You are on page 1of 20

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN


HIPERTENSI

Oleh

Annisa Nur Ghosyiyatul Aliyah


NIM 152310101317

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2018
DAFTAR ISI

BAB 1.PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 2
2.1.1 Definisi Hipertensi...........................................................................................4
2.2.1 Klasifikasi Hipertensi ............................................................................. 4
2.1.3 Etiologi Hipertensi...................................................................................7
2.1.4 Patofisiologi .............................................................................................7
2.1.5 Tanda dan Gejala Hipertensi................................................................. 8
2.1.6 Komplikasi Hipertensi.............................................................................9
2.2 Definisi Bekam ................................................................................................9
2.2.1 Manfaat Terapi Bekam.............................................................................9
2.2.2 Alat alat bekam.......................................................................................11
2.2.3 Titik Bekam..............................................................................................12
2.2.4 Tata Cara Bekam ....................................................................................12
2.3 Jurnal Utama ...................................................................................................14
2.4 Jurnal Pendukung............................................................................................15
2.5 Jurnal Pembanding..........................................................................................16
BAB 3. PENUTUP..................................................................................................17
3.1 Kesimpulan........................................................................................................17
3.2 Saran..................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 18
Lampiran.........................................................................................................................19

ii
BAB 1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang (AHA, 2017 dalam
Whelton, P. K., et al, 2017) Hubungan Hipertensi dan bekam yang dilakukan pada pasien
hipertensi terdapat penurunan tekanan darah yang bermakna pada pasien hipertensi yang
diberi terapi bekam, namun pasien tetap mengkonsumsi obat anti hipertensi. (Noor
Akbar, Endang Mahati.2013) Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah
tinggi, merupakan salah satu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah
dalam tubuh. Hipertensi dapat ditetapkan sebagai tingginya tekanan darah secara
menetap dimana sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastolik > 90 mmHg (Brunner
dan Suddarth, 2005).
Data World Health Organization (WHO, 2013) menunjukkan dari 17 juta kematian
karena penyakit kardiovaskuler, 9,4 juta disebabkan oleh komplikasi dari hipertensi.
Prevalensi hipertensi tertinggi di negara Afrika, yaitu sebesar 46% dan terendah negara
Amerika yaitu 35%. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI, 2017)
Menurut Depkes (2008) berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007, prevalensi hipertensi di
Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60%
penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal,
dan kebutaan. Berdasarkan data pola 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia tahun
2010, prevalensi kasus hipertensi sebesar 8,24% diantaranya 3,49% pada laki-laki dan
4,75% pada perempuan. Penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit dengan Case
Fatality Rate tertinggi setelah pneumonia yaitu 4,81% (Kemenkes RI, 2012). Hipertensi
merupakan penyakit yang sering dijumpai diantara penyakit tidak menular lainnya. Jawa
Tengah merupakan salah satu provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi
dari angka nasional. Kasus tertinggi penyakit tidak menular tahun 2012 pada kelompok
penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit hipertensi esensial. Prevalensi
kasus hipertensi primer/esensial di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 1,67%
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 1,96% (Dinkes Provinsi
Jawa Tengah, 2013). Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun
2012, penyakit hipertensi esensial memperoleh peringkat pertama, dikarenakan

1
mempunyai kasus tertinggi diantara penyakit tidak menular lainnya. Pada tahun 2012
prevalensi penyakit hipertensi di Kabupaten Sukoharjo sebesar 5,78%. Hal ini mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2011 sebesar 7,29% dan tahun 2010
sebesar 6,6%.

Hipertensi merupakan penyakit yang tergolong tidak dapat disembuhkan, sehingga


membutuhkan perawatan untuk mengendalikan tekanan darah. Secara umum pengobatan
hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara farmakologi dan non
farmakologi. Melakukan terapi farmakologi penderita harus minum obat secara rutin, hal
ini menyebabkan penderita menjadi bosan sehingga penderita hipertensi kurang patuh
meminum obat dan ini merupakan alasan tersering kegagalan terapi farmakologi. Selain
itu, efek samping yang disebabkan terapi farmakologi seperti batuk, insomnia, hipotensi,
disfungsi seksual, kelelahan dan apabila dikonsumsi secara terus menerus dapat
mempengaruhi fungsi ginjal sehingga mempengaruhi penderita hiprtensi untuk memilih
menghentikan terapi farmakologi (Harvey, 2013).Seiring dengan kemajuan teknologi
banyak metode pengobatan yang berkembang di dunia. Banyak pengobatan non
farmakologi yang telah ditemukan untuk membantu menurunkan tekanan darah
diantaranya tanaman tradisonal, akupunktur, akupressur, bekam, pijat refleksi,
hipnoterapi, dan lain-lain. Sesuai dengan peraturan menteri kesehatan republik Indonesia
nomor 1109/MENKES/PER/IX/2007 tentang penyelenggaraan pengobatan
komplementer alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan. Pengobatan komplementer
dilakukan sebagai upaya pelayanan yang berkesinambungan mulai daripromotif,
preventif, kuratif, dan atau rehabilitatif. Praktik mandiri pengobatan komplementer
alternatif dilakukan oleh tenaga kesehatan tersertifikasi sering dijumpai di lingkungan
sekitar. Sehingga masyarakat kini mulai memilih pengobatan non farmakologi, karena
mengetahui efek samping dari penggunaan farmakologi yang dapat merusak hati dan
ginjal jika digunakan dalam jangka waktu yang lama. Pengobatan non farmakologi yang
sering dipilih oleh penderita hipertensi adalah terapi bekam dan pijat refleksi.
Terapi bekam sudah dikenal dan dikembangkan diberbagai negara di dunia. Bekam
berefek terhadap hipertensi dengan memperbaiki mikrosirkulasi pembuluh darah dan
memberikan efek vasodilatasi sehingga tekanan darah turun secara stabil, dan
menenangkan sistem saraf simpatik. Efek pada sistem saraf simpatik ini menstimulasi
sekresi enzim yang berperan sebagai sistem angiotensin renin. Setelah sistem ini tenang
dan aktivitasnya berkurang maka tekanan darah akan turun (Sharaf, 2012). Keefektifan
2
bekam telah banyak dibuktikan melalui berbagai penelitian, salah satunya adalah
penelitian dari Mustika, Atih dan Lili (2012) yang menyebutkan bahwa terapi bekam
berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik.

3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah
meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika
dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ-
organ vital seperti jantung dan ginjal (Riskesdas, 2013). Hiperrtensi didefinisikan
Joint National Commitee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mHg dan
diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah
normal hingga tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai
primer atau esensial (hampir 90% dari semua kasus ) atau sekunder terjadi sebagai
akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali (Doenges,2000). Menurut Price
(2005) hipertensi juga didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
2.1.1 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi menurut Kemenkes RI dibagi menjadi beberapa yaitu :


1. Berdasarkan penyebab
a. Hipertensi Primer/Hipertensi essensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun
dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang gerak
(inaktivitas) dan pola makan.
2. Hipertensi Sekunder/Hipertensi non essensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya diantaranya adalah penyakit gagal ginjal
dan kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu misalnya pil KB.
4
3.Berdasarkan bentuk Hipertensi
Hipertensi diastolik, Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi),
Hipertensi sistolik.
Terdapat jenis hipertensi yang lain:
1. Hipertensi Pulmonal
Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh
darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada
saat melakukan aktivitas. berdasarkan penyebabnya hipertensi pulmonal dapat
menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam
melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi Pulmonal sering
ddapatkan pada usia muda dan pertengahan.
2. Hipertensi pada Kehamilan
Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada saat
kehamilan, yaitu:
a. Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang diakibatkan
kehamilan/keracunan kehamilan ( selain tekanan darah yang meninggi, juga
didapatkan kelainan pada air kencingnya ). Preeklamsi adalah penyakit yang
timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul
karena kehamilan.
b. Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu
mengandung janin.
c. Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan preeklampsia
dengan hipertensi kronik.
d. Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.
Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang
mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada yang
mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor
keturunan, dan lain sebagainya.
2.1.2 Faktor Resiko Hipertensi
Faktor resiko hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu Hipertensi yang
dapat diubah dan hipertensi yang tidak dapat diubah. Hipertensi yang dapat diubah
seperti merokok, obesitas, gaya hidup yang monoton, dan stress. Hipertensi yang

5
tidak dapat dirubah meliputi usia, jenis kelamin, suku bangsa, dan faktor keturunan
(Rusdi & Isnawati, 2009 dalam Agustina dkk, 2014).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dalam jurnal (Nuraini, 2015)
antara lain:
a. Genetik, adanya faktor genetik pada keluarga akan menyebabkan keluarga itu
memiliki resiko menderita hipertensi.
b. Obesitas, berat bedan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada
kebanyakan kelompok etnik di semua umur.
c. Jenis kelamin, prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.
Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause salah
satunya adalah penyakit jantung koroner.
d. Stres, dapat meningkatakan tekanan darah sewaktu. Hormon adrenalin akan
meningkat sewaktu kita stres dan bisa mengakibatkan jantung memompa darah
lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat.
e. Kurang olahraga, Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi
karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif
cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus
memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri.

2.1.3 Etiologi Hipertensi


Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar
patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi essensial. Penyebab
hipertensi meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi
kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah
terhadap vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk
faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan lain-
lain (Nafrialdi, 2009). Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang
berlebihan dan gaya hidup tampaknya memiliki peran yang utama dalam
menyebabkan hipertensi. Kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat badan yang
berlebih dan penelitian pada berbagai populasi menunjukkan bahwa kenaikan berat
badan yang berlebih (obesitas) memberikan risiko 65-70 % untuk terkena hipertensi
primer (Guyton, 2008). Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi

6
sekunder dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan
tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis
atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat
tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau
memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah (Oparil, 2003). Hipertensi
yang penyebabnya dapat diketahui, sering berhubungan dengan beberapa penyakit
misalnya ginjal, jantung koroner, diabetes dan kelainan sistem saraf pusat (Sunardi,
2000).
2.1.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pascaganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norpinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah
(Brunner, 2002).
2.1.5 Tanda dan Gejala Hipertensi
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah
yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat dapat ditemukan edema
pupil (edema pada diskus optikus). Menurut Price, gejala hipertensi antara lain sakit
kepala bagian belakang, kaku kuduk, sulit tidur, gelisah, kepala pusing, dada
berdebar-debar, lemas, sesak nafas, berkeringat dan pusing (Price, 2005).
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu sakit
kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak nafas, cepat
marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam
hari. Gejala akibat komplikasi hipertensiyang pernah dijumpai meliputi gangguan
penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak) yang
mengakibatkan kejang dan pendarahan
2.1.6 Komplikasi Hipertensi

7
Hipertensi yang tidak terkontrol akan menyebabkan berbagai macam
komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi menurut Corwin )2009),
antara lain :
1. Stroke
2. Infark Miokard
3. Gagal Ginjal
4. Ensefalopati (Kerusakan otak
2.2 Definisi Bekam
Bekam adalah istilah melayu yang berarti membuang darah atau membuang
angin, istilah Hijamah berasal dari istilah bahasa arab Hijamah kata Hijamah berasal
dari kata Hijmu yang berarti pekerjaan membekam. Hajjam berarti ahli bekam, nama
lain bekam adalah canduk, canthuk, kop, mambakan, di Eropa dikenal dengan istilah
Cuping Therapeutik Metho. Bekam dalam bahasa mandarin disebut Pa Hau Kuan.
(Subiyanto dan Leli, 2006). Berbekam atau Hijamah menurut bahasa adalah ungkapan
tentang menghisap darah dan mengeluarkannya dari permukaan kulit, yang kemudian
ditampung di dalam gelas bekam, yang menyebabkan pemusatan dan penarikan darah
di sana. Lalu dilakukan penyayatan permukaan kulit dengan pisau bedah, untuk
mengeluarkan darah (Yasin, 2007). .
Bekam adalah satu teknik pengobatan menggunakan sarana gelas,tabung, atau
bambu yang prosesnya di awali dengan melakukan pengekopan(membuat tekanan
negatif dalam gelas, tabung, atau bambu) sehingga menimbulkan bendungan lokal di
permukaan kulit dengan tujuan agar sirkulasi energi meningkat, menimbulkan efek
analgetik, anti bengkak,mengusir patogen angin dingin maupun angin lembap,
mengeluarkan racun,serta oksidan dalam tubuh.
2.2.1 Manfaat Terapi Bekam
Dalam dunia medis, terdapat perbedaan pendapat tentang terapi bekam
berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan terkait terapi bekam tersebut,
terutama tentang manfaatnya. Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengatakan
bahwa terapi bekam tidak mempunyai keterkaitan dengan darah kotor yang menurut
masyarakat non-medis dikeluarkan ketika proses terapi pembekaman berlangsung.
Hal ini dikarenakan fungsi detoksifikasi (pengeluaran racun) sebenarnya sudah
dilakukan oleh organ ginjal dan hati. Sehingga kalaupun ada darah yang keluar ketika
proses terapi pembekaman, itu hanyalah sebagian kecil dari seluruh darah kotor yang

8
ada di dalam tubuh dan dikeluarkan oleh organ ginjal dan hati. Namun meski
demikian, banyak juga yang mengatakan bahwa terapi bekam memiliki efek yang
sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Dalam dunia non-medis sendiri, terapi bekam yang dikenal sebagai
pengobatan alternatif memang sering dikaitkan dengan teori masuk angin dan darah
kotor. Yang mana, dalam dunia medis kedua hal tersebut sebenarnya tidak memiliki
relevansi yang jelas. Teknik terapi bekam dalam dunia non-medis ini dilakukan
dengan dua cara, yaitu terapi bekam basah dan terapi bekam kering. Terapi bekam
basah merupakan metode yang biasanya dilakukan oleh para terapis dengan cara
mengeluarkan darah. Sedangkan terapi bekam kering merupakan metode
kebalikannya, yaitu tidak mengeluarkan darah, di mana terapi hanya dilakukan
dengan cara menempatkan mangkuk vakum di atas kulit sehingga tidak ada darah
yang keluar. Terlepas dari berbagai fungsi yang telah disebutkan baik secara medis
dan non-medis, beberapa fungsi dari terapi bekam yang telah diakui secara umum,
antara lain :
1. Untuk Kepala
Beberapa manfaat dari terapi bekam di kepala yang diyakini sebagai metode
untuk mengeluarkan materi berbahaya pada bagian kepala dan sekitarnya, antara lain :

 Mengobati migrain
 Menyembuhkan stroke
 Mengobati rasa pusing
 Menyembuhkan Parkinson
 Menurunkan darah tinggi atau menormalkan hipertensi
 Menyembuhkan vertigo
 Mengobati sakit gigi
 Mencerdaskan otak dan meningkatkan kemampuan daya ingat; sera
 Mengobati masalah mata, hidung dan telinga.

2. Manfaat pada Wajah

Sedangakan manfaat dari terapi bekam yang dilakukan pada wajah diyakini
mampu memiliki manfaat untuk mengangkat bakteri pada wajah, mencegah dan
mengobati jerawat yang muncul, dan juga menyehatkan kulit wajah karena

9
menyebabkan lancarnya peredaran darah yang terjadi di wajah dan sekitarnya,
Sedemikian sehingga dengan melakukan terapi bekam di wajah secara tidak
langsung dapat membuat Anda memiliki kulit wajah yang cerah, sehat, dan tampak
berseri, selain untuk menjadikan wajah Anda terbebas dari gangguan jerawat.
3. Manfaat untuk jantung

Sebagaimana telah diyakini oleh masyarakat non-medis bahwa terapi bekam


dapat mengeluarkan darah kotor (darah yang terkontaminasi dengan racun) dari
dalam tubuh, maka secara tidak langsung terapi bekam juga menjadi faktor dalam
memperlancar peredaran darah yang terjadi di dalam tubuh. Sehingga apabila
peredaran darah lancarm maka dapat dipastikan bahwa kondisi jantung akan sehat.
Hal ini dikarenakan fungsi jantung yang salah satunya ialah sebagai pemompa
darah ke seluruh tubuh.

Selain itu, manfaat terapi bekam juga diyakini mampu membantu untuk
memperbaiki fungsi organ tubuh. Artinya, memperbaiki jaringan atau sel-sel tubuh
yang rusak. Ditambah lagi, bisa bermanfaat untuk menambah anti bodi (imunitas)
tubuh, yaitu membunuh kuman atau bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya
penyakit.

2.2.2 Alat alat bekam


Berbagai macam alat alat yang diperlukan untuk melakukan pengobatan terapi
bekam.Alat alat yang digunakan yaitu :
1.) Cupping set
2.) Lancing device (untuk memasang jarum)
3.) Lancet/jarum steril
4.) Sarung tangan dan masker
5.) Tensimeter dan stetoskop
6.) Kassa steril dan kapas
7.) Baskom
8.) Alkohol
9.) Bak sampah medis
Cara sterilisasi alat alat bekam, yaitu :

10
1. Kop yang habis dipakai dan terkena darah, bersihkan dengan
menyemprotkan alkohol 70 % ke dalam gelas kop dengan alat semprot
2. Setelah bersih rendamlah pada baskom yang sudah berisi air yang
dicampuri dengan cairan clorin. Perbandingan 9:1
3. Rendam selama 10 menit
4. Angkat dan bersihkan dengan sabun atau pembersih yang lain
5. Cuci di bawah air mengalir
6. Keringkan dalam rak yang telah disediakan
7. Masukan dalam sterilisator ozon
8. Bisa juga menggunakan desinfektan tingkat tinggi
2.2.3 Titik Bekam
Menurut Santoso 2012 dibawah ini gambaran titik titik bekam berdasarkan jenis
penyakitnya :
1. Ummu Mughtis (puncak kepala)
Bermanfaat untuk penyakit vertigo, migrain, sakit kepala menahun
2. Al-Akhda’ain (dua urat leher)
Bermanfaat untuk mengatasi hipertensi, stroke, sakit bagian kepala dan wajah
3. Al- Kaahil (punduk)
Bermanfaat untuk masalah penyakit sekitar kepala dan saraf serta 72 penyakit
4. Al Katifain (bahu kiri dan kanan)
Bermanfaat untuk hipertensi, sakit leher, stroke, nyeri bahu
5. Dua jari di bawah punduk
Bermanfaat untuk penyakit bronkhitis, batuk, sesak napas, asi kurang, asma,
stroke
6. Belikat kiri dan kanan
Bermanfaat untuk paru paru, gangguan jantung, saluran pernafasan, stroke, masuk
angin
7. Ala- Warik (pinggang)
Bermanfaat mengatasi gangguan ginjal, sakit pinggang, haid tidak lancar, susah
buang air kecil
8. Ala Dzohril Qadami (betis)
Bermanfaat mengatasi asam urat, kesemutan, pegal-pegal dan stroke
2.2.4 Tata Cara Bekam

11
1.Mendata Pasien dan Melakukan Anamnesis (Wawancara) Catatan data pasien
sangatlah penting untuk merekam identitas, diagnosis penyakit, terapi yang
sudah diberikan serta mengetahui perkembangan penyakitnya. Data yang perlu
dicatat antara lain :
a. Identitas pasien, meliputi: Nama lengkap, umur, jenis kelamin, alamat dan
status perkawinan.
b. Identitas keluarga, meliputi: kedudukan dalam keluarga, pekerjaan dan
alamat tinggal. Beberapa penyakit berkaitan erat dengan pekerjaan/lokasi
pemukiman.
Tujuan melakukan anamnesis (wawancara) adalah untuk mengetahui maksud
pasien berobat, serta mendalami penyakit dan keluhan yang dialami.
2. Melakukan pemeriksaan dan menentukan diagnosa penyakit emeriksaan
ini berguna untuk membuktikan apa yang dikeluhkan pasien tersebut sesuai
dengan kelainan fisik yang ada. Adakalanya pasien mengeluhkan sesuatu tetapi
tidak ditemukan kelainan fisik apapun dan begitu juga sebaliknya. Pemeriksaan
fisik tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan umum, meliputi: tekanan darah, nadi, temperatur tubuh,
pernafasan, lidah iris (iridology), telapak tangan dan lain-lain. Yang terpenting
adalah bisa mengetahui penyakit yang di derita pasien.
b. Dari organ yang dikeluhkan pasien. Perhatikan perubahan warna kulit,
bentuk, tekstur atau perubahan lainnya yang kasat mata. Amati pula ekspresi
wajah, bentuk dan sikap serta cara berjalan pasien.
c. Palpasi (Perabaan, penekanan) atau perkusi (pengetukan) disekitar tubuh
yang mengalami keluhan. Auskultasi, yakni pemeriksaan dengan
menggunakan stetoskop untuk mengetahui adanya kelainan pada rongga
dada (jantung dan paru-paru) serta rongga perut (lambung, usus, dan lain-
lain).
d.Jika diperlukan lakukanlah pemeriksaan penunjang, seperti laboratorium
darah, urin dan tinja, rontgen (radiologi) dan sebagainya.Setelah diketahui
keluhannya melalui anamnesis dan telah dilakukan pemeriksaan maka dapat
diambil kesimpulan mengenai penyakit yang dialami oleh pasien (diagnosa).
3. Menentukan Titik Bekam

12
Dalam menentukan titik bekam terdapat beberapa versi ada yang berdasarkan
lokasi keluhan, berdasarkan titik akupuntur dan ada yang mendasarkan pada
anatomi dan patofisiologi organ yang bermasalah.
a. Dalam memilih titik bekam ini, maka tidak perlu memakai banyak titik. Sebab
titik bekam yang banyak belum tentu lebih baik dan efektif dibandingkan
dengan satu titik.
b. Ada sekitar 12 titik utama yang disebutkan dalam hadits (disebut titik bekam
nabi), selebihnya merupakan pengembangan dari itu. Diantaranya adalah titik
di kepala, leher dan punggung, kaki dan lain sebagainya.
c.Beberapa titik yang terlarang untuk dilakukan bekam yaitu :
a. Pusat kelenjar limfa atau getah bening di leher samping bawah telinga
kanan dan kiri (di ketiak kanan dan kiri, dan dilipatan
selangkangan kanan dan kiri) Otak kecil bagian bawah (akhir tengkorak
belakang bagian bawah),
b. leher depan di bagian tenggorokan.
c. ulu hati
d. lubang alami seperti pusar, dubur, puting payudara, telinga, dll
e. lutut belakang, depan dan samping
f. terlalu dekat dengan mata
g. perut dan pinggang wanita hamil
h. tepat pada varises, tumor atau kanker, dan bagian yang bengkak pada
kasus gout atau asam urat.
4. Mempersiapkan peralatan dan Pasien
a. Mempersiapkan peralatan bekam dan ruangan
Yang paling utama adalah menyiapkan agar alat-alat yang digunakan bisa
steril mengingat banyak penyakit yang dimungkinkan bisa menular melalui
perantara alat bekam seperti pasien hepatitis dan HIV-AIDS. Menggunakan
ruangan yang bersih, cukup penerangan, cukup ventilasi dan aliran udara.
b. Mempersiapkan pasien
Pasien perlu dipersiapkan terlebih dahulu baik secara fisik maupun mental.
Pasien perlu mendapatkan penjelasan mengenai dasar terapi bekam sebagai
tehnik pengobatan yang dituntunkan cara membekam, manfaat, efek
samping yang mungkin terjadi baik ketika sedang dibekam maupun

13
setelahnya, kontraindikasi (pantangan) bekam, serta proses kesembuhan dan
yang lainnya.
 Pasien diberikan support agar tidak gelisah dan takut terutama bagi yang
baru pertama kali dibekam.
 Disiapkan minuman air putih, madu atau sari kurma untuk pasien, karena
terkadang ketika sedang dibekam pasien merasa haus dan untuk
mengantisipasi jika pasien merasa lemas.
 Pasien wanita harus ditangani oleh ahli bekam wanita dan pasien laki-
laki oleh laki-laki. Untuk menjaga aurat maka hindari membuka bagian
tubuh yang tidak perlu.
 Posisi pasien dan ahli bekam harus nyaman agar pasien lebih rileks dan
bagi yang membekam bisa lebih mudah dan optimal dalam mencapai titik-
titik yang akan dibekam.
5. Melakukan Bekam
Bekam dapat dipelajari oleh semua orang, akan tetapi harus mengikuti tata cara
yang benar yang dianjurkan untuk berbekam. Cara-cara untuk melakukan bekam
yaitu:
2.3 Jurnal Utama
Judul Jurnal : .Effects of wet cupping on blood pressure in hypertensive patients: a
randomized controlled trial
Penulis :
1. Nouran A Aleyeldi
2. Khaled S.Aseri
3. Shadia M. Matboili
4. Albaraa A. Sulaiamani
5. Sumayyah A. Kobeisy

Tahun Terbit : 2015


Metode : RCT ( Randomized Controlled Trial)
Analisis
Problem kritical tingkhing Respon tekanan darah yang dilakukan dengan terapi di
bekam pada orang yang mempunyai penyakit hipertensi sekitar 50 orang menggunakan
metode acak atau random agar mengetahui efek dari bekam tersebut dan apakah efektifif

14
bekam dan hasil dari penelitian adalah Terapi bekam basah efektif untuk mengurangi
tekanan darah sistolik pada pasien hipertensi hingga 4 minggu, tanpa efek samping yang
serius. Cupping basah harus dipertimbangkan sebagai pengobatan hipertensi
komplementer, dan penelitian lebih lanjut diperlukan. Intervention Critical tingkhing
dilakukannya intervensi pemberian efek terapii bekam penelitoan ini melibatkan
pembersihan area target dengan swab alkohol, menempatkan cangkir di atas area
tersebut, dan memulai pengisapan. Cangkir kemudian dihapus dengan lembut, dan lima
sayatan yang sangat dangkal dibuat sejajar satu sama lain. Setelah membuat sayatan,
cangkir ditempatkan di atas area yang sama dan penyedotan diulang. Prosedur cupping
diulang kira-kira tiga kali tanpa mengulangi pengirisan, dan kemudian area dibersihkan
dan didandani 1). Tempat pertama adalah di antara dua skapula, di seberang tulang
belakang scapular T1-T3. Ini adalah situs yang direkomendasikan untuk pengobatan
hipertensi dalam RCT yang sebelumnya dilakukan di Iran . Daerah ini disebut Al-Kahil
dalam bahasa Arab. Situs kedua terletak di vertebra serviks ketujuh. Comparation
critical tingkhing (jurnal utama) hubungan terapi bekam pada pasien dengan tekanan
darah yang tinggi hubungannya sangat mempengaruhi sekali dan menunjukkan
penurunan yang signifikan, terapi ini diberikan kepada lansia selama 4 minggu.
Comparation )jurnaal pendukung) critical tingkhing hubungan terapi bekam basah pada
pasien yang mendatangi rumah sehat Mina dengan tekanan darah yang tinggi
hubungannya tidak berpengaruh, menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai p value
(0,003)<α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi bekam basah berpengaruh
terhadap tekanan darah sistol pada pasien hipertensi grade 1 di rumah Sehat Mina. Nilai
ujistatistik untuk tekanan darah diastol tidak menunjukkan hasil yang signifikan dengan
nilai p value (0,108)>α (0,05), sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terapi bekam
basah tidak berpengaruh terhadap tekanan darah diastol pada pasien hipertensi grade 1 di
Rumah Sehat Mina. Comparation (jurnal pembanding) critical tingkhing hubungan
terapi bekam dengan hiperkolestrolemia dimana orang yang mengalami
hiperkolestrolemia mempunyai kolestrol jahat yang berlebih hal ini bisa menyebabkan
kematian pada usia yang lebih muda dan menyebabkan komplikasi dikarenakan kolestrol
sendiri salah satu faktor yang menyebabkan stroke dan stroke ini dikarenakan hipertensi
atau tekanan darah seseorang menjadi tinggi, tujuan utama dari bekam agar
memperlancarkan kembali darah darah yang koental. Hiperkolesterolemia juga dapat
meningkatkan risiko aterosklerosis

15
Outcome critical tingkhing kedua kelompok (A dan B) menunjukkan Wet-cupping
memberikan pengurangan segera tekanan darah sistolik. Setelah 4 minggu masa tindak
lanjut, tekanan darah sistolik rata-rata pada kelompok intervensi adalah 8,4 mmHg
kurang dari pada kelompok kontrol (P = 0,046). Setelah 8 minggu, tidak ada perbedaan
tekanan darah yang signifikan antara intervensi dan kelompok kontrol. Dalam penelitian
ini, bekam basah tidak menghasilkan sisi serius efek. Jadi Terapi bekam basah efektif
untuk mengurangi tekanan darah sistolik pada pasien hipertensi hingga 4 minggu, tanpa
efek samping yang serius

16
BAB 3. PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2013).
Mekanisme peyembuhan bekam pada hipertensi didasarkan atas teori aktivasi
organ, dimana bekam akan mengaktivasi organ yang mengatur aliran darah seperti
hati, ginjal dan jantung agar organ organ ini tetap aktif dalam mengatur peredaran
darah sehingga tekanan darah tetap terjaga. Selain itu bekam juga berusaha
menyeimbangkan secara ilmiah bila ada tekanan darah yang meningkat. Dengan
memilih titik tepat , mka bekam bisa membantu penanganan hipertensi.
1.2 Saran
Masyarakat hendaknya dapat memanfaatkan klinik terapi bekam sebagai salah satu
pengobatan nonfarmakologi yang dapat membantu menurunkan tekanan darah pada
pasien hipertensi.

17
DAFTAR PUSTAKA
Black, J.M., Matassarin E. (2009), Medical Surgical Nursing, Clinical Management for
Continuity of Care. Philadelphia: J.B Lippincott Co.
Barbara C. Long and Wilma J.Phips, (1996), Essentials of Medical Surgical Nursing.
Colmer, M.R., (1995), Morony’s Surgery for Nurses, 16th ed., Livingstone
Donna, D., et al., (1991), Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach.
USA: Mosby Co.
Smeltzer & Bare. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol. 1 ed.
Jakarta: EGC
Pudiastuti,Ratna Dewi.2011.PENYAKIT PEMICU STROKE.Yogyakarta.Nuha Medika
Riskesdas. (2013). RISET KESEHATAN DASAR. Jakarta. diakses pada tanggal 10 april 2018
Lestari, Yufi Aris, dkk. 2017. Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi Di Dusun Tambak Rejo Desa Gayaman Mojokerto diakses
pada tanggal 10 april 2018
Fatonah,Siti,dkk.2015. Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Tekanan Darah Penderita
Hipertensi diakses pada tanggal 10 april 2018
Irawan,Hengky,dkk.2012. Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Klien Hipertensi diakses pada tanggal 10 april 2018
Saundari, Mega Ayudia.dkk.2017. Pengaruh Terapi Bekam Basah Terhadap Tekanan
Darah Pada Pasien Dengan Hipertensi Grade I Di Rumah Sehat Mina diakses pada tanggal 10
april 2018

18

You might also like