Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Diare merupakan suatu masalah yang masih sering terjadi diberbagai negara terutama negara berkembang.Angka kesakitan
diare di Provinsi Lampung menunjukkan peningkatan, yaitu dari 9.8 per 1000 penduduk pada tahun 2005 menjadi 18.24 per
1000 penduduk pada tahun 2012. Anak dengan usia kurang dari tahun sering mengalami diare dengan insidensi diare
tertinggi terdapat pada umur 6-11 bulan.Diare merupakan pengularan feses yang tidak normal ditandai dengan
peningkatan volume dan keenceran feses serta frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari (pada neonatus lebih dari 4
kali sehari) dengan atau tanpa lendir darah. Anak yang terkena diare akan mengalami dehidrasi dan akan mengakibatkan
zat-zat makanan yang masih diperlukan oleh tubuh dapat terbuang sehingga pertumbuhannya tidak dapat optimal. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak, yaitu faktor lingkungan, faktor sosiodemografi, dan faktor
perilaku. Faktor lingkungan yaitu kebersihan lingkungan,meliputi perumahan, pembuangankotoranmanusia (tinja),
penyediaan air bersih, pembuangansampahdan saluran pembuangan air limbah (SPAL). Faktor sosiodemografi terdiri dari
pendidikan dan pekerjaan orang tua serta umur anak. Faktor perilaku yaitu pemberian ASI eksklusif, dan kebiasaan mencuci
tangan serta mencuci buah dan sayur sebelum dikonsumsi.
Korespondensi:Nabila Luthfiana, alamat Jl.Teuku Cik Ditiro Perum Wismamas Blok S3 No 11 Kemiling, HP 082281095580,
email luthfianabila.nl@gmail.com
dan kontak langsung dengan tinja manusia digantikan oleh sel-sel epitel yang belum
atau binatang saat bayi mulai merangkak.5 matang sehingga fungsi sel–sel ini masih belum
Diare adalah pengeluaran feses yang optimal. Selanjutnya,vili–vili usus halus
konsistensinya lembek sampai cair dengan mengalami atrofi yang mengakibatkan tidak
frekuensi pengeluaran feses sebanyak 3 kali terserapnya cairan dan makanan dengan baik.
atau lebih dalam sehari.6Diare dapat Cairan dan makanan yang tidak terserap akan
mengakibatkan demam, sakit perut, terkumpul di usus halus dan tekanan osmotik
penurunan nafsu makan, rasa lelah dan usus akan meningkat. Hal ini menyebabkan
penurunan berat badan. Diare dapat banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus.
menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi
secara mendadak, sehingga dapat terjadi akan terdorong keluar melalui anus dan
berbagai macam komplikasi yaitu dehidrasi, terjadilah diare.12
renjatan hipovolemik, kerusakan organ bahkan Manifestasi klinis dari diare yaitu mula–
sampai koma.7Faktor risiko diare dibagi mula anak balita menjadi cengeng, gelisah,
menjadi 3 yaitu faktor karakteristik individu, demam, dan tidak nafsu makan. Tinja akan
faktor perilaku pencegahan, dan faktor menjadi cair dandapat disertai dengan lendir
lingkungan. Faktor karakteristik individu yaitu ataupun darah. Warna tinja dapat berubah
umur balita <24 bulan, status gizi balita, dan menjadi kehijau–hijauan karena tercampur
tingkat pendidikan pengasuh balita. Faktor dengan empedu. Frekeuensi defekasi yang
perilaku pencegahan diantaranya, yaitu meningkat menyebabkan anus dan daerah
perilaku mencuci tangan sebelum makan, sekitarnya menjadi lecet.Tinja semakin lama
mencuci peralatan makan sebelum digunakan, semakin asam sebagai akibat banyaknya asam
mencuci bahan makanan, mencuci tangan laktat yang berasal dari laktosa yang tidak
dengan sabun setelah buang air besar, dan dapat diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala
merebus air minum, serta kebiasaan memberi muntah dapat ditemukan sebelum atau
makan anak di luar rumah. Faktor lingkungan sesudah diare. Muntah dapat disebabkan oleh
meliputi kepadatan perumahan, ketersediaan lambung yang meradang atau gangguan
sarana air bersih (SAB), pemanfaatan SAB, dan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.Anak–
kualitas air bersih.8 anak adalah kelompok usia rentan terhadap
diare. Insiden tertinggi pada kelompok usia
Isi dibawah dua tahun dan menurun dengan
Diare adalah keadaan tidak normalnya bertambahnya usia anak.13
pengeluaran feses yang ditandai dengan Faktor–faktor yang mempengaruhi
peningkatan volume dan keenceran feses serta kejadian diare pada anak ada tiga. Faktor yang
frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali pertama adalah faktor lingkungan. Diare dapat
sehari (pada neonatus lebih dari 4 kali sehari) terjadi karena seseorang tidak memerhatikan
dengan atau tanpa lendir darah.9 Jenis diare kebersihan lingkungan dan menganggap bahwa
ada dua, yaitu diare akut dan diare kronik. masalah kebersihan adalah masalah
14
Diare akut adalah diare yang berlangsung sepele. Kebersihan
kurang dari 14 hari, sementaradiare kronik lingkunganmerupakankondisilingkungan yang
yaitu diare yang berlangsung lebih dari 15 optimumsehinggadapat memberikan
hari.10 pengaruhpositifterhadap status kesehatan
Mikroorganisme seperti bakteri, virus yang baik.
dan protozoadapat menyebabkan diare. Ruanglingkupkebersihanlingkungandiantaranya
Eschericia coli enterotoksigenic, Shigella sp, adalah perumahan,
Campylobacterjejuni,dan Cryptosporidium pembuangankotoranmanusia,penyediaan air
spmerupakan mikroorganisme tersering bersih, pembuangansampah, dan pembuangan
penyebab diare pada anak.11 air kotor (limbah).
Virus atau bakteri dapat masuk ke dalam Faktorlingkungan yang dominan dalam
tubuh bersama makanan dan minuman. Virus penyebaran penyakit diare pada anak yaitu
atau bakteri tersebut akan sampai ke sel–sel pembuangan tinja dan sumber air
15
epitel usus halus dan akan menyebabkan minum. Pengelolaantinja yang kurang
infeksi, sehingga dapat merusak sel-sel epitel diperhatikan
tersebut. Sel–sel epitel yang rusak akan disertaidengancepatnyapertambahanpendudu
Prinsip yang kedua yaitu berikan zink normalnya pengeluaran feses yang ditandai
selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zink dengan peningkatan volume dan keenceran
dapat mempercepat penyembuhan diare feses serta frekuensi buang air besar lebih dari
dengan cara meningkatkan sistem kekebalan 3 kali sehari(pada neonatus lebih dari 4 kali
tubuh pada anak. Zink diberikan satu kali sehari sehari) dengan atau tanpa lendir darah. Diare
selama 10 hari berturut-turut dengan dosis sering terjadi pada anak berusia kurang dari 2
untuk balita umur <6 bulan yaitu ½ tablet tahun dengan insidensi tertinggi kelompok
(10mg) per hari dan untuk balita ≥ 6 bulan umur 6-11 bulan. Hal ini disebabkan karena
diberikan dosis 1 tablet (20mg) per hari penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya
Prinsip yang ketiga yaitu teruskan ASI kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan
dan pemberian makan. Berikan ASI apabila yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja,
anak masih mendapatkan ASI dan sebanyak serta kontak langsung dengan tinja manusia
yang anak mau, serta berikan makanan dengan atau binatang saat bayi mulai merangkak.
frekuensi lebih sering sampai anak berhenti Pada penderita diare, zat-zat makanan
diare yang masih diperlukan tubuh terbuang. Oleh
Prinsip yang keempat yaitu berikan karena itu, apabila anak sering mengalami
antibiotik secara selektif. Antibiotik hanya diare, maka pertumbuhannya tidak dapat
boleh diresepkan oleh dokter. berlangsung secara optimal.
Prinsip yang kelima yaitu memberi Hal yang dapat mempengaruhi kejadian
nasihat bagi ibu atau pengasuh. Berikan diare di suatu wilayah yaitu kuman penyakit
nasihat tentang cara pemberan oralit, zink, ASI, yang menyebar melalui mulut, kebersihan
dan makanan.Berikan informasi mengenai lingkungan, umur, letak geografi, dan juga
tanda-tanda untuk segera membawa anaknya perilaku masing–masing individu. Terdapat 3
ke petugas kesehatan apabila ditemukan faktor yang dapat mempengaruhi diare pada
buang air besar cair berlebih, makan atau anak. Faktor yang pertama adalah faktor
minum sedikit, demam, tinja berdarah, dan lingkungan, mencakup pembuangan tinja, dan
tidak membaik dalam waktu 3 hari.32 sumber air minum. Faktor yang kedua yaitu
Diare dapat dicegah dengan cara faktor sosiodemografi, diantaranya adalah
memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan pendidikan dan pekerjaan orang tua serta
diteruskan sampai 2 tahun, memberikan umur anak. Faktor ketiga yaitu faktor perilaku,
makanan pendamping ASI sesuai umur, yang termasuk faktor perilaku adalah
memberikan minum air yang sudah direbus pemberian ASI eksklusif dan perilaku mencuci
dan menggunakan air bersih yang cukup, tangan.
mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum
makan dan sesudah buang air besar, buang air Simpulan
besar di jamban, membuang tinja bayi dengan Faktor-faktor yang dapat memengaruhi
benar, dan yang terakhir adalah memberikan kejadian diare pada anak yaitu faktor
imunisasi campak.33Diare menyebabkan lingkungan, faktor sosiodemografi, dan faktor
kehilangan cairan yang berperan penting di perilaku. Faktor lingkungan yang dominan
dalam tubuh, seperti sodium, klorida, dan dalam penyebaran diare pada anak yaitu
potasium. Dehidrasi merupakan komplikasi pembuangan tinja dan air minum karena
diare yang paling berbahaya. Gejala dari berkaitan dengan penyebaran penyakit diare,
dehidrasi, yaitu turgor kulit yang buruk, anak yang merupakan penyakit menular berbasis
menjadi lebih rewel dari biasanya, lidah dan lingkungan. Faktor sosiodemografi yang
mulut yang kering, demam tinggi, serta mata berpengaruh terhadap kejadian diare pada
dan pipi cekung.34 anak yaitu tingkat pendidikan dan pekerjaan
orangtua, serta umur anak. Pendidikan
Ringkasan seseorang yang tinggi memudahkan orang
Penyakit diare menjadi masalah global tersebut dalam penerimaan informasi. Tingkat
dengan derajat kesakitan dan kematian yang pendapatan berkaitan dengan fasilitas
tinggi di berbagai negara terutama di negara kesehatan yang dimiliki. Faktor sosiodemografi
berkembang dan sebagai salah satu penyebab yang lain yaitu umur, semakin muda usia anak,
utama tingginya angka kesakitan dan kematian semakin tinggi kecenderungan terserang diare
anak di dunia. Diare adalah keadaan tidak karena daya tahan tubuh yang rendah. Faktor
perilaku yang dapat mencegah penyebaran 13. Parashar UD, Hummelman EG, Breese JS,
kuman enterik dan menurunkan risiko diare Miller MA, Glass RI. Global illnes and
yaitu pemberian ASI eksklusif, kebiasaan deaths caused by rotavirus disease in
mencuci tangan, mencuci buah dan sayur children. Emergency Infectious Disease.
sebelum di konsumsi. 2003;9:565-72.
14. Tarwoto W. Kebutuhan dasar manusia dan
proses keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika; 2012.
15. Depkes RI. Pedoman pemberantasan
DaftarPustaka penyakit diare. Jakarta: Ditjen PPM&PL;
1. Kemenkes RI. Profil data dan kesehatan 2003.
indonesia. Jakarta: Kementerian 16. Notoatmodjo S. Prinsip–prinsip dasar ilmu
Kesehatan Republik Indonesia; 2012. kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka
2. WHO; 2013 (diakses pada tanggal 16 Cipta; 2003.
september 2016). Tersedia dari : 17. Widoyono. Penyakit tropis: epidemiologi,
http://www.who.int/mediacentre/factshe penularan, pencegahan, dan
ets/fs330/en/ pemberantasannya. Jakarta: Erlangga;
3. Kemenkes RI. buletin jendela data dan 2008.
informasi kesehatan. Jakarta: Kementerian 18. Regassa G, Birke W, Deboch B, Belachew
Kesehatan Republik Indonesia; 2011. T. Evironmental determinants of diarrhea
4. Profil Kesehatan Provinsi Lampung; 2012 among under five children in nekemte
(diakses pada tanggal 16 september town, western ethiopia. Ethiop J Health
2016). Tersedia dari: Sci. 2008;18(2):39-45.
http://www.depkes.go.id/resources/down 19. Adisasmito W. Faktor risiko diare pada
load/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2012/0 bayi dan balita di indonesia: systematic
8_Profil_Kes_Prov.Lampung_2012.pdf review penelitian akademik bidang
5. IDAI. Buku ajar gastroenterologi- kesehatan masyarakat. Makara
hepatologi. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Kesehatan. 2007;11:1-10.
Dokter Anak Indonesia; 2012. 20. Sander MA. Hubungan faktor sosio budaya
6. Lailatul M. Ketersediaan sarana sanitasi dengan kejadian diare di desa candinegoro
dasar, personal hygiene ibu dan kejadian kecamatan wonoayu sidoarjo. Jurnal
diare. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2013; Medika. 2005; 2(2):163-93.
8(2):167-73. 21. Notoatmodjo S. Konsep perilaku dan
7. Mayo Clinic; 2013 (diakses pada tanggal perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
17 september 2016). Tersedia dari: 2010.
http://www.mayoclinic.org/diseases- 22. Dodi NS. Hubungan antara tingkat
conditions/diarrhea/basics/definition/con- pendidikan formal ibu dengan perilaku
20014025 pencegahan diare pada anak di kelurahan
8. Sinthamurniwaty. Faktor risiko kejadian pucangsawit surakarta [skripsi]. Surakarta:
diare akut pada balita (studi kasus di Universitas Sebelas Maret; 2009.
kabupaten semarang) [tesis]. Semarang: 23. Susana SS, Yuni SA, Nuzul Q. Faktor
Universitas Diponegoro; 2006. kejadian diare pada balita dengan
9. Aziz. Diare pembunuh utama balita. pendekatan teori nola j. pender di igd rsud
Jakarta: Graha Pustaka; 2006. ruteng. Jurnal Pediomaternal. 2015;
10. Depkes RI. Lima langkah tuntaskan diare. 2(3):238-40.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2011. 24. Widyiastuti P. Epidemiologi suatu
11. Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H, Arief S. pengantar. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2005.
Rosalina I, Mulyani NS. Buku ajar 25. Rahmawati. Faktor–faktor perilaku
gastroenterologi-hepatologi. Jakarta: IDAI; penyebab diare [skripsi]. Surakarta:
2010. Universitas Sebelas Maret; 2009.
12. Kliegman RM, Marcdante KJ, Behrman RE, 26. Suraatmaja S. Kapita selekta
editor. Nelson essentials of pediatric. Edisi gastroenterologi. Jakarta: Sagung Seto;
5. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2006. 2007.