You are on page 1of 9

disusun oleh Liana Srisawitri, S.Ked dan Adityo Budiarso, S.

Ked

Hernia merupakan protrusi abnormal dari jaringan atau organ melalui defek dari dinding
sekelilingnya. Hernia paling sering terjadi pada dinding abdomen, terutama pada daerah inguinal.
Diperkirakan bahwa 5% populasi akan mengalami hernia Hernia pada dinding abdomen terjadi
pada lokasi dengan aponeurosis dan fasia yang tidak dilapisi otot. Lokasi-lokasi ini antara lain
daerah inguinal, femoral, umbilikal, linea alba, bagian bawah garis semilunar, dan tempat yang
pernah dilakukan insisi. Hernia terdiri atas komponen kantung, isi, dan leher. Ukuran leher atau
orifisium hernia tidak berhubungan konsisten dengan ukuran kantung hernia.1

Suatu hernia dikatakan reponibel bila isinya dapat dikembalikan ke dalam rongga abdomen. Bila
isi hernia tidak dapat kembali ke dalam rongga abdomen, hernia dikatakan ireponibel atau
inkarserata. Hernia strangulata biasa terjadi pada hernia dengan orifisium yang kecil dan kantung
yang besar. Pada hernia strangulata terjadi gangguan aliran darah, dapat berupa gangguan aliran
arteri, vena, atau keduanya, pada komponen isi hernia akibat obstruksi pada bagian orifisium.
Salah satu predisposisi terjadinya obstruksi intestina dan strangulasi adalah terjadinya adhesi
antara komponen isi hernia dengan lapisan peritoneum dari kantung.1

Hernia Richter merupakan hernia yang berisi sebagian diameter sirkumferensial dari dinding
usus sehingga dapat terjadi keadaan strangulasi tanpa disertai obstruksi usus. Hernia juga
dibedakan menjadi hernia interna, hernia eksterna, dan hernia interparietal. Pada hernia eksterna,
isi hernia melewati seluruh lapisan dinding abdomen, sementara pada hernia interna, defek
terjadi pada dinding peritoneal sehingga terjadi protrusi usus. Pada hernia interparietal, isi hernia
berada di dalam lapisan muskuloaponeurotik dinding abdomen.1

Tata laksana definitif hernia inguinalis adalah tindakan pembedahan. Ditegakkannya diagnosis
merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan. Prinsip pembedahan pada hernia adalah
herniotomi dan herniorafi. Herniotomi adalah tindakan membuka dan melepaskan kantung
hernia, sedangkan herniorafi adalah tindakan memperbaiki dinding posterior kanalis inguinalis.
Pendekatan yang dapat digunakan dalam herniorafi antara lain open, preperitoneal, dan
laparoskopik.
Lokasi Hernia Abdominalis

Epidemiologi

Hernia pada daerah groin mencakup 75% dari seluruh hernia. Hernia inguinalis dibedakan
menjadi hernia inguinalis indirek dan direk. Pada hernia inguinalis indirek, kantung hernia
memasuki annulus inguinalis interna dan melalui annulus inguinalis eksterna menuju skrotum.
Sementara pada hernia inguinalis direk, kantung hernia terletak medial dari annulus inguinalis
interna. Dua pertiga kasus hernia inguinalis adalah jenis indirek. Hernia inguinalis indirek dan
direk juga dapat terjadi bersamaan. Laki-laki memiliki risiko 25 kali dibanding perempuan untuk
mengalami hernia inguinalis. Hernia inguinalis indirek lebih sering terjadi di sebelah kanan
karena penurunan testis sebelah kanan yang terjadi lebih lambat diikuti gangguan atrofi prosesus
vaginalis.1

Embriologi
Prosesus vaginalis adalah suatu struktur yang terbentuk pada bulan ketiga kehamilan, berupa
divertikulum peritoneal yang terdiri dari bagian transversal fasia endoabdominal. Pembentukan
gonad terjadi pada minggu kelima gestasi di sebelah anteromedial nephrogenic ridges. Pada
janin laki-laki, gonad dan skrotum dihubungkan oleh gubernakulum, sementara pada janin
perempuan, gonad dan labia dihubungkan oleh ligamentum rotundum. Pada bulan ketiga
kehamilan mulai terjadi penurunan gonad. Pada bulan ketujuh gestasi, testis mencapai annulus
inguinalis eksterna. Penurunan testis pada janin dipengaruhi oleh calcitonin gene-related peptide
(CGRP) yang dihasilkan melalui androgen fetal oleh saraf genitofemoral. CGRP juga
mempengaruhi penutupan prosesus vaginalis paten (PPV). Akan tetapi, proses penutupan ini
belum dipahami sepenuhnya. Pada bulan ketujuh kehamilan, testis mulai turun dari kanal dengan
dipandu oleh prosesus vaginalis.2

Penutupan Processus Vaginalis

Anatomi

Lapisan terluar dari daerah groin adalah kulit dan jaringan subkutan, Di bawahnya terdapat arteri
dan vena iliaka sirkumflexa superfisialis, epigastrika superfisialis, dan pudenda eksterna. M.
obliquus eksternus berada di bawah lapisan subkutan. Otot ini mengarah ke inferior dan medial.
Aponeurosis m. obliquus eksternus terdiri dari lapisan superfisial dan lapisan dalam.
Aponeurosis m. obliquus eksternus, bersama dengan aponeurosis m. obliquus internus dan m.
transversus abdominis membentuk anterior rectus sheath dan linea alba. Aponeurosis m.
obliquus eksternus juga merupakan batas superfisial dari kanalis inguinalis.1
Anatomi
Struktur Preperitoneal

Ligamentum inguinal (Poupart) merupakan bagian inferior dari aponeurosis m. obliquus


eksternus. Ligamen ini berjalan dari spina iliaka anterior superior menuju tuberkulum pubikum.
Ligamentum lakunar yang merupakan batas sebelah medial dari femoral space terbentuk dari
insersi ligamen inguinal ke pubis. Annulus inguinalis eksterna, tempat keluarnya korda
spermatikus dari kanalis inguinalis, merupakan pembukaan dari aponeurosis m. obliquus
eksternus yang terletak superior dan sedikit lateral dari tuberkulum pubikum.1

M. obliquus internus mengarah ke superior dan lateral pada abdomen bagian atas dan mengarah
transversal pada bagian inguinal. Otot ini merupakan batas superior dari kanalis inguinalis.
Aponeurosis m. obliquus internus sebelah medial bergabung dengan aponeurosis m. transversus
abdominis membentuk conjoined tendon. M. transversus abdomis berjalan transversal pada
hampir seluruh bagiannya. Kekuaran dan keutuhan otot ini dan aponeurosisnya berperan penting
dalam terjadinya hernia inguinalis. Batas bawah m. transversus abdominis bergabung dengan m.
obliquus internus membentuk arkus aponeurosis transversus abdominis. Fasia transversalis
adalah suatu lapisan jaringan ikat yang melapisi otot dinding abdomen dan merupakan
komponen dari inguinal floor.1

Aponeurosis m. transversus abdominis dan fasia pada batas atas femoral sheath berlanjut
menjadi traktus iliopubik. Krus inferior annulus inguinalis interna dibentuk oleh traktus ini,
sementara krus superiornya dibentuk oleh arkus aponeurosis m. transversus abdominis. Kanalis
inguinalis bermula dari annulus inguinalis interna dan berakhir pada annulus inguinalis eksterna.
Struktur ini berisi funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada
perempuan. Panjang kanalis inguinalis sekitar 4 cm dan terletak 2-4 cm kranial dari ligamentum
inguinale.1

Funikulus spermatikus terdiri dari otot kremaster, pembuluh darah testikularis dan kremaster,
cabang genital n. genitofemoral, vas deferens, pembuluh limfe, dan prosesus vaginalis.
Aponeurosis m. obliquus eksternus melapisi kanalis inguinalis secara superfisial. Dinding kanalis
inguinalis sebelah kranial dibentuk oleh otot dan aponeurosis m. obliquus internus serta m.
transversus abdominis. Dinding inferior kanalis inguinalis dibentuk oleh ligamentum inguinale
dan ligamentum lakunare. Dinding posterior atau “lantai” kanalis inguinalis terdiri atas fasia
transversalis dan aponeurosis m. transversus abdominis.1

Hernia direk terbentuk melalui segitiga Hesselbach, yaitu daerah yang dibatasi oleh pembuluh
darah epigastrika inferior di superolateral, rectus sheath di sebelah medial, danligamentum
inguinale di inferior. Hernia femoralis terjadi melalui kanalis femoralis. Kanalis femoralis adalah
daerah yang dibatasi oleh traktus iliopubik di sebelah anterior, ligamentum Cooper di sebelah
posterior, dan vena femoralis di sebelah lateral.1

Etiologi

Hernia inguinalis indirek disebabkan oleh obliterasi prosesus vaginalis yang inkomplit.
Pembentukan hernia inguinalis indirek juga dipengaruhi oleh peningkatan tekanan intra-
abdomen dan pembesaran annulus inguinalis interna. Bila hernia inguinalis indirek tidak ditata
laksana, akan terjadi dilatasi annulus inguinalis interna lebih lanjut dan kelemahan inguinal floor.
Hernia inguinalis indirek tahap lanjut dapat mencapai skrotum. Hernia inguinalis direk
disebabkan oleh kelemahan fasia transversalis di daerah Hesselbach. Beberapa bukti
menunjukkan bahwa hernia inguinal direk dapat berkaitan dengan gangguan sintesis atau
metabolisme kolagen, baik yang bersifat kongenital maupun didapat.3

Keadaan peningkatan tekanan intra-abdomen yang terjadi secara kronik dapat menyebabkan
progresi hernia. Kondisi-kondisi tersebut antara lain obesitas, kebiasaan mengangkat barang
berat, batuk, konstipasi (mengedan pada saat buang air besar), dan gangguan prostat (mengedan
saat buang air kecil). Keadaan lain yang berhubungan dengan progresi hernia antara lain sirosis
dengan asites, kehamilan, penggunaan continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD), dan
pembesaran atau keganasan organ pelvis. Kelemahan fasia transversalis yang disebabkan oleh
bertambahnya usia dan penyakit kronik mengakibatkan penurunan turgor jaringan pada daerah
Hesselbach.3

Klasifikasi

Klasifikasi hernia pada lipat paha menurut Nyhus adalah sebagai berikut.
Klasifikasi Hernia Lipat Paha Menurut Nyhus

Pemeriksaan Klinis

Gejala utama dari hernia inguinalis adalah benjolan atau pembengkakan pada daerah lipat paha.
Beberapa pasien mengeluhkan rasa nyeri yang muncul tiba-tiba dan penonjolan yang timbul saat
mengangkat benda berat atau mengedan. Rasa nyeri dapat menjalar hingga skrotum. Hernia
sering ditemukan pada pemeriksaan medis rutin. Gejala yang ditimbulkan oleh hernia inguinalis
direk lebih ringan dan kemungkinan terjadinya hernia inkarseta atau strangulata lebih kecil.
Gejala semakin memberat seiring membesarnya hernia.3

Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan yang dapat direposisi atau tidak dapat direposisi.
Pasien perlu diperiksa pada posisi berdiri dan berbaring. Identifikasi annulus inguinalis eksterna
dapat dilakukan dengan melakukan palpasi pada skrotum dengan jari pada superolateral
tuberkulum pubikum. Untuk menegakkan diagnosis hernia, pemeriksa harus merasakan adanya
protrusi jaringan pada annulus inguinalis eksterna saat pasien batuk. Hernia yang turun ke
skrotum hampir pasti merupakan suatu hernia inguinalis indirek. Pada pemeriksaan inspeksi saat
pasien berdiri dan mengedan, hernia direk tampak sebagai benjolan sirkular yang simetris dan
benjolan menghilang saat pasien berbaring. Sementara pada hernia indirek, benjolan tampak
berbentuk elips dan llebih sulit mengalami reposisi.3

Pada pemeriksaan palpasi, didapatkan dinding posterior kanalis inguinalis yang keras dan tegang
pada hernia indirek dan dinding yang relaks atau tidak teraba pada hernia direk. Bila jari
pemeriksa diletakkan pada annulus inguinalis eksterna dan terjadi protrusi saat pasien batuk,
pada hernia direk protrusi terjadi pada bagian samping jari sementara pada hernia indirek
protrusi dirasakan pada ujung jari. Pemeriksaan auskultasi dilakukan untuk menentukan ada
tidaknya komponen usus pada hernia.3

Pemeriksaan Hernia

Diagnosis Banding
Diagnosis Banding Hernia pada Daerah Lipat Paha

Hidrokel dapat dibedakan dengan hernia menggunakan pemeriksaan transiluminasi yang


hasilnya positif pada hidrokel. Cara lain untuk membedakan hidrokel dengan hernia adalah
dengan mencoba meraba batas atas benjolan. Batas atas hidrokel dapat teraba, namun pada
hernia batas atas tidak teraba. Pada perabaan, varikokel memberikan sensasi “bag of worms”.
Pada kondisi inflamasi seperti epididimoorkitis, nyeri hebat yang menjalar hingga skrotum
disertai tenderness dan pembesaran testis serta epididimis. Pada torsio testis, benjolan teraba
keras dan testis tidak teraba pada palpasi skrotum. Pada tumor testis didapatkan konsistensi yang
padat pada palpasi. Pada pseudohernia terjadi denervasi otot dinding abdomen, misalnya pada
pasien dengan polio sebelumnya, sehingga terjadi penonjolan otot dinding abdomen pada saat
pasien mengedan. Aneurisma arteri femoralis dapat dibedakan dengan dengan adanya denyut dan
bising yang kadang didapatkan.4

Daftar Pustaka

1. Malangoni MA, Rosen MJ. Hernias. Dalam: Townsend. Sabiston textbook of surgery. 18 th ed.
Saunders Elsevier; 2007.

2. Snyder CL. Inguinal hernias and hydroceles. Dalam: Comb GW, Murphy JP. Aschraft’s
pediatric surgery. 5th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.p.669

3. Doherty GM. Current surgical diagnosis and treatment. 12th ed. McGraw-Hill; 2006.
4. Richard AT, Quinn TH, Fitzgibbons RJ. Abdominal wall hernias. Dalam: Mulholland MW,
Lillemoe KD, Doherty GM, Maier RV, Upcurch GR. Greensfield’s surgery: scientific principles
and practice. 4th ed. Lippincott Williams & Wilkins; 2006.

You might also like