Professional Documents
Culture Documents
MEKANISME PERSALINAN
KELOMPOK 9
DI SUSUN OLEH:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
taufik dan inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ASUHAN PERSALINAN
DAN BAYI BARU LAHIR
Kami selaku penyusun menyadari bahwa selesainya penulisan makalah ini adalah
berkat bimbingan, arahan dan motivasi untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada teman-
teman yang telah bekerja sama dalam menyelesaikan makalah ini.
Semua teman dan pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Terima
kasih atas segala bantuanya.Kami tim penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini,untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah inidan menjadi pembelajaran kami agar lebih baik
lagi.
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke jalan lahir.
2. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalalui jalan lahir.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa persalinan (labor) adalah rangkaian peristiwa
mulai dari kenceng-kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi (janin,
plasenta, ketuban, dan cairan ketuban) dari uterus kedunia luar melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri.
3. Paritas adalah jumlah janin dengan berat lebih dari 500 gram yang pernah dilahirkan,
hidup maupun mati, bila berat badan tidak diketahui, maka dipakai umur kehamilan lebih
dari 24 minggu.
4. Delivery (kelahiran) adalah peristiwa keluarnya janin termasuk plasenta.
5. Gravida (kehamilan) adalah jumlah krhamilan termasuk abortus, molahidatidosa dan
kehamilan etopik yang pernah dialami oleh seorang ibu.
6. Persalinan dan kelahiran normaladalah proses pengeluaran yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan persentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam waktu 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
7. Spontan adalah persalinan terjadi karena dorongan kontraksi uterus dan kekuatan
mengejan ibu.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui mekanisme persalinan normal
2. Untuk membantu mahasiswa memahami proses persalinan normal
BAB II
KAJIAN TEORI
1. Pengertian
Mekanisme persalinan normal adalah proses adaptasi dan akomodasi yang tepat antara
bagian kepala terhadap berbagai segmen panggul,agar proses persalinan dapat
berlangsung/perubahan posisi bagian terendah(Mac Donald,1991).
Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada presentasi
kepala ini ditemukan + 58% ubun-ubun kecil terletak di kiri depan, + 23% di kanan depan, +
11% di kanan belakang,dan + 8% di kiri belakang. Keadaan ini mungkin disebabkan terisinya
ruangan di sebelah kiri belakang oleh kolon sigmoid dan rektum(Wignjosastro,2002).
Yang menjadi pertanyaan mengapa janin dengan presentase yang tinggi berada dalam
uterus dengan presentase kepala? Keadaan ini mungkin disebabkan karena kepala relatif lebih
besar dan lebih berat. Mungkin pula bentuk uterus sedemikian rupa sehingga volume bokong
dan skstremitas yang lebih besar berada di atas, di ruangan yang lebih luas,sedangkan kepala
berada di bawah, di ruangan yang lebih sempit. Ini dikenal sebagai teori akomodasi. Dalam
mempelajari mekanisme partus,imaginasi stereometrik kepala janin dan ruang panggul harus
benar-benar dipahami.
1. Diameter abivarietal. Diameter bivarietal yaitu jarak antara dua variabel (9,5 cm)
2. Diameter subocipito bregmatika jarak antara pertemuan leher dan oksiput ke bregma
(ubun-ubun besar 9,5 cm)
3. Diameter ocipitofrontalis. Jarak dari oksiput dari jematan bindang (sinsipital 11,5 cm)
4. Submentobregmatik yaitu jarak pertemuan leher dan rahang bawah ke bregma 9,5 cm
Gambar ukuran kepala 6.1 Ukuran kepala
1. Engangement
2. Penurunan
3. Fleksi
4. Rotasi dalam
5. Ekstensi
6. Rotasi luar
7. Ekspulsi
Gambar 6.2 Mekanisme Persalinan Normal
1. Engangement
Engangement pada primi gravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan , sedangkan
pada multi gravida dapat terjadi pawal persalinan. Engangement adalah perisdtiwa ketika
diameter biparietal melewati pintu atas panggul dengan satura sagitalis melintang/oblik
didalam jalan lahir dan sedikit fleksi. Masukan kepala akan mengalami kesulitan bila saat
masuk kedalam panggul dengan satura sagitalis dalam antero prosterior. Jika kepala
masuk kedalam pintu atas panggul dengan satura segitalis melintang dijalan lahir, tulang
parietal kanan dan kiri sama tinggi , maka keadaan ini disebut sinklitismus.
Kepala pada saat melewati pintu atas panggul dapat juga dalam keadaan dimana
satura sagitalis lebih dekat ke promontorium atau ke sympisis maka hal ini disebut
Asinklitismus. Ada dua macam asinklitismus. Asinklitismus posterior dan asinklitismus
Anterior
a. Asinklitismus posterior yaitu keadaan bila satura sagitalis mendekati symfisis dan
tulang parietal belakang lebih rendah daripada tulang-tulang parietal depan. Terjadi
karena tulang parietal depan tertahan oleh symfisis pubis sedangkan tulang parietal
belakang dapat turun dengan mudah karena adanya lengkung sakrum yang luas.
b. Asinklitismus Anterior yaitu keadaan bila sutura sagitalis mendekati promontorium
dan tulang parietal depan lebih rendah dari pada tulang parietal belakang.
2. Penurunan kepala
a. Dimulai sebelum onset persalian/inpartu. Penurunan kepala terjadi bersamaan
dengan mekanisme lainnya.
b. Kekuatan yang mendukung menurut Cuningham dalam buku obstetri William yang
diterbitkan tahun 1995 dan ilmu kebidanan varney 2002:
1) Tekana cairan amnion
2) Tekanan langsung fundus pada bokong
3) Kontraksi otot-otot abdomen
4) Ekstensi dan pelusuran badan janin atau tulang belakang janin
3. Fleksi
a. Gerakan fleksi disebabkan karena janin terus didorong maju tetapi kepala janin
terhambat oleh servik, dinding panggul atau dasar panggul
b. Pada kepala janin dengan adanya fleksi maka diameter oksipitofrontalis 12 cm
berubah menjadi sub oksipitobregmatika 9 cm
c. Posisi dagu bergeser ke arah dada janin
d. Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas teraba daripada ubun-ubun
besar.
Gambar 6.3 Fleksi, A: Fleksi tidak baik, B: Fleksi sedang, C: Fleksi brlanjut,
D: Fleksi penuh
4. Rotasi dalam
a. Rotasi dalam atau putar paksi dalam adalah pemutaran bagian terendah janin dari
posisi sebelumnya arah depan simfisis. Gerakan ini adalah upaya kepala janin
untuk menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir yaitu bentuk bidang tengah dan
pintu bawah panggul. Rotasi dalam terjadi bersamaan setelah kepala melewati
hodge III (stinggi spina) atau setelah didasar panggul. Pada pemeriksaan dalam
ubun-ubun kecil mengarah ke jam 12.
b. Sebab-sebab adanya putar paksi dalam yaitu:
1) Bagian terendah kepala adalah bagian belakang kepala pada letak fleksi.
2) Bagian belakang kepala mencari tahanan yang paling sedikit yang
disebelah depan atas yaitu hiatus genetalis antara muskus levatorani kiri
dan kanan
Gambar 6.4 Rotasi interna sejauh A.45, B 135, C 90
5. Ekstensi
a. Gerakan ekstensi merupakan gerakan dimana oksiput berhimpit langsung pada
margo inferior simpisis pubis.
b. Penyebab dikarenakan sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah
kedepan dan atas, sehingga kepala menyesuaikan dengan cara ekstensi agar dapat
melaluinya. Pada saat kepala mencapai dasar panggul tidak langsung terekstensi
akan tetapi terus didorong kebawah sehingga mendesak kejaringan perineum. Pada
saat itu ada dua gaya yang memepengaruhi, yaitu:
1) Gaya drong dari fundus uteri kearah belakang
2) Tahanan dasar panggul dan simpisis kearah depan
Hasil kerja dari dua gaya tersebut mendorong ke vulva dan terjadilah ekstensi.
Gerakan ekstensi ini mengakibatkan bertambahnya penegangan pada perineum
dan intruitis vagina. Ubun-ubun kecil semakin banyak terlihat dan sebagai
hypomochlion atau pusat pergerakan maka berangsur-angsur lahirlah ubun-
ubun kecil, ubun-ubun besar, dahi, mata, hidung, mulut dan dagu. Pada saat
kepala sudah lahir seluruhnya, dagu bayi berada diatas anus ibu.
Gambar 6.5 Mekanisme Persalinan kepala posisi oksiput transversa kiri
6. Rotasi luar
Terjadinya gerekan rotasi luar atau putar paksi luar dipengaruhi oleh faktor-faktor
panggul, sama seperti pada rotasi dalam.
a. Merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil kearah punggun janin, bagian
belakang kepala berhadapan dengan tuberisiadikum kanan atau kiri, sedengkan
muka janin menghadap salah satu paha ibu. Bila ubun-ubun kecil pada mulanya
disebelah kiri maka ubun-ubun kecil akan berputar kearah kiri, bila pada mulanya
ubun-ubun kecil disebelah kanan maka ubun-ubun kecil berputar ke kanan.
b. Gerekan rotasi luar atau putar paksi luar ini menjadikan diameter biakromial janin
searah dengan diameter anteroposterior pintu bawah panggul, dimana satu bahu di
anterior di belakang simpisis dan bahu yang satunya di bagian posterior di
belakang perineum.
c. Sutura sagitalis kembali melintang
7. Ekspulasi
Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai hypomoklion untuk kelahiran
bahu belakang. Kemudian setelah kedua bahu lahir disusul lahirlah trochanter depan dan
dibelakang sampai lahir janin seluruhnya.
B. PEMBAGIAN PARTUS
Partus dibagi menjadi 4 kala. Pada kala 1 yang dinamakan kala pembukaan, serviks
membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Kala II disebut kala pengeluaran, oleh karena
berkat kekuatan his dan kekuatan ibu mengedan jain didorong keluar sampai lahir. Dalam
kala III atau uri plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari
lahirnya plasenta dan lamanya satu jam. Dalam kala itu diamati-amati, apakah tidak terjadi
perdarahan postpartum.
Kala I
1. Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan keluar lendir bersemu
darah. Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir analis servikalis karena
serviks mulai membuka atau mendatar, sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-
pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis itu pecah karena
pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. Mekanisme memukanya serviks
berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada primigravida ostium uteri
internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis,
baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multigravida ostium uteri
internum dan eksternum sudah sedikit terbuka. Penipisan dan pendataran serviks
terjadi dalam saat yang sama pada pembukaan. Ketuban akan pecah sendiri ketika
pembukaan hampir atau telah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika
pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum
mencapai pembukaan 5 cm, disebut ketuban pecah dini.
2. Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I
berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam. (29)
Kala II
1. His menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena
biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his
dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan
rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan kepada rektum dan hendak buang air
besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka.
Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janiin tampak dalam vulva
pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk
lagi diluar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin di
lahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati
perineum.
2. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi.
Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multigravida rata-
rata 0,5 jam. (31)
Kala III
1. Setelah bayi lahir, uterus terba keras dengan fundus uteri sedikit di atas pusat.
2. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari
dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan
keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
1. Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan letak kepala dan pada letak kepala ini
ditemukan sekitar 58% ubun-ubun kecil terletak di kiri depan, sekitar 23% di kanan
depan, sekitar 11% di kanan belakang sekitar 8% di kiri belakang. Keadaan ini
mungkin disebabkan terisinya ruangan disebelah kiri belakang oleh kolon sigmoid
dan rektum.
2. Pada letak kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke
dalam rongga panggul. Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam
keadaan sinklitismus ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang
pintu atas panggul.
Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus anterior menurut Naegele ialah
apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan dengan bidang pintu atas
panggul. Asinklitismus posterior menurut Litsman adalah sebaliknya dari
asinklitismus anterior.( 32)
3. Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan daripada mekanisme turunnya
kepala dengan asinklitismus posterior karena ruangan pelvis di daerah posterior lebih
luas di bandingkan dengan ruangan pelvis di daerah anterior. Hal asinkltismus
penting, apabila daya akomodasi panggul agak terbatas.
4. Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetrik, dengan sumbu lebih
mendekati suboksiput, maka tahanan oleh jaringan di bawahnya terhadap kepala yang
akan turun, menyebabkan bahwa kepala mengadakan fleksi di dalam rongga panggul.
Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil,
yakni dengan diameter suboksipito-bregmatikus (9.5 cm ) dan dengan sirkumferensia
suboksipito-bregmatikus (32 cm ). Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam
keadaan fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang
berjalan di belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma
pelvis dan tekanan intrauterin disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala
mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dalam. Pada umumnya dalam hal
mengadakan rotasi ubun-ubun kecil akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar
panggul ubun-ubun kecil berda di bawah simfisis. (33)
5. Dalam keadaan fisiologis sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-
ubun kecil di bawah simfisis, maka dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala
mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap his vulva lebih
membuka dan kepala janin makin tampak. Perineum menjadi lebar dan tipis,anus
membuka tampak dindng rektum. Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan
mengedan, berturut-turut tampak bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu. Sesudah
kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut putaran paksi luar. (hal
34)
6. Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi,
untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak. Bahu melintasi pintu
atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggl bahu akan
menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang di laluinya, sehingga di dasar
panggul, apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan erada dalam posisi depan
belakang. Demikian pula dilahirkan trokanter depan terlebih dahulu, baru kemudian
trokanter belakang. Kemudian bayi lahr seluruhnya.
7. Bila mekanisme yang fisiologik ini dipahami dengan sungguh-sungguh, maka pada
hal-hal yang menyimpang dapat segera dilakukan koreksi secara manual jika
mungkin, sehingga tindakan-tindakan operatif tidak perlu dekerjakan. (ilmu bedah
kebidanan :sarwono :jakarta 2007 : hal 36)
Keputusan yang diambil bervariasi, tergantung tempat pelahiran, pilihan wanita, praktik
bidan, beberapa keputusan sudah dibuat sewaktu keluarga merencanakan pelahiran dan
keputusan sudah dibuat berdasarkan tempat pelahiran yang mereka pilih. Sementara itu, di
rumah sakit kebijakan bervariasi. Keluarga yang dianjurkan untuk membuat rencana
pelahiran bayi mereka pada periode antenatal dan telah membahas rencana tersebut bersama
klinis, serta telah mendapat jawaban atas semua pertanyaan mereka, akan merasa lebih
nyaman di mana pun pelahiran akan dilangsungkan.
1. Ketersediaan makanan, dan ketersediaan makan dan minum selama persalinan
2. Perlunya akses intravena
3. Keterbatasan yang mungkin dimiliki wanita dalam pengaturan posisi atau
ambulasi
4. Frekuensi pengkajian tanda vital
5. Metode pengkajian status janin
6. Indentifikasi dan peran orang terdekat wanita
7. Frekuensi pemeriksaan dalam
8. Kapan dan apakah ketuban sengaja dipecah
9. Ketersediaan obat , rute, dan waktu pemberian obat
10. Ketersediaan dan keinginan untuk dilakukan anestesi epidural
11. Kapan mempersiapkan pelahiran
12. Apakah dan kapan konsultasi dokter atau kolaborasi dibutuhkan
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Sumarah, SSiT ,Widyastuti Yani , Wiyati Nining (2008). Perawatan Ibu Bersalin(Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Hamil), Fitramaya, Jakarta