ke ruang rawat inap dengan diagnosa medik dokter Efusi pleura.
Pada saat pengkajian pasien mengaku masih sesak dan terlihat lemah karena pola tidur
terganggu,dan terdapat udema pada kedua punggung kaki. Pada saat pengkajian langsung,
dilakukan observasI TTV dan didapatkan hasil TD 140/80 mmHg, pernapasan 30x/menit,
nadi 108x/menit dan suhu 36.4°C. Pasien diberikan oksigen nasal kanul sebanyak 3 liter
karena sesak.
B. Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Nama Mahasiswa : KELOMPOK 11
Tanggal praktek : 4 SEPTEMBER 2017- 30 SEPTEMBER 2017
Tanggal :
5. Diagnosa medik pada saat masuk rumah sakit, pemeriksaan penunjang, dan
tindakan yang telah dilakukan
Diagnosa medik : Efusi pleura
Pemeriksaan penunjang : Laboraturium, Rontgen torax,EKG
Tindakan yang telah dilakukan :
– pemasangan IV cath no 20 (V metacarpal)
Rontgen torax
O2 nasal kanul 3 liter/menit
Pemeriksaan la H2TL
EKG
III. Pengkajian saat ini (mulai hari pertama saudara merawat klien)
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan (pengetahuan tentang penyakit/perawatan)
- pengetahuan klien tentang penyakit/perawatan kurang luas
- klien mengatakan tinggal di daerah padat pemukiman dan lokasi rumah berada
di pinggir jalan
2. Pola nutrisi/metabolik (program diit,intake makanan,intake cairan)
- tidak ada program diit yang dilaksanakan
- intake makanan : frekuensi : 3x/hari, jenis : nasi + lauk +sayur+ buah+ snack.
Porsi 1 porsi sedang ( piring sedang), keluhan : tidak nafsu makan. Tidak ada
makanan yang dipantang dan tidak ada alergi. Jenis : air ptih dan susu. Jumlah :
kuranglebih 4 gelas/hari. Intake cairan dibatasi
- intake cairan : dibatasi
3. Pola eliminasi
a. buang air besar (frekuensi, konsistensi dan warna feses,dll)
frekuensi : klien mengatakan BAB rutin dan lancar sebelum sakit, tetapi
semenjak sakit baru BAB setelah 4hr dirawat di RS
konsistensi : lunak
warna : kuning kecoklatan
b. buang air kecil (frekuensi, volume, warna urin)
frekuensi : 3 kali sehari
volume : 1000cc
warna : kuning pekat
4. Pola aktifitas
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulans/ROM √
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total
5. Telinga
- bentuk simetris
- kebersihan telinga bersih
- pendengaran fungsi pendengaran baik
- cairan yang keluar tidak ada
- lain lain (-)
6. Leher
- bentuk tidak normal
- pembesaran getah bening tidak ada
- JVP terdapat tekanan vena jugularis
- kelainan tidak ada
7. Dada/thorax
- bentuk : simetris/tidak simetris. Gerakan dinding dada simetris
- kulit ,warna kuning langsat edema ada
- mamae ukuran, bentuk, dan kesimetrisan payudara normal, warna aelola
coklat, putting susu tidak ada ulkus dan pembengkakan, tiudak ada sekret
- auskultasi suara paru : wheezing/ronchi/ rales/vesikuler/bronchivesikuler
-perkusi : sonor,hipersonor,dullness
- sputum ada
- pola nafas cepat dan mendalam (30x/menit) jenis hiperventilasi
- batuk darah tidak ada
- jantung/sirkulasi : irama : teratur/tidak teratur , frekuensi 108x/menit
- bunyi jantung S1 (bunyyi jantung pertama) dan S2 (bunyi jantung kedua)
- nyeri dada ada
- taktit premitus simetris
- capilary refill time 2 detik
- palpitasi denyut jantung berdetak cepat dan tidak teratur
- pembesaran kelenjar ketiak tidak ada
8. Abdomen
- bentuk normal dan simetris
- kulit, warna kuning langsat turgor baik
- luka operasi tidak ada luka operasi stoma tidak ada
- auskultasi bising usus setiap kuadran
- palpasi setiap kuadran tidak ada nyeri dan tidak ada pembesaran pada limfa,
hati, ginjal
nyeri tekan, nyeri lepas tidak ada
- perkusi pada setiap kuadran timpani
- kelainan/keluhan tidak ada
9. Genitalia
- bentuk normal dan suimetris
- kebersihan genitalia bersih
- haematuria tidak ada
- skrotum (-)
- urine output 1000cc
- keluhan lain tidak ada
- rektum dan anus : hemoroid /benjolan, ada/ tidak warna (-) lesi (-)
10. Ekstremitas
Ekstremitas atas
- bentuk simetris edema tidak ada
- kelainan: kontraktur (-) deformitas (-) atrofi (-)
- reflek bisep dan trisep baik
- sensasi baik
- kekuatan otot 3 dari 0-5 ROM baik
- kelembaban kulit kering
- temperatur normal
- nyeri tidak ada kaku tidak ada
- lain lain (-)
Ekstremitas bawah
- bentuk dan telapak kaki simetris edema terdapat edema pada
kedua punggung kaki pasien
- kelainan: kontraktur (-) deformitas (-) atrofi (-)
- reflek bisep dan trisep baik
- sensasi baik
- kekuatan otot 3 dari 0-5 ROM baik
- kelembaban kulit kering
- temperatur normal
- nyeri tidak ada kaku terasa kaku dan kram pada bagian kanan
dan kiri kaki pasien
- lain lain (-)
V. Hasil pemeriksaan penunjang
(cantumkan tanggal periksaan, dan kesimpulan hasilnya)
Tanggal : 31-08-2017
Jenis pemeriksaan : analisa gas darah
- pH : 7,52 (normal : 7,35-7,45)
- pCO2 : 37 mmHg (normal : 35-45)
- PO2 : 77 mmHg (normal : 80-100)
- Bikarbonat (HCO3) : 31 mmol/L (normal : 21-28)
- Total CO2 : 32 mmol/L (normal 23-27)
- Saturasi O2 : 95% (normal : 95-100)
- Kelebihan basa (BE) ; 8,0 mEq/L (normal : -2,5-2,5)
VI. PENATALAKSANAAN
1. CAIRAN :
Renxamin/24jam
2. NUTRISI
a. Makan
- Frekuensi : 3x/hari
- Jenis : nasi lembek + sayur + buah
- Porsi : 1 piring kecil
b. Minum
- Jenis : air putih dan susu
- Jumlah : ± 4 gelas
3. TERAPI OBAT
a. Oral
- Ambroxol 3x1
- Aspar K 3x1
- PCT 3x500
b. Injeksi
- Clanexi 3x gr (iv)
c. Inhalasi
- Ventolin 3x/hari
- Pulmicart 3x/hari
C. Analisa Data
ANALISA DATA
3 DS:
Klien mengatakan sakit kepala dan Perubahan Gangguan
sesak nafas membrane pertukaran gas
DO: Alveoulus-kapiler
a) TD : 140/90 mmHg, N : 108X/menit
,RR : 30x/menit S : 36,4
b)detak jantung cepat dan tidak teratur
( takikardia)
c)hasil lab analisa gas darah
-PH : 7,52 (N :7.32-7,45)
-PCO2 37 mmHg (N: 35-45
-PO2 77 mmHg (N : 80-100)
-bikaronat 31 mmol/l ( N: 21-28)
-total CO2 32 mmol/l (N : 23-27 )
-saturasi 02 95% (N : 90-100%)
Kelebihan basa (BE) : 80m eq/l (N : -
2.5-2.5)
D. Diagnosa
DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama klien/umur : Ny.S / 51 tahun
Ruangan/No.ruangan: Edelweis Barat / 504
No TUJUAN DAN RENCANA RASIONAL PARAF
dx KRITERIA HASIL TINDAKAN &NAMA
1 Klien menunjukan 1) posisikan pasien Untuk memaksimalkan
keefektifan pola nafas semi fowler potensial ventilasi
setelah dilakukan 2x24
jam dengan criteria 2) monitor Untuk memantau keaddan
hasil : kecepatan pernapasan dan perubahan
a) pasien menunjukan pernapasan,pola pada tanda vital yang dapat
tidak adanya gangguan nafas,dispea dan terjadi sebagai akibat stress
status pernafasan perubahan tanda fisiologis dan nyeri atau
b) frekuensi, irama, tanda vital setiap 8 dapat menunjukan
kedalaman jam terjadinya nyok sehubungan
perfapadasan dalam dengan
batas normal hipoksia/perdarahan.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama klien/umur : Ny.S / 51 tahun No. Register : 01089638
Ruangan/No.ruangan: Edelweis Barat / 504
HARI/TANGGA NO. TINDAKAN KEPERAWATAN, RESPON/HASIL PARAF
L,JAM DX &
NAMA
Senin, 04/09/17