Professional Documents
Culture Documents
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar yang cocok. Salep tidak berbau
tengik (Anief, 2006).
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar
(Depkes, 1979).
Dalam pembuatan salep, harus memperhatikan peraturan-peraturan pembuatan salep, yaitu
diantaranya :
Peraturan Salep Pertama (zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak, dilarutkan
kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan)
Peraturan Salep Kedua (bahan-bahan yang dapat larut dalam air. Jika tidak ada peraturan-
peraturan lain, dilarutkan terlebih dahulu kedalam air, asalkan jumlah air yang
dipergunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep : jumlah air yang dipakai dikurangi
dari basis)
Peraturan Salep Ketiga (bahan-bahan yang sukar atau hanya dapat larut dalam lemak dan
dalam air harus diserbukkan dahulu, kemudian diayak dengan ayakan no 40)
Peraturan Salep Keempat (salep-salep yang dibuat dengan cara mencairkan, campurannya
harus digerus sampai dingin) (Depkes, 1979).
Adapun pada dasarnya salep yang baik mengandung kualitas yang baik pula. Kualitas dasar salep
yang baik adalah :
Mudah dipakai
Lunak, harus halus dan homogen
Dasar salep yang cocok
Dapat terdistribusi secara merata
Stabil, tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban dan harus bebas dari inkompatibilitas
selama pemakaian (Syamsuni, 2006).
Salep harus homogen dan ditentukan dengan cara salep dioleskan pada kaca/bahan transparan
lainnya yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen (Anief, 2006).
Dasar salep/basis salep dibagi menjadi :
Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindungi kulit dan
menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak diabsorbsi. Kadang-kadang ditambahkan
antiseptik, adstrigen untuk meredakan rangsangan. Dasar salep yang terbaik adalah senyawa
hidrokarbon (vaselin).
Salep Endodermic
Salep dimana obatnya menembus kedalam, tetapi tidak melalui kulit dan terabsorbsi
sebagian. Untuk melunakkan kulit atau selaput lendir diberi lokal iritan. Dasar salep yang baik
adalah minyak lemak.
Salep Diadermic
Salep dimana bahan obatnya menembus kedalam melalui kulit dan mencapai efek yang
diinginkan karena diabsorbsi sepenuhnya, misalnya pada salep yang mengandung senyawa
Mercuri, Iodida dan Belladone. Dasar salep yang baik adalah Adeps Lanae dan Oleum Cacao
(Ansel, 1989).
(Anonim, 1997)
(Ansel, 1989)
Pembuatan Salep
Baik adalam ukuran besar maupun kecil, salep dibuat dengan dua metode
umum, yaitu :
o Pencampuran
Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur bersama-
sama dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai. Pada sekala kecil
seperti resep yang dibuat tanpa persiapan, ahli farmasi dapat mencampur
komponen-komponen dari salep dalam lumpang dengan sebuah alu atau
dapat juga menggunakan sudip dan lempeng salep (gelas yang besar atau
porselen) untuk menggerus bahan bersama-sama. Beberapa lempeng salep
dari gelas adalah gelas penggiling, supaya dapat lebih hancur pada proses
penggerusan.
o Peleburan
Dengan metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep
dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan dengn pengadukan
yang konsten sampai mengental. Komponen-komponen yang tidak dicairkan
biasanya ditambahkan pada campuran yang telah mengental setelah
didinginkan dan diaduk. Tentu saja bahan-bahan yang mudah menguap
ditambahkan terakhir bila temperature dari campuran telah cukup rendah
tidak meyebabkan penguraian atau penguapan dari komponen. Banyak
bahan-bahan ditambahkan pada campuran yang membeku dalam bentuk
larutan, yang lain penambahan sebagai serbuk yang tidak larut, biasanya
digerus dengan sebagian dasar salep. Dalam skala kecil proses peleburan
dapat dilakukan pada cawan porselen atau gelas beker; pada skla besar
umumnya dilaksanakan hetel uap berjaket; sesaat setelah membeku; salep
dimasukkan melalui gilingan salep (dalam pabrik skala besar) atau digosok-
gosokan dengan lumpang (pada pembuatan skala kecil) untuk memastikan
homogenitasnya.
o Pengawetan Salep
Sering memerlukan penambahan pengawet kimia sebagai antimikroba
pada formulasi untuk mencegah prtumbuhan mikroorganisme yang
terkontaminasi. Pengawet-pengawet ini termasuk hidroksibenzoat, fenol-fenol
, asam benzoat, asam sorbet, garam ammonium kuartener, dan campuran
lainnya.
(Ansel, 1989)
o Rute Penetrasi
Bila suatu system obat digunakan secara topical maka obat akan keluar
dari pembawanya yang berdifusi kepermukaan jaringan kulit. Ada tiga jalan
masuk yang utama :
- Melalui daerah kantung rambut.
- Melalui kelenjar keringat.
- Melalui stratum korneum yang terletak diantara kelenjar keringat dan
kantung rambut.
o Metode Pengkajian
Pada metode pengkajian ini dapat dibagi menjadi dua teknik, yaitu :
Teknik In Vitro
Teknik In Vitro, yang terpenting untuk mengkaji penetrasi kulit, meliputi
penggunaan beberapa macam sel difusi dimana kulit binatang atau manusia
terikat pada suatu tempat, dan senyawa-senyawa yang lewat dari permukaan
epidermis ketempat cairan diukur.
Teknik In Vivo
Teknik In Vivo, yang terpenting adalah teknik histologis, penggunaan
perunut, analisis jaringan dan cairan tubuh serta pembawa respon-respon
biologis.
(Lachman, 1994)
DASAR TEORI
I.Definisi Salep
Salep adalah sedian setengan padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat Luar.
Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen kedalam dasar salep yang cocok.
2. Menurut FI edisi IV
Salep adalah sedian setengan padat yang ditujukan untuk pemakaian topical kulit atau selaput
lendir . salep tidak booleh berbau tengik kecuali dinyatakan lain, kadar bahan obat dalam salep
“zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak, dilarutkan ke dalamnya, jika perlu dengan
pemanasan”.
“bahan-bahan yang larut dalam air, jika tidak ada peraturan lain, dilarutkan lebih dahulu dalam air,
asalkan jumlah air yang dipergunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep dan jumlah air
“bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagaian dapat larut dalam lemak dan air harus diserbukkan
4. Peraturan keempat
“salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin”
bahan-bahan yang ikut dilebur, penimbangannya harus dilebihkan 10-20% untuk mencegah
kekurangan bobotnya.
2. Kadar : kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau narkotik,
3. Dasar salep: kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis salep) digunakan vaselin
putih (vaselin album). Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian salep, dapat dipilih
a.Dasar hidrokarbon : vaselin putih, vaselin kuning (vaselin flavum), malam putih (cera album),
b.Dasar Serap : lemak bulu domba (adeps lanae), campuran 3 bagian kolesterol, 3 bagian stearil-
alkohol, 8 bagian mala putih dan 86 bagian vaselin putih, campuran 30 bagian malam kuning dan
c.Dasar Yang dapat dicuci dengan air, misalnya emulsi minyak dalam air (M/A).
d.Dasar Yang dapat larut dalam air, misalnya PEG atau campurannya.
4. Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus
a.Unguenta : salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu
c.Pasta : salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk), suatu salep tebal, karena
d. Cerata : salep berlemak yang mengandung persentase lilin (wax) yang tinggi
e. Gelones/spumae/jelly : salep yang lebih halus, umumnya cair dan sedikit mengandung
atau tanpa mukosa, sebagai pelicin atau basisnya terdiri atas campuran sederhana dari minyak
dan lemak dengan titik lebur rendah. Contoh : starch jellies (10% amilum dengan air mendidih).
a. Salep epidermis (epidermic ointment ; salep penutup) guna melindungi kulit dan
untuk meredakan rangsangan atau anestesi lokal. Ds yang baik adalah ds. senyawa hidrokarbon.
b. Salep endodermis : salep bahan obatnya menembus kedalam kulit, tetapi tidak melalui
kulit, terabsorpsi sebagaian, digunakan untuk melunakkan kulit atau selaput lendir. Ds yang
c. Salep diadermis : salep yang bahan obatnya menembus kedalam tubuh melalui kulit dan
mencapai efek yang diinginkan, misalnya salep yang mengandung senyawa merkuri iodida.
a. Salep hidrofobik yaitu salep yang tidak suka air atau salep dengan dasar salep berlemak
(greasy bases) tidak dapat dicuci dengan air, misalnya : campuran lemak-lemak minyak lemak,
malam
b. Salep hidrofilik yaitu salep yang suka air atau kuat menarik air, biasanya ds. Tipe M/A
4. Menurut Formularium Nasional (Fornas)
c. Dasar salep 3 (ds. yang dapat dicuci dengan air atau ds. emulsi M/A)
1. Stabil, tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembapan dan selama dipakai harus bebas dari
inkompatibilitas.
3. Mudah dipakai
1. Zat padat
1. Camphorae
Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan didalam pot salep tertutup (jika tidak
Jika dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol. sesami), camphorae dilarutkan lebih dahulu
(karena penurunan titik eutektik), camphorae dicampurkan supaya mencair, baru ditambahkan
dasar salepnya
Jika camphorae itu berupa zat tunggal, camphorae ditetesi lebih dahulu dengan eter atau
2. Pellidol
Larut 3% dalam dasar salep, pellidol dilarutkan bersama-sama dengan dasar salepnya yang
dicairkan (jika dasar salep disaring tetapi jangan lupa harus ditambahkan pada penimbangannya
sebanyak 20% ).
Jika pellidol yang ditambahkan melebihi daya larutnya, maka digerus dengan dasar salep
Larutkan dalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada unguentum iodii dari Ph. Belanda V.
Ditetesi dengan etanol 95% sampai larut, baru ditambahkan dasar salepnya
1. Protargol
Taburkan diatas air, diamkan ditempat gelap selama ¼ jam sampai larut
Jika dalam resep terdapat gliserin, tambahkan gliserin tersebut, baru ditambahkan airnya dan
tidak perlu ditunggu ¼ jam lagi karena dengan adanya gliserin, protargol atau mudah larut.
2. Colargol
bekas noda hitam pada kulit yang disebabkan oleh terbentuknya Ag2O, kecuali pada resep obat
wasir.
4. Fenol/fenol
Sebenarnya fenol mudah larut dalam air, tetapi dalam salep tidak dilarutkan karena akan
menimbulkan rangsangan atau mengiritasi kulit dan juga tidak boleh diganti dengan Phenol
c. Bahan obat yang larut dalam air tetapi tidak boleh dilarutkan dalam air, yaitu :
1. Ichtyol
Jika ditambahkan pada massa salep yang masih panas atau digerus terlalu lama, akan terjadi
pemisahan.
Balsem merupakan campuarn damar dan minyak mudah menguap ; jika digerus terlalu lama,
3. Air
Ditambahkan terakhir karena berfungsi sebagai pendingin; disamping itu, untuk mencegah
Harus ditambahkan ke dalam dasar salep yang dingin, karena tidak bisa bercampur dengan bahan
dasar salep yang sedang mencair dan harus ditambahkan sedikit demi sedikit karena tidak mudah
5. Marmer album
Dimasukkan terakhir karena dibutuhkan dalam bentuk kasar, yang akan memberikan pengaruh
Ø Veratrin (digerus dengan minyak, karena jika digerus tersendiri akan menimbulkan bersin).
2. Zat cair
1. Air
Terjadi reaksi
Contohnya, jika aqua calcis bercampur dengan minyak lemak akan terjadi penyabunan sehingga
cara penggunaannya adalah dengan diteteskan sedikit demi sedikit kemudian dikocok dalam
sebuah botol bersama dengan minyak lemak, baru dicampur dengan bahan lainnya.
2. Spiritus/etanol/alkohol
- Jumlah banyak :
o Tahan panas : Tinct. Ratanhiae, panaskan diatas tangas air sampai sekental sirop atau sepertiga
bagian.
- Jika dasar salep lebih dari 1 macam, harus diperhitungkan menurut perbandingan dasar salepnya.
3. Cairan kental
Umumnya dimasukan sedikit demi sedikit. Contohnya : gliserin, pix lithantratis, pix liquida,
Umumnya larut dalam air, maka dilarutkan dalam air, dan berat air dapat dikurangkan dari dasar
salepnya
2. Extractum spissum/kental
3.Extractum liquidum
4. Bahan-bahan lain
1. Hydrargyrum
Gerus dengan adeps lanae dalam lumpang dingin, sampai halus (<20 atau="" dan="" g=""
2. Naphtolum
Dapat larut dalam sapo kalicus, larutkan dalam sapo tersebut. Jika tidak ada sapo, dikerjakan
3. Bentonit
Serbuk halus yang dengan air akan membentuk massa seperti salep.
3.RESEP
Dr.Anton
SIP. 921/101/2010
Jalan. Timah. No 70
No. 030 tgl 19 10 2015
R/ Salep 24 10
m.f. unguentum
s.u,.e
pro : Rina
umur : Dewasa
alamat : Jalan lintas timur
A s a m S a l i s i l a t ( )
Asam salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% .Pemerian hablur ringan tidak berwarna atau
serbuk berwarna putih; hampir tidak berbau;rasa agak manis dan tajam. Kelarutan Larut
dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagianetanol (95%) P; mudah larut dalam
kloroform P dan eter P; larut dalam amonium asetat P , d i n a t r i u m h i d r o g e n f o s f a t
P , k a l i u m s i t r a t P d a n n a t r i u m s i t r a t P . I d e n t i f i k a s i : A . Menunjukkan reaksi
Salisilat yang tertera pada reaksi identifikasi.B. Larutkan bereaksi asam terhadap
larutan merah metil P. Suhu lebur antara dan . Penyimpanandalam wadah tertutup baik,
khasiat dan penggunaan keratoli tikum, anti fungi (Anonim, 1979).B e r d a s a r k a n
pemeriksaan organoleptis, asam salisilat berasa asam, tidak
b e r b a u , berwarna putih, dan berbentuk serbuk halus. Larut dalam alcohol 96% dan tidak
larutdalam aqua dan kloroform, menurut kelompok kami tidak larut dalam air karena kadar
air yang diberikan hanya sedikit dan kloroform yang diberikan tidak pekat. Dan
rasanya berbeda mungkin karena penyimpanan bahan sudah tercampur dengan bahan lain.
B. Monografi Sulfur
Nama resmi sulfur adalah SULFUR PRAEPITATUM. Nama lainnya adalah belerang endap.
Pemerian serbuk lembek, bebas butiran, kuning pucat, atau kuniong kehijauan pucat.
Kelarutanya praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut karbon disulfide p, sukar larut
dalam minyak zaitun p, sangat sukar larut dalam etanol (95%) p. Penyimpanan dalam wadah
tertutup baik. k/p antiskabies yaitu digunakan untuk mengobati penyakit scabies.
C. Monografi Vaselin
Nama resminya VASELINUM ALBUM . nama lainnya adalah vaselin putih. Pemerian masa
lunak, lengket, bening, putih, sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin
tanpa diaduk. Kelarutan praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 95% P. larut dalam
klorofom P. dalam eter P. dalam eter minyak tanah p. larutan kadang-kadang berpotensi lemak.
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik Penggunaan zat tambahan (penambah volume sediaan)
DASAR TEORI
A. Landasan Teori
Pembahasan
Salep merupakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispend homogen dalam dasar salep yang cocok. Pemerian
Tidak boleh berbau tengik. Kadar kecuali dinyatakan lain dan untuk salap yang mengandung obat
keras atau obat narkotik , kadar bahan obat adalah 10 %. Dasar salap, kecuali dinyatakan sebagai
bahan dasar digunakan Vaselin putih Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian, dapat
dipilih salah satu bahan dasar berikut: (a) dasar salep senyawa hidrokarbon Vasellin putih, vaselin
kuning atau campurannya dengan malam putih, dengan Malam kuning atau senyawa hidrokarbon
lain yang cocok; (b) dasar salep serap lemak bulu domba : campuran 8 bagian kolesterol 3 bagian
3 bagian stearik alcohol 8 bagian malam putih dan 8 bagian vaselin putih,
campuran 30 bagian Malam kuning dan 70 bagian Minyak Wijen; (c) dasar salep yang dapat dicuci
dengan air. Emulsi minyak dan air; (d) dasar salep yang dapat larut dalam air Polietilenglikola atau
campurannya. Homogenitas jika dioleskan pada sekeping kaa atau bahan transparan lain yang
cocok.
campuran 30 bagian Malam kuning dan 70 bagian Minyak Wijen; (c) dasar salep yang dapat dicuci
dengan air. Emulsi minyak dan air; (d) dasar salep yang dapat larut dalam air Polietilenglikola atau
campurannya. Homogenitas jika dioleskan pada sekeping kaa atau bahan transparan lain yang
cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen. Pada pembuatan salep kali ini, zat utamanya
yaitu Asam Salisilat perlu dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan etanol. Hal ini
dilakukan karena Asam Salisilat memiliki bentuk hablur atau berbentuk seperti jarum-jarum,
sehingga perlu dilarutkan terlebih dahulu untuk memperkecil partikelnya. Pada saat pembuatan
salep, bahan-bahan yang telah dilebur di atas penangas air harus didinginkan dahulu sampai
mencapai suhu kira-kira 50oC. Hal ini perlu agar suhu basis salep dengan zat aktif yang akan
dicampurkan tidak terlalu jauh. Perbedaan suhu yang terlalu besar (terlalu panas) dikhawatirkan
dapat merusak zat aktif dari salep yang akan dibuat. Selain itu, proses pendinginan juga dapat
membuat massa basis salep yang tadinya encer menjadi lebih kental, sehingga proses pencampuran
semua bahan nantinya tidak memakan waktu terlalu lama.
Pembuatan salep tidak memerlukan penambahan bahan pengawet. Hal ini dikarenakan
bahan-bahan yang ada di dalam salep tidak mengandung air. Tetapi untuk berjaga-jaga, dapat pula
ditambahkan bahan pengawet yang cocok.
Resep standar salep 2-4, yakni: (a) sulfur praecipetatum / belerang endap mempunyai sifat
germisida, fungisida, parasitisida dan juga mempunyai efek keratolitika. Hal yang perlu
diperhatikan: hindarkan kontak dengan mata, mulut dan mukosa; (b) asam salisilat. Mempunyai
sifat keratolitik, yang dapat melunakkan kulit sehingga dapat melunakkan kulit sehingga dapat
membantu penyerap obat lain dan fungsida yang lemah. Efek yang tidak diinginkan; iritasi kulit;
(c) kelarutan As. Salisilat ; larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol; (d) kelarutan
Sulfur Praecipetatum praktis tidak larut dalam air,sanat sukar larut dalam etanol.
Agar tujuan pengobatan dapat tercapai pembuatan salep harus mengikuti peraturan seperti
yang tercantum pada FI ed. II ada 4 peraturan dasar pembuatan salep, yaitu : (1) zat-zat yang dapat
larut dalam lemak, dilarutkan dulu kedalamnya. Bila perlu dengan pemanasan; (2) zat- zat yang
larut dalam air, jika tidak dinyatakan lain , dilarutkan dalam air asalkan jumlah air dapat diserap
oleh dasar salep.jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis salep; (3) zat – zat yang sukar larut
atau sebagian larut dalam air atau lemak, bila tidak dinyatakan lain dilarutkan dengan etanol lalu
diserbukkan, kemudian di ayak dengan pengayak no.44 / B. 40; (4) salep yang dibuat dengan jalan
mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin. Pemeriannya : tidak boleh berbau tengik.
Kadar : bila tidak dinyatakan lain salep yang mengandung obat keras atau narkotik, kadar bahan
obat adalah 10%. Homogenitas : Jika di oleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain
yang cocok harus menunjukkan susunan yang homogen .
Kemasan pada sediaan salep ada bermacam-macam bentuk. Salah satunya adalah pot salep,
seperti yang dipakai pada praktikum ini. Etiket yang digunakan pada sediaan ini adalah etiket biru,
sebab sediaan salep (unguents) ditujukan untuk pemakaian luar pada tubuh.
Uraian Baha
1. Salep 24 (FN. Hal 13)
Nama resmi : ACIDI SALICYCILICI. SULFURIS UNGUANTUM
Sinonim : salep asam salisilat. Belerang. Salep 24.
Komposisi : tiap log mengandumg
· Acidum salicylicum 200 mg
· Sulfur 400 mg
· Vaseline alba hingga 10 mg
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Dosis : 3 sampai 4 kali sehari. Dioleskan
Definisi
Karakteristik Salep
1. Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen,
sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.
3. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang palintg mudah dipakai dan dihilangkan
dari kulit.
4. Dasar salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat
yang dikandungnya.
5. Terdistribusi secara merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair
pada pengobatan. (Ilmu Resep Teori, hal 42)
Suatu dasar salep yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
Kelebihan Salep
Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan
berair dan rangsang kulit.
Sebagai obat luar
Kekurangan Salep
Berdasarkan basis :
1. Kekurangan basis hidrokarbon
Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci ga sulit di
bersihkan dari permukaan kulit.
2. Kekurangan basis absorpsi :
Kurang tepat bila di pakai sebagai pendukung bahan bahan antibiotik dan bahan bahan kurang
stabil dengan adanya air
Mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air .