Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
berkaitan dengan sistem reproduksi. (Azwar,2001). Sistem reproduksi wanita, merupakan
satu kesatuan yang kompleks dan dapat terjadi berbagai gangguan atau kelainan pada tiap
organnya. Berbagai gangguan seperti infeksi, trauma, tumor, perdarahan dapat menjadi
permasalahn pada sistem reproduksi wanita.
Kejadian infeksi pada sistem reproduksi wanita masih menempati urutan teratas.
Berdasarkan data WHO (2007), angka prevalensi tahun 2006, 25%-50% candidiasis, 20%-
40% bacterial vaginosis dan 51%-15% trichomoniasis. Menurut Zubier (2002), wanita di
Eropa yang mengalami keputihan sekitar 25%. Menurut Dharmawan (2007), angka skrining
vaginitis di Indonesia berkisar antara 75-85%. Pada tahun 2004 kasus AIDS di Indonesia
yang dilaporkan ditemukan pada kelompok 0-4 tahun sebanyak 12 kasus (1,53%), umur 5-14
tahun sebanyak 4 kasus (0,3%), dan umur 15-19 tahun sebanyak 78 kasus (5,69%). Pada
tahun 1997 di Jakarta prevalensi infeksi saluran reproduksi yang terjadi yaitu : 6,7%
candidiasis, tricomoniasis 5,4% dan bacterial vaginosis 5,1%. Menurut data tahun 2002
prevalensi infeksi saluran reproduksi sebagai berikut : bacterial 53% candidiasis 3%. Tahun
2004 prevalensi infeksi saluran reproduksi pada remaja putri dan wanita dewasa yang
disebabkan oleh bacterial vaginosis 46%, candida albican 29%, dan tricomoniasis 12%.
Berdasarkan data dinkes Jatim Tahun 2012 Januari sampai Juli jumlah penderita kanker
serviks mencapai 802 orang. Depkes RI menunjukkan bahwa sampai Maret 2008 pengidap
HIV/AIDS terbanyak adalah kelompok remaja. Kasus HIV/AIDS di Jawa Tengah dalam 5
tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang cukup berarti, dari 14 kasus pada tahun 2000
menjadi 158 kasus pada tahun 2005. Data penyakit infeksi menular seksual (IMS) remaja
yang berobat ke RSHS tahun 1998 adalah 19 kasus pria, dan 20 kasus perempuan dari total
kunjungan pasien baru 483 orang. Pada remaja pria kasus terbanyak adalah uretritis gonore
dan pada perempuan adalah bakterial vaginosis.
Gangguan menstruasi menjadi permasalahan berikutnya. Setiap bulan, secara
periodik, seseorang wanita normal mengalami menstruasi. Di dalam menstruasi, terkadang
disertai nyeri haid (Dismenore). Dismenore adalah nyeri haid yang merupakan suatu gejala
dan bukan suatu penyakit tumbul akibat kontraksi disritmik miometrium yang menampilkan
satu atau lebih gejala mulai dari ringan sampai berat pada perut bagian bawah, bokong, dan
nyeri spasmodik pada sisi medial paha. (Nurmasitoh, 2008). Selain dimesnore, gangguan haid
dapat berupa lamanya menstruasi dan banyaknya darah saat menstruasi.
Selain infeksi dan gangguan haid, permasalahan di payudara juga tidak kalah penting.
Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan
penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun, tetapi perhatian lebih sering diberikan pada benjolan atau lesi yang
bersifat ganas seperti kanker payudara (Yayasan Kanker Indonesia, 2011).
Diagnosis klinis lesi payudara ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang, seperti imaging menggunakan mammografi dan ultrasonografi serta
pemeriksaan patologi anatomi dengan fine needle aspiration biopsy (FNAB) dan
histopatologi (Haryono et al., 2011).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1.4 Diagnosis
Diagnosis BV dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Anamnesis dapat digali berupa keluhan penderita mengenai keluarnya cairan atau
sekret berbau amis seperti ikan dari kemaluan. Dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan duh
vagina yang melekat pada dinding vagina. Pada pemeriksaan spekulum didapatkancairan
vagina yang encer, homogen, dan melekat pada dinding vagina namun mudah dibersihkan
Untuk pemeriksaan penunjang dapat dilakukan diantaranya :
Whiff test
Penambahan KOH 10% pada duh tubuh vagina tercium bau amis
Pemeriksaan mikroskopik
Sediaan apus vagina yang diwarnai dengan pewarnaan gram ditemukan sel epitel
vagina yang ditutupi bakteri batang sehingga batas sel menjadi kabur (clue cells)
Pemeriksaan pH vagina
Kultur merupakan metode yang menjadi gold standard untuk diagnosis sebagian
besarpenyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun, kultur tidak bisa menjadi
gold standarduntuk diagnosis vaginosis bakteri. Hal ini dikarenakanorganismeyang
terlibat dalam infeksi BV tidak dapat dipisahkan dengan mudah danbakteri–bakteri
yang berperan dalam terjadinya infeksi BV tetap ada dengan jumlahyang sedikit pada
kondisi normal sehingga pada hasil kultur akan selalu terdiagnosissebagai infeksi
BV.Bakteri Gardnerella vaginalis ditemukan sebanyak 60% padakultur vagina
normal.
Kriteria Amsel sering digunakan dalam penegakan diagnosis BV. Akan didiagnosis
BV jika terdapat 3 dari 4 tanda berikut:
Cairan vagina homogen berwarna putih keabu-abuan yang melekat pada dinding
vagina.
PH vagina > 4,5.
Sekret vagina berbau amis sebelum atau sesudah penambahan KOH 10% (Whiff test)
Ditemukan clue cells pada pemeriksaan mikoskopik.
2.1.1.5 Tatalaksana
Metronidazol 500 mg per oral 2x/hari selama 7 hari ATAU
Clindamycin per oral 2 x 300 mg/hari selama 7 hari
Metronidazol jangan diberikan pada wanita hamil terutama trimester I
2.1.2 Kandidiasis
2.1.2.1 Definisi
Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) adalah infeksi primer atau sekunder yang bersifat
lokal pada area vagina oleh genus Candida, terutama Candida albicans (C. albicans).
Manifestasi klinisnya sangat bervariasi dari akut, subakut dan kronis ke episodik. Proses
patologis yang timbul juga bervariasi dari iritasi dan inflamasi sampai supurasi akut, kronis
atau reaksi granulomatosis. Karena C. albicans merupakan spesies endogen, maka
penyakitnya merupakan infeksi oportunistik.3 Ini merupakan mikosis sistemik yang umum,
di mana Candida sp. membentuk koloni di permukaan mukosa vagina semua perempuan
selama atau segera setelah lahir, sehingga risiko infeksi endogen senantiasa ada. KVV adalah
kondisi sangat umum yang mengenai hingga 75% wanita, setidaknya satu kali selama hidup
mereka.
2.1.2.4 Diagnosis
a. Anamnesis
1) Umur, harus diperhatikan pengaruh estrogen pada bayi ataupunwanita dewasa. Pada
wanita usia lebih tua diperhatikan kemungkinan keganasan terutama kanker serviks.
2) Metode kontrasepsi yang dipakai, kontrasepsi hormonal dapatmeningkatkan sekresi
kelenjar serviks yang diperparah denganadanya infeksi jamur.
3) Kontak seksual, merupakan salah satu penyebab penyebaranpenyakit.
4) Perilaku, seperti tukar menukar alat mandi atau handuk, serta caramembilas vagina
yang salah merupakan faktor terjadinya keputihan.
5) Sifat keputihan, yang diperhatikan adalah jumlah, bau, warna dankonsistensinya,
keruh jernih, ada tidaknya darah, dan telah berapalama. Ini penting dalam
menegakkan penyebab terjadinyakeputihan.
6) Menanyakan kemungkinan menstruasi atau kehamilan.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik khusus yang harus dilakukan adalah pemeriksaangenital, meliputi
inspeksi dan palpasi dari genital eksterna, pemeriksaanspekulum untuk melihat vagina
dan serviks, pemeriksaan pelvisbimanual.8 KVV oleh karena C. albicans keluhan
utamanya adalah gatal, kadang-kadang disertai iritasi atau terbakar. Namun
padakandidiasis non-albicans, keluhan khas iritasi dan terbakar lebihmenonjol daripada
gatalnya, tampak eritema vagina atau tidak adakelainan sama sekali.
c. Pemeriksaan laboratorium
Penentuan pH, menggunakan kertas indikator (normal 3,0 - 4,5)
Penilaian sediaan basah, C. albicans akan terlihat jelas dengan KOH10%.
Pengecatan gram
Kultur, untuk menentukan kuman penyebab serta menyingkirkankemungkinan
diagnosis lainnya.
2.1.2.5 Tatalaksana
a. Kandidiasis vulvovaginalis tidak sulit (KVV uncomplicated)
1) Umum
- Mengurangi dan mengobati faktor-faktor predisposisi
- Memakai pakaian dalam dari katun dan menghindari pakaianketat
- Antibiotik spektrum sempit bila perlu: golongan eritromisin/azitromisin,
linkomisin/klindamisin, kotrimoksasol/sulfa.
2) Obat topikal yang ada di Indonesia
Untuk vaginitis
- Nistatin supositoria vagina; 1 tablet (100.000μ) / malam selama14 hari, kurang efektif
disbanding derivate imidazol.
- Amfoterisin B supositoria vagina; 1 tablet (50 mg)/malamselama 7-12 hari.
Sediaannya dikombinasi dengan Tetrasiklin100 mg untuk meningkatkan aktifitas anti
jamur dariAmphoterisin B.
- Klotrimazol tablet vagina; 1 tablet (100 mg)/malam selama 7hari
- Mikonazol 2% krim vagina; 1 kali/malam selama 7 hari
- Butokonazol nitrat 2% krim vagina; dosis tunggal, dapat diulangpada hari ke 4-5 bila
diperlukan
Untuk vulvitis
- Nistatin krim; dioleskan 2 minggu
- Derivat imidazol, naftifin, siklopiroksolamin dan haloprogenkrim; dioleskan selama 2
minggu
- Pada vulvitis kandida yang berat dapat diberi tambahan obattopikal kortikosteroid
ringan (hidrokortison 1% - 2,5%) untuk 3-4hari pertama, selanjutnya diberikan obat
anti jamur topikal. Indikasiobat topikal: wanita hamil, KKV akut, KVV ringan sampai
sedangtanpa komplikasi, pemakaian jangka pendek (7 hari atau dosistunggal).
3) Obat sistemik
- Ketokonazol tablet; 2 x 200 mg / hari selama 5-7 hari
- Itrakonazol kapsul; 200 mg/hari selama 2-3 hari
- Flukonazol kapsul; 1x 50 mg/ hari selama 7 hari
2) Gonorea
Gonorea merupakan penyakit menular yang paling sering di jumpai di berbagai Negara
yang lebih maju. Rerata di Negara-negara ini adalah 5-10 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan Negara yang kurang maju. (Linda, 2008). N. Gonorrhea terbaik hidup pada udara
yang mengandung 2-10 % CO2, dengan suhu 35oC, dan Ph optimum 7,2-7,6. N. Gonorrhea
dapat beradaptasi dengan keadaan mukosa yang basah, membelah diri dengan cepat,
menghasilkan keradangan yang eksudatif, dan juga dapat masuk kealiran darah.
Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain penyakit ini adalah
kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ seks dan organ kemih. Selain itu akan
menyerang selaput lendir mulut, mata, anus, dan beberapa bagian organ tubuh lainnya.
Bakteri yang membawa penyakit ini dinamakan gonococcus. Kokus gram negative yang
menyebabkan penyakit ini yaitu Neisseria Gonorrhoeae. (Ajen Dianawati, 2003)
3) Sifilis
Sifilis dikenal juga dengan sebutan “raja singa”. Penyakit ini sangat berbahaya.
Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual atau penggunaan barang-barang dari
seseorang yang tertular (seperti baju, handuk, dan jarum suntik). Penyebab timbulnya
penyakit ini adalah kuman treponema pallidum. Kuman ini menyerang organ-organ penting
tubuh lainnya seperti selaput lendir, anus, bibir, lidah dan mulut. (Ajen Dianawati, 2003)
Gejala umum yang timbul pada sifilis yaitu adanya luka atau koreng, jumlah biasanya
satu, bulat atau, lonjong, dasar bersih, teraba kenyal sampai keras, tidak ada rasa nyeri pada
penekanan. Kelenjar getah bening di lipat paha bagian dalam membesar, kenyal, juga tidak
nyeri pada penekanan. (Depkes RI, 2008)
4) Klamidia
Klamidia berasal dari kata Chlamydia, sejenis organisme mikroskopik yang dapat
menyebabkan infeksi pada leher rahim, saluran indung telur, dan dan saluran kencing. Gejala
yang banyak dijumpai pada penderita penyakit ini adalah keluarnya cairan dari vagina yang
berwarna kuning, disertai rasa panas seperti terbakar ketika kencing. Karena organisme ini
dapat menetap selama bertahun-tahun dalam tubuh seseorang. Ia juga akan merusak organ
reproduksi penderita dengan atau tanpa merasakan gejala apa pun. (Ajen Dianawati, 2003)
5) Herpes Simpleks
Herpes termasuk jenis penyakit biasa, disebabkan oleh virus herpes simpleks. Virus
herpes terbagi 2 macam, yaitu herpes 1 dan herpes 2. Perbedaan diantaranya adalah kebagian
mana virus tersebut menyerang. Herpes 1 menyerang dan menginfeksi bagian mulut dan
bibir, sedangkar herpes 2 atau disebut genital herpes menyerang dan menginfeksi bagian
seksual (penis atau vagina). (Ajen Dianawati, 2003)
Virus herpes ini tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat diobati. Obat yang biasa
diberikan untuk genital herpes adalah Acyclovir. Karena cara kerjanya menetap dalam system
saraf tubuh, virus tersebut tidak dapat disembuhkan atau dihilangkan selama-lamanya. (Ajen
Dianawati, 2003)
2.2.2.3 Etiologi
1) Dismenore primer
Banyak teori yang telah ditemukan untuk menerangkan penyebab terjadi dismenore
primer, tapi meskipun demikian patofisiologisnya belum jelas. Etiologi dismenore primer di
antaranya:
a) Faktor psikologis
Biasanya terjadinya pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, mempunyai
ambang nyeri yang rendah, sehingga dengan sedikit rangsangan nyeri, maka ia akan
sangat merasa kesakitan.
b) Faktor endokrin
Pada umumya nyeri haid ini dihubungkan dengan kontraksi uterus yang tidak bagus.
Hal ini sangat erat kaitannya dengan pengaruh hormonal. Pengkatan produksi
prostaglandin akan menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi
sehingga menimbulkan nyeri.
c) Alergi
Teori ini dikemukakan setelah memerhatikan hubungan antara asosiasi antara
dismenore dengan urtikaria, migren, asma bronkial, namun bagaimana pun belum dapat
dibuktikan mekanismenya.
2) Dismenore sekunder
Faktor konstitusi seperti: anemia.
Faktor seperti obstruksi kanalis servikalis.
Anomali uterus kongenital.
Leiomioma submukosa.
Endometriosis dan adenomiosis.
2.2.2.4 Gejala Klinis
Gejala klinis dismenore yang sering ditemukan adalah:
Nyeri tidak lama timbul sebelum atau bersama-sama dengan permulaan haid dan
berlangsung beberapa jam atau lebih.
Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit, kepala, diare,
dan sebagainya.
2.2.2.5 Tatalaksana
Pemberian obat analgetik.
Terapi hormonal.
Terapi dengan obat nonsteroid antiprostagladin.
1. Fibroadenoma Mammae
Fibroadenoma mammae (FAM) merupakan tumor jinak yang paling banyak
ditemukan. Menurut penelitian di New York, FAM terdapat pada ¼ kasus karsinoma, dengan
frekuensi enam kali lebih banyak dibanding papiloma duktus. Insidensi tertinggi tumor ini
terjadi pada dekade tiga meskipun dapat timbul terutama pada usia setelah pubertas.
Berdasarkan laporan dari NSW Breast Cancer Institute (2010), FAM umumnya terjadi pada
wanita dengan usia 21–25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50 tahun.
Sampai saat ini penyebab FAM masih belum diketahui secara pasti, namun
berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya tumor
ini antara lain riwayat perkawinan yang dihubungkan dengan status perkawinan dan usia
perkawinan, paritas dan riwayat menyusui anak. Berdasarkan penelitian Bidgoli et al (2011)
menyatakan bahwa pasien yang tidak menikah meningkatkan risiko kejadian FAM
(OR=6.64, CI 95% 2.56–16.31) artinya penderita FAM kemungkinan 6,64 kali adalah wanita
yang tidak menikah. Selain itu, hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa menikah
<21 tahun meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=2.84, CI 95% 1.23–6.53), artinya
penderita FAM kemungkinan 2,84 kali adalah wanita yang menikah pada usia <21 tahun.
Penurunan paritas meningkatkan insiden terjadinya FAM, terutama meningkat pada
kelompok wanita nullipara. Berat badan yang berlebihan dengan IMT >30 kg/m2 juga
menjadi faktor resiko terjadinya FAM (OR=2.45,CI 95% 1.04–3.03) artinya wanita dengan
IMT >30 kg/m2 memiliki risiko 2,45 kali menderita FAM dibandingkan wanita dengan IMT
normal.
Fibroadenoma berasal dari proliferasi kedua unsur lobulus, yaitu asinus atau duktus
terminalis dan jaringan fibroblastik. Terdapat dua jenis FAM, yaitu FAM intrakanalikuler
atau stroma yang tumbuh mendesak kanalikulus pada sistem duktulus intralobulus dan FAM
perikanalikuler atau stroma yang tumbuh proliferatif mengitari sistem kanalikulus sistem
duktulus intralobulus (Nasar et al., 2010).
Sifat lesi jinak ini berupa benjolan yang mobile atau dapat digerakkan, lobulasi tidak
nyeri tekan, kenyal seperti karet berukuran satu sampai dengan empat sentimeter, dan banyak
ditemukan pada kuadran lateral kanan atas payudara kiri pada penderita yang right handed.
Benjolan ini dapat bertambah besar satu sentimeter dibawah pengaruh estrogen haid normal,
kehamilan, laktasi, atau penggunaan kontrasepsi oral. Secara makroskopik, benjolan ini
berbeda morfologinya dari lesi ganas, yaitu tepi tajam dan permukaannya putih keabuan
sampai merah muda serta homogen. Sedangkan secara mikroskopik, terdapat susunan lobulus
perikanalikular yang mengandung stroma padat dan epitel proliferatif (Soetrisno, 2010;
Sabiston, 2011).
2. Papiloma Duktus
Papiloma duktus lebih jarang ditemukan dibandingkan fibroadenoma dan lesi ini
banyak ditemukan pada wanita usia pertengahan. Sekitar 80% kasus papiloma duktus
terdapat discharge serous yang sering bercampur darah dan dapat teraba adanya benjolan.
Tumor ini berasal dari epitel duktus yang memiliki lesi soliter tumbuh didalam duktus yang
besar, sampai 40 mm dari papila. Lesi ini terlihat sebagai struktur panjang berkelok–kelok
tumbuh sepanjang duktus yang menyebabkan distensi duktus sehingga memiliki bentuk mirip
kista dan merupakan lesi prekanker (Grace et al., 2006).
3. Tumor filoides
Secara mikroskopik memiliki pola pertumbuhan seperti FAM tipe intrakanalikuler
dengan stroma yang sangat seluler, tumbuh cepat, dapat disertai pembentukan radang pada
kulit akibat desakan, sehingga menimbulkan nekrosis iskemik pada kulit. Berdasarkan gejala
klinik yang ditimbulkan dan insidensi terbanyak yaitu 40 tahun yang merupakan diagnosis
banding karsinoma payudara (Underwood & Cross, 2010).
1. Infeksi saluran reproduksi (ISR) adalah masuk dan berkembangbiaknya kuman penyebab
infeksi kedalam saluran reproduksi. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa
bakteri, jamur, virus dan parasit. Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) adalah terminologi
umum yang digunakan untuk tiga jenis infeksi pada saluran reproduksi yaitu ISR
endogen, ISR iatrogenik atau yang berhubungan dengan prosedur medis dan terakhir
PMS adalah sebagian ditularkan melalui hubungan seksual dengan pasangan yang telah
terinfeksi.
2. Penyakit Menular Seksual (PMS) biasanya terjadi karena seringnya seseorang
melakukan hubungan dengan berganti-ganti pasangan. Jenis-jenis penyakit menular
seksual diantaranya penyakit menular seksual yang disebabkan oleh organisme dan
bakteri seperti hiv, gonorea, sifilis, vaginitis, klamidia, candidiasis, chancroid dan
granula inguinale. Lalu ada penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus seperti
herpes, viral hepatitis, lymphogranuloma venereum. Juga ada penyakit menular seksual
yang disebabkan oleh parasit seperti trichomoniasis dan pediculosis
3. Kelainan menstruasi adalah masalah fisik atau mental yang mempengaruhi siklus
menstruasi, menyebabkan nyeri, perdarahan yang tidak biasa yang lebih banyak atau
sedikit, terlambatnya menarche atau hilangnya siklus menstruasi tertentu. Kelainan haid
yang sering terjadi diantaranya Dismenore, Sindrom Premenstruasi, Hipermenorea
(menoragia), Hipomenorea, Polimenorea, Oligomenorea dan Amenorea.
DAFTAR PUSTAKA
Majoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. Media Aesculapius. FKUI.
Susan Klein dan Fiona Thomson, Panduan Lengkap Kebidanan.
Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SPOG, Memahami Kesehatan Reproduksi.
Kusmiran Eny. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika
Arnold, H.L, Odom, R.B, James, W.D.: Andrew’ Diseases Of The Skin 8 th. WB Saunders
Co, Philadel., London, Torontalo, 8 th ed. 1990., p.446-451