You are on page 1of 4

Pengembangan Produk Alat Kesehatan di Indonesia Masih

Rendah
Inovasi alat kesehatan di Indonesia terbilang masih kecil. Persentasenya
pun hanya sekitar 6 hingga 8 persen. Padahal, pasar alat kesehatan merupakan
pasar yang besar. Hal ini diungkapkan oleh Ir. Ahyahudin Sodri ST., MSc., ST
dari Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia, dalam konferensi pers IndoHCF
Innovation Awards 2018 di Salah satu yang jadi kendala mengapa alat kesehatan
di Indonesia masih lambat adalah karena proses pengembangan yang cukup lama.
Termasuk dari sisi keamanan. Selain itu, alat kesehatan juga harus memiliki
nilai jual.

Indonesia Healthcare Forum kembali menggelar IndoHCF Innovation Awards.


Penghargaan ini kedua kalinya diadakan di Indonesia. "Alat kesehatan harus
memenuhi dua aspek. Aspek teknis dan aspek ekonomis, untuk alat kesehatan tidak
mudah," kata Ahyahudin. Walaupun begitu, Ahyahudin mengakui bahwa Indonesia
sudah bisa mengekspor alat kesehatan. Terutama yang berupa hospital furniture
dan consumable seperti sarung tangan. "Tapi saya apresiasi pemerintah Indonesia
sudah punya program bagaimana pengembangan alkes ini sampai tahun 2035."
Saat ini program tersebut diakui sudah terfokus pada teknologi menengah.
Beberapa perusahaan juga diakui sudah mampu membuat alkes seperti x-ray,
peralatan laboratorium, hingga mesin anestesi "Ini sinyal yang bagus,"
tambahnya. Untuk ke depannya, Ahyahudin berharap masyarakat untuk bersabar
hingga Indonesia mampu mengembangkan alat kesehatan yang high-tech.

Indonesia dan Taiwan Menjajaki Kerja


Sama di Bidang Kesehatan dan Medis
Kementerian Kesehatan RI dan Taipei Economic and Trade Office
(TETO) Taiwan untuk Indonesia tengah menjajaki berbagai kerja sama di bidang
kesehatan dan medis antara kedua negara. Penjajakan itu dilakukan dalam sebuah
seminar bertajuk 'New Southbound Policy: Cooperation Potentials on Health between
Taiwan and Indonesia' di Jakarta, 9 Mei 2018. Pemangku kepentingan bidang medis dan
kesehatan dari kedua negara ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Ketua TETO, John Chen mengemukakan bahwa penjajakan kerja sama itu
meliputi berbagai bidang cakupan meliputi, penanganan penyakit menular, kajian
asuransi kesehatan nasional, pertukaran ilmu pengetahuan, teknik, dan teknologi, serta
beragam kemitraan dalam tataran kelembagaan serta instansi bidang kesehatan-medis.
"Di sini perwakilan pemerintah dan kelompok bisnis kedua negara bisa bertukar
pengalaman serta membahas potensi kerja sama kedua negara di bidang medis dan
kesehatan nasional," kata John Chen di Jakarta, Rabu (9/5/2018).

Elizabeth Jane Soepardi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular


Vektor dan Zoonotik, Ditjen P2P Kemenkes RI yang hadir dalam perhelatan itu,
menyambut baik upaya penjajakan peningkatan kerja sama dengan Taiwan. Ia juga
menambahkan, "Kemenkes, khususnya direktorat saya, mengincar kerja sama di
bidang technical assistance dengan Taiwan. Terutama di bidang teknik-teknologi
pencegahan dan penanggulan penyakit menular epidemi vektor -- penyakit yang dibawa
oleh serangga seperti demam berdarah, malaria, dan lain-lain," kata Elizabeth dalam
kesempatan yang sama.

Elizabeth menjelaskan bahwa beberapa pekan sebelumnya, perwakilan


Kemenkes RI telah melakukan kunjungan kerja ke Taiwan untuk penjajakan kerja sama
yang ia maksud. Dari hasil kunjungan itu, pihak Kemenkes RI tertarik dengan teknologi
serta teknik yang digunakan sejumlah lembaga medis Taiwan dalam bidang
pengendalian epidemi penyakit vektor, ujar Elizabeth. "Teknologinya sudah maju. Mereka
memanfaatkan teknologi masa kini untuk mengembangkan teknik-teknik pengendalian
epidemi penyakit vektor yang canggih," kata perempuan yang pernah menjabat sebagai
Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kemenkes RI itu.

Perbaikan Akreditasi Puskesmas di NTB


Bersama Tim Pencerah Nusantara

Pada bulan Agustus 2017, Puskesmas Poto Tano berhasil memperoleh status
Puskesmas Terakreditasi Paripurna. Status paripurna yang diterima ini merupakan
bukti keberhasilan dari Puskesmas Poto Tano yang didukung oleh tim Pencerah
Nusantara, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat serta Pemerintah Daerah
dan pihak lintas sektor lainnya. Kolaborasi inilah yang menjadi salah satu kunci
keberhasilan yang mendukung akreditasi Puskesmas Poto Tano.

Salah satu tantangan yang dihadapi dalam memperkuat sistem manajemen


Puskesmas Poto Tano adalah kurangnya dokumentasi dan pelaporan kegiatan. Meski
telah banyak melakukan program dengan menerapkan sistem PDCA (Plan-Do-Check-
Action), tim Puskesmas Poto Tano kerap luput untuk mendokumentasikannya ke dalam
lembaran maupun foto.

Hal ini sangat penting dalam proses akreditasi yang menyatakan untuk
selalu menulis yang dikerjakan dan mengerjakan hal yang ditulis. Dengan potensi
yang sangat besar, Puskesmas Poto Tano bersama Pencerah Nusantara berupaya untuk
mengoptimalkan sistem pencatatan dan pelaporan manajemen Puskesmas melalui
pendampingan.

Puskesmas Poto Tano merupakan salah satu puskesmas di Kabupaten Sumbawa


Barat yang berkomitmen untuk mewujudkan masyarakat Poto Tano yang Berseri
(Bersih, Sehat, dan Mandiri).

Untuk merealisasikan visi tersebut, Puskesmas Poto Tano terus berupaya


untuk mendorong masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat secara
mandiri. Selain itu, Puskesmas Poto Tano juga konsisten meningkatkan kualitas
pegawai dan memperkuat rasa kekeluargaan secara internal.

Akreditasi merupakan salah satu persyaratan kredensial bagi fasilitas


pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS. Hal ini
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional Pasal 6 Ayat (2).

Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah pembinaan peningkatan mutu dan


kinerja melalui perbaikan sistem administratif, manajemen mutu, penyelenggaraan
pelayanan dan program, serta penerapan manajemen risiko.

Hasil pencapaian status paripurna ini sangat dirasakan oleh masyarakat.


Mekanisme pengobatan menjadi lebih mudah dengan pelayanan yang ramah. Para
pegawai Puskesmas Poto Tano terus berupaya untuk memberi pelayanan klinis yang
maksimal, melaksanakan program yang inovatif dan berdaya guna, serta memperbaiki
sistem peningkatan mutu dan manajemen puskesmas yang komprehensif.

Pemahaman akan tanggung jawab sebagai Puskesmas terakreditasi paripurna


semakin meningkatkan etos kerja dan pemberian layanan secara maksimal. Kita
semua seringkali mendengar bahwa mempertahankan lebih susah daripada memenangkan
sebuah penilaian. Tim Pencerah Nusantara berharap agar status paripurna ini
senantiasa mengingatkan seluruh tim Puskesmas bahwa pelayanan kesehatan prima
dan bermutu merupakan tujuan utama Puskesmas.

Dengan perbaikan dan penjaminan mutu pelayanan dan manajemen yang


konsisten, tidak akan sulit bagi Puskesmas Poto Tano untuk dapat terus menjadi
puskesmas percontohan di wilayah Indonesia bagian timur.

You might also like