Professional Documents
Culture Documents
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Tujuan acara praktikum kali ini adalah untuk membuktikan bahwa suatu
organisme patogen merupakan penyebab penyakit pada tumbuhan sakit dengan
menggunakan Postulat Koch.
II. TELAAH PUSTAKA
Perkembangan suatu penyakit pada tumbuhan inang didukung oleh tiga faktor,
yaitu inang yang rentan, patogen yang virulen dan lingkungan yang
mendukung. Patogen terbukti memiliki daya virulensi yaitu keberhasilan untuk
menyebabkan suatu penyakit sebagai ekspresi dari patogenisitas. Gejala layu dan
rontok pada daun seiring dengan perkembangan bercak dapat diduga sebagai akibat
dari substansi-substansi yang disekresikan oleh patogen dalam mekanisme
penyerangannya untuk melumpuhkan inang. Kelompok-kelompok utama
substansi yang disekresikan patogen ke dalam tubuh tumbuhan yang
menyebabkan timbulnya penyakit, baik langsung atau tidak langsung
adalah enzim, toksin, zat pengatur tumbuh dan polisakarida (Semangun, 1996).
Salah satu metode isolasi patogen yang cukup mudah dilakukan adalah postulat
Koch. Postulat Koch atau Postulat Henle-Koch ialah 4 kriteria yang dirumuskan
Robert Koch pada 1884 dan disaring dan diterbitkannya pada 1890. Menurut Koch,
keempatnya harus dipenuhi untuk menentukan hubungan sebab-musabab antara
parasit dan penyakit (Semangun, 1996).
Koch menyebutkan bahwa untuk menetapkan suatu organisme
sebagaipenyebab penyakit, maka organisme tersebut harus memenuhi sejumlah
syarat,syaratnya yaitu organisme selalu berasosiasi dengan inang dalam semua
kejadian penyakit, organisme (patogen) dapat diisolasi dan dikulturkan menjadi
biakanmurni, hasil isolasi saat diinokulasikan pada tanman sehat akan
menghasilkangejala penyakit yang sama dengan tanaman yang telah terkena
penyakit, dan dari tanaman yang telah diinokulasi didapatkan hasil isolasi yang sama
dengan hasil isolasi yang pertama (Semangun, 1996).
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah baki, timbangan,
tabung reaksi, cawan petri, jarum ose, polybag, botol selai, wrapper, sendok,
aluminum foil, korek api, Erlenmeyer, sprayer, label, tisu, buku identifikasi,
bor gabus, sarung tangan, masker, pinset, skalpel, cover glass, object glass,
autoklaf, mikroskop, kamera dan alat tulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sampel tanaman
atau bagian tanaman berpenyakit, akuades, tanah steril, klorampenikol, 725
gram jagung giling, dedak 224 gram, 1 gram CaCO3 1 %, media PDA, alkohol
70 %, bibit tanaman, meliputi: tomat (Solanum lycopersicum), sawi (Brassica
rapa), kangkung (Ipomoea aquatica), cabai (Capcisum annum), bayam
(Amaranthus spinosus), dan jagung (Zea mays) dan akuades.
B. Metode
Inkubasi Dipindahkan ke
selama 7 x 24 dalam media
jam PDA
2. Peremajaan
Inkubasi 4 x 24 jam
3. Identifikasi
Diinokulasikan sebanyak
Didinginkan Sterilisasi di
7.3 plug dan diinkubasi
autoklaf 121 0C
hingga tumbuh miselium.
selama 15 menit
6. Reisolasi
8. Identifikasi
A. Hasil
Postulat Koch adalah metode yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
virus yang menginfeksi suatu tumbuhan. Postulat Koch berkembang pada abad ke-19
sebagai panduan umum untuk mengidentifikasi patogen yang dapat diisolasikan
dengan teknik tertentu. Walaupun dalam masa Koch, dikenal beberapa penyebab
infektif yang memang bertanggung jawab pada suatu penyakit dan tidak memenuhi
semua postulatnya. Usaha untuk menjalankan postulat Koch semakin kuat saat
mendiagnosis penyakit yang disebabkan virus pada akhir abad ke-19. Masa itu virus
belum dapat dilihat atau diisolasi dalam kultur. Hal ini merintangi perkembangan
awal dari virologi (Gibbs, 1980).
Postulat Koch adalah suatu rangkaian pengujian untuk membuktikan keberadaan
mikrobia tertentu yang merupakan penyebab penyakit (Pelczar & Reid, 1972). Untuk
menentukan bakteri bersifat patogen atau tidak, maka bakteri tersebut harus
memenuhi prinsip Postulat Koch dan harus didukung pula informasi mengenai jenis
bakteri patogenik. Tahun 1880, Koch memanfaatkan kemajuan metoda laboratorium
dan menentukan kriteria yang diperlukan untuk membuktikan bahwa mikroba
spesifik merupakan penyebab penyakit tertentu. Kriteria ini dikenal dengan postulat
Koch yaitu:
1. Mikroorganisme tertentu selalu ditemukan berasosiasi dengan penyakit yang
ditimbulkan.
2. Mikroorganisme dapat diisolasi dan ditumbuhkan sebagai biakan murni di
laboratorium.
3. Biakan murni tersebut bila diinjeksikan pada tanaman yang sesuai dapat
menimbulkan penyakit.
4. Mikroorganisme tersebut dapat diisolasi kembali dari tanaman yang telah
terinfeksi tersebut.
Adanya kriteria tersebut menjadi jalan ditemukannya berbagai bakteri
penyebab berbagai penyakit dalam waktu yang cukup singkat (kurang dari 30 tahun).
Penemuan virus, adanya bakteri yang dapat menimbulkan berbagai penyakit serta
adanya penyakit tertentu yang ditimbulkan oleh lebih dari 1 mikroorganisme
memerlukan modifikasi dari postulat Koch dengan menggunakan perangkat
metabolisme sel inang untuk membentuk seluruh komponen virus (Streets, 1972).
Bobot segar dan kering, tinggi bibit, panjang akar dan akar bobot tanaman
juga ditentukan pada akhir percobaan. Akar gejala yang aseptik berlapis pada PDA
untuk menyelesaikan postulat Koch. Semua eksperimen dilakukan dua kali (Erper et
al., 2013). Tujuan dari praktikum Postulat Koch adalah untuk memberikan
pemahaman praktek Postulat Koch dalam penularan penyakit tanaman yang
disebabkan oleh virus tumbuhan. Khususnya mengetahui bagaimana cara penularan
virus dari tanaman yang satu ke tanaman yang lain menggunakan metode sap, karena
sangat penting untuk penelitian virus dalam laboratorium (Streets, 1972).
A. Pengamatan langsung
1. Daun kacang-kacangan yang terkena penyakit karat daun disiapkan.
2. Daun yang diduga terkena penyakit karat daun diamati gejalanya dengan tanda-
tanda penyakit yang ditimbulkan pada tanaman kacang.
3. Asosiasi ini ditandai dengan adanya patogen pada tanaman yang sakit.
B. Pembuatan ekstrak atau sap dari tanaman yang terinfeksi virus
1. Tanaman kacang-kacangan yang mengalami sakit dicari, kemudian dipetik
beberapa daun muda yang sakit.
2. Daun yang sakit dimasukkan ke dalam mortar, daun dilumatkan dalam akuades
dengan penumbuk porselen.
3. Daun yang telah dilumatkan disaring dengan kertas saring sampai sap yang
diperoleh hanya berupa cairan atau ekstrak.
C. Pengujian
1. Dua tanaman kacang-kacangan sehat disiapkan, satu tanaman sebagai kontrol
dan satu tanaman lagi sebagai uji perlakuan.
2. Sap atau ekstrak dari daun yang sakit diolesi dengan cotton bud ke daun yang
sehat pada tanaman perlakuan yang sebelumnya permukaan daun sudah dilukai
dengan menggunakan amplas secara perlahan.
3. Setelah itu kedua daun tanaman baik kontrol maupun perlakuan ditutup dengan
menggunakan plastik transparan yang terpisah agar tanaman kontrol tidak ikut
terinfeksi. Penutupan dengan plastik transparan dimaksudkan untuk menjaga
kondisi agar tetap lembab yang akan mendukung pertumbuhan patogen pada
tanaman inang.
4. Perubahan yang terjadi pada daun diamati baik pada daun yang diinokulasi
maupun control setiap hari sampai 7 hari. Mengamati apakah menimbulkan
gejala yang sama antara daun awal yang terinfeksi virus dengan daun yang telah
diinokulasi.
D. Uji penegasan
1. Uji penegasan dilakukan sesuai dengan kriteria Postulat Koch yang ketiga dan
keempat yaitu, (3) mikroorganisme penyebab penyakit hasil isolasi harus dapat
menimbulkan gejala yang sama dengan gejala penyakitnya, apabila
diinokulasikan, dan (4) mikroorganisme penyebab penyakit harus dapat
direisolasi dari gejala yang timbul hasil inokulasi. Maka dilakukan reisolasi atau
perlakuan kembali seperti pada metode poin A, B dan C.
2. Daun awal yang terinfeksi virus, daun pada inokulasi sap pertama, daun pada
inokulasi sap kedua dan kontrol dibandingkan (Streets, 1972).
Sawi hijau (Brassica rapa) merupakan jenis sayuran yang cukup populer.
Haryanto (1994) menjelaskan bahwa sawi hijau termasuk herba semusim yang
mudah tumbuh. Perkecambahannya epigeal. Setelah daun ketiga dan seterusnya akan
membentuk setengah roset dengan batang yang cukup tebal, namun tidak berkayu.
Daun elips, dengan bagian ujung biasanya tumpul. Warnanya hijau segar, biasanya
tidak berbulu. Menjelang berbunga sifat rosetnya agak menghilang, menampakkan
batangnya. Bunganya kecil, tersusun majemuk berkarang. Mahkota bunganya
berwarna kuning, berjumlah 4 (khas Brassicaceae). Benang sarinya 6, mengelilingi
satu putik. Buahnya menyerupai polong tetapi memiliki dua daun buah dan disebut
siliqua (Haryanto et al., 2001).
Klasifikasi dari sawi hijau adalah:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica rapa (Haryanto et al., 2001).
Cabai merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan secara
komersial di negara-negara tropis. Buah cabai mengandung zat gizi yang sangat
diperlukan untuk kesehatan manusia, antara lain: kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin
(A dan C), zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin dan
lutein. Selain itu, cabe mengandung mineral seperti zat besi, kalium, kalsium, fosfor
dan niasin. Buah cabai mengandung 15 g protein, 11 g lemak, 35 g karbohidrat 150
mg kalsium dan 9 mg besi (Saroinsong, 2014).
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum (Saroinsong, 2014).
Tanaman tomat merupakan tanaman semusim (berumur pendek) berarti
tanaman ini memproduksi hanya sekali dan setelah itu mati. Tanaman tomat ini
lentur dan tidak dapat menopang sendiri, oleh karena itu tanaman ini membutuhkan
ajir untuk menopang pertumbuhannya. Tanaman ini berfamili dengan Solanaceae
yang hidupnya juga membutuhkan ajir untuk menopang pertumbuhan tanaman.
Tanaman ini banyak sekali yang membudidayakan dengan berbegai media tanam
tergantung dengan petani. Klasifikasi Tanaman tomat (Turgiyono, 2002):
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Solanales
Famili: Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus: Solanum
Spesies: Solanum lycopersicum (Turgiyono, 2002)
Tumbuhan bayam ini pada bagian batangnya terdapat duri sehingga dikenal
dengan sebutan Bayam Duri. Bayam duri biasanya tumbuh liar di kebun-kebun yang
terlantar, tepi parit, tepi jalan yang di daerah dataran rendah. Ciri-ciri tumbuhan
bayam ini yaitu:
(1) Tumbuh tegak, tinggi berkisar 30 – 100 cm.
(2) Batang berwarna hijau atau kemerahan, bagian pangkal polos, bagian atas sedikit
berambut, batang bercabang dan berduri.
(3) Daun tunggal, letak berselang-seling, bentuk daun bundar telur memanjang, tepi
rata kadang beringgit, panjang 1,5 – 6 cm, lebar 1 – 3 cm dan berwarna hijau.
(4) Pada ketiak daun terdapat sepasang duri keras yang mudah lepas.
(5) Bunga berbentuk bola di ketiak dan berbentuk bulir, warna hijau keputihan.
(6) Buah bulat panjang, warna hijau.
(7) Biji bulat kecil dan hitam.
(8) Berkembang dengan biji (Hukum & Kuntarsih, 1990).
Klasifikasi Amaranthus spinosus L.
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus spinosus (Hukum & Kuntarsih, 1990).
Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu
tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-
cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman
60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih,
terutama pada jenis kangkung air. Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-
buku, banyak mengandung air (herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar
akar. Memiliki percabangan yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan
merayap (menjalar) (Suratman et al., 2000).
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di
ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru.
Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas
berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Selama
fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji
terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk
“terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung.
Kangkung diklasifikasikan sebagai berikut (Suratman et al., 2000):
Kingdom :Plantae
Divisio :Spermatophyta
Sub Divisio :Angiospermae
Kelas :Dicotyledoneae
Ordo :Convolvulales
Famili :Convolvulacae
Genus :Ipomoea
Spesies : Ipomoea aquatica
Daun jagung tergolong kedalam daun yang sempurna, Daun pada jagung
berwarna hijau muda saat masih mulai menunjukkan daunnya dan hijau tua saat
dewasa dan kuning saat sudah tua, tulang daun dengan ibu tulang daun berada sejajar
dan daun pada jagung ada yang halus tanpa bulu dan ada pula yang kasar dnegan
bulu. Batang tanaman jagung tegak lurus dan kokoh, batang tanaman jagung terdiri
dari ruas-ruas dan disetiap pelepah dibungkus dengan daun yang selalu muncul
disetiap buku nya, namun batang jagung tidak banyak mengandung lignin, namun
batang nya tetap tegak lurus dan kokoh. Akar pada tanaman jagung memiliki akar
serabut dengan mencaapai kedalaman sekitar 8 m, meski demikian rata-rata akar
pada tanaman jagung hanya berada pada kisaran 2 m, selain serabut, akar adventif
juga akan muncul ketika tanaman jagung berumur dewasa yang berfungsi memabntu
mengkokohkan tegaknya batang jagung (Souza et al., 2009).
Klasifikasi Tanaman Jagung yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub kelas : Commilinidae
Ordo : Poales
Family : Paceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L (Souza et al., 2009).
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah sebaiknya dalam melakukan
pemindahan sampel bagian yang sakit ke dalam media PDA agar lebih berhati-
hati kembali agar terhindar dari terjadinya kontaminasi patogen lainnya.
DAFTAR REFERENSI