You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut data WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat


masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara–negara
berkembang. Rasio kematian ibu di negara berkembang merupakan
yang tertinggi, dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran
hidup. Jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan
negara maju dan 51 negara berkembang (saptandari P,2009).
Makalah ini membahas “atonia uteri” adalah kita dapat
mengetahui apa itu atonia uteri dan bagaimana cara penanganan
pada atonia uteri. Makalah ini dibuata agar mahasiswa lebih
memahami lagi tentang pengertian, penyebab, dan penaganan dari
atonia uteri.
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan post
partum dini (50%) dan merupakan alasan paling sering untuk
melakukan histerektomi post partum. Kontraksi uterus merupakan
mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan.
Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini.

A. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian atonia uteri


b. Apa saja penyebab atonia uteri
c. Apa saja tanda dan gejala atonia uteri
d. Apa saja penanganan dari atonia uteri
B. Tujuan

a. Mengetahui dan memahami pengertian atonia uteri


b. Mengetahui dan memahami penyebab atonia uteri
c. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala atonia uteri
d. Mengetahui dan memahami cara penanganan atonia uteri
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Atonia Uteri didefinisikan sebagai suatu kondisi kegagalan


uterus dalam berkontraksi dengan baik setelah persalinan,
sedangkan atonia uteri juga didefinisikan sebagai tidak adanya
kontraksi uterus segera setelah plasenta lahir. Sebagian besar
perdarahan pada masa nifas (75-80%) adalah akibat adanya atonia
uteri. Sebagaimana kita ketahui bahwa aliran darah uteroplasenta
selama masa kehamilan adalah 500-800 ml/menit, sehingga bisa kita
bayangkan ketika uterus itu tidak berkontraksi selama beberapa
menit saja, maka akan menyebabkan kehilangan darah yang sangat
banyak. Sedangkan volume darah manusia hanya berkisar 5-6 liter
saja.
Atonia merupakan kondisi rahim tidak dapat berkontraksi dengan
baik setelah persalinan, terjadi pada sebagian besar perdarahan
pascasalin (Lisnawati, 2013).
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim
yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan
terbuka dari tempat implementasi plasenta setelah bayi dan plasenta
lahir (Prawirohardjo, 2011).
Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat
berkontraksi. Bila keadaan ini terjadi, maka darah yang keluar dari
bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali (Sari dan
Rimandini, 2014).
Diagnosis atonia uteri ditegakkan apabila uterus tidak
berkontraksi dalam 15 menit setelah dilakukan rangsangan taktil atau
masase fundus uteri (Sari dan Rimandini, 2014).
B. Etiologi
1. Penyebab uterus membesar lebih dari normal selama keamilan,
diantaranya pada hidramnion (jumlah air ketuban yang berlebihan)
paa kehamilan gameli (kembar), dan janin yang besar misalnya
pada ibu diabetes melitus.
2. Kala I dan II memanjang.
3. Persalinan cepat (partus percipitatus).
4. Persainan yang diinduksi atau dipercepat dengan oxytosin atau
augmentasi.
5. Infeksi intrapartum.
6. Multiparitas tinggi
7. Magnesum sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang
pada preeklamsi atau eklamsi.
8. Umur yang terlalu tua atau muda.
Atonia uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III
persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya ke bawwah
dalam uasaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya belum
terlepas dari uterus.

C. Tanda dan Gejala


Mengenal tanda dan gejala sangat penting dalam penentuan
diagnosis dan penatalaksanaannya. Tanda dan gejala atonia uteri
antara lain sebagai berikut :
1) Perdarahan pervaginam. Perdarahan yang terjadi pada kasus
atonia sangat banyak 500-1000 cc dan darah tidak merembes,
peristiwa yang sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar
disertai gumpalan. Hal ini terjadi karena tromnoplastin sudah
tidak mampu lagi berperan sebagai anti pembeku darah.
2) Konsistensi rahim lunak. Gejala ini merupakan gejala terpenting
atau khas atonia dan membedakan atonia dengan penyebab
perdarahan yang lainnya.
3) Fundus uteri naik.
4) Disebabkan masih banyak darah yang sudah keluar dari
pembuluh darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus.
5) Terdapat tanda-tanda syok
a) Nadi cepat dan lemah.
b) Tekanan darah rendah.
c) Pucat.
d) Keringat / kulit terasa dingin dan lembab.
e) Pernafasan cepat.
f) Gelisah, bingung atau kehilang kesadaran.
g) Urine yang sedikit.
(Sari dan Rimandini, 2014)

D. Penanganan
1) Sikap bidan dalam menghadapi atonia uteri
Meningkatkan upaya preventif adalah sJalah satu sikap
bidan terhadap penanganan atonia uteri dengan cara
meningkatkan penerimaan keluarga berencana sehingga
memperkecil jumlah grande multipara dan memperpanjang jarak
hamil, melakukan konsultasi atau merujuk kehamilan dengan
overdistensi uterus, hidramnion dan kehamilan ganda dugaan
janin besar (makrosomia), mengurangi peranan pertolongan
persalinan oleh dukun (Wahyuni, 2011).
2) Penanganan segera
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah dilakukan rangsangan taktil (masase) fundus uteri :
a) Segera lakukan Kompresi Bimanual Internal (KBI)
Kompresi Bimanual Internal adalah metode yang berguna untuk
mengendalikan perdarahan pada atonia uteri.
Langkah-langkah Kompresi Bimanual Internal sebagai berikut :
1. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril,
dengan lembut masukkan secara obstetrik (menyatukan
kelima ujung jari) melalui introitus ke dalam vagina ibu.
2. Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau
bekuan darah pada kavum uteri mungkin hal ini
menyebabkan uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh.
3. Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior,
tekan dinding anterior uterus ke arah tangan luar yang
menahan dan mendorong dinding posterior uterus ke arah
depan sehingga uterus ditekan dari arah depan dan
belakang.
4. Tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus
ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah
yang terbuka (bekas implantasi plasenta).
b) Evaluasi keberhasilan
1. Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan
melakukan KBI selama dua menit, kemudian perlahan-lahan
keluarkan tangan dan pantau ibu secara melekat selama
kala IV.
2. Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan masih berlangsung,
periksa ulang perineum, vagina dan serviks apakah terjadi
laserasi. Jika demikian, segera lakukan penjahitan untuk
menghentikan perdarahan.
3. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan
keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal
(KBE) kemudian lakukan langkah-langkah penatalaksanaan
atonia uteri selanjutnya. Minta keluarga untuk mulai
menyiapkan rujukan.
c) Berikan 0,2 mg ergometrin IM atau misoprostol 600-1000 mcg
per rektal. Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan
hipertensi karena ergometrin dapat menaikkan tekanan darah.
d) Gunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang
infus dan berikan 500 cc larutan Ringer Laktat yang
mengandung 20 unit oksitosin.
e) Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan
ulangi KBI.
f) Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit,
segera rujuk ibu karena hal ini bukan atonia uteri sederhana.
Ibu membutuhkan tindakan gawat darurat di fasilitas kesehatan
rujukan yang mampu melakukan tindakan operasi dan transfusi
darah.
g) Sambil membawa ibu ke tempat rujukan, teruskan tindakan KBI
dan infus cairan hingga ibu tiba di tempat rujukan.
1. Infus 500 ml pertama dihabiskan dalam waktu 10 menit.
2. Berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan
atau hingga jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 L
kemudian lanjutkan dalam jumlah 125 cc/jam.
3. Jika cairan infus tidak cukup, infuskan 500ml (botol kedua)
cairan infus dengan tetesan sedang dan ditambah dengan
pemberian cairan secara oral untuk dehidrasi (Sujiyatini,
2011).
h) Langkah-langkah Kompresi Bimanual Eksternal (KBE) sebagai
berikut :
1. Letakkan satu tangan pada abdomen didepan uterus, tepat
didepan simfisis pubis.
2. Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen
(dibelakang korpus uteri) usahakan memegang bagian
belakang uterus seluas mungkin.
3. Letakkan gerakan saling merapatkan kedua tangan untuk
melakukan kompresi pembuluh darah di dinding uterus
dengan cara menekan uterus diantara kedua tangan
tersebut, ini akan membantu uterus berkontraksi dan
menekan pembuluh darah uterus.
i) Kompresi Aorta Abdominalis
Langkah-langkah kompresi aorta abdominalis sebagai berikut :
1) Raba pulsasi arteri femoralis pada lipat paha. Kepalkan
tangan kiri dan tekankan bagian punggung jari telunjuk
sehingga kelingking pada umbilikus kearah kolumna
vertebralis dengan arah tegak lurus.
2) Dengan tangan yang lain, raba pulsasi arteri femoralis untuk
mengetahui cukup tidaknya kompresi.
3) Jika pulsasi masih teraba, artinya tekanan kompresi masih
belum cukup.
4) Jika tekanan tangan mencapai aorta abdominalis, maka
pulsasi arteri femoralis akan berkurang atau terhenti.
5) Jika perdarahan pervaginam berhenti, pertahankan posisi
tersebut dan pemijatan uterus (dengan bantuan asisten)
hingga uterus berkontraksi dengan baik.
6) Jika perdarahan masih berlanjut: lakukan ligasi arterina dan
utero-ovarika, jika perdarahan terus banyak, lakukan
histerektomi supravaginal (Sujiyatini, 2011).
E. Bagan Penanganan Atonia Uteri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Atonia uteri adalah suatu keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim
yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan
terbuka dari tempat implementasi plasenta setelah bayi dan
plasenta lahir sehingga terjadi perdarahan.
2. Faktor penyebab terjadinya atonia uteri antara lain uterus
membesar, kala I memanjang, persalinan cepat, persalinan yang di
induksi atau dipercepat dengan oksitosin, infeksi intrapartum,
multiparitas tinggi, magnesium sulfat digunakan untuk
mengendalikan kejang pada peeklamsia dan eklamsia, dan umur
yang terlalu tua atau muda.
3. Tanda dan gejala atonia uteri antara lain perdarahan pervaginam,
konsistensi rahum lunak, fundus uteri naik, ddan terdapat tanda-
tanda syok.

B. Saran
Atonia uteri adalah penyebab terbanyak perdarahan post partum,
sehingga kita sebagai tenaga medis harus mampu mengenali tanda
bahanyanya dan dapat mengatasi masalah atonia uteri ini dengan
memahami dan mengetahui langkah-langkah dalam penanganan
atonia uteri.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/6401502/ _Atonia_Uteri

http://jurnalkeaisyiyahbandung.ac.id/jurnal.php?detail=jurnal&file=JKA_

Vol_1_Nomor_2_Desember%202014_PratiwiPujiLestari_8.pdf&id=523

&cd=0b2173ff6ad6a6fb09c95f6d50001df6&name=JKA_Vol_1_Nomor_

2_Desember%202014_PratiwiPujiLestari_8.pdf

https://www.jurnal-doc.com/jurnal/jurnal-penelitian-atonia-uteri-pdf/
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ..........................................................................

B. Rumusan masalah....................................................................

C. Tujuan umum............................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Atonia Uteri .................................................................

B. Etiologi ......................................................................................

C. Tanda dan Gejala ....................................................................

D. Penanganan .............................................................................

E. Bagan ......................................................................................

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ..........................................................................

B. SARAN ....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,


karena dengan pertolongan-Nya kami dapat menyelesaiakan hasil
makalah yang berjudul ‘’Atonia Uteri’’

Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami


dalam proses pengerjaannya, tetapi kami berhasil menyelesaikannya
dengan baik.Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman yang telah menyelesaikan makala ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.

Makassar 03 Mei 2018

Kelompok 1

You might also like