You are on page 1of 8

MAKALAH KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

“ Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Jambu Biji(Psidium Guajava)


Terhadap Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe II”

Dosen Pembimbing: Eliza Arman, Apt,M.Farm

Disusun Oleh Kelompok 1

1. Destyana Jeri
2. Dewi Permata Sari
3. Febrio Esa Putra
4. Indah Wulan Yuli

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

2018
1. Definisi Penyakit Diabetes Melitus
Diabetes Melitus(DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin,kerja insulin, atau kedua-duanya.(ADA,2010).
Diabetes Melitus adalah keadaan peningkatan kadar glukosa darah yang
kronik diserati berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal,yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik(Mirza Maulan,2009) Hormon
insulin dihasilkan oleh sekelompok sel beta dikelenjar pankreas dan sangat
berperan dalam metabolisme glukosa dalam sel tubuh. Tingginya pervalensi
Diabetes melitus menjadikan sangat penting untuk segera diatasi.
Menurut WHO Diabetes Melitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat,lipid,dan protein sebagai akibat dari insufiensi fungsi insulin.
Infusiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh sel-
sel beta Langgerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurangnya
responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin(DepKes,2008).
Hiperglikemia kronik pada diabetes melitus berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang,disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh,
terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah(gustaviani,2008).
Menurut PERKENI(2011) seseorang dapat didiagnosa penyakit Diabetes
Melitus apabila mempunyai gejala klasik seperti poliuri,polidipsi,dan polifagi
disertai dengan kadar glukosa darah sewaktu lebih kurang 200mg/dl dan gula
darah puasa lebih kurang 126mg/dl.
Diabetes melitus tidak dapat disembuhkan akan tetapi kadar gula darah
dapat dikendalikan melalui diet, olahraga, dan obat-obatan. Untuk dapat
mencegah terjadinya komplikasi kronis diperlukan pengendalian DM yang
baik(Perkeni,2011)
2. Etiologi Penyakit Diabetes Melitus
Menurut Wijaya Kusuma(2004) Penyakit DM dapat disebabkan oleh
beberapa hal,yaitu:
a. Pola Makan
Pola Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kaloribyang
dibutuhkan tubuh agar memacu timbulnya DM. Hal ini disebabkan
oleh jumlah atau kadar insulin oleh sel pancreas mempunyai
kapasitas maksimum untuk disekresi.
b. Obesitas
Orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90Kg mempunyai
kecendrungan lebih besar untuk terserang DM dibandingkan
dengan orang yang tidak gemuk.
c. Faktor Genetik
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM dari orang tuanya.
Biasanya seseorang yang menderita DM mempunyai anggota
keluarga yang mengalami riwayat DM juga.
d. Bahan kimia dan obat-obatan
Bahan kimia tertentu mengiritasi pancreas yang menyebabkan
radang pancreas. Peradangan pada pancreas dapat menyebabkan
pancreas tidak berfungsi secara optimal dalam mensekresikan
hormone yang diperlukan untuk metabolism dalam tubuh,termasuk
hormone insulin.
e. Penyakit dan infeksi pancreas
Mikroorganisme seperti virus dan bakteri dapat menginfeksi
pancreas sehingga menimbulkan radang pancreas. Hal ini
menyebabkan sel pada pancreas tidak bekerja secara optimal dalam
mensekresi insulin.
3. Tanda dan Gejala Penyakit Diabetes Melitus
Kejadian DM diawali dengan kekurangan insulin sebagai penyebab utama.
Di sisi lain timbulnya DM bisa berasal dari kekurangan insulin yang bersifat
relatif yang disebabkan oleh adanya resistensi insulin (insuline recistance).
Keadaan ini ditandai dengan ketidakrentanan/ ketidakmampuan organ
menggunakan insulin, sehingga insulin tidak bisa berfungsi optimal dalam
mengatur metabolisme glukosa. Akibatnya, kadar glukosa darah meningkat
(hiperglikemi) (M.N Bustan, 2007).
Gejala klasik DM adalah
a) Rasa haus yang berlebihan(polidipsia) yaitu rasa haus yang
berlebihan yang timbul karena kadar glukosa terbawa oleh urin
sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asuapan
cairan(Subekti,2009)
b) Pengeluaran Urin(Poliuria) adalah keadaan dimana volume air
kemih dalam 24 jam meningkat melebihi batas normal. Poliuri
timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar glukosa dalam tubuh
relatif tinggi sehingga tubuh tudak sanggup untuk mengurainya dan
berusaha mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran ini
lebih sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan
mengandung glukosa(PERKENI,2011)
c) Timbul rasa lapar(Polifagia) kareana glukosa dalam sel tubuh
semakin habis sedangkan glukos didalam darah cukup
tinggi(PERKENI,2011)
d) Berat badan yang turun dengan cepat karena tubuh terpaksa
mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan
energi(Subekti,2009)
e) Disamping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada
jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi
kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu
sering melahirkan bayi diatas 4 kg. Kadang-kadang ada pasien
yang sama sekali tidak merasakan adanya keluhan. Mereka
mengetahui adanya DM hanya pada saat chek up ditemukan kadar
glukosa darahnya tinggi (Suyono Dalam Pusat Diabetes dan Lipid,
2007).
Menurut Utami (2003) dan Dalimartha (2005) Parameter umum yang
digunakan untuk mendiagnosis diabetes melitus adalah:
 Seseorang dikatakan menderita diabetes mellitus jika kadar glukosa
darah ketika puasa lebih dari 120mg/dl atau 2 jam setelah minum
larutan glukosa 75gr menunjukan glukosa darah lebih dari
200mg/dl
 Seseorang dikatakan terganggu toleransi glukosanya,jika kadar
glukosa darah ketika puasa 100-125mg/dl atau setelah minum
larutan glukosa 75gr menunjukan glukosa 140-199mg/dl
 Seseorang dikatakan normal atau tidak menderita diabetes mellitus
jika kadar glukosa darah ketika puasa kurang dari 110mg/dl dan
kadar glukosa darah 2 jam setelahnya kurang dari 140mg/dl

4. Pengobatan Medis dan Keperawatan Penyakit Diabetes Melitus


Menurut Soegondo (2006) Penatalaksanaan medis pasien dengan diabetes
mellitus meliputi:
a. Obat Hiperglikemik Oral(OHO)
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan yaitu
sebagai pemicu sekresi insulin,Penambah sensitivitas terhadap
insulin,penghambat gluconeogenesis,dan penghambat glukosidase
alfa. Adapun salah satu contoh dari obat ini yaitu Sulfonilurea
dengan efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta
b. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan dimana penurunan berat badan
yang cepat,hiperglikemia berat yang disertai
ketoasidosis,ketoasidosis diabetic,dan gangguan fungsi ginjal atau
hati yang berat.
c. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis
rendah,untuk kemudian dinaikan secara bertahap sesuai dengan
respon kadar glukosa darah.
Adapun penatalaksanaan Keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan
diabetes Melitus yaitu:
Usaha keperawatan dan pengobatan yang ditujukan kepada pasien DM
yang mengalami ulkus anatara lain dengan pemberian antibiotic,perawatan
luka dengan mengompres luka ulkus dengan larutan klorida atau larutan
antiseptic ringan. Selain itu dapat juga dilakukan penutupan ulkus dengan kasa
steril.
Menurut Smeltzer dan Bare(2001) tujuan utama dari penatalaksanaan
terapi DM adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah.
Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindariterjadinya
komplikasi lebih lanjut.
Selain itu salah satu penatalaksaan keperawatan yang bisa dilakukan
adalah pemberian PenKes kepada masyarakat.Tujuan dari pendidikan ini agar
pasien dan masyarakat dapat mempelajari keterampilan dalam melakukan
penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan mampu menghindari diri dari
penyakit DM.

5. Pengobatan Herbal Penyakit Diabetes Melitus


Penanganan nonfarmakologis diabetes melitus salah satunya Diabetes
Melitus tipe 2 dapat menggunakan tanaman herbal. Beberapa tanaman yang
bisa digunakan sebagai bahan baku obat diabetes melitus diantaranya adalah
Belimbing, Brotowali, Jagung, Jambu Biji,Jinten hitam, Alpokat, Apel dan
sebagainya (Wasito,2011)
Studi yang dilakukan di Puskesmas Desa Leyangan bulan Januari-
Desember 2011 terdapat sebanyak 170 kasus yang menderita diabetes melitus.
Hasil wawancara yang dilakukan dari 5 penderita diabetes mereka mengatakan
tidak mengetahui bahwa daun jambu biji dapat digunakan dalam mengontrol
atau menurunkan kadar glukosa darah.
Daun Jambu Biji(Psidium Guajava) mengandung senyawa Tanin dan
kalsium dimana tanin menghambat enzim a glikosidase sehingga
melambatkan pelepasan glukosa dalam darah.
Jambu biji merupakan tumbuhan yang mudah tumbuh dimana saja dan
tanpa mengenal musim selalu dapat tumbuh dan berbuah lebat. Sehingga
dengan begitu sangat mudah ditemukan tanaman jambu biji dan mudah untuk
dikelola dan digunakan. Melihat fenomena diatas peneliti tertarik mengambil
masalah penelitian tentang “ Pengaruh pemberian air rebusan daun Jambu Biji
(Psidium Guajava) terhadap kadar glukosa darah penderita Diabetes Melitus
tipe 2 di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang”
Adapun penelitian yang dilakukan di Desa Leyangan berjumlah 170 orang.
Besar sampel dalam penelitian adalah 28 sampel, dimana 14 untuk kelompok
intervensi dan 14 untuk kelompok kontrol.
Hasil penelitian terhadap penderita diabetes melitus sebelum diberikan
terapi air rebusan daun jambu biji (Pisidum Guajava) di Desa Leyangan
Kecamatan UngarannTimur, daun jambu biji diambil sekitar 10
lembar,dikeringkan dan diremukan kemudian masukkan kedalam air panas,
dikonsumsi 2 kali sehari selama 7 hari.
Mean kadar glukosa darah puasa kelompok intervensi adalah sebesar
232,07mg/dl sedangkan mean kadar glukosa darah puasa kelompok kontrol
sebesar 232,79mg/dl. Hasil penelitian tersebut menunjukan kelompok
intervensi dan kontrol mengalami hiperglikemia.
Sesuai dengan teori menurut Nurrahmani(2012) dan Wijoyo(2010)
mengatakan ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi kadar glukosa
darah diantaranya kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin karena
jumlah atau aktivitas reseptor insulin berkurang pada sel, pola makan yang
berlebihan menyebabkan kadar glukosa darah meningkat karena keterbatasan
sel beta pankreas untuk mensekresi insulin.
Gambaran glukosa darah penderita DM tipe 2 setelah diberikan terapi air
rebusan daun jambu biji dengan mean kadar glukosa darah puasa pada
kelompok intervensi setelah pemberian terapi air rebusan daun jambu biji
sebesar 19,21mg/dl. Hal ini menunjukan bahwa ada pebedaan signifikan kadar
glukosa darah puasa sebelum dan sesudah diberikan terapi air rebusan daun
jambu biji pada kelompok intervensi pada penderita diabetes tipe 2.
Setelah diberikan terapi air rebusan daun jambu biji selama 7 hari,
kelompok intervensi mengalami penurunan kadar glukosa darah puasa, dan
ada perbedaan kadar glukosa darah puasa antara sebelum dan sesudah
pemberian air rebusan daun jambu biji.
Penurunan ini disebabkan karena kandungan yang terdapat didalam daun
jambu biji yaitu Tanin dan Kalsium. Tanin adalah zat pahit polifenol yang
sangat baik dan cepat mengikat protein. Daun jambu biji adalah herbal yang
bermanfaat sebagai penormal fungsi kelenjar pankreas dengan efek
farmakologis memperlancar sistem sirkulasi darah dalam memebantu
menormalkan fungsi pankreas dalam mengatasi diabetes melitus(Waid,2011)
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Anastasia Bangun(2004) pada
penelitian kemotaksonomi bahwa dalam daun jambu biji mengandung
senyawa tanin yang berfungsi sebagai penghambat a glukosidase yang
bermanfaat untuk menunda absorbsi glukosa setelah makan sehingga
menghambat kondisi hiperglikemia. Kalsium pada daun jambu biji mampu
menaikkan produksi sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin. Kalsium
bereaksi dengan menstimulus pembebasan insulin dari sel beta pada pulau
langerhans pankreas(Simon,2002)

You might also like