Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembedahan
1. Defenisi
Perioperasi merupakan tahapan dalam pembedahan yang dimulai
dari prabedah (preoperatif), bedah (intraoperatif), dan pasca bedah
(postoperatif). Praoperasi merupakan masa sebelum dilakukannya
tindakan pembedahan dan berakhir sampai pasien berada di meja bedah.
(Hidayat, 2012)
Bedah merupakan salah satu upaya yang mendatangkan stress
karena terdapat ancaman didalam tubuh, integritas dan jiwa seseorang.
Bedah merupakan tahapan dalam proses perioperasi (Long, 2012). hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam tahap prabedah adalah pengetahuan
tentang persiapan pembedahan, persiapan pembedahan dan pengalaman
masa lalu, dan kesiapan psikologis (Hidayat, 2012).
Keperawatan medikal bedah merupakan pelayanan profesional
yang didasarkan ilmu dan teknik keperawatan medikal bedah berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan pada
orang dengan atau yang cenderung mengalami gangguan fisiologi dengan
atau tanpa gangguan struktur akibat trauma (Diana, 2013)
Operasi bedah mayor merupakan pembedahan dimana secara
relatif lebih sulit untuk dilakukan daripada pembedahan minor,
membutuhkan waktu, melibatkan resiko terhadap nyawa klien, dan
memerlukan bantuan asisten seperti contoh bedah caesar, mammektomi,
bedah thorak, bedah otak (Mansjoer, 2010). Operasi bedah mayor adalah
operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai tingkat
resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup klien (Brunner dan
Suddarth, 2012)
9
10
2. Tipe-tipe bedah
Menurut Long (2012) Bedah dapat diklasifikasikan dalam
beberapa cara, diantaranya lokasi, ekstensi atau tujuan dari tindakan
bedah
a. Lokasi
Tindakan bedah dapat dilaksanakan internal atau eksternal.
Pada bedah eksternal kulit atau jaringan yang ada dibawahnya dapat
dijangkau oleh ahli bedah. Bedah eksternal mendatangkan kerugian-
kerugian, dapat menimbulkan parut atau disfigurisasi/ perubahan
penampilan yang langsung bisa dilihat, yang menimbulkan banyak
pengkhayalan dan kegelisahan pada pasien. Tindakan bedah juga
bisa diklasifikasikan menurut lokasi atau system tubuh, seperti bedah
kardiovaskuler, bedah thorax, bedah neurologi dan seterusnya.
b. Menurut Luas Jangkauan
Bedah dapat diklasifikasikan sebagai bedah minor/ kecil dan
bedah mayor/ besar. Operasi kecil adalah bedah sederhana yang
resiko terhadap hidup sedikit. Dapat dilaksanakan diruang praktek
ahli bedah, klinik, atau unit bedah rawat jalan atau rawat inap.
Banyak operasi kecil dilaksanakan dengan anasthesi local, walaupun
anastesi umum juga dapat dilakukan. Walaupun operasi dianggap
kecil namun periode tidak dianggap kecil oleh pasien dan dapat
membangkitkan rasa takut dan berbagai khayalan
Bedah mayor biasanya dilaksanakan dengan anstesi umum di
unit bedah rawat inap. Operasi lebih serius dibanding bedah minor
dan bisa beresiko terhadap jiwa. Terdapat kecenderungan
peningkatan bedah dibagian rawat jalan dari rumah sakit, pasien
masuk dirawat pada pagi hari operasi dan dirawat disana segera
setalah operasi dan pasien diperbolehkan pulang menjelang sore,
banyak operasi besar seperti herniorapi dilaksankan seperti itu.
11
c. Tujuan
Banyak tujuan dari tindakan bedah. Ahli bedah menjelaskan
metode dan tujuan bedah kepada pasien dan keluarganya. Karena
periode sebelum operasi merupakan saat peningkatan kecemasan
bagi pasien dan keluarganya, mungkin mereka tidak mengerti alasan
mengapa harus dioperasi memerlukan penjelasan yang lebih lanjut
yang bisa dilaksanakan oleh perawat.
Tabel 2.1 Tujuan Tindakan Bedah
B. Perawatan Luka
1. Defenisi Luka
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat
proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan
mengenai organ tertentu (Potter dan Perry, 2010). Luka adalah hilang atau
rusaknya sebagian jaringan atau tubuh.Keadaan ini dapat disebabkan
13
oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik, gigitan hewan dan lain-lain (De Jong, 2015).
2. Tipe-tipe penyembuhan luka
Menurut Arisanty (2016) luka berdasarkan tipe atau cara
penyembuhannya diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :
a. Penyembuhan luka secara pimer
Luka terjadi tanpa kehilangan banyak jaringan kulit. Luka
ditutup dengan cara dirapatkan kembali dengan menggunakan alat
bantu sehingga bekas luka (scar) tidak ada atau minimal. Proses yang
terjadi adalah epitelisasi dan deposisi jaringan ikat, contohnya adalah
luka sayatan/ robekan dan luka operasi yang dapat sembuh dengan alat
bantu jahita, stapler, tape eksternal, atau lem/ perekat kulit.
b. Penyembuhan luka secara sekunder
Kulit mengalami luka (kerusakan) dengan kehilangan banyak
jaringan sehingga memerlukan proses granulasi (pertumbuhan sel),
kontraksi dan epitelisasi (penutupan epidermis) untuk menutup luka.
Pada kondisi luka seperti ini, jika dijahit, kemungkinan terbuka lagi
atau menjadi nekrosis (mati) sangat besar. Luka yang memerlukan
penutupan secara sekunder kemungkinan memiliki bekas luka (scar)
lebih luas dan waktu penyembuhna lebih lama, namun semuanya
kembali lagi bergantung pada penanganan pada klinis terhadap luka.
Contohnya adalah luka tekanan (dekubitus), luka diabetes mellitus,
dan luka bakar.
c. Penyembuhan luka secara tersier
Penyembuhan luka secara tersier atau delayed primary terjadi jika
penyembuhan luka secara primer mengalami infeksi atau ada benda
asing sehingga penyembuhan terhambat. Luka akan mengalami proses
debris hingga luka menutup. Penyembuhan luka dapat diawali dengan
penyembuhan secara sekunder yang kemudian ditutup dengan bantuan
jahitan/ dirapatkan kembali. Contohnya adalah luka operasi yang
terinfeksi, obesitas dapat menjadi salah satu penyebab luka pasca
14
C. Nyeri
1. Defenisi
Nyeri (Pain) adalah kondisi perasaan yang tidak menyenangkan.
Sifatnya sangat subjektif karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
baik dalam hal skala ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan dan mengefakuasi rasa nyeri yang dialaminya
(Hidayat, 2011). Internasional Association for Study of Pain (IASP),
17
2. Sifat Nyeri
Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. empat atribut
untuk pengalaman nyeri, yaitu: nyeri bersifat individual, tidak
menyenangkan, merupakan suatu kekuatan yang mendominasi, bersifat
tidak berkesudahan (Andarmoyo, 2013).
nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakn seseorang tentang nyeri
tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa
nyeri. Apabila seseorang merasa nyeri, maka prilakunya akan berubah
(Potter dan Perry, 2010).
18
4. Klasifikasi Nyeri
a. Kalasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi
1) Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut,
penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat
dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat), dan
berlangsung untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013).
NANDA (2015) durasi nyeri akut kurang lebih 3 bulan. PPNI
(2016) nyeri akut adalah pengalaman sensorik pengalaman sensorik
atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual
atau funsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga
bulan.
2) Nyeri kronik
NANDA (2015) pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan IASP, awitan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi, durasi nyeri
kronik lebih dari 3 bulan. PPNI (2016) nyeri kronik adalah
pengalaman sensorik pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau funsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
dan konstan yang berlangsung lebih dari tiga bulan
1) Nyeri Nosiseptif
Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh
aktivitas atau sensivitas nosiseptor perifer yang merupakan respetor
khusus yang mengantarkan stimulus naxious. Nyeri nosiseptor ini
dapat terjadi karna adanya adanya stimulus yang mengenai kulit,
tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-lain
2) Nyeri Neuropatik
Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau
abnormalitas yang di dapat pada struktur saraf perifermaupun
sentral , nyeri ini lebih sulit diobati.
2. Fungsi Humor
Danandjaya (2007) artikel yang berjudul Sejarah, Teori dan Fungsi
Humor mengatakan bahwa fungsi humor yang paling menonjol, yaitu sebagai
sarana penyalur perasaan yang menekan diri seseorang. Fungsi humor yang
lain adalah sebagai rekreasi. Dalam hal ini, humor berfungsi untuk
menghilangkan kejenuhan dalam hidup sehari-hari yang bersifat rutin.
Sifatnya hanya sebagai hiburan semata. Selain itu, humor juga berfungsi
untuk menghilangkan stres akibat tekanan jiwa atau batin (Rahmanadji, 2012)
28
3. Tipe-Tipe Humor
Menuut Setiawan (2010) dalam Rahmanadji (2012) dapat dibedakan
menurut kriterium bentuk ekspresi. Sebagai bentuk ekspresi dalam kehidupan
kita, humor dibagi menjadi tiga jenis yakni:
a. Humor personal, yaitu kecenderungan tertawa pada diri kita, misalnya
bila kita melihat sebatang pohon yang bentuknya mirip orang sedang
buang air besar.
b. Humor dalam pergaulan, mislnya senda gurau di antara teman, kelucuan
yang diselipkan dalam pidato atau ceramah di depan umum.
c. Humor dalam kesenian, atau seni humor. Humor dalam kesenian,
diantaranya humor lakuan, misalnya, lawak, tari humor, dan pantomim
lucu, humor grafis, misalnya, kartun, karikatur, foto jenaka, dan patung
lucu, humor literatur, misalnya, cerpen lucu, esei satiris, dan
semacamnya.
4. Teori Humor
Menurut Setiawan (2010) dalam artikel yang berjudul Sejarah, Teori
dan Fungsi Humor, dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Teori keunggulan; seseorang akan tertawa jika ia secara tiba-tiba
memperoleh perasaan unggul atau lebih sempurna dihadapkan pada
pihak lain yang melakukan kesalahan, kekurangan atau mengalami
keadaan yang tidak menguntungkan. Contoh, seseorang dapat tertawa
29
E. Kerangka Teori
Skema 2.1 kerangka teori
Nyeri
Terapi farmakologi:
NSAID (ketorolac, asam
traneksamat, asam
mefenamat)
Terapi non farmakologi:
- Terapi humor
- Terapi musik
- Terapi dzikir
Inhibitor neurotransmiter