You are on page 1of 17

UJI POSTULAT KOCH

Nama : Rr. Nibras Khairunnisa Sari


NIM : B1J013137
Rombongan : IV
Kelompok :2
Asisten : Devi Fatkuljanah

LAPORAN PRAKTIKUM FITOPATOLOGI

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tanaman adalah suatu keadaan dimana tumbuhan mengalami


gangguan fungsi fisiologis secara terus menerus sehingga menimbulkan gejala dan
tanda-tanda penyakit. Gangguan fisiologis ini disebabkan oleh faktor biotik (bakteri,
cendawan, virus dan nematoda) maupun faktor abiotik (suhu, kelembaban, dan
unsur hara mineral). Percobaan Koch dan peneliti-peniliti telah membuktikan bahwa
jasad renik tertentu menyebabkan penyakit tertentu pula yang dikenaldengan postulat
Koch (Agrios, 1996).
Postulat Koch berkembang pada abad ke-19 sebagai panduan umum untuk
mengidentifikasi patogen yang dapat diisolasikan dengan teknik tertentu.Walaupun
dalam masa Koch, dikenal beberapa penyebab infektif yang memang bertanggung
jawab pada suatu penyakit dan tidak memenuhi semua postulatnya. Usaha untuk
menjalankan postulat Koch semakin kuat saat mendiagnosis penyakit yang
disebabkan virus pada akhir abad ke-19. Masa itu virus belum dapatdilihat atau
diisolasi dalam kultur. Hal ini merintangi perkembangan awal dari virologi.
Beberapa penyebab infektif diterima sebagai penyebab penyakitwalaupun
tidak memenuhi semua isi postulat. Oleh karena itu, dalam penegakkan diagnosis
mikrobiologis tidak diperlukan pemenuhan keseluruhan postulat.
Bila patogen hidup di tanah maka kimia tanah (pH) dan fisika tanah (tekstur
dan struktur) dapat berpengaruh terhadap biologi patogen dan intensitaspenyakit
yang ditimbulkan. Faktor biotik yang berpengaruh terhadap patogen ialah tanaman
(inang dan bukan inang, derajat resistensi), mikroorganisme lain (vektor, antagonis,
dan simbion), serta manusia. Perkembangan penyakit selain dipengaruhi oleh
faktor lingkungan juga ditentukan oleh sifat pertumbuhan patogen. Faktor
lingkungan secara serentak berpengaruh terhadap tanaman dan patogen (Suhardi,
2009).

B. Tujuan

Tujuan acara praktikum kali ini adalah untuk membuktikan bahwa suatu
organisme patogen merupakan penyebab penyakit pada tumbuhan sakit dengan
menggunakan Postulat Koch.
II. TELAAH PUSTAKA

Perkembangan suatu penyakit pada tumbuhan inang didukung oleh tiga faktor,
yaitu inang yang rentan, patogen yang virulen dan lingkungan yang
mendukung. Patogen terbukti memiliki daya virulensi yaitu keberhasilan untuk
menyebabkan suatu penyakit sebagai ekspresi dari patogenisitas. Gejala layu dan
rontok pada daun seiring dengan perkembangan bercak dapat diduga sebagai akibat
dari substansi-substansi yang disekresikan oleh patogen dalam mekanisme
penyerangannya untuk melumpuhkan inang. Kelompok-kelompok utama
substansi yang disekresikan patogen ke dalam tubuh tumbuhan yang
menyebabkan timbulnya penyakit, baik langsung atau tidak langsung
adalah enzim, toksin, zat pengatur tumbuh dan polisakarida (Semangun, 1996).
Salah satu metode isolasi patogen yang cukup mudah dilakukan adalah postulat
Koch. Postulat Koch atau Postulat Henle-Koch ialah 4 kriteria yang dirumuskan
Robert Koch pada 1884 dan disaring dan diterbitkannya pada 1890. Menurut Koch,
keempatnya harus dipenuhi untuk menentukan hubungan sebab-musabab antara
parasit dan penyakit (Semangun, 1996).
Koch menyebutkan bahwa untuk menetapkan suatu organisme
sebagaipenyebab penyakit, maka organisme tersebut harus memenuhi sejumlah
syarat,syaratnya yaitu organisme selalu berasosiasi dengan inang dalam semua
kejadian penyakit, organisme (patogen) dapat diisolasi dan dikulturkan menjadi
biakanmurni, hasil isolasi saat diinokulasikan pada tanman sehat akan
menghasilkangejala penyakit yang sama dengan tanaman yang telah terkena
penyakit, dan dari tanaman yang telah diinokulasi didapatkan hasil isolasi yang sama
dengan hasil isolasi yang pertama (Semangun, 1996).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah baki, timbangan,
tabung reaksi, cawan petri, jarum ose, polybag, botol selai, wrapper, sendok,
aluminum foil, korek api, Erlenmeyer, sprayer, label, tisu, buku identifikasi,
bor gabus, sarung tangan, masker, pinset, skalpel, cover glass, object glass,
autoklaf, mikroskop, kamera dan alat tulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sampel tanaman
atau bagian tanaman berpenyakit, akuades, tanah steril, klorampenikol, 725
gram jagung giling, dedak 224 gram, 1 gram CaCO3 1 %, media PDA, alkohol
70 %, bibit tanaman, meliputi: tomat (Solanum lycopersicum), sawi (Brassica
rapa), kangkung (Ipomoea aquatica), cabai (Capcisum annum), bayam
(Amaranthus spinosus), dan jagung (Zea mays) dan akuades.

B. Metode

1. Isolasi tanaman sakit


Sampel dipotong
Disemprot dengan Dikeringkan
1 x1 cm (bagian
alkohol 70 % dan dengan tisu
yang sakit dan
sehat) akuades

Inkubasi Dipindahkan ke
selama 7 x 24 dalam media
jam PDA

2. Peremajaan

Hasil isolat Hasil isolat isolasi Dipindahkan ke


isolasi diambil 1 plug dalam media
PDA baru

Inkubasi 4 x 24 jam
3. Identifikasi

Hasil isolat Diletakkan di Ditetesi


peremajaan object glass akuades
diambil

Diamati di Ditutup cover


mikroskop glass

4. Pembuatan Inokulum Patogen

5.Jagung giling (725


6.gr) + Dedak (224 gr) Dimasukkan ke Ditutup dengan
dalam botol aluminium foil
+ CaCO3 (1 gr) + selai
Akuades secukupnya

Diinokulasikan sebanyak
Didinginkan Sterilisasi di
7.3 plug dan diinkubasi
autoklaf 121 0C
hingga tumbuh miselium.
selama 15 menit

5. Inokulasi Tanaman Uji

Inokulum patogen Dicampurkan ke Inkubasi selama


diambil sebanyak dalam tanaman uji 7 x 24 jam
15 gram

6. Reisolasi

Hasil isolat Diletakkan di Ditetesi


peremajaan object glass akuades
diambil

Diamati di Ditutup cover


mikroskop glass
7. Peremajaan

Hasil reisolasi Dipindahkan ke Inkubasi 4 x 24


diambil 1 plug dalam media jam
PDA baru

8. Identifikasi

Hasil isolat Diletakkan di Ditetesi


peremajaan object glass akuades
diambil

Diamati di Ditutup cover


mikroskop glass
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Isolasi dan Identifikasi Patogen


Kelompok
1 2 3 4 5 6
No Pengamatan
Tomat Sawi Kangkung Jagung Cabe Bayam
MAKROSKOPIS
1 Warna koloni Putih Hyalin Putih Hitam Putih Putih
2 Tepi koloni Rata Rata Rata Bergerigi Bergerigi Bergerigi
3 Warna Putih Kuning Putih Hitam Putih Kuning
sebalik pucat
koloni
4 Tekstur Halus Kasar Kasar Kasar Halus Halus
permukaan
5 Pola Tersebar Konsentris Tersebar Menyebar Konsentris Tersebar
penyebaran
MIKROSKOPIS
1 Konidium
a. Ada/tidak Ada Ada Ada Ada Ada Ada
b. Warna Hyalin Hyalin Hitam Hitam Hyalin Hitam
2 Hifa
a. Septat/ase Septat Septat - Aseptat Aseptat Aseptat
ptat
b. Warna Hyalin Hyalin - Hyalin Hyalin Hyalin
3 Nama spesies Trichothechium Alastospora Aspergillus Aspergillus Umbelopsis Aspergillus
sp. sp. sp. sp. sp. sp.
Gambar 1. Pembuatan Gambar 2. Inokulasi Gambar 3. Inokulasi
inokulum patogen (Fusarium tanaman uji (kontrol) tanaman uji (perlakuan)
oxyporum)

Gambar 5. Tanaman sakit Gambar 6. Daun 1 x 1


Gambar 4. Tanaman sehat
(perlakuan) cm ditanam pada media
(kontrol)
PDA (kontrol)

Gambar 7. Daun 1 x 1 cm Gambar 8. Hasil reisolasi Gambar 9. Hasil reisolasi


ditanam pada media PDA tahap inkubasi 4 x 24 jam tahap inkubasi 4 x 24
(perlakuan) (kontrol) jam (perlakuan)

Gambar 10. Peremajaan Gambar 11. Peremajaan


(kontrol) (perlakuan)
B. Pembahasan

Postulat Koch adalah metode yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
virus yang menginfeksi suatu tumbuhan. Postulat Koch berkembang pada abad ke-19
sebagai panduan umum untuk mengidentifikasi patogen yang dapat diisolasikan
dengan teknik tertentu. Walaupun dalam masa Koch, dikenal beberapa penyebab
infektif yang memang bertanggung jawab pada suatu penyakit dan tidak memenuhi
semua postulatnya. Usaha untuk menjalankan postulat Koch semakin kuat saat
mendiagnosis penyakit yang disebabkan virus pada akhir abad ke-19. Masa itu virus
belum dapat dilihat atau diisolasi dalam kultur. Hal ini merintangi perkembangan
awal dari virologi (Gibbs, 1980).
Postulat Koch adalah suatu rangkaian pengujian untuk membuktikan keberadaan
mikrobia tertentu yang merupakan penyebab penyakit (Pelczar & Reid, 1972). Untuk
menentukan bakteri bersifat patogen atau tidak, maka bakteri tersebut harus
memenuhi prinsip Postulat Koch dan harus didukung pula informasi mengenai jenis
bakteri patogenik. Tahun 1880, Koch memanfaatkan kemajuan metoda laboratorium
dan menentukan kriteria yang diperlukan untuk membuktikan bahwa mikroba
spesifik merupakan penyebab penyakit tertentu. Kriteria ini dikenal dengan postulat
Koch yaitu:
1. Mikroorganisme tertentu selalu ditemukan berasosiasi dengan penyakit yang
ditimbulkan.
2. Mikroorganisme dapat diisolasi dan ditumbuhkan sebagai biakan murni di
laboratorium.
3. Biakan murni tersebut bila diinjeksikan pada tanaman yang sesuai dapat
menimbulkan penyakit.
4. Mikroorganisme tersebut dapat diisolasi kembali dari tanaman yang telah
terinfeksi tersebut.
Adanya kriteria tersebut menjadi jalan ditemukannya berbagai bakteri
penyebab berbagai penyakit dalam waktu yang cukup singkat (kurang dari 30 tahun).
Penemuan virus, adanya bakteri yang dapat menimbulkan berbagai penyakit serta
adanya penyakit tertentu yang ditimbulkan oleh lebih dari 1 mikroorganisme
memerlukan modifikasi dari postulat Koch dengan menggunakan perangkat
metabolisme sel inang untuk membentuk seluruh komponen virus (Streets, 1972).
Bobot segar dan kering, tinggi bibit, panjang akar dan akar bobot tanaman
juga ditentukan pada akhir percobaan. Akar gejala yang aseptik berlapis pada PDA
untuk menyelesaikan postulat Koch. Semua eksperimen dilakukan dua kali (Erper et
al., 2013). Tujuan dari praktikum Postulat Koch adalah untuk memberikan
pemahaman praktek Postulat Koch dalam penularan penyakit tanaman yang
disebabkan oleh virus tumbuhan. Khususnya mengetahui bagaimana cara penularan
virus dari tanaman yang satu ke tanaman yang lain menggunakan metode sap, karena
sangat penting untuk penelitian virus dalam laboratorium (Streets, 1972).
A. Pengamatan langsung
1. Daun kacang-kacangan yang terkena penyakit karat daun disiapkan.
2. Daun yang diduga terkena penyakit karat daun diamati gejalanya dengan tanda-
tanda penyakit yang ditimbulkan pada tanaman kacang.
3. Asosiasi ini ditandai dengan adanya patogen pada tanaman yang sakit.
B. Pembuatan ekstrak atau sap dari tanaman yang terinfeksi virus
1. Tanaman kacang-kacangan yang mengalami sakit dicari, kemudian dipetik
beberapa daun muda yang sakit.
2. Daun yang sakit dimasukkan ke dalam mortar, daun dilumatkan dalam akuades
dengan penumbuk porselen.
3. Daun yang telah dilumatkan disaring dengan kertas saring sampai sap yang
diperoleh hanya berupa cairan atau ekstrak.
C. Pengujian
1. Dua tanaman kacang-kacangan sehat disiapkan, satu tanaman sebagai kontrol
dan satu tanaman lagi sebagai uji perlakuan.
2. Sap atau ekstrak dari daun yang sakit diolesi dengan cotton bud ke daun yang
sehat pada tanaman perlakuan yang sebelumnya permukaan daun sudah dilukai
dengan menggunakan amplas secara perlahan.
3. Setelah itu kedua daun tanaman baik kontrol maupun perlakuan ditutup dengan
menggunakan plastik transparan yang terpisah agar tanaman kontrol tidak ikut
terinfeksi. Penutupan dengan plastik transparan dimaksudkan untuk menjaga
kondisi agar tetap lembab yang akan mendukung pertumbuhan patogen pada
tanaman inang.
4. Perubahan yang terjadi pada daun diamati baik pada daun yang diinokulasi
maupun control setiap hari sampai 7 hari. Mengamati apakah menimbulkan
gejala yang sama antara daun awal yang terinfeksi virus dengan daun yang telah
diinokulasi.
D. Uji penegasan
1. Uji penegasan dilakukan sesuai dengan kriteria Postulat Koch yang ketiga dan
keempat yaitu, (3) mikroorganisme penyebab penyakit hasil isolasi harus dapat
menimbulkan gejala yang sama dengan gejala penyakitnya, apabila
diinokulasikan, dan (4) mikroorganisme penyebab penyakit harus dapat
direisolasi dari gejala yang timbul hasil inokulasi. Maka dilakukan reisolasi atau
perlakuan kembali seperti pada metode poin A, B dan C.
2. Daun awal yang terinfeksi virus, daun pada inokulasi sap pertama, daun pada
inokulasi sap kedua dan kontrol dibandingkan (Streets, 1972).
Sawi hijau (Brassica rapa) merupakan jenis sayuran yang cukup populer.
Haryanto (1994) menjelaskan bahwa sawi hijau termasuk herba semusim yang
mudah tumbuh. Perkecambahannya epigeal. Setelah daun ketiga dan seterusnya akan
membentuk setengah roset dengan batang yang cukup tebal, namun tidak berkayu.
Daun elips, dengan bagian ujung biasanya tumpul. Warnanya hijau segar, biasanya
tidak berbulu. Menjelang berbunga sifat rosetnya agak menghilang, menampakkan
batangnya. Bunganya kecil, tersusun majemuk berkarang. Mahkota bunganya
berwarna kuning, berjumlah 4 (khas Brassicaceae). Benang sarinya 6, mengelilingi
satu putik. Buahnya menyerupai polong tetapi memiliki dua daun buah dan disebut
siliqua (Haryanto et al., 2001).
Klasifikasi dari sawi hijau adalah:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica rapa (Haryanto et al., 2001).
Cabai merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan secara
komersial di negara-negara tropis. Buah cabai mengandung zat gizi yang sangat
diperlukan untuk kesehatan manusia, antara lain: kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin
(A dan C), zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin dan
lutein. Selain itu, cabe mengandung mineral seperti zat besi, kalium, kalsium, fosfor
dan niasin. Buah cabai mengandung 15 g protein, 11 g lemak, 35 g karbohidrat 150
mg kalsium dan 9 mg besi (Saroinsong, 2014).
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum (Saroinsong, 2014).
Tanaman tomat merupakan tanaman semusim (berumur pendek) berarti
tanaman ini memproduksi hanya sekali dan setelah itu mati. Tanaman tomat ini
lentur dan tidak dapat menopang sendiri, oleh karena itu tanaman ini membutuhkan
ajir untuk menopang pertumbuhannya. Tanaman ini berfamili dengan Solanaceae
yang hidupnya juga membutuhkan ajir untuk menopang pertumbuhan tanaman.
Tanaman ini banyak sekali yang membudidayakan dengan berbegai media tanam
tergantung dengan petani. Klasifikasi Tanaman tomat (Turgiyono, 2002):
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Solanales
Famili: Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus: Solanum
Spesies: Solanum lycopersicum (Turgiyono, 2002)
Tumbuhan bayam ini pada bagian batangnya terdapat duri sehingga dikenal
dengan sebutan Bayam Duri. Bayam duri biasanya tumbuh liar di kebun-kebun yang
terlantar, tepi parit, tepi jalan yang di daerah dataran rendah. Ciri-ciri tumbuhan
bayam ini yaitu:
(1) Tumbuh tegak, tinggi berkisar 30 – 100 cm.
(2) Batang berwarna hijau atau kemerahan, bagian pangkal polos, bagian atas sedikit
berambut, batang bercabang dan berduri.
(3) Daun tunggal, letak berselang-seling, bentuk daun bundar telur memanjang, tepi
rata kadang beringgit, panjang 1,5 – 6 cm, lebar 1 – 3 cm dan berwarna hijau.
(4) Pada ketiak daun terdapat sepasang duri keras yang mudah lepas.
(5) Bunga berbentuk bola di ketiak dan berbentuk bulir, warna hijau keputihan.
(6) Buah bulat panjang, warna hijau.
(7) Biji bulat kecil dan hitam.
(8) Berkembang dengan biji (Hukum & Kuntarsih, 1990).
Klasifikasi Amaranthus spinosus L.
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus spinosus (Hukum & Kuntarsih, 1990).
Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu
tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-
cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman
60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih,
terutama pada jenis kangkung air. Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-
buku, banyak mengandung air (herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar
akar. Memiliki percabangan yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan
merayap (menjalar) (Suratman et al., 2000).
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di
ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru.
Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas
berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Selama
fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji
terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk
“terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung.
Kangkung diklasifikasikan sebagai berikut (Suratman et al., 2000):
Kingdom :Plantae
Divisio :Spermatophyta
Sub Divisio :Angiospermae
Kelas :Dicotyledoneae
Ordo :Convolvulales
Famili :Convolvulacae
Genus :Ipomoea
Spesies : Ipomoea aquatica
Daun jagung tergolong kedalam daun yang sempurna, Daun pada jagung
berwarna hijau muda saat masih mulai menunjukkan daunnya dan hijau tua saat
dewasa dan kuning saat sudah tua, tulang daun dengan ibu tulang daun berada sejajar
dan daun pada jagung ada yang halus tanpa bulu dan ada pula yang kasar dnegan
bulu. Batang tanaman jagung tegak lurus dan kokoh, batang tanaman jagung terdiri
dari ruas-ruas dan disetiap pelepah dibungkus dengan daun yang selalu muncul
disetiap buku nya, namun batang jagung tidak banyak mengandung lignin, namun
batang nya tetap tegak lurus dan kokoh. Akar pada tanaman jagung memiliki akar
serabut dengan mencaapai kedalaman sekitar 8 m, meski demikian rata-rata akar
pada tanaman jagung hanya berada pada kisaran 2 m, selain serabut, akar adventif
juga akan muncul ketika tanaman jagung berumur dewasa yang berfungsi memabntu
mengkokohkan tegaknya batang jagung (Souza et al., 2009).
Klasifikasi Tanaman Jagung yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub kelas : Commilinidae
Ordo : Poales
Family : Paceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L (Souza et al., 2009).
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diperoleh maka dapat


disimpulkan bahwa suatu organisme patogen merupakan penyebab penyakit
pada tumbuhan sakit dengan menggunakan uji Postulat Koch dapat dibuktikan
dengan langkah-langkah, meliputi: isolasi tanaman sakit, peremajaan,
pembuatan inokulum patogen, inokulasi tanaman patogen, reisolasi,
peremajaan, dan identifikasi.

B. Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah sebaiknya dalam melakukan
pemindahan sampel bagian yang sakit ke dalam media PDA agar lebih berhati-
hati kembali agar terhindar dari terjadinya kontaminasi patogen lainnya.
DAFTAR REFERENSI

Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan (Terjemahan Munzir Busnia).


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Erper, I. M. Turkkan, L. At anasova, I. S. DruzhInIna, G. H. Karaca & M. CebI-
KilIcoglu. 2013. Integrated Assessment Of The Mycoparasitic And
Phytostimulating Properties Of Trichoderma Strains Against Rhizoctonia
Solani. Bulgarian. Journal of Agricultural Science. 19 (4): 737-743.
Haryanto, E, T. Suhartini, dan E. Rahayu. 2001. Sawi dan Selada. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Hukum, R. dan S. kuntarsih, 1990. Bercocok Tanam Sayuran. Jakarta: CV Sona.
Pelczar, M.J., R.D. Reid. 1972. “Microbiology”. New York: Mc Graw Hill Book
Company.
Saroinsong, F.R. 2014. Inventarisasi Jenis-Jenis Hama Pada Pertanaman Cabai
(Capsicum Annum L.) Di Kelurahan Kakaskasen Kota Tomohon. Jurnal
Biologi 2 : 1-7.
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada
Univ Press.
Souza, Castro, Pereira, Parentoni, Magelhaes. 2009. Morpho-anatomical
Characterization of root in Recurrent Selection Cycles for Food tolerance of
Maize (Zea mays L.). Plant Soil Environ, 55(11):504-510.
Streets, R.B. 1972. Diagnosis of Plant Diseases. Tuscon: The University of Arizona
Press.
Suratman, Priyanto, D., dan A. D. Setyawan. 2000. Analisis Keragaman Genus
Ipomoea Berdasarkan Karakter Morfologi. Surakarta: UNS.

You might also like