You are on page 1of 15

ANALISIS AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

PADA PT XYZ

Oleh:
Anggraini Darise
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Negeri Gorontalo
email: anggraini_akuntansi2010@mahasiswa.ung.ac.id

Abstrak

Anggraini, Darise. 2014. Skripsi. Analisis Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pada PT XYZ. Program Studi S1 Akuntansi. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I : Rio Monoarfa, SE. Ak, M.Si dan
Pembimbing II : Usman, S.Pd, SE, M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perhitungan dan pencatatan Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai pada PT XYZ. Adapun
metode yang digunakan oleh penulis dalam mendapatkan data adalah metode dokumentasi
dari transaksi-transaksi penjualan dan pembelian yang ada pada PT XYZ dan untuk
menetukan PPN yang harus dibayar. Hasil penelitian memperoleh kesimpulan bahwa
perhitungan akuntansi pajak pertambahan nilai yang ada pada PT XYZ menggunakan sistem
perhitungan PK - PM (Pajak Keluaran & Pajak Masukan). Sehingga dapat dengan mudah
menetukan besar pajak yang akan dibayar oleh perusahaan dan kemudian membandingkan
antara perhitungan perusahaan dan perhitungan pajak. sebab ada transaksi yang tidak dapat
diakui oleh pajak tetapi diakui oleh perusahaan berdasarkan Undang-Undang No 42 Tahun
2009 dan begitu pula sebaliknya.
Kata Kunci : Akuntansi Pajak, Pajak Pertambahan Nilai, Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai,
Analisis perbandingan

ABSTRACT
Anggraini , Darise . , 2014. Thesis . Accounting Analysis of Value Added Tax ( VAT )
at PT XYZ . S1 Accounting Studies Program . Accounting Department . Faculty of Economics
and Business . Gorontalo State University . Supervisor I : Rio Monoarfa , SE . Ak , M.Si and
Advisor II : Usman , S. Pd , SE , M.Sc. This study aims to determine the calculation and
recording of Value Added Tax Accounting at PT XYZ . The methods used by the author in
getting data is a method of documentation of sales transactions and purchases that exist in
XYZ and to determine the VAT to be paid . The results of the study came to the conclusion
that the accounting calculation of the value added tax is in XYZ system uses computation PK
- PM ( Output Tax and Input Tax ) . Allowing you to easily determine much tax will be paid
by the company and then compared between the calculation and the calculation of corporate
taxes . because there is a transaction that can not be recognized by the tax but is recognized
by the company pursuant to Act No. 42 of 2009 and vice versa .

Keywords : Accounting Tax , Value Added Tax , Value Added Tax Accounting , A
comparative analysis

Anggraini Darise Page 1


1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan sektor yang sangat penting bagi sumber penerimaan negara, dalam
pos penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sumbangan pajak
memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan dengan sumber penerimaan lain (non pajak).
Penerimaan pajak yang kurang maksimal dikhawatirkan menyebabkan pemerintahan
mengalami kesulitan untuk membiayai seluruh pengeluaran negara, Pengeluaran Negara yang
dibiayai dari pajak yakni berhubungan dengan pembangunan atau penyediaan fasilitas-
fasilitas umum berupa jalan, jembatan, Rumah sakit dan lain sebagainya. Salah satu jenis
pajak yang merupakan sumber penerimaan Negara yakni berasal dari Pajak Pertambahan
Nilai (PPN), yang menggantikan Pajak Penjualan (PPn) sejak 1 April 1985 yang ditetapkan
berdasarkan Undang- Undang Nomor 8 tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Setiap pembelian barang yang ada hubungannya
secara langsung dengan barang yang akan dihasilkan/dijual, maka atas pajak yang dikenakan
terhadap barang tersebut, oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) merupakan pajak masukan yang
besarnya 10% dari harga beli barang, sedangkan bila barang tersebut akan menambahkan 10%
dari harga jual sebelum pajak sebagai PPN yang merupakan pajak keluaran untuk masa pajak
yang bersangkutan. Sesuai dengan pasal 15 A ayat 1 UU Nomor. 42 Tahun 2009 batas akhir
penyetoran/pembayaran PPN adalah akhir bulan berikutnya.
Permasalahan yang peneliti temukan dilapangan melalui wawancara pada PT XYZ dari
bagian pajak yakni terjadinya kesalahan dalam menentukakan PPN yang dibayar. Pada saat
terjadinya transaksi penjualan barang dari perusahaan maka perusahaan telah melakukan
pencatatan mendebet kas dan mengkredit penjualan dan PPN Keluaran ,Perusahaan telah
memungut pajak keluaran yakni untuk disetorkan ke kas negara, dan pembeli telah
mendapatkan faktur pajak dari Perusahaan PT XYZ sebagai bukti dari telah dipungutnya PPN,
akan tetapi pada akhir bulan yang sama setelah disetorkan PPN oleh perusahaan konsumen
memutuskan untuk membatalkan pembelian yang diakibatkan karena ketidak sesuai barang
dengan yang diharapkan. Jadi perusahaan mengembalikan uang kepada konsumen dan
menerbitkan retur, disatu sisi pembeli mengembalikan barang yang sudah diambil sekaligus
dengan faktur pajaknya. Sehingga dari transaksi pembatalan diatas Perusahaan mengalami
kerugian pada saat membayar PPN yang disebabkan oleh PPN keluaran lebih besar dari pada
PPN Masukan selisih dari PPN tersebut mengakibatkan PPN kurang bayar yang harus
disetorkan ke kas negara oleh perusahaan. Kejadian tersebut sering terjadi setiap tahun dan

Anggraini Darise Page 2


masa pajak PPN sehingga menyebabkan perusahaan merugi pada saat pembayaran pajak PPN
hal ini dikarenakan Perusahaan harus mengeluarkan kembali biaya pajak sebesar PPN
terhutang (kurang bayar) tersebut . Berdasarkan permasalahan yang dibahas diatas maka
peneliti menggambil judul yakni “ Analisis Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
pada PT XYZ “
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah

yakni “bagaimana perhitungan dan pencatatan pajak pertambahan nilai (PPN) berdasarkan

akuntansi pajak pada PT XYZ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan diatas, maka tujuan penelitian yakni

untuk mengetahui perhitungan dan pencatatan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) berdasarkan

akuntansi pajak pada PT XYZ.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi penulis, memberikan pengetahuan yang lebih lagi tentang Akuntansi Pajak
Petambahan Nilai (PPN) yang nantinya kelak akan dimanfaatkan atau digunakan apa
bila penulis telah terjun langsung dalam dunia pekerjaan.
2. Bagi perusahaan, Adapun manfaat praktis dari hasil penelitian ini bagi PT XYZ dapat
dijadikan sebagai masukan dan informasi tentang tata cara pencatatan dan perhitungan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sesuai dengan Akuntansi Pajak yang berlaku sebagai
dasar dalam mengevaluasi Akuntansi Pajak Pertamabahan Nilai (PPN) Pada PT XYZ.
3. Bagi pembaca, Diharapkan dapat menambah perkembangan ilmu pengetahuan tentang
bidang-bidang ilmu yang terkait,yakni tentang Akuntansi dan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) Serta untuk membandingkan antara teori yang ada dengan kenyataan yang
terjadi di lapangan.

2. Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Akuntansi Perpajakan
Muljono (2009: 1) Akuntansi yang dilaksanakan oleh perusahaan atau organisasi pada
umumnya mengacu pada Prinsip Akuntansi atau Standar Akuntansi Keuangan (SAK), dalam
pengertian ini disebut akuntansi komersial. Akuntansi yang berkaitan dengan perhitungan

Anggraini Darise Page 3


perpajakan dan mengacu pada peraturan dan perundang-undang perpajakan beserta aturan
pelaksanaannya disebut Akuntansi Pajak.
2.2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Mardiasmo (2009 : 269) Pajak Pertamabahan Nilai merupakan penggantian dari pajak
penjualan. Alasan penggantian ini karena Pajak Penjualan dirasa sudah tidak lagi memadai
untuk menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai sasaran kebutuhan
pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan negara, mendorong ekspor, dan
pemerataan pembebanan pajak.
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Kelebihan lain dari Pajak Pertambahan Nilai yakni sebagai berikut : (mardiasmo: 2009: 269)
1. Menghilangkan pajak berganda
2. Menggunakan tarif tunggal, sehingga memudahkan pelaksanaan
3. Netral dalam persaingan dalam negeri
4. Netral dalam perdagangan internasional
5. Netral dalam pola konsumsi
6. Dapat mendorong ekspor
Kelemahan dari Pajak Pertambah an Nilai yang diambil dalam jurnal yang dibuat oleh
Mandey (2013) yakni sebagai berikut :
1. Biaya administrasi relative tinggi bila dibandingkan dengan Pajak Tidak Langsung
lainnya, baik dipihak administrasi pajak maupun dipihak wajib pajak.
2. Menimbulkan dampak regresif, yaitu semakin tinggi tingkat kemampuan konsumen,
semakin ringan beban pajak yang dipikul, dan sebaliknya semakin rendah tingkat
kemampuan konsumen, semakin berat beban pajak yang dipikul. Dampak ini timbul
sebagai konsekuensi karakteristik PPN sebagai pajak objektif.
3. PPN sangat rawan dari upaya penyelundupan pajak. Kerawanan ini ditimbulkan sebagai
akibat dari mekanisme pengkreditan yang merupakan upaya memperoleh kembali pajak
yang dibayar oleh pengusaha dalam bulan yang sama tanpa terlebih dahulu melalui
prosedur administrasi fiskus.
2.4 Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Subjek pajak pertambahan nilai adalah pengusaha yaitu orang pribadi atau badan orang
pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,
mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan
barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan
jasa dari luar pabean.

Anggraini Darise Page 4


2.5 Mekanisme Perhitungan Pajak Pertamabahan Nilai (PPN)
Pajak pertambahan nilai dikenakan (Pasal 4 (1), pasal 16 C, dan 16 D UU PPN) atas :
(Wahono: 2012: 267-268)
1. Penyerahan kena pajak didalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha
2. Impor barang kena pajak
3. Penyerahan jasa kena pajak di dalam dearah pabean yang dilakukan oleh pengusaha
4. Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean
5. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
6. Ekspor barang kena pajak berwujud oleh pengusaha kena pajak
7. Ekspor jasa kena pajak oleh pengusaha kena pajak
8. Kegiatan membangun sendiri (KMS) ( Pasal 16 C UU PPN)
9. Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan (pasal 16D) \
2.6 Pajak Masukan dan Pajak Keluaran
Mardiasmo (2008: 284) mekanisme pengenaan PPN dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Pada saat membeli/memperoleh BKP/JKP, akan dipungut PPN oleh PKP penjual. Bagi
pembeli, PPN yang dipungut oleh PKP penjual tersebut merupakan pembayaran pajak
di muka dan disebut dengan pajak masukan. Pembeli berhak menerima bukti
pemungutan berupa faktur pajak
2. Pada saat menjual/menyerahan BKP/JKP kepada pihak lain, wajib dimemungut PPN.
Bagi penjual, PPN tersebut meruapakan pajak keluaran. Sebagai bukti telah memungut
PPN, PKP penjual wajib membuat faktur pajak
3. Apabila dalam suatu masa pajak (jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan
takwim) jumlah pajak keluaran lebih besar dari pada jumlah pajak masukan. Selisihnya
harus disetorkan ke kas negara
4. Apabila dalam suatu masa pajak jumlah pajak keluaran lebih kecil daripada jumlah
pajak masukan, selisihnya dapat direstitusi (diminta kembali) atau dikompensasikan ke
masa pajak berikutnya
5. Pelaporan perhitungan PPN dilakukan setiap masa pajak dengan menggunakan surat
pemberitahuan masa pajak pertambahan nilai (SPT masa PPN)
Mardiasmo (2008: 285) Cara menghitung PPN adalah sebagai berikut :

PPN = Dasar Pengenaan Pajak X Tarif Pajak

Anggraini Darise Page 5


2.7 Faktur Pajak
Faktur adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan penyerahan BKP/JKP, atau bukti pungutan pajak karena impor BKP yang
digunakan oleh direktorat Jendral Bea dan Cukai. (Herry Purwono : 2010 : 284)
2.8 Pajak Masukan yang tidak dapat Dikreditkan
Mardiasmo (2009: 293) Pajak masukan pada dasarnya dapat dikreditkan terhadap Pajak
Keluaran. Akan tetapi tidak semua Pajak Masukan dapat dikreditkan. Pajak masukan yang
tidak dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan bagi pengeluaran untuk:
1. Perolehan BKP/JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP.
2. Perolehan BKP/JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha.
3. Perolehan dan pemeliharaan kenderaan bermotor sedan, jeep, station wagon, van dan
kombi, kecuali barang dagangan atau disewahkan.
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud ataupun pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean
sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP.
5. Perolehan BKP/JKP yang bukti pungutan pajaknya berupa faktur pajak sederhana.
6. Perolehan BKP atau JKP yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 13 ayat (5) UUN PPN, yang biasanya disubut dengan faktur
pajak cacat.
7. Pajak masukan yang dibayar untuk Perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Perolehan
Jasa Kena Pajak yang atas penyerahan barangnya dibebaskan dari pengenaan pajak
pertambahan nilai.
8. Perolehan BKP/JKP yang pajak masukannya ditagih dengan penerbitan ketettapan
pajak
9. Perolehan BKP atau jkp yang pajak masukannya tidak dilaporkan dalam SPT Masa
PPN yang ditemukan pada saat waktu pemeriksaan.
10. Berkenaan dengan :
• Penyerahan kenderaan bermotor bekas
• Penyerahan jasa yang dilakukan oleh pengusaha biro perjalanan atau pariwisata
• Jasa pengiriman paket
• Jasa angkat piutang
• Kegiatan membangun sendiri
2.9 Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai

Anggraini Darise Page 6


Pencatatan atas transaksi yang melibatkan PPN masih mengacu pada kerangka
konseptual standar akuntansi. Ada dua hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan
pencatatan perkiraan PPN yakni sifat PPN masukan (PM). Jika PM dapat dikreditkan, maka
pencatatannya dilakukan sebagai uang muka pajak. Sebaliknya, jika PM tidak dapat
dikreditkan, maka pencatatannya langsung dibebankan sebagai biaya. (Purwon: 2010: 308)

3 Metode Penelitian
3.1 Jenis dan Sumber Data
3.1.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder
yaitu data-data pembelian dan penjualan yang terjadi pada perusahaan.
3.1.2 Sumber Data
Menurut Kuncoro (2009:145), Sumber data terdiri atas Data Kualitatif dan Data
Kuantitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini oleh penulis adalah Sumber
Data Kuantitatif.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa teknik yaitu: Dokumentasi
3.3 Metode Analisis
Analisis data dilakukan dengan metode deskritif.
3.4 Teknik Analisis Data
Berikut ini adalah Tahapan-tahapan teknik analisis data akan digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Menggumpulkan data-data transaksi-transaksi pembelian dan penjualan .
2. Menghitung PPN masukan dan PPN keluaran. Berdasarkan ketentuan perpajakan yakni
undang-undang No 42 Tahun 2009.
3. Menghitung dan Menentukan PPN yang harus dibayar atau yang direstitusi dan
kompersasi menurut perusahaan. untuk menentukan PPN yang kurang bayar atau yang
lebih bayar dapat digunakan rumus sebagai berikut : Undang-Undang No 42 Tahun
2009 Pasal 9 ayat (4)
PPN keluaran Rp XXX
PPN masukan Rp XXX
PPN yang harus dibayar Rp XXX
Keterangan :
Apabila PPN Masukan Lebih besar dari PPN Keluaran maka PPNnya lebih bayar, dan

Anggraini Darise Page 7


Apabial PPN Masukan Lebih Kecil dari PPN Keluaran maka PPNnya kurang bayar
4. Menghitung dan Menentukan PPN yang harus dibayar atau direstitusi/kompersasi
menurut Perpajakan. PPN yang harus dibayar rumusnya sama dengan yang digunakan
oleh perusahaan yakni berpedoman pada Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Pasal
9 ayat (4), akan tetapi yang akan membedakan adanya pembalian yang diakui oleh
pajak dan ada juga yang tidak diakui oleh pajak berdasarkan undang-undang PPN
Nomor 42 Tahun 2009 pasal 4a mengenai obyek pajak .
5. Membandingkan perhitungan PPN yang menurut Perusahaan dan Peraturan Pajak
kemudian dideskripsikan.

4 Hasil Penelitian
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Sejaraha Singkat Perusahaan
PT XYZ adalah sebuah perusahaan bedding nasional terkemuka di Indonesia , didirikan
pada tahun 1983 . Hal ini didasarkan di ibukota Indonesia , Jakarta dengan lebih dari 1000
karyawan . Ia bekerja sama dengan atas seprai perusahaan USA dalam membawa yang
terbaik kasur merek dan inovasi produk kepada keluarga Indonesia dan berbagai jaringan
hotel internasional .
4.1.2 Visi Dan Misi Perusahaan
Visi PT XYZ
Untuk menjadi 50 kali lebih besar pada tahun 2020
Misi PT XYZ
Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Keluarga di Masyarakat dengan Integritas,
Peningkatan yang sangat baik dan terus-menerus.
4.1.3 Struktur Organisasi
Untuk mengatur jalannya perusahaan dengan baik diperlukan suatu struktur organisasi.
Bentuk struktur organisasi tergantung besar kecilnya perusahaan. Struktur organisasi
perusahaan ini perlu dipersiapkan terlebih dahulu agar tujuan perusahaan dapat terwujud
sesuai dengan yang diharapkan.
4.1.4 Menggumpulkan Data dari Transaksi-Transaksi Pembelian dan Penjualan
Dibawah ini adalah tabel tentang jumlah keseluruhan dari transaksi-transaksi penjualan
dan pembelian yang terjadi pada PT XYZ selama Bulan Agustus, september dan Oktober
tahun 2013.

Anggraini Darise Page 8


Tabel 2 : Tabel Pembelian dan Penjualan Perusahaan pada Bulan Agustus,
September, dan Oktober.
No Transaksi Bulan Agustus Bulan Bulan
September Oktober
1 Pembelian 1.549.922.033 1.233.808.490 1.946.733.424

2 Penjualan 2.369.977.217 1.993.107.894 2.788.941.159

Sumber : PT XYZ dan Data Olahan (2013)


4.1.5 PPN Masukan dan PPn Keluaran
Dibawah ini adalah tabel tentang jumlah dari PPN Masukan dan PPN keluaran yang
terjadi pada PT XYZ selama Bulan Agustus, september dan Oktober tahun 2013.
Tabel 3 : Data PPN Masukan dan PPN keluaran PT XYZ
No Transaksi Bulan Agustus Bulan Bulan
September Oktober
1 PPN Masukan 137.819.062 110.109.144 157.537.914

2 PPN Keluaran 215.452.474 181.191.627 253.540.105

Sumber : PT XYZ dan Data Olahan (2013)

4.2 Pembahasan
4.2.1 Menghitung dan Menentukan PPN yang harus dibayar atau yang direstitusi dan
kompersasi menurut perusahaan.
Setelah dilakukannya perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran Pada Tabel 3,
maka dibawah ini adalah adalah tabel PPN yang akan dibayar menurut Perusahaan:
Tabel 4 : Tabel Perihitungan PPN yang akan Dibayar Oleh Peusahaan
No Transaksi Bulan Agustus Bulan September Bulan Oktober
1 PPN Masukan 137.819.062 110.109.144 157.537.914

2 PPN Keluaran 215.452.474 181.191.627 253.540.105

Anggraini Darise Page 9


PPN ng dibayar 77.633.412 71.082.483 100.482.775
Sumber : PT XYZ dan Data Olahan (2013)
4.2.2 Mekanisme Pembayaran dan Pelaporan PPN pada Perusahaan
Mekanisme pembayaran dan pelaporan PPN pada PT XYZ yakni telah sesuai dengan
peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia berdasarkan Undang-Undang PPN Nomor 42
tahun 2009 pasal 15 A ayat (1) dan (2)
4.2.3 Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada PT XYZ
Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada PT XYZ menggunakan sistem
pencatatan, pencatatan yang dilakukan yakni dengan memisahkan transaksi-transaksi
pembelian dan transaksi-transaksi penjualan. Hal ini dapat dilihat melalui salah satu contoh
transaksi penjualan dan transaksi pembelian yang terjadi pada PT. XYZ :
1. Pada bulan agustus PT XYZ menjual Busa Kepada Toko Pelangi dengan harga Rp.
949.909 (belum termasuk PPN). Dari transaksi tersebut maka jurnalnya adalah sebagai
berikut :

PPN = Rp. 949.909 x 10%

PPN = Rp. 94.991

Jurnal : Transaksi Penjualan


Kas Rp. 1.044.900
Penjualan Rp 949.909
Pajak Keluaran Rp 94.991
2. Pada bulan agustus yang sama PT XYZ membeli bahan baku kepada PT Wahana
dengan harga Rp. 377.382 (belum termasuk PPN). Dari transaksi tersebut maka
jurnalnya adalah sebagai berikut :

PPN = Rp. 377.382 x 10%

PPN = Rp. 37.738

Jurnal : Transaksi Pembelian


Pembelian Rp 377.382
Pajak Masukan Rp 37.738
Kas Rp. 415.120

Anggraini Darise Page 10


3. Menghitung dan menjurnal atas transaksi penjulan dan pembelian PT XYZ diatas
menurut Undanga-Undang No 42. Tahun 2009 Pasal 9 ayat (4):
Pajak Keluaran Rp 94.991
Pajak Masukan Rp 37.738
Pajak yang kurang bayar Rp 57.253
Jurnalnya :
Pajak Keluaran Rp 94.991
Pajak Masukan Rp 37.738
Kas Rp 57.253
4.2.4 Koreksi Fiskal
PT XYZ tidak melakukan koreksi fiskal pada pajak pertambahan nilai (PPN) yang ada.
Hal itu dikarenakan perusahaan menganggapnya sudah tidak perlu sebab pada saat terjadinya
transaksi pembelian maupun penjualan perusahaan langsung mengeluarkan faktur pajak
sebagai dasar penguat telah dipungutnya PPN.
4.2.5 Menghitung dan Menentukan PPN yang harus dibayar atau yang direstitusi dan
kompersasi menurut Perpajakan.
Setelah menghitung PPN yang akan dibayarkan menurut perusahaan , maka pada tabel
5 dibawah ini adalah perhitungan PPN Masukan dan PPN keluaran menurut perpajakan untuk
mendapatkan PPN yang akan dibayar.
Tabel 5 : Tabel PPN Masukan dan PPN Keluaran Menurut Perpajakan
No Transaksi Bulan Agustus Bulan September Bulan Oktober
1 PPN Masukan 82.512.955 48.590.379 112.665.733

2 PPN Keluaran 220.657.004 185.096.486 258.020.689

PPN yang akan dibayar 138.144.049 136.506.107 145.354.956


Sumber : PT XYZ dan Data Olahan (2013)

4.2.6 Membandingkan perhitungan PPN yang menurut Perusahaan dan Peraturan


Pajak

Anggraini Darise Page 11


Setelah dilakukannya perihitungan PPN yang dibayar menurut perusahaan dan PPN
yang dibayar Menurut Pajak, maka dibawah ini adalah Tebel Perbandingan PPN Yang harus
dibayar menurut Perusahaan dan pajak .
Tabel 6: Tabel Perbandingan Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran
menurut Perusahaan dan Perpajakan
Perusahaan Perpajakan
No Keterangan
Agustus Sptember Oktober Agustus Sptember Oktober
1 PPN 137.819.062 110.109.144 157.537.914 82.512.955 48.590.379 112.665.733
Masukan

2 PPN 215.452.474 181.191.627 253.540.105 220.657.004 185.096.486 258.020.689


Keluaran
3 PPN Kurang 77.633.412 71.082.483 100.482.775 138.144.049 136.506.107 145.354.956
Bayar
Sumber : PT XYZ dan Data Olahan (2013)
Dari tabel diatas maka selisih antara pehitungan perusahaan dan pajak dari Bulan
Agustus, September sampai dengan Oktober dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 7 : Data selisih Perhitungan Pembayaran PPN menurut Perusahaan dan
Pajak
No Transaksi Bulan Agustus Bulan September Bulan Oktober
1 Perusahaan 77.633.412 71.082.483 100.482.775

2 Perusahaan 138.144.049 136.506.107 145.354.956


Selisih 60.510.637 65.423.624 44.872.181
Sumber : PT XYZ dan Data Olahan (2013)
Dari tabel diatas menunjukan perbedaan antara pajak yang dihitung perusahaan dengan
pajak yang dihitung menurut perpajakan, bulan agustus memiliki selisih Rp. 60.510.637,
september Rp. 65.423.624 dan bulan oktober Rp. 44.872.181.
Hal perbedaan diatas dapat diuraikan dari hasil penemuan peneliti yakni bagaimana
menurut peraturan perpajakan dan peraturan perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Menurut Perusahaan batas pengekreditan PPN masukan 3 bulan berjalan ada dalam
undang-undang PPN No 42 Tahun 2009 pasal 9 ayat (9) sehingga pada transaksi
pembelian yang dilakukan oleh perusahaan peneliti menemukan tanggal transaski yang
sudah melewati ketentuan perpajakkan misalnya transaksi pembelian pertama

Anggraini Darise Page 12


dilakukan pada bulan juni (sudah mendapatkan faktur) akan tetapi dimasukan dalam
pembayaran masa pajakan PPN bulan agustus, sebenarnya hal tersebut telah dibayarkan
pada masa PPN bulan Juli. Penedapat tersebut tidaklah salah sebab perusahaan ini
dianggap dalam perencanaan pajak perusahaan.
Menurut Perpajakan Pajak Masukan yang tercantum dalam Faktur Pajak yang
penerbitannya telah melebihi batas waktu Masa pajak 1 bulan (PER - 159/PJ./2006)
atau menurut Undang-undang No 42 Tahun 2009 Pasal 9 ayat (8) point i yakni
perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang ditemukan
pada waktu dilakukan pemeriksaan. Dalam arti lain apa bila terdapat pemeriksaan PPN
tanggal faktur bulan juni yang telah lewat namun dengan sengaja perusahaan
masukannya dalam kegiatan pembayaran PPN bulan agustus maka itu tidak dianggap
sebab pajak berasumsi bahwa perusahaan dengan sengaja menggunakan faktur pajak
tersebut untuk meminimalkan pembayaran PPN.
2. Selain hal diatas terdapat perbedaan pemahaman yakni menurut perusahaan
managemen fee yang mempunyai faktur pajak sehingga dapat dimasukan dalam kredit
pajak PPN tetapi menurut perpajakan (Ortax) manajemen fee hanya masuk dalam PPh
pasal 23 tentang penghasilan sehingga perusahaan tidak perlu memasukan maanajemen
fee sebagai PPN masukan hanya membayar PPh pasal 23 saja. Hal ini dilakukan
perusahaan sebagi perencanaan pajak.
3. Untuk PPN keluaran ada beberapa transaksi yang dikeluarkan perusahaan untuk
memperkecil pajak keluaran yang akan dibayar akan tetapi peneliti memasukan
kembali transaksi tersebut sebab menurut pajak segala transaksi yang dipungut PPN
keluaran wajib untuk disetorkan ke kas negara sesuai dengan UU No 42 Tahun 2009
tentang objek pengenaan pajak.
Perpajakan dan Perusahaan memiliki padangan tersendiri dalam menentukan
pembayaran pajak. Bagi perusahaan pembayaran pajak bisa direndahkan untuk kemakmuran
perusahaan yang disebut dalam perencanaan pajak, akan tetapi disisi lain para fisuk harus
meninggikan pajak suatu perusahaan sesuain dengan pengahsilan brutonya dan berdasarkan
peraturan yang berlaku dalam undang-undang Perpajakan untuk kelangsungan masyarakat
umum. Dari pendapat kedua sis tersebut tidak ada yang salah sebab pada dasarnya
perusahaan memiliki pedomannya sendiri dan pajak memiliki pedomannya sendiri. Hal ini
dapt terlihat dari adanya perbedaan cara penentuan PPN yang akan dibayar menurut Pajak
dan menurut perusahaan.

Anggraini Darise Page 13


5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setalah melakukan analisis perhitungan Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari
transaksi-transaksi pembelian dan penjualan yang terjadi pada PT XYZ, maka peneliti dapat
menarik kesimpulan secara umum dan diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik bagi
perusahaan.
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan oleh peneliti sebagai berikut :
a. Perhitungan PPN menurut perusahaan menghasilkan PPN kurang bayar yakni pada
bulan agustus sebesar Rp 77.633.412, pada bulan September Rp 71.082.483 dan pada
bulan Oktober Rp 100.482.775, sedangkan menurut perpajakan menghasilkan PPN
kurang bayar juga yakni pada bulan agustus sebesar Rp. 138.144.049, bulan september
Rp. 136.506.107 dan pada bulan Oktober sebesar Rp. 145.354.956.
b. Dari Penjabaran perhitungan pada poin a, terjadi perbedaan menurut perusahaan karena
pencatatan PPN menurut perusahaan berbeda dengan pencatatan yang dinilai oleh
perpajakan sebab menurut pajak tanggal transkasi yang sudah lewat dari satu bulan
masa pajak sudah tidak bisa dimasukan kedalam perihitungan PPN dan untuk
maanjemen fee yang dikeluarkan oleh pajak itu termasuk dalam PPh pasal 23 sehingga
tidak dapat dimasukan pada PPN yang hasilnya akan jadi berbeda.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka selanjutnya akan ada beberapa saran sebagai
bahan pertimbangan bagi perusahaan. adapun beberapa saran daripenulis yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut :
a. Untuk perusahaan dalam perhitungan PPN harus konsisten berdasarkan UU No. 42
Tahun 2009 yang berlaku, bagi karyawan yang ditempatkan dibagian pajak harus selalu
mengikuti pelatihan , atau selalu berkonsultasi dengan AR (Account Recevable)
bersangkutan dan update peraturan terbaru tentang perpajakan terutama PPN
b. Sistematika pencatatan perusahaan sudah baik akan tetapi peneliti mengusulkan
perusahaan menggunakan sistem pembukuan agar lebih memudahkan bagian Pajak
untuk memperoleh data dari transaski-transaksi .
DAFTAR PUSTAKA
Christine. Penerapan Akuntansi Pajak Pertamabahan Nilai (PPN) dan Pengaruhnya Terhadap
Laporan Keuangan neraca Pada CV. Camdatu Palembang. Jurnal STIE MDP.

Anggraini Darise Page 14


Darmoko, Nurharibnu Wibisono dan Nanang Jantan JP. 2013, Perlakuan Akuntansi PPN dan
Pengaruhnya terhadap Laporan Keuangan Pada Perusahaan Karoseri Adi Wijaya
Madiun. Jurnal Ekomaks. Vol. 2, No. 1.
Diana, Anastasia dan lilis setiawan. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta: penerbit Andi.
Gunandi. 2007 . Akuntasi Pajak . Cetakan 11, jakarta: PT Gramedia.
Hasan, Sabaruddin. 2013. Accounting and Tax. (Online), (http://www.google.com/jurnal-
transaksi.html, diakses 22 Desember 2013)
Kuncoro, Mudjarad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Edisi Ketiga.
Penerbit Erlangga.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan . Edisi Revisi, Jakarta: Penerbit Andi.
Mandey H Aldie. 2013. Analisis Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada PT. Hasjrat
Abadi Manado . Jurnal EMBA. Vol. 1, No. 3. Hal. 99-109.
Muljono, Djoko. 2009. Akuntansi Perpajakan . Yogyakarta: Penerbit Andi.
Pakpahan H, Andre. 2010, Penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada PT Enam Enam
Group Medan . Skripsi Universitas Sumatera Utara.
Peraturan Kementrian keuangan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pajak” tantang
Undang-Undang No 42 Tahun 2009 Pajak pertambahan Nilai Barang dan Jasa Dan
Pajak penjualan atas Barang Mewah.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor per-24/pj/2012 tanggal 22 november 2012 Tentang
Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan Dalam
Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan Atau Penggantian, Dan Tata Cara
Pembatalan Faktur Pajak.
Purwono, Herry. 2010. Dasar-Dasar Perpajakan & Akuntansi Pajak . Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Rudianto. 2009. Pengantar Akuntansi . Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sekaran, Uma. 2007. Research Methods For Business. Jakarta: Penerbit salemba Empat.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Yunus. Hamzah. 2010. Bahan Ajar Metodologi Penelitian : Universitas Negeri Gorontalo
Wahono, sugeng. 2012. Mengurus Pajak itu Mudah . Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.
Wenas A, Puput. 2013, Analisis Metode Perhitungan dan Pemotongan Pajak Penghasilan
Pasal 21 dalam Usaha Meminimalkan Beban Pajak Perusahaan . Skripsi Universitas
Negeri Gorontalo.

Anggraini Darise Page 15

You might also like