You are on page 1of 22

DASAR TEORI

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar yang cocok. Salep tidak berbau
tengik (Anief, 2006).
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar
(Depkes, 1979).
Dalam pembuatan salep, harus memperhatikan peraturan-peraturan pembuatan salep, yaitu
diantaranya :

 Peraturan Salep Pertama (zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak, dilarutkan
kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan)

 Peraturan Salep Kedua (bahan-bahan yang dapat larut dalam air. Jika tidak ada peraturan-
peraturan lain, dilarutkan terlebih dahulu kedalam air, asalkan jumlah air yang
dipergunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep : jumlah air yang dipakai dikurangi
dari basis)

 Peraturan Salep Ketiga (bahan-bahan yang sukar atau hanya dapat larut dalam lemak dan
dalam air harus diserbukkan dahulu, kemudian diayak dengan ayakan no 40)

 Peraturan Salep Keempat (salep-salep yang dibuat dengan cara mencairkan, campurannya
harus digerus sampai dingin) (Depkes, 1979).

Adapun pada dasarnya salep yang baik mengandung kualitas yang baik pula. Kualitas dasar salep
yang baik adalah :

 Mudah dipakai
 Lunak, harus halus dan homogen
 Dasar salep yang cocok
 Dapat terdistribusi secara merata
 Stabil, tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban dan harus bebas dari inkompatibilitas
selama pemakaian (Syamsuni, 2006).

Salep harus homogen dan ditentukan dengan cara salep dioleskan pada kaca/bahan transparan
lainnya yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen (Anief, 2006).
Dasar salep/basis salep dibagi menjadi :

 Dasar Salep Hidrokarbon (berminyak)

contoh : Vaselin Album, Vaselin flavum, Parafin Encer

 Dasar Salep Serap (Absorbsi)

contoh : Adeps Lanae, Hidrophylic Petrolatum

 Dasar Salep Tercuci


contoh : PEG

 Dasar Salep Emulsi

Tipe A/M = Lanolin


Tipe M/A = Vanishing Cream (Anief, 2012).

Menurut efek terapinya, salep terbagi menjadi:

 Salep Epidermic (Salep Penutup)

Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindungi kulit dan
menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak diabsorbsi. Kadang-kadang ditambahkan
antiseptik, adstrigen untuk meredakan rangsangan. Dasar salep yang terbaik adalah senyawa
hidrokarbon (vaselin).

 Salep Endodermic

Salep dimana obatnya menembus kedalam, tetapi tidak melalui kulit dan terabsorbsi
sebagian. Untuk melunakkan kulit atau selaput lendir diberi lokal iritan. Dasar salep yang baik
adalah minyak lemak.

 Salep Diadermic

Salep dimana bahan obatnya menembus kedalam melalui kulit dan mencapai efek yang
diinginkan karena diabsorbsi sepenuhnya, misalnya pada salep yang mengandung senyawa
Mercuri, Iodida dan Belladone. Dasar salep yang baik adalah Adeps Lanae dan Oleum Cacao
(Ansel, 1989).

II. DASAR TEORI


Salep adalah sediaan setengah padat yang dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam
dasar slep yang cocok. Pemerian tidak boleh tengik. Kadar kecuali dikatakan
lain dan untuk salep yang menggunakan obat keras atau obat narkotik, kadar
bahan obat adalah 10 %.

(Anonim, 1997)

Salep (unguents) adalah preparat setengah padatuntuk pemakaian luar


yang dimaksud kan untuk pemakaian pada mata dibuat khusus dan disebut
salep mata. Salep dapat mengandung obat atau tidak mengan dung obat,
yang disebutkan terakhir biasanya dikatakan sebagai Dasar Salep (basis
oipment) dan digunakan sebagai pembawa dalam penyiapan salep yang
mengandung obat.
Dasar salep digolongkan kedalam 4 kelompok besar, yaitu :
1. Dasar Salep Hidrokarbon
Bersifat lemak (bebas air), preparat yang berair mungkin dapat
dicampurkan hanya dalam jumlah sedikit saja. Dasar Hidrokarbon dipakai
terutama untuk efek emolien.
2. Dasar Salep Absorpsi
Dapat menjadi dua tipe :
- Memungkinkan percampuran larut berair
- Yang sudah menjadi emulsi air minyak
3. Dasar Salep Yang Dapat Dibersihkan Dengan Air
Merupakan emulsi minyak dalam air yang dapat dicuci dari kulit dan
pakaian dengan air.

4. Dasar Salep Larut Air


Basis yang larut dalam air, biasanya disebut sebagai Grea Seless karena
tidak mengandung bahan berlemak.

Pemilihan Dasar Salep


Pemilihan dasar salep untuk dipakai dalam formulasi dari salep
tergantung pada pemikiran yang cermat atas sejumlah faktor-faktor termasuk
:
a. Laju pelenglepasan yang diinginkan bahan obat dari dasar salep.
b. Keinginan peningkatan oleh dasar salep absorpsi perlakuan dari obat.
c. Kelayakan melindungi lembab dari kulit oleh dasar salep.
d. Jangka lama dan pendeknya obat stabil dalam dasar salep.
e. Pengaruh obat bila ada terhadap kekentalan atau hal lainnya dari dasar salep.

(Ansel, 1989)

Berdasarkan komposisi salep, dibedakan menjadi :


a) Dasar salep hidrokarbon : vaselin putih, vaselin kuning, campuran malam
putih dan kuning, paraffin encer, paraffin padat, jelene, minyak tumbuh-
tumbuhan.
b) Dasar salep serap ( dapat menyerap air ) : adeps lanae, lanoline, unguentum
simplek ( 30 bag.malam kuninng dan 70 bag.minyak wijen ), hidroplhic
petrolatum.
c) Dasar salep dapat dicuci dengan air : dasar salep emulsi tipe M/A, emulsifying
ointment
d) Dasar salep yang larut dalam air : terdiri dari PEG atau campuran PEG
( Anief, 1987 )

Pembuatan Salep
Baik adalam ukuran besar maupun kecil, salep dibuat dengan dua metode
umum, yaitu :
o Pencampuran
Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur bersama-
sama dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai. Pada sekala kecil
seperti resep yang dibuat tanpa persiapan, ahli farmasi dapat mencampur
komponen-komponen dari salep dalam lumpang dengan sebuah alu atau
dapat juga menggunakan sudip dan lempeng salep (gelas yang besar atau
porselen) untuk menggerus bahan bersama-sama. Beberapa lempeng salep
dari gelas adalah gelas penggiling, supaya dapat lebih hancur pada proses
penggerusan.
o Peleburan
Dengan metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep
dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan dengn pengadukan
yang konsten sampai mengental. Komponen-komponen yang tidak dicairkan
biasanya ditambahkan pada campuran yang telah mengental setelah
didinginkan dan diaduk. Tentu saja bahan-bahan yang mudah menguap
ditambahkan terakhir bila temperature dari campuran telah cukup rendah
tidak meyebabkan penguraian atau penguapan dari komponen. Banyak
bahan-bahan ditambahkan pada campuran yang membeku dalam bentuk
larutan, yang lain penambahan sebagai serbuk yang tidak larut, biasanya
digerus dengan sebagian dasar salep. Dalam skala kecil proses peleburan
dapat dilakukan pada cawan porselen atau gelas beker; pada skla besar
umumnya dilaksanakan hetel uap berjaket; sesaat setelah membeku; salep
dimasukkan melalui gilingan salep (dalam pabrik skala besar) atau digosok-
gosokan dengan lumpang (pada pembuatan skala kecil) untuk memastikan
homogenitasnya.

o Pengawetan Salep
Sering memerlukan penambahan pengawet kimia sebagai antimikroba
pada formulasi untuk mencegah prtumbuhan mikroorganisme yang
terkontaminasi. Pengawet-pengawet ini termasuk hidroksibenzoat, fenol-fenol
, asam benzoat, asam sorbet, garam ammonium kuartener, dan campuran
lainnya.
(Ansel, 1989)

o Rute Penetrasi
Bila suatu system obat digunakan secara topical maka obat akan keluar
dari pembawanya yang berdifusi kepermukaan jaringan kulit. Ada tiga jalan
masuk yang utama :
- Melalui daerah kantung rambut.
- Melalui kelenjar keringat.
- Melalui stratum korneum yang terletak diantara kelenjar keringat dan
kantung rambut.
o Metode Pengkajian
Pada metode pengkajian ini dapat dibagi menjadi dua teknik, yaitu :

Teknik In Vitro
Teknik In Vitro, yang terpenting untuk mengkaji penetrasi kulit, meliputi
penggunaan beberapa macam sel difusi dimana kulit binatang atau manusia
terikat pada suatu tempat, dan senyawa-senyawa yang lewat dari permukaan
epidermis ketempat cairan diukur.
Teknik In Vivo
Teknik In Vivo, yang terpenting adalah teknik histologis, penggunaan
perunut, analisis jaringan dan cairan tubuh serta pembawa respon-respon
biologis.

(Lachman, 1994)
DASAR TEORI
I.Definisi Salep

1. Menurut FI edisi III

Salep adalah sedian setengan padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat Luar.

Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen kedalam dasar salep yang cocok.

2. Menurut FI edisi IV

Salep adalah sedian setengan padat yang ditujukan untuk pemakaian topical kulit atau selaput

lendir . salep tidak booleh berbau tengik kecuali dinyatakan lain, kadar bahan obat dalam salep

mengandung obat keras narkotika adalah 10 %.

II. Peraturan Pembuatan Salep Menurut F. Van Duin :

1. Peraturan salep pertama

“zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak, dilarutkan ke dalamnya, jika perlu dengan

pemanasan”.

2. Peraturan salep kedua

“bahan-bahan yang larut dalam air, jika tidak ada peraturan lain, dilarutkan lebih dahulu dalam air,

asalkan jumlah air yang dipergunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep dan jumlah air

yang dipakai, dikurangi dari basis salepnya”

3. Peraturan salep ketiga

“bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagaian dapat larut dalam lemak dan air harus diserbukkan

lebih dahulu, kemudian diayak dengan pengayak No.60”

4. Peraturan keempat
“salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin”

bahan-bahan yang ikut dilebur, penimbangannya harus dilebihkan 10-20% untuk mencegah

kekurangan bobotnya.

III.Persyaratan salep Menurut FI III

1. Pemerian : tidak boleh berbau tengik

2. Kadar : kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau narkotik,

kadar bahan obat adalah 10%.

3. Dasar salep: kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis salep) digunakan vaselin

putih (vaselin album). Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian salep, dapat dipilih

beberapa bahan dasar salep sebagai berikut :

a.Dasar hidrokarbon : vaselin putih, vaselin kuning (vaselin flavum), malam putih (cera album),

malam kuning (cera flavum), atau campurannya.

b.Dasar Serap : lemak bulu domba (adeps lanae), campuran 3 bagian kolesterol, 3 bagian stearil-

alkohol, 8 bagian mala putih dan 86 bagian vaselin putih, campuran 30 bagian malam kuning dan

70 bagian minyak wijen.

c.Dasar Yang dapat dicuci dengan air, misalnya emulsi minyak dalam air (M/A).

d.Dasar Yang dapat larut dalam air, misalnya PEG atau campurannya.

4. Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus

menunjukkan susunan yang homogen.

IV. Penggolongan salep

1. Menurut konsistensinya salep dapat dibagi :

a.Unguenta : salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu

biasa, tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga.


b.Cream (krim) : salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit, suatu tipe yang dapat

dicuci dengan air.

c.Pasta : salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk), suatu salep tebal, karena

merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diolesi.

d. Cerata : salep berlemak yang mengandung persentase lilin (wax) yang tinggi

sehingga konsistensinya lebih keras (ceratum labiale)

e. Gelones/spumae/jelly : salep yang lebih halus, umumnya cair dan sedikit mengandung

atau tanpa mukosa, sebagai pelicin atau basisnya terdiri atas campuran sederhana dari minyak

dan lemak dengan titik lebur rendah. Contoh : starch jellies (10% amilum dengan air mendidih).

2. Menurut farmakologi / teraupetik dan penetrasinya, salep dapat dibagi :

a. Salep epidermis (epidermic ointment ; salep penutup) guna melindungi kulit dan

menghasilkan efek lokal, tidak diabsorpsi, kadang-kadang ditambahkan antiseptik, astringensia

untuk meredakan rangsangan atau anestesi lokal. Ds yang baik adalah ds. senyawa hidrokarbon.

b. Salep endodermis : salep bahan obatnya menembus kedalam kulit, tetapi tidak melalui

kulit, terabsorpsi sebagaian, digunakan untuk melunakkan kulit atau selaput lendir. Ds yang

terbaik adalah minyak lemak.

c. Salep diadermis : salep yang bahan obatnya menembus kedalam tubuh melalui kulit dan

mencapai efek yang diinginkan, misalnya salep yang mengandung senyawa merkuri iodida.

3. Menurut dasar salepnya, salep dapat dibagi :

a. Salep hidrofobik yaitu salep yang tidak suka air atau salep dengan dasar salep berlemak

(greasy bases) tidak dapat dicuci dengan air, misalnya : campuran lemak-lemak minyak lemak,

malam

b. Salep hidrofilik yaitu salep yang suka air atau kuat menarik air, biasanya ds. Tipe M/A
4. Menurut Formularium Nasional (Fornas)

a. Dasar salep 1 (ds. senyawa hidrokarbon)

b. Dasar salep 2 (ds. serap)

c. Dasar salep 3 (ds. yang dapat dicuci dengan air atau ds. emulsi M/A)

d. Dasar salep 4 (ds. yang dapat larut dalam air).

V. Kualitas dasar salep

Kualitas dasar salep yang baik adalah :

1. Stabil, tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembapan dan selama dipakai harus bebas dari

inkompatibilitas.

2. Lunak, harus halus, dan homogen

3. Mudah dipakai

4. Dasar salep yang cocok

5. Dapat terdistribusi secara merata

VI. Cara pembuatan salep ditinjau dari zat khasiat utamanya

1. Zat padat

a. Zat padat dan larut dalam dasar salep

1. Camphorae

Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan didalam pot salep tertutup (jika tidak

dilampaui daya larutnya)

Jika dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol. sesami), camphorae dilarutkan lebih dahulu

dalam minyak tersebut


Jika dalam resep terdapat salol, menthol, atau zat lain yang dapat mencair jika dicampur

(karena penurunan titik eutektik), camphorae dicampurkan supaya mencair, baru ditambahkan

dasar salepnya

Jika camphorae itu berupa zat tunggal, camphorae ditetesi lebih dahulu dengan eter atau

alkohol 95%, kemudian digerus dengan dasar salepnya.

2. Pellidol

Larut 3% dalam dasar salep, pellidol dilarutkan bersama-sama dengan dasar salepnya yang

dicairkan (jika dasar salep disaring tetapi jangan lupa harus ditambahkan pada penimbangannya

sebanyak 20% ).

Jika pellidol yang ditambahkan melebihi daya larutnya, maka digerus dengan dasar salep

yang mudah dicairkan.

Jika kelarutannya tidak dilampaui, kerjakan seperti pada camphorae

Larutkan dalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada unguentum iodii dari Ph. Belanda V.

Ditetesi dengan etanol 95% sampai larut, baru ditambahkan dasar salepnya

b. Zat padat larut dalam air

1. Protargol

Taburkan diatas air, diamkan ditempat gelap selama ¼ jam sampai larut

Jika dalam resep terdapat gliserin, tambahkan gliserin tersebut, baru ditambahkan airnya dan

tidak perlu ditunggu ¼ jam lagi karena dengan adanya gliserin, protargol atau mudah larut.

2. Colargol

Dikerjakan seperti protargol

3. Argentum nitrat (AgNO3)


Walaupun larut dalam air, zat ini tidak boleh dilarutkan dalam air karena akan meninggalkan

bekas noda hitam pada kulit yang disebabkan oleh terbentuknya Ag2O, kecuali pada resep obat

wasir.

4. Fenol/fenol

Sebenarnya fenol mudah larut dalam air, tetapi dalam salep tidak dilarutkan karena akan

menimbulkan rangsangan atau mengiritasi kulit dan juga tidak boleh diganti dengan Phenol

liquifactum (campuran fenol dan air 77-81,5% FI ed.III).

c. Bahan obat yang larut dalam air tetapi tidak boleh dilarutkan dalam air, yaitu :

Ø Argentum nitrat : stibii et kalii tartras

Ø Fenol : oleum iocoris aselli

Ø Hydrargyri bichloridum : zink sulfat

Ø Chrysarobin : antibiotik (misalnya penicilin)

Ø Pirogalol : chloretum auripo natrico.

d. Bahan yang ditambahkan terakhir pada suatu massa salep :

1. Ichtyol

Jika ditambahkan pada massa salep yang masih panas atau digerus terlalu lama, akan terjadi

pemisahan.

2. Balsem-balsem dan minyak yang mudah menguap.

Balsem merupakan campuarn damar dan minyak mudah menguap ; jika digerus terlalu lama,

damarnya akan keluar.

3. Air

Ditambahkan terakhir karena berfungsi sebagai pendingin; disamping itu, untuk mencegah

permukaan mortir menjadi licin.


4. Gliserin

Harus ditambahkan ke dalam dasar salep yang dingin, karena tidak bisa bercampur dengan bahan

dasar salep yang sedang mencair dan harus ditambahkan sedikit demi sedikit karena tidak mudah

diserap oleh dasar salep.

5. Marmer album

Dimasukkan terakhir karena dibutuhkan dalam bentuk kasar, yang akan memberikan pengaruh

percobaan pada kulit.

6. Zat padat tidak larut dalam air

Umumnya dibuat serbuk halus dahulu, misalnya :

Ø Belerang (tidak boleh diayak)

Ø Ac. Boricum (diambil bentuk yang pulveratum)

Ø Oxydum zincicum (diayak dengan ayakan No. 100/B40).

Ø Mamer album (diayak dengan ayakan No.25/B10)

Ø Veratrin (digerus dengan minyak, karena jika digerus tersendiri akan menimbulkan bersin).

2. Zat cair

a. Sebagai pelarut bahan obat

1. Air

Terjadi reaksi

Contohnya, jika aqua calcis bercampur dengan minyak lemak akan terjadi penyabunan sehingga

cara penggunaannya adalah dengan diteteskan sedikit demi sedikit kemudian dikocok dalam

sebuah botol bersama dengan minyak lemak, baru dicampur dengan bahan lainnya.

Tak terjadi reaksi

o Jumlah sedikit : teteskan terakhir sedikit demi sedikit


o Jumlah banyak : diuapkan atau diambil bahan berkhasiatnya saja dan berat airnya diganti

dengan dasar salepnya

2. Spiritus/etanol/alkohol

- Jumlah sedikit : teteskan terakhir sedikit demi sedikit

- Jumlah banyak :

o Tahan panas : Tinct. Ratanhiae, panaskan diatas tangas air sampai sekental sirop atau sepertiga

bagian.

o Tak tahan panas :

- Diketahui pembandingnya, maka diambil bagian-bagiannya saja, misalnya tinct. iodii

- Tak diketahui pembandingnya, teteskan terakhir sedikit demi sedikit

- Jika dasar salep lebih dari 1 macam, harus diperhitungkan menurut perbandingan dasar salepnya.

3. Cairan kental

Umumnya dimasukan sedikit demi sedikit. Contohnya : gliserin, pix lithantratis, pix liquida,

balsem peruvianum, ichtyol, kreosot.

3. Bahan berupa ekstrak/extractum

1. Extractum sicccum /kering

Umumnya larut dalam air, maka dilarutkan dalam air, dan berat air dapat dikurangkan dari dasar

salepnya

2. Extractum spissum/kental

Diencerkan dahulu dengan air atau etanol

3.Extractum liquidum

Dikerjakan seperti pada cairan dengan spiritus.

4. Bahan-bahan lain
1. Hydrargyrum

Gerus dengan adeps lanae dalam lumpang dingin, sampai halus (<20 atau="" dan="" g=""

gunakan="" h.belanda="" mengandung="" misalnya="" nbsp="" nguentum="" ortio="" resep=""

span="" standar="" yang="" ydrargyri="">

2. Naphtolum

Dapat larut dalam sapo kalicus, larutkan dalam sapo tersebut. Jika tidak ada sapo, dikerjakan

seperti Camphorae. Mempunyai D.M/T.M untuk obat luar.

3. Bentonit

Serbuk halus yang dengan air akan membentuk massa seperti salep.

3.RESEP
Dr.Anton
SIP. 921/101/2010
Jalan. Timah. No 70
No. 030 tgl 19 10 2015

R/ Salep 24 10

m.f. unguentum
s.u,.e

pro : Rina
umur : Dewasa
alamat : Jalan lintas timur

A. Monografi Asam salisilat

A s a m S a l i s i l a t ( )
Asam salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% .Pemerian hablur ringan tidak berwarna atau
serbuk berwarna putih; hampir tidak berbau;rasa agak manis dan tajam. Kelarutan Larut
dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagianetanol (95%) P; mudah larut dalam
kloroform P dan eter P; larut dalam amonium asetat P , d i n a t r i u m h i d r o g e n f o s f a t
P , k a l i u m s i t r a t P d a n n a t r i u m s i t r a t P . I d e n t i f i k a s i : A . Menunjukkan reaksi
Salisilat yang tertera pada reaksi identifikasi.B. Larutkan bereaksi asam terhadap
larutan merah metil P. Suhu lebur antara dan . Penyimpanandalam wadah tertutup baik,
khasiat dan penggunaan keratoli tikum, anti fungi (Anonim, 1979).B e r d a s a r k a n
pemeriksaan organoleptis, asam salisilat berasa asam, tidak
b e r b a u , berwarna putih, dan berbentuk serbuk halus. Larut dalam alcohol 96% dan tidak
larutdalam aqua dan kloroform, menurut kelompok kami tidak larut dalam air karena kadar
air yang diberikan hanya sedikit dan kloroform yang diberikan tidak pekat. Dan
rasanya berbeda mungkin karena penyimpanan bahan sudah tercampur dengan bahan lain.

B. Monografi Sulfur

Nama resmi sulfur adalah SULFUR PRAEPITATUM. Nama lainnya adalah belerang endap.
Pemerian serbuk lembek, bebas butiran, kuning pucat, atau kuniong kehijauan pucat.
Kelarutanya praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut karbon disulfide p, sukar larut
dalam minyak zaitun p, sangat sukar larut dalam etanol (95%) p. Penyimpanan dalam wadah
tertutup baik. k/p antiskabies yaitu digunakan untuk mengobati penyakit scabies.

C. Monografi Vaselin
Nama resminya VASELINUM ALBUM . nama lainnya adalah vaselin putih. Pemerian masa
lunak, lengket, bening, putih, sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin
tanpa diaduk. Kelarutan praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 95% P. larut dalam
klorofom P. dalam eter P. dalam eter minyak tanah p. larutan kadang-kadang berpotensi lemak.
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik Penggunaan zat tambahan (penambah volume sediaan)

DASAR TEORI
A. Landasan Teori

Menurut FI IV salep adalah sediaan setngah padat


Pada penyakit kulit, obat yang digunakan berupa salep, krim atau lotion (kocokan). Kulit
yang utuh dan sehat sukar sekali ditembus obat, tetapi resorpsi berlangsung lebih mudah bila ada
kerusakan. Efek sistemis yang menyusul kadang-kadang berbahaya, seperti dengan
kortikosteroida (kortison, betameson, dan lain-lain), terutama bila digunakan dengan cara occlusi,
artinya ditutup dengan plastik. Reseorpsi dapat diperbaiki pula dengan tambahan zat-zat keratolis
dengan daya melarutkan lapisan tanduk kulit, misalnya asam salisilat, urea dan resorsin 3% (Ansel,
1989).
Salep biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube. Botol dapat dibuat dari gelas
tidak berwarna, warna hijau, amber atau biru atau buram dan porselen putih. Botol plastik juga
dapat digunakan. Wadah dari gelas buram dan berwarna berguna untuk salep yang mengandung
yang peka terhadap cahaya. Tube dibuat dari kaleng atau plastik, beberapa diantaranya diberi
tambahan kemasan dengan alat bantu khusus bila salep akan digunakan untuk dipakai melalui
rektum, mata, vagina, telinga atau hidung (Anif, 1993).

Pembahasan

Salep merupakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispend homogen dalam dasar salep yang cocok. Pemerian
Tidak boleh berbau tengik. Kadar kecuali dinyatakan lain dan untuk salap yang mengandung obat
keras atau obat narkotik , kadar bahan obat adalah 10 %. Dasar salap, kecuali dinyatakan sebagai
bahan dasar digunakan Vaselin putih Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian, dapat
dipilih salah satu bahan dasar berikut: (a) dasar salep senyawa hidrokarbon Vasellin putih, vaselin
kuning atau campurannya dengan malam putih, dengan Malam kuning atau senyawa hidrokarbon
lain yang cocok; (b) dasar salep serap lemak bulu domba : campuran 8 bagian kolesterol 3 bagian
3 bagian stearik alcohol 8 bagian malam putih dan 8 bagian vaselin putih,
campuran 30 bagian Malam kuning dan 70 bagian Minyak Wijen; (c) dasar salep yang dapat dicuci
dengan air. Emulsi minyak dan air; (d) dasar salep yang dapat larut dalam air Polietilenglikola atau
campurannya. Homogenitas jika dioleskan pada sekeping kaa atau bahan transparan lain yang
cocok.
campuran 30 bagian Malam kuning dan 70 bagian Minyak Wijen; (c) dasar salep yang dapat dicuci
dengan air. Emulsi minyak dan air; (d) dasar salep yang dapat larut dalam air Polietilenglikola atau
campurannya. Homogenitas jika dioleskan pada sekeping kaa atau bahan transparan lain yang
cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen. Pada pembuatan salep kali ini, zat utamanya
yaitu Asam Salisilat perlu dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan etanol. Hal ini
dilakukan karena Asam Salisilat memiliki bentuk hablur atau berbentuk seperti jarum-jarum,
sehingga perlu dilarutkan terlebih dahulu untuk memperkecil partikelnya. Pada saat pembuatan
salep, bahan-bahan yang telah dilebur di atas penangas air harus didinginkan dahulu sampai
mencapai suhu kira-kira 50oC. Hal ini perlu agar suhu basis salep dengan zat aktif yang akan
dicampurkan tidak terlalu jauh. Perbedaan suhu yang terlalu besar (terlalu panas) dikhawatirkan
dapat merusak zat aktif dari salep yang akan dibuat. Selain itu, proses pendinginan juga dapat
membuat massa basis salep yang tadinya encer menjadi lebih kental, sehingga proses pencampuran
semua bahan nantinya tidak memakan waktu terlalu lama.

Pembuatan salep tidak memerlukan penambahan bahan pengawet. Hal ini dikarenakan
bahan-bahan yang ada di dalam salep tidak mengandung air. Tetapi untuk berjaga-jaga, dapat pula
ditambahkan bahan pengawet yang cocok.
Resep standar salep 2-4, yakni: (a) sulfur praecipetatum / belerang endap mempunyai sifat
germisida, fungisida, parasitisida dan juga mempunyai efek keratolitika. Hal yang perlu
diperhatikan: hindarkan kontak dengan mata, mulut dan mukosa; (b) asam salisilat. Mempunyai
sifat keratolitik, yang dapat melunakkan kulit sehingga dapat melunakkan kulit sehingga dapat
membantu penyerap obat lain dan fungsida yang lemah. Efek yang tidak diinginkan; iritasi kulit;
(c) kelarutan As. Salisilat ; larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol; (d) kelarutan
Sulfur Praecipetatum praktis tidak larut dalam air,sanat sukar larut dalam etanol.
Agar tujuan pengobatan dapat tercapai pembuatan salep harus mengikuti peraturan seperti
yang tercantum pada FI ed. II ada 4 peraturan dasar pembuatan salep, yaitu : (1) zat-zat yang dapat
larut dalam lemak, dilarutkan dulu kedalamnya. Bila perlu dengan pemanasan; (2) zat- zat yang
larut dalam air, jika tidak dinyatakan lain , dilarutkan dalam air asalkan jumlah air dapat diserap
oleh dasar salep.jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis salep; (3) zat – zat yang sukar larut
atau sebagian larut dalam air atau lemak, bila tidak dinyatakan lain dilarutkan dengan etanol lalu
diserbukkan, kemudian di ayak dengan pengayak no.44 / B. 40; (4) salep yang dibuat dengan jalan
mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin. Pemeriannya : tidak boleh berbau tengik.
Kadar : bila tidak dinyatakan lain salep yang mengandung obat keras atau narkotik, kadar bahan
obat adalah 10%. Homogenitas : Jika di oleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain
yang cocok harus menunjukkan susunan yang homogen .
Kemasan pada sediaan salep ada bermacam-macam bentuk. Salah satunya adalah pot salep,
seperti yang dipakai pada praktikum ini. Etiket yang digunakan pada sediaan ini adalah etiket biru,
sebab sediaan salep (unguents) ditujukan untuk pemakaian luar pada tubuh.
Uraian Baha
1. Salep 24 (FN. Hal 13)
Nama resmi : ACIDI SALICYCILICI. SULFURIS UNGUANTUM
Sinonim : salep asam salisilat. Belerang. Salep 24.
Komposisi : tiap log mengandumg
· Acidum salicylicum 200 mg
· Sulfur 400 mg
· Vaseline alba hingga 10 mg
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Dosis : 3 sampai 4 kali sehari. Dioleskan

ACIDUM SALICYLICUM (FI. Edisi III. Hal 56)


Nama resmi : ACIDUM SALICYLICUM
Sinonim : asam salisilat
Rumus molekul: C7H6O3
Pemerian : hablur ringan tidak berwarna atau serbuk warna putih hampir tidak
berbau, rasa agak manis dan tajam.
Kelarutan : larut dalam 550 bagian air, dan dalam 4 bagian etanol (95%)p, mudah
larut dalam klorofom p, dan dalam eter p, larut dalam larutan ammonium asetat p, dinatrium
hydrogen fosfat p, kalium sitrat dan natrium sitrat.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
K/p : keratolikum yaitu obat yang digunakan pada kulit atau keratin atau epitel
tanduk, menimbulkan dehidrasi atau pelunakan. Mengembang dan dekswamasi dari lapisan
tanduk dan epidermis. Antijamur, yaitu obat yang digunakan untuk membunuh atau
menghilangkan jamur.
3. SULFUR (FI. Edisi III. Hal. 591)
Nama resmi : SULFUR PRAEPITATUM
Sinonim : belerang endap
Pemerian : serbuk lembek, bebas butiran, kuning pucat, atau kuniong kehijauan pucat.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut karbon disulfide p, sukar larut
dalam minyak zaitun p, sangat sukar larut dalam etanol (95%) p.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
k/p : antiskabies yaitu digunakan untuk mengobati penyakit scabies.

4. VASELINUM ALBA (FI. Edisi III. Hal. 633)


Nama resmi :VASELINUM ALBUM
Sinonim : vaselin putih
Pemerian : masa lunak, lengket, bening, putih, sifat ini tetap setelah zat
dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 95% P. larut dalam
klorofom P. dalam eter P. dalam eter minyak tanah p. larutan kadang-kadang berpotensi lemak.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Penggunaan : zat tambahan (penambah volume sedia

Definisi

Menurut Farmakope Indonesia edisi III


Ointment (Unguentum) adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogeny dalam dasar salep yang cocok.

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV


Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput
lendir.

Menurut Pharmaceutics edited by M. E.Aulton


Ointments are greasy, semisolid preparations, often anhydrous and containing dissolved or
dispersed medicaments.

Menurut pharmaceutical Practice by D. M. Collet


Ointment are greasy preparations, the base is usually anhydrous and immiscible with skin
secretions.

Karakteristik Salep
1. Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen,
sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.
3. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang palintg mudah dipakai dan dihilangkan
dari kulit.
4. Dasar salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat
yang dikandungnya.
5. Terdistribusi secara merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair
pada pengobatan. (Ilmu Resep Teori, hal 42)
Suatu dasar salep yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

1. Tidak menghambat proses penyembuhan luka/penyakit pada kulit tersebut.


2. Di dalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental.
3. Tidak merangsang kulit.
4. Reaksi netral, pH mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7.
5. Stabil dalam penyimpanan.
6. Tercampur baik dengan bahan berkhasiat.
7. Mudah melepaskan bahan berkhasiat pada bagian yang diobati.
8. Mudah dicuci dengan air.
9. Komponen-komponen dasar salep sesedikit mungkin macamnya.
10. Mudah diformulasikan/diracik
11. Tidak menghambat proses penyembuhan luka/penyakit pada kulit tersebut.
12. Di dalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental.
13. Tidak merangsang kulit.
14. Reaksi netral, pH mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7.
15. Stabil dalam penyimpanan.
16. Tercampur baik dengan bahan berkhasiat.
17. Mudah melepaskan bahan berkhasiat pada bagian yang diobati.
18. Mudah dicuci dengan air.
19. Komponen-komponen dasar salep sesedikit mungkin macamnya.
20. Mudah diformulasikan/diracik

Kelebihan Salep

 Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit.

 Sebagai bahan pelumas pada kulit.

 Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan
berair dan rangsang kulit.
 Sebagai obat luar

Kekurangan Salep
 Berdasarkan basis :
1. Kekurangan basis hidrokarbon
Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci ga sulit di
bersihkan dari permukaan kulit.
2. Kekurangan basis absorpsi :
Kurang tepat bila di pakai sebagai pendukung bahan bahan antibiotik dan bahan bahan kurang
stabil dengan adanya air
Mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air .

You might also like