You are on page 1of 10

Makalah

Factor yang mempengaruhi sensitifitas


budaya

Oleh kelompok 7 :
Sismawati Kango
Rahmatia Nusi
Philien Wowor
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang faktor yang mempengaruhi sensifitas
budaya, pengaruh kultur dalam perawatan kesehatan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang faktor yang


mempengaruhi sensifitas budaya, pengaruh kultur dalam perawatan kesehatan
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Manado, 24 Februari 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….i


DAFTAR ISI…………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………...1
A. Latar Belakang………………………………………………………
B. Rumusan Masalah …………………………………………………..
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….
A. Faktor Sosial………………………………………………………..
B. Nilai Budaya………………………………………………………..
C. Aspek budaya dalam keperawatan…………………………………
D. Analisis Penerapan Teori dan Implikasinya Pada Dunia Perawatan..
BAB III PENUTUP…………………………………………………………..
A. Kesimpulan…………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perawat dalam menjalankan tugasnya sering menghadapi klien
yang memiliki latar belakang etnik, budaya, dan agama yang berbeda.
Untuk menghadapi situasi ini penting bagi perawat untuk memahami
bahwa klien memiliki pendangan dan interpretasi mengenai penyakit
dan kesehatan yang berbeda. Pandangan tersebut didasarkan pada
keyakinan sosial-budaya klien. Perawat harus sensitif dan waspada
terhadap keunikan warisan budaya dan tradisi kesehatan klien dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien dari latar belakang
kebudayaan yang berbeda. Perawat harus mengkaji dan mendengarkan
dengan cermat tentang konsistensi warisan budaya klien. Pengakajian
tentang budaya klien merupakan pengkajian yang sisrematik dan
komprehensif dari nilai-nilai pelayanan budaya, kepercayaan, dan
praktik individual, keluarga, komunitas.
Tujuan pengkajian budaya adalah untuk mendapatkan informasi
yang signifikan dari klien sehingga perawat dapat menerapkan
kesamaan budaya. Perawat dalam melakukan pengkajian terhadap
kebudayaan klien dimulai dari menentukan warisan kultural budaya
klien, latar belakang organisasi sosial, dan keterampilan bahasa serta
menayakan penyebab penyakit atau masalah untuk mengetahui klien
mendapatkan pengobatan rakyat secara tradisional baik secara ilmiah
maupun mesogisoreligus atau kata ramah, suci untuk mencegah dan
mengatasi penyakit. Hal ini dilakukan untuk pemenuhan kompoen
pengakajian budaya untuk menyediakan informasi yang berguna dalam
mengumpulkan data kebudayaan klien.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor Sosial
Sosial adalah cara bagaimana individu saling berhubungan
dengan orang-orang di sekelilingnya. Faktor sosial adalah faktor yang
dipengaruhi oleh orang-orang disekitar kita.
Faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat
adalah nama lengkap dan nama panggilan dalam keluarga, umur atau
tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam anggota keluarga, hubungan klien dengan
kepala keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga.

B. Nilai Budaya
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia
mengenai apa yang dianggap baik dan buruk.
Kebudayaan berasal dari bahasa Latin colereyang berarti
mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan. Dari
konsep ini berkembanglah pengertian kebudayaan yaitu segala daya dan
aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Ditinjau dari
sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta
buddhayah yaitu bentuk jamak dari buddhi, yang berarti budi atau akal.
Dengan demikian kebudayaan adalah hal-hal yang bersangkutan dengan
akal. Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yang didalamnya
terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum,
adat-istiadat dan kemampuan yang lain yang di dapat manusia sebagai
anggota masyarakat. Menurut Koentjaningrat, kebudayaan adalah
seluruh system gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan bermasyarakat yang didapat dengan belajar dan dijadikan
milik manusia sendiri.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagai mana juga budaya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwarisskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda
budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan
bahwa budayaa itu dipelajari. Budaya adalah suau pola hidup
menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak dan luas. Banyak aspek
budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-
budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
(Koentjaraningrat, 2002).

Budaya (Kultur) adalah norma atau aturan tindakan dari anggota


kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam
berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. Jenis budaya terdiri atas
dua yaitu pertama, etno-caring yaitu budaya yang dipelajari dari
orangtuanya. Kedua, professional caring yaitu budaya yang dipelajari
dari pendidikan formal.

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan


ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk.
Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Hal-hal yang perlu
dikaji berhubungan dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup adalah
posisi dan jabatan, bahasa yang digunakan, kebiasaan membersihkan
diri, kebiasaan makan, makan pantang berkaitan dengan kondisi sakit,
sarana hiburan yang dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari.
C. Aspek Budaya dalam Keperawatan
Leininger mengartikan paradigma keperawatan transcultural
sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam
terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang
budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu :
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki
nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk
menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger, manusia
memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap
saat dimanapun dia berada.
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien
dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit.
Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam
konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara
keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-
hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin
mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif.
3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien.
Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien
dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan
yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan
alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa,
pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah
Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari
sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial
yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok
ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial
individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di
lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk
dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu
seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian
kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai
dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan
memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.
Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
sebagai berikut:
a. Cara I : Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang
telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga
setiap pagi.
b. Cara II : Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang
lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar
dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai
pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani lain.
c. Cara III : Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi
gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok.
Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari materi ini kami dapat mengambil kesimpulan bahwa setiap orang (klien)
mempunyai latar belakang yang berbeda, maka dari itu sebagai seorang perawat
kita harus mampu mengatasi segala masalah perbedaan latar belakang budaya
tersebut dengan menyesuaikan diri dengan klien demi tercapainya asuhan
keperawatan yang akurat, tanpa menyinggung atau mempersulit klien dengan
segala latar belakang yang berbeda.

Saran
Saran kami, janganlah terlalu terpaku hanya dengan makalah ini. Carilah buku
buku yang lebih akurat mengenai teori ini agar wawasan pembaca lebih luas.
Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan makalah ini,
Terimakasih.

You might also like