Professional Documents
Culture Documents
Ditulis oleh:
Atika Hanifah
13/346258/KU/15712
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
PENDAHULUAN
Di lingkungan sekitar kita terdapat banyak agen mutagen seperti sinar matahari, radiasi, dan bahan
kimia. Sel memiliki kemampuan untuk memperbaiki DNA rusak. Pada beberapa penyakit herediter,
terjadi defek pada gen peng-koding protein yang terlibat dalam perbaikan DNA, sehingga orang
tersebut memiliki risiko tinggi berkembangnya kanker.
Ketidakstabilan genom adalah kejadian yang umum terjadi pad sel tumor padat, dan telah lama
diduga bahwa hal ini memainkan peran kausal dalam kanker. Bidang genetika molekuler manusia telah
menyediakan sarana untuk menguji hipotesis ini, didorong sebagian oleh analisis kecenderungan
mengarah pada sindrom kanker herediter. Beberapa dukungan tegas pertama untuk ide penelitian
tentang ketidakstabilan genom datang dari penemuan pada tahun 1993 yaitu berupa nonpolyposis
kanker usus secara turun temurun disebabkan oleh mutasi germline mismatch. Sedangkan payudara
herediter autosomal dominan dan sindrom kanker ovarium serta beberapa sindrom autosomal resesif
seperti anemia Fanconi, mengungkapkan bahwa mutasi pada gen yang herediter-rekombinasi homolog
dapat mempengaruhi pasien untuk terkena payudara dan kanker ovarium serta jenis kanker lainnya.
Studi dari sejumlah kecil keluarga, atau bahkan pasien individu, seringkali mengungkapkan hubungan
baru di antara perbaikan DNA, ketidakstabilan genomik, dan kecenderungan untuk kanker.
Ketidakstabilan genom merupakan karakteristik dari sebagian besar sel kanker. Sel kanker memiliki
kecenderungan untuk berubah selama proses pembelahan sel. Pada kebanyakan kasus, kanker
merupakan hasil dari rusaknya tumor suppressors gene dan controlling cell division gene. Integritas
genom di jaga secara ketat oleh mekanisme sistem tubuh seperti DNA damage checkpoint, DNA repair
machinery dan mitotic checkpoint. Kerusakan pada salah satu dari mekanisme tersebut dapat
menyebabkan terjadinya ketidakstabilan genom, yang pada akhirnya sel berubah menjadi ganas.
Memelihara genom dalam kondisi stabil sangat diperlukan dalam menjaga integritas seluler, agar
terhindar dari kesalahan pada replikasi DNA, stress genotoksik endogen seperti Reactive Oxygen
Species (ROS) yang terbentuk saat metabolism seluler, dan gangguan dari bahan karsinogen eksogen
seperti sinar UV, radiasi ionisasi, atau zat kimia yang merusak DNA. Dipercaya bahwa inisiasi dan
progresi tumor dihasilkan dari perubahan genomik yang didapat dalam sel normal, sehingga semakin
lama akan terbentuk subklon yang lebih agresif sebagai akibatnya. (Nowell 1976). Pertumbuhan dari
sel tumor lebih tidak stabil secara genetik jika dibandingkan dengan sel normal. Ketidakstabilan genom
mengakibatkan siklus sel menjadi lebih singkat, dan atau dapat melewati/lolos dari sistem kontrol
immunologi dan intraseluler, sehingga sel ktersebut dapat tumbuh dan berubah menjadi sel ganas.
Ketidakstabilan genome meliputi peningkatan frekuensi mutasi sel gene, microsatellite instability
(MSI) seperti perubahan jumlah atau struktur kromosom (Chromosome Instability – CIN).
KETIDAKSEIMBANGAN GENOM
Menurut Al-Tassan et al.2002 mengatakan bahwa jika pada kanker herediter terdapat kerusakan
pada fungsi DNA repair genes, maka menyebabkan peningkatan mutasi pada pasangan basa DNA
nya. Hal ini menimbulkan ketidakstabilan genome sebagai permulaan timbulnya kanker (loeb
2001).
Pengulangan dari pasangan nukleotida dengan pola pengulangan 1-6 nukkleotida (Ellegren
2004). MSI dapat ditemukan pada tumor padat, terutama pada keganasan herediter seperti HNPCC
(Hereditary Non Polyposis Colorectal Cancer Syndrome) (Aaltonen et al.1993). Selain itu, dapat pula
ditemukan pada kolorektal sporadik, kanker lambung, endometrium, dan ovarium. Sumber
tertentu mengatakan MSI menunjukkan prognosis baik pada kanker kolorektal, lambung, pancreas,
dan oesofagus, sedangkan untuk non small cell lung cancer (NSCLC) memiliki prognosis buruk. Pada
studi klinis menunjukkan bahwa MSI berespon lebih baik terhadap kemoterapi dan resisten
terhadap radioterapi dan kemoterapi pada studi in vitro. (Lawes et al.2003)
Integritas mikrosatelit dalam genom diyakini dipertahankan oleh sistem mismatch repair
(MMR), yang mengoreksi ketidaksesuaian basa tunggal dan loop delesi-insersi pada untaian DNA
yang baru terbentuk (Kunkel 1995). Secara umum dapat diterima bahwa MSI sebagian besar
disebabkan kegagalan memperbaiki loop delesi-insersi yang timbul dari replikasi yang menyimpang
(Genschel et al. 1998). Ketidakstabilan kromosom menggambarkan peningkatan laju kesalahan
kromosom pada mitosis yang mengakibatkan jumlah kromosom yang salah dan / atau struktur
kromosom yang abnormal (Rao et al. 2009).Sehingga CIN sudah dipakai dalam beberapa marker
tumor dan merupakan tanda progresifitas kanker.
Segregasi kromosom yang sama selama mitosis sangat penting untuk pemeliharaan
stabilitas genomik. Kegagalan segregasi kromosom pasti mengarah pada kematian sel atau
transformasi maligna. Segregasi kromosom yang akurat selama pembelahan sel dimonitor dan
dijaga oleh beberapa mesin molekuler.
PEMELIHARA GEN DAN RUTE YANG TERLIBAT DALAM MENJAGA STABILITAS GEN
Tumor suppressor p53 berfungsi sebagai titik pusat dalam jaringan transduksi sinyal
kompleks yang dikenal sebagai jalur p53, yang berperan sebagai penghalang utama melawan
kanker. Jalur ini mengenali beragam bentuk stres onkogenik dalam lingkungan seluler dan
membuat respons seluler yang tepat untuk meminimalkan terbentuknya tumor. Dalam
menanggapi stres, p53 menghentikan proliferasi sel untuk mencegah penyebaran kerusakan DNA
lebih lanjut dan atau secara langsung membantu dalam perbaikannya. P53 yang aktif menginduksi
kematian sel terprogram (apoptosis) atau penuaan sel sebagai upaya terakhir untuk menghindari
kemungkinan transformasi menjadi ganas ketika kerusakannya terlalu parah dan tidak bisa
diperbaiki. (Efeyan dkk. 2006, Zhang dkk. 2011).
Protein ataksia telangiectasia-bermutasi (ATM) adalah serin / threonin kinase seluler yang
memainkan peran kunci dalam memediasi respon seluler terhadap kerusakan DNA (Bhatti et al.
2011). Menanggapi kerusakan DNA, ATM terfosforilasi di Ser-1981 dan diaktifkan. ATM yang aktif
memfosforilasi beberapa substrat termasuk p53, γH2AX dan Chk2 (Smith et al. 2010). Fosforilasi
p53 yang dimediasi oleh ATM pada serin 15 memainkan peran penting dalam mengaktifkan fungsi
p53 sebagai respons terhadap kerusakan DNA (Zhang et al. 2011).
p53 tidak hanya merespon kerusakan DNA tetapi juga stres onkogenik. Reaksi ini melalui
jalur p19Arf dan MDM2. Arf biasanya tidak diekspresikan dalam jaringan normal tetapi dapat
diinduksi oleh sinyal proliferasi yang berkelanjutan dan meningkat akibat adanya stres onkogenik
(Lowe dan Sherr 2003). Sebagai contoh, ambang fisiologis dari sinyal Myc dan Ras tidak
mengaktifkan ekspresi gen Arf, tetapi ekspresi berlebihan dari Myc dan Ras onkogenik menginduksi
Arf (Palmero et al. 1998, Zindy et al. 1998). Induced Arf berlawanan dengan aktivitas Mdm2 untuk
menstabilkan p53 untuk apoptosis sel. Proses ini melawan sinyal proliferasi onkogenik dengan
menginduksi apoptosis dalam sel yang mungkin menyebabkan tumor.
B. DNA REPAIR PATHWAY
C. MITOTIC CHECKPOINT
D. TELOMERE MAINTENANCE
Telomere pada manusia terdiri dari pengulangan tandem DNA TTAGGG bersama
proteinnya. Telomer membentuk topi atau pelindung yang menjaga ujung kromosom agar tetap
dikenali sebagai rantai ganda untuk mencegah penggabungan dari kromosom (Holliday 2012,
Londono-Vallejo and Wellinger 2012). Pada manusia, telomere dipertahankan di sel germinal dan
memendek ketika pembelahan sel somatik untuk membatasi proliferasi sel. Tidak heran lagi bahwa
pada sekitar 10% sel kanker dapat terjadi tingkat proliferasi sel yang tinggi karena sel kanker
tersebut mempertahankan panjang dari telomere (tidak terjadi pemendekan telomere) (Reddel
and Bryan 2003). Kehilangan telomere berkontribusi dalam terjadinya instabilitas kromosom dan
progresifitas dari sel kanker (Fouladi et al.2000, Lo et al.2002, Sabatier et al.2005).
Bagaimanakah mutase dapat muncul? Meskipun manusia dibanjiri lingkungan agen yang bersifat
mutagenik (mis., bahan kimia, radiasi, sinar matahari), kanker adalah hasil akibat ketidakstabilan genetik.
Pada keadaan normal, sel memiliki kemampuan untuk memperbaiki kerusakan DNA. Pentingnya perbaikan
DNA dalam menjaga integritas genom sangat dibutuhkan oleh tiap sel. Beberapa peneliti menyorot
beberapa gangguan yang diturunkan/herediter, di mana gen yang mengkodekan protein yang terlibat
dalam perbaikan DNA rusak. Orang yang lahir dengan cacat bawaan pada protein perbaikan DNA sangat
berisiko untuk terjadinya perkembangan kanker. Ciri Khas dari ketidakstabilan genomik terjadi ketika kedua
salinan kopi dari gen hilang; Namun, pada penelitian terbaru menunjukkan bahwa pada setidaknya
sebagian dari gen-gen ini dapat meningkatkan kejadian kanker dalam haploinsufficient manner.
Dibawah ini beberapa pembahasan dari kanker herediter yang memiliki instabilitas genome:
2. Xeroderma Pigmentosum
Pasien dengan gangguan herediter lainnya adalah xeroderma pigmentosum, memiliki risiko
yang meningkat untuk terjadinya perkembangan kanker kulit yang terpapar sinar matahari. Dasar
dari gangguan ini adalah repair DNA/perbaikan DNA yang rusak. Sinar ultraviolet (UV) di bawah
sinar matahari menyebabkan cross-linking residu pirimidin, sehingga mencegah replikasi DNA
normal. Kerusakan DNA seperti itu akan diperbaiki oleh sistem nucleotide excision repair/
perbaikan eksisi nukleotida. Beberapa protein herediter yang terlibat dalam nucleotide excision
repair/ perbaikan eksisi nukleotida mengalami kehilangan salah satu bagiannya. Pada akhirnya
dapat menyebabkan xeroderma pigmentosum
KESIMPULAN
Genome instability (genetic instability or genomic instability) merujuk pada tingginya frekuensi mutasi dalam
genetik atau sel. Mutasi ini dapat meliputi perubahan deretan asam nukleotida, susunan kromosom
(microsatellite instability) atau aneuploidy. Sel kanker memiliki kecenderungan untuk berubah selama
proses pembelahan sel. Pada kebanyakan kasus, kanker merupakan hasil dari rusaknya tumor suppressors
gene dan controlling cell division gene. Integritas genom di jaga secara ketat oleh mekanisme sistem tubuh
seperti DNA damage checkpoint, DNA repair machinery dan mitotic checkpoint. Kerusakan pada salah satu
dari mekanisme tersebut dapat menyebabkan terjadinya ketidakstabilan genom, yang pada akhirnya sel
berubah menjadi ganas.
DAFTAR PUSTAKA
Yao, Yixin dan Dai, Wei. 2014. J Carcinog Mutagen. Doi: 10.4172/2157-2518.1000165
Kumar, V, et al. 2013. Basic Robbin Patology 9th ed. Philadelphia: Elsevier