You are on page 1of 44

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang ditandai

oleh keadaan absolute insulin yang bersifat kronik yang dapat mempengaruhi

metabolisme karbohidrat. Protein dan lemak yang disebabkan oleh sebuah ketidak

seimbangan atau ketidak adanya persediaan insulin atau tak sempurnanya respon

seluler terhadap insulin ditandai dengan tidak teraturnya metabolisme.

Penyakit diabetes mellitus ini banyak dijumpai di Amerika Serikat.

Penderita diabetes mellitus sekitar 11 juta atau 6% dari populasi yang ada dan

diabetes mellitus menduduki peringkat ketiga setelah jantung dan kanker

Sedangkan di Indonesia penderita diabetes mellitus ada 1,2 % sampai 2,3% dari

penduduk berusia 15 tahun. Sehingga diabetes mellitus tercantum dalam urutan

nomor empat dari proses prioritas pertama adalah penyakit kardiovaskuler

kemudian disusul penyakit serebro vaskuler, geriatric, diabetes mellitus, reumatik

dan katarak sehingga diabetes mellitus ini dapat menimbulkan berbagai

komplikasi. (Donna D. ignativius, 1993).

Dalam proses perjalanan penyakit diabetes mellitus dapat timbul

komplikasi baik akut maupun kronik komplikasi akut dapat diatasi dengan

pengobatan yang tepat antara lain ketoasidosis. Hiperosmolar non ketotik koma

dan toksik asidosis. Sedangkan komplikasi kronik timbul setelah beberapa tahun
seperti mikroangiopati, neuropati, nefropati dan retinopati dan makro angiopati

kardiovaskuler dan peripheral vaskuler(Brunner&Suddarth,2000).

Perawatan secara umum untuk penderita diabetes mellitus diit, olah raga, atau

latihan fisik dan obat hiperglikemia (anti diabetic) dan untuk olah raga atau

latihan fisik yang dianjurkan pada penderita diabetes mellitus itu meliputi latihan

ringan yang dapat dilakukan ditempat tidur untuk. penderita di rumah sakit latihan

ini tidak memerlukan persiapan khusus cukup gerak ringan diatas tempat tidur

kurang lebih 5 sampai 10 menit misalnya menggerakkan kedua tangan, ujung jari,

kaki dan kepala. Selain itu bisa dilakukan senam, senam ini harus disertai dengan

kemampuan yang harus disesuaikan dengan kemampuan kondisi penyakit

penyerta.

Didalam perawatan penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit yang

memerlukan perawatan dan penanganan seumur hidup. Maka banyak klien yang

keluar masuk rumah sakit. Oleh karena itu peran perawat sangat diharapkan tidak

hanya terhadap keadaan fisik klien tetapi juga psikologis klien juga perawat

diharapkan dapat memberikan motivasi dan edukasi kepada klien tentang tentang

pentingnya kepatuhan klien terhadap klien dan perawat dengan tidak

mengesampingkan aspek asuhan keperawatan yang lain.

B. Ruang Lingkup

1. Pengkajian Keperawatan

2. Diagnosa Keperawatan

2
3. Perencanaan

4. Pelaksanaan

5. Evaluasi

C.Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum:

Memberikan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Ny. S

dengan Diabetes Melitus melalui pendekatan proses keperawatan

2. Tujuan Khusus

Memberikan gambaran dalam hal :

a. Pengkajian pasien Ny. S dengan Diabetes Melitus


b. Penegakan diagnosa keperawatan pada pasien Ny. S dengan Diabetes Melitus
c. Penyusunan rencana asuhan keperawatan pada pasien Ny. S dengan Diabetes
Melitus
d. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien Ny. S dengan Diabetes Melitus
e. Penilaian asuhan keperawatan pada pasien Ny. S dengan Diabetes Melitus

D. Metode Penyusunan Laporan Tugas Akhir

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode studi kasus,

dengan pendekatan proses keperawatan guna mengumpulkan data. Analisa data

dan menarik kesimpulan untuk memperoleh bahan atau materi yang digunakan

dalam penyusunan laporan tugas ini.

3
Sedangkan teknik yang digunakan dalam pengumpulan adalah sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah cara penelitian dengan mengumpulkan data secara

komprehensif untuk mendapatkan data atau bahan yang berhubungan dengan

penderita diabetes mellitus dalam rangka mendapatkan dasar teoritis dengan jalan

membaca buku catatan kuliah, makalah literature atau referensi.

2. Tinjauan Kasus

Dengan cara mengadakan observasi pada pasien yang dirawat di rumah sakit

Hikari Semarang khususnya yang ada hubungan dengan judul diatas

3. Dokumenter

Yang diambil dari catatan medis untuk menyesuaikan melaksanakan kegiatan

teori dengan tehnik studi dokumenter ini akan lebih mendukung kepada data yang

telah diambil dengan cara lain sebagai data yang diperoleh lebih bisa dipercaya.

4. Komunikasi atau Wawancara

Yaitu dengan mengadakan wawancara dengan penderita maupun keluarganya

dalam rangka mengumpulkan data mengenai riwayat kesehatan pasien tersebut.

E. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode dan

Tehnik Penulisan.

BAB II : Konsep Dasar yang berisi Pengertian, Anatomi dan Fisiologi, Etiologi,

Patofisiologi, Manifestasi klinik, Penatalaksanaan Komplikasi, Pengkajian Fokus,

Pathways, Fokus Intervensi dan Rasional.

BAB III : Tinjauan kasus, Pengkajian, Pathways, Diagnosa Keperawatan,

4
Intervensi, Implementasi, Evaluasi.

BAB IV : Pembahasan yang berisi Membahas Kesenjangan antara BAB II dan

BAB III.

BAB V : Kesimpulan dan Saran.

Daftar Pustaka.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

“Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan

metabolik akibat gangguan hormonal ,yang menimbulkan berbagai komplikasi

kronik pada mata , ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran

basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskopik electron” (Mansjoer, 2001)

“Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth,

2000).

“Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme secara genetis dan klinis

termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.”

(Price, 2000)

Dari beberapa definisi diatas tentang DM dapat diambil kesimpulan bahwa DM

adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal (dalam hal ini

adalah hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas) dan melibatkan

metabolisme karbohidrat dimana seseorang tidak dapat memproduksi cukup

insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi denga baik, karena

6
proses autoimmune, dipengaruhi secara genetik dengan gejala yang pada akhirnya

menuju tahap perusakan imunologi sel-sel yang memproduksi insulin.

2. Etiologi

1. Diabetes Mellitus tipe 1/ IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

DM tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas; faktor genetik;

imunologi; dan mungkin pula lingkungan (virus) diperkirakan turut menimbulkan

distruksi sel beta.

a. Faktor genetik

Penderita DM tipe I mewarisi kecenderungan genetik kearah DM tipe I,

kecenderungan ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe HLA (Human

Leucocyt Antigen) tertentu. Resiko meningkat 20 x pada individu yang memiliki

tipe HLA DR3 atau DR4.

b. Faktor Imunologi

Respon abnormal dimana anti bodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan

cara bereaksi jaringan tersebut sebagai jaringan asing.

c. Faktor lingkungan

Virus / toksin tertentu dapat memacu proses yang dapat menimbulkan destruksi

sel beta.

2. DM tipe II / NIDDM

Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan sekresi insulin pada

DM tipe 11 masin belum diketahui. Faktor resiko yang berhubungan adalah

obesitas, riwayat keluarga, usia (resistensi insulin cenderung 65 tahun. ( Brunner

dan Suddarth, 2000)meningkat pada usia

7
3. Anatomi dan fisiologi

Terlampir.

Sistem Endokrin merupakan kelenjar yang mengirimkan hasil sekresi langsung ke

dalam darah yang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati saluran Hasil

dari sekresi tersebut dinamakan dengan hormon.

Adapun komponen dari sistem endokrin sebagai berikut:

1. Kelenjar pienal (Epifise)

Kelenjar ini terdapat didalam otak didalam ventrikel terletak dekat korpus. Ini

menghasilkan sekresi Interna dalam membantu pankreas dan kelenjar kelamin.

2. Kelenjar Hipofise

Kelenjar ini terletak pada dasar tengkorak yang m,empunyai peran penting dalam

sekresi hormon-hormin semua sistem endokrin.

Kelenjar Hipofise terdiri dari 2 lobus. Yaitu lobus anterior dan lobus posterior.

Lobus anterior menghasilkan hormon yang berfungsi sebagai zat Pengendali

produksi dari semua organ endokrin.

a. Hormon Somatropik, yang berfungsi mengendalikan pertumbuhan tubuh.

Hormon Tirotoprik yang berfungsi mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam

menghasilkan hormon tirooksin.

b. Hormon Adrenokortikotropik (ACTH) yang berfungsi mengendalikan kelenjar

suprarenal dalam menghasilkan kortisol

c. Hormon Gonadotropik yang berasal dari Folicel Stimulating Hormon (FSH)

yang merangsang perkembangan folikel degraf dalam ovarium dan pembentukan

spermatozoa dalam testis

8
Adapun lobus posteror menghasilkan 2 jenis hormon yaitu:

a. Hormon anti diuretik (ADH) mengatur jumlah air yang keluar melalui ginjal

b. Hormon oksitosin yang berguna merangsang dan menguat kontraksi uterus

sewaktu melahirkan dan mengeluarkan air susu sewaktu menyusui.

3. Kelenjar Tiroid

Terdiri dari 2 lobus yang berada disebelah kanan dari trakea, yang terletak

didalam leher bagian depan bawah melekat pada dinding laring. Adapun fungsi

kelenjar tiroksin adalah mengatur pertukaran metabolisme dalam tubuh damn

mengatur pertumbuhan. Selain itu juga kelenjar tiroid mempunyai fungsi:

a. Bekerja sebagai perangsang kerja oksidasi

b. Mengatur penggunaan oksidasi

c. Mengatur pengeluaran karbondioksida.

d. Pengaturan susunan kimia darah, jaringan

4. Kelenjar Timus

Kelenjar ini di mediastinum di belakang os sternum. Kelenjar timus terletak di

dalam thorak yang terdiri dari 2 lobus. Adapun fungsi dari kelenjar timus adalah:

a. Mengaktifkan pertumbuhan badan.

b. Mengurangi aktifitas kelenjar kelamin.

5. Kelenjar Adrenal

Kelenjar adrenal ada 2 bagian yaitu:

a. Bagian luar yang berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol disebut

korteks.

b. Bagian medula yang menghasilkan adrenalin (epineprin) dan non adrenalin

9
(non epineprin)

Non adrenalin dapat menaikkan tekanan darah dengan cara merangsang serabut

otot di dalam dinding pembuluh darah untuk berkontraksi, adrenalin membantu

metabolisme karbohidrat dengan cara menambah pengeluaran glukosa dalam hati.

Adapun fungi kelenjar adrenal bagian korteks adalah:

a. Mengatur keseimbangan air, elektolit, dan garam.

b. Mempengaruhi metabolisme hidrat arang dan protein

c. Mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid.

Dan fungsi kelenjar adrenal bagian medula adalah:

a. Vaso kontriksi pembuluh darah perifer.

b. Relaksasi bronkus.

6. Pankreas.

Terdapat di belakang lambung di depan vertebra lumbalis 1 dan 2 terdiri dari sel-

sel alpha dan beta. Sel alpha menghasilkan hormon glukagon dan sel beta

menghasilkan hormon insulin. Hormon yang di gunakan untuk pengobatan

diabetes adalah hormon insulin yang merupakan sebuah protein yang turut di

cernakan oleh enzim pencernaan protein.

Fungsi hormon insulin adalah mengendalikan kadar glukosa dan bila digunakan

sebagai pengobatan adalah memperbaiki sel tubuh untuk mengamati dan

penggunaan glukosa dam lemak. Selain itu juga terdapat pulau langerhans yang

berbentuk oval yang tersebar ke seluruh tubuh pankreas dan terbanyak pada

bagian kedua pankreas. Fungsi dari pulau langerhans adalah sebagai unit sekresi

dalam pengeluaran homeostastik nutrisi, menghambat sekresi insulin glikogen dan

10
poilipeptida pankreas serta menghambat sekresi glikogen.

Selain itu juga pankreas sebagai tempat cadangan bagi tubuh dan penggunaan

glukosa.

7. Kelenjar ovarika.

Terdapat pada wanita dan terletak pada disamping kanan dan kiri uterus dan

menghasilkan hormon esterogen dan progesteron, hormon ini mempengaruhi

uterus dan memberikan sifat kewanitaan.

8. Kelenjar Testika.

Terdapat pada pria terletak pada skrotum dan menghasilkan hormon testosteron

yang mempengaruhi pengeluaran sperma.

4. Patofisiologi

Dalam keadaan normal jika terdapat insulin, asupan glukosa yang melebihi

normal atau melebihi kebutuhan kalori akan di simpan sebagai glikogen dalam

sel–sel hati dan sel–sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah hiperglikemi, jika

terdapat defisit insulin, empat perubahan metabolik terjadi menimbulkan

hiperglikemi:

a. Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang.

b. Gligogenisis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah.

c. Glikolisis meningkat, sehingga cadangan glikogen berkurang dan glukosa

“hati” di curahkan ke dalam darah secara terus menerus melebihi kebutuhan.

d. Glukoneogenesis meningkat dan melebihi banyak lagi glukosa “hati” yang

tercurah ke dalam darah dari hasil pemecahan asam amino dan lemak.

Defisiensi insulin gagal untuk melakukan asupan glukosa bagi jaringan-jaringan

11
peripheral yang tergantung pada insulin. Jika tidak terdapat glukosa sel-sel otot

memetabolisme cadangan glikogen yang mereka miliki dan mengkatabolisme

protein dimana asam amino yang dihasilkan digunakan substrat yang diperlukan

untuk glukoneogenesis dalam hati. Kelemahan, penurunan berat badan dan

hilangnya kekuatan dapat terjadi. Defisiensi insulin juga dapat meningkatkan

metabolisme lemak (peningkatan lipolisis).

Hiperglikemi meningkatkan osmolalitas darah, peningkatan osmolalitas darah dan

peningkatan konsentrasi glukosa darah akan menimbulkan dehidrasi dengan

melalui dua mekanisme:

a. Glikosuria dan diurisis asmotik terjadi jika glukosa darah melebihi ambang

ginjal sehingga dapat terjadi kehilangan kalori, air dan elektrolit dalam jumlah

besar.

b. Perpindahan cairan dari ruang interseluler ke ruang ekstraseluler yang memiliki

konsentrasi lebih tinggi, mengakibatkan defisit cairan intraseluler.

Hiperglikemi juga dapat meningkatkan metabolisme dengan cara melepaskan

enzim aldose reduktase, dimana enzim aldose reduktase mengatur perubahan atau

bentuk lain glukosa menjadi sorbitol dan kemudian di metabolisme secara lambat

menjadi fruktosa. Diurisis asmotik menimbulkan peningkatan volume urin

(poliuria) dan rasa harus terstimulasi sehingga pasien akan minum air dalam

jumlah besar atau banyak (polidipsi), karena adanya kehilangan kalori dan starvasi

seluler, maka selera makan menjadi meningkat dan orang akan sering makan

(polifagia). Jika disertai kelemahan dan penurunan berat badan “tiga P”

merupakan tanda–tanda klasik dari hiperglikami. (Long, 1996)

12
5. Tanda dan Gejala

Menurut Mansjoer, 2001 Diabetes Mellitus awalnya diperkirakan dengan adanya

gejala yaitu:

a. Poliuri (sering kencing dalam jumlah banyak)

b. Polidipsi (banyak minum)

c. Polifagi (banyak makan)

d. Lemas

e. Berat Badan Menurun

f. Kesemutan

g. Mata kabur

h. Impotensi pada pria

i. Pruritus pasa vulva

6. Pemeriksaan Penunjang
Terlampir.

7. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan secara medis

a. Obat Hipoglikemik Oral

1). Golongaan Sulfonilurea / sulfonyl ureas

Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan denagan obat

golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat

golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel

beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe 2 dengan

berat badan berlebihan

13
2). Golongan Biguanad /metformin

Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki

pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer) dianjurkan sebagai obat

tinggal pada pasien kelebihan berat badan.

3). Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase

Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan

sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien

dengan kadar gula puasa yang masih normal.

b.Insulin

1). Indikasi insulin

Pada DM tipe 1 yang tHuman Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml

injeksi) yang beredar adalah actrapid

Injeksi insulin dapat diberikan kepada penderita DM tipe11 yang kehilangan berat

badan secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat-obatan anti

DM dengan dosis maksimal atau mengalami kontra indikasi dengan obat-obatan

tersebut. Bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar asidosis laktat, stress berat

karena infeksi sistemik, pasien operasi berat , wanita hamil dengan gejala DM

yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diet.

2. Jenis insulin

a. insulin kerja cepat

Jenisnya adalah reguler insulin, cristalin zink, dan semilente

b. Insulin kerja sedang

Jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon)

14
c. Insulin kerja lambat

Jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)

2. Penatalaksanaan Secara Keperawatan

a. Diet

Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makanan walaupun

telah mendapat penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50% pasien tidak

melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu yang

seimbang dengan komposisi Idealnya sekitar 68% karbohidrat, 20% lemak dan

12% protein. Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencugah agar

berat badan ideal dengan cara:

1. Kurangi Kalori

2. Kurangi Lemak

3. Kurangi Karbohidrat komplek

4. Hindari makanan manis

5. Perbanyak konsumsi serat

b. Olahraga

Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin

bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan,

memperkuat jantung dan mengurangi stress .Bagi pasien DM melakukan olahraga

dengan teratur akan lebih baik tetapi jangan melakukan olahraga terlalu berat. 8.

Komplikasi

Komplikasi DM terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik

1. Komplikasi Akut, adalah komplikasi akut pada DM yang penting dan

15
berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek,

ketiga komplikasi tersebut adalah:

a. Diabetik Ketoasedosis (DKA)

Ketoasidosis diabetik merupakan defesiensi insulin berat dan akut dari suatu

perjalanan penyakit DM. Diabetik ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya

insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata (Smeltzer,20002)

b. Koma Hiperosmolar Nonketonik(KHHN)

Koma Hipermosolar Nonketonik merupakan keadaan yang didominasi oleh

hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran.

Salah satu perubahan utamanya dengan DKA adalah tidak tepatnya ketosis dan

asidosis pada KHHN (SMELTZER, 2000)

c. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi kalau kadar gula dalam darah turun dibawah 50-60 mg/dl

keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral

berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer, 2000)

2. Komplikasi Kronik

Diabetes Mellitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah diseluruh

bagian tubuh (Angiopati Diabetik) dibagi menjadi 2 :

1. Mikrovaskuler

a. Penyakit Ginjal

Salah satu akibat utama dari perubahan-perubahan mikrovaskuler adalah

perubahan pada struktural dan fungsi ginjal.Bila kadar glukosa dalam darah

meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang

16
menyebabkan kebocoran protein darah dalam urine (Smeltzer,2000)

b. Penyakit Mata

Penderita DM akan mengalami gejala pengelihatan sampai kebutaan keluhan

pengelihatan kabur tidak selalu disebabkan neuropati.

Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan menyebabkan

pembengkakan lensa dan kerusakan lensa. (Long,1996)

c). Neuropati

Diabetes dapat mempengaruhi saraf- saraf perifer, sistem saraf otonom medulla

spinalis atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahan- perubahan

metabolik lain dalam sintesa fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia

dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf.

2). Makrovaskuler

a). Penyakit Jantung Koroner

Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes maka terjadi penurunan kerja

jantung untuk memompakan darahnya ke seluruh tubuh sehingga tekanan darah

akan naik. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan

mengerasnya arteri (arteriosclerosis) dengan resiko penderita penyakit jantung

koroner atau stroke.

b). Pembuluh Darah kaki

Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf- saraf sensorik, keadaan ini

berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang

menyebabkan ganggren. Infeksi di mulai dari celah –celah kulit yang mengalami

hipertropi, pada sel-sel kuku kaki yang menebal dan kalus demikian juga pada

17
daerah –daerah yang terkena trauma

c). Pembuluh Darah ke Otak

Pada pembuluh darah otak daoat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah ke

otak menurun (long,1996).

9. Tindakan Pencegahan

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a) Aktivitas dan Istirahat

, gangguan tidur / istirahat.Gejala : lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram

otot, tonus otot

Tanda : takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat / dengan aktifitas letargi /

disorientasi, koma.

2. Sirkulasi

Gejala : adanya riwayat hipertensi, kebas, keseimbangan pada ekstremitas ulkus

pada kaki, penyembuhan yang lama.

, kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.Tanda : takikardi, nadi

3. Integritas ego

Gejala : stress, tergantung pada orang lain.

Tanda : ansietas, peka rangsang.

4. Eliminasi

Gejala : poliuria, mokturia, resi tekan abdomen, diare

Tanda : urine, pucat, kuning : poliuria (dapat berkembang menjadi olguria / anuria

18
jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau buruk (infak), abdomen keras,

asites, bising usus lemah dan hiperaktif (diare).

5. Makanan / cairan

BB, hausGejala : hilang nafsu makan, mual / muntah,

Tanda : kulit kering / bersisik, turgor jelek, kekakuan / distensi abdomen, muntah.

6. Neurosesori

Gejala : pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelematan pada otot, parestesia

sebagai penglihatan.

Tanda : disorientasi, mengantuk, latergi, stupor / koma

7. Nyeri kenyamanan

Gejala : abdomen tegang / nyeri

Tanda : wajah meringis tampak dengan palpitasi

8. Pernafasan

Gejala : merasa kurang O2, batuk dengan atau tanpa sputum

Tanda : lapar udara, frekuensi pernafasan cepat

9. Keamanan

Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit

Tanda : demam, diaforesis, kulit rusak, lesi / ulserasi, parentesia / paralysis otot.

10. Seksualitas

Gejala : rubor vagina (cenderung infeksi)

Tanda : masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan deuresis osmotic hiperglikemi.

19
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin,

penurunan intake oral

3. Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemi, penurunan fungsi leukosit,

perubahan sirkulasi darah

4. Resiko perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan zat kimia

andogen, ketidakseimbangan elektrolit, glukosa dan insulin.

5. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah

vena atau arteri, edema jaringan.

6. Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme energi ,

defesiensi insulin dan peningkatan kebutuhan energy

7. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang atau progresif

yang tidak dapat diobati,ketergantungan dengan orang lain. (Doengoes, 2000)

8.Resiko tinggi cidera berhubungan dengan pandangan kabur (Doengoes,2000)

9. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan hiperglikemi, penurunan

darah dan nutrisi

3. Perencanaan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan deuresis osmotic hiperglikemi.

Tujuan : kekurangan volume cairan tidak terjadi

Kriteria hasil : Tanda -Tanda Vital Stabil, Turgor kulit baik, Capillari refill kurang

dari 2 detik

Intervensi :

20
a. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan ortostatik

Rasional : Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi

b. Kaji nadi perifer, persisian kapiler, turgor kulit, membran mukosa

Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang

adekuat

c. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine

Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal

dan keefektifan dari terapi yang diberikan

d. Kolaborasi pemberian terapi cairan sesuai dengan indikasi

Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan

dari respon pasien secara individual.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin,

penurunan intake oral

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil : Berat Badan Stabil, Nafsu makan pasien meningkat

Intervensi :

a. Timbang BB tiap hari

Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat

b. Auskulatasi bunyi usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual,

muntah

Rasional : Hiperglikemi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat

menurunkan motilitas / fungsi lambung

c. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan sesuai indikasi

21
Rasional : Memberikan inforensi pada keluarga untuk memahami kebutuhan

nutrisi pasien

d. Kolaborasi dengan ahli gizi

Rasional : Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi pasien

3. Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemi, penurunan fungsi leukosit,

perubahan sirkulasi darah

Tujuan : Tidak terjadi infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria Hasil : Tanda Tanda Vital Stabil

Intervensi:

a. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, seperti: demam, kemerahan,

adanya pus pada luka urine warna keruh atau berkabut.

Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah

mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.

b. Pertahankan teknik aseptic pada prosedur invasif (seperti pemasangan infus,

kateter, dll)

Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik

bagi pertumbuhan kimia.

c. Tingkatkan yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri upaya

pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang

Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi nosokomial)

d. Kolaborasi pemberian antibiotik yang sesuai

Rasional : Penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.

22
4. Resiko perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan zat kimia

andogen, ketidakseimbangan elektrolit, glukosa dan insulin.

Tujuan : Tidak terjadi perubahan persepsi sensori setelah dilakukan tindakan

keperawatan.

Kriteria Hasil : Tidak terjadi cidera

Intervensi

a.Observasi tanda-tanda vital dan status mental

Rasional : Untuk membandingkan temuan abnormal, seperti: suhu meningkat

dapat mempengaruhi fungsi mental.

b. Evakuasi lapang pandang pengelihatan sesuai dengan indikasi

Rasional : Edema atau lepasnya retina, hemoragis, katarak / paralosis otot ekstra

okuler sementara mengganggu pengelihatan yang memerlukan terapi korektif /

perawatan penyokong.

c. Pelihara aktifitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan

kegiatan sehari-hari sesuai dengan kemampuannya.

Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan

mempertahankan orientasi pada lingkungannya.

d. Pantau nilai laboratorium, seperti: glukosa darah, hb/ht, ureum, kreatinin

Rasional : Ketidakseimbangan nilai laboratorium dapat menurunkan fungsi

mental.

5. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah

vena atau arteri, edema jaringan.

Tujuan: Tidak terjadi yang perfusi jaringan perifer

23
Kriteria Hasil : Tanda Tanda Vital Stabil, Capillary refill kurang dari 2 detik

Intervensi :

a. Catat penurunan nadi, pengisian kapiler lambat

Rasional : Perubahan ini menunjukkan kemajuan / proses kronis

b. Evaluasi sensasi bagian yang sakit, contoh tangan / lutut, panas / dingin

Rasional : Sensasi sering menurun selama serangan / kronis pada penyakit tahap

lanjut

c. Lihat dan kaji kulit untuk laserasi, lesi, area ganggren

Rasional : Lesi dapat terjadi dari ukuran jarum peniti sampai melibatkan seluruh

ujung jari dan dapat mengakibatkan infeksi / kerusakan/ kehilangan jaringan

serius

d. Dorong nutrisi dan vitamin yang tepat

Rasional : Keseimbangan diet yang baik meliputi protein dan hidrasi adekuat,

perlu untuk penyembuhan dan regenerasi jaringan.

6. Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme energi ,

defesiensi insulin dan peningkatan kebutuhan energi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan aktifitas dan latihan pasien tidak terganggu

dan tidak mudah lelah

Kritia Hasil: Pasien mengungkapkan peningkatan tingkat energi, menunjukkan

perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan.

Intervensi:

a. Diskusikan dengan pasien kebutuhan aktivitas, buat jadwal perencanaan dengan

pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.

24
Rasional : Mempermudah pasien untuk melakukan latihan aktifitas.

b. Berikan aktifitas alternatif dengan periodik istirahat yang cukup atau tanpa

diganggu.

Rasional : Mencegah kebosanan dalam melakukan aktifitas

c. Pantau Tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktifitas

Rasional : Untuk memantau keadaan umum pasien.

d. Diskusikan cara menghemat kalori beraktifitas

Rasional : Untuk mengetahui seberapa kalori tubuh yang dibutuhkan.

e.Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari sesuai

toleransi

Rasional : Meningkatkan perasaan dan kondisi pasien dalam beraktifitas

7. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang atau progresif

yang tidak dapat diobati,ketergantungan dengan orang lain. (Doengoes, 2000)

Tujuan : Setelah dilaksanakan tindakan pasien tidak putus asa

Kriteria Hasil:

Pasien mengakui persaan putus asa , mengidentifikasi cara-cara sehat menghadapi

perasaan , membantu dalam merencanakan perawatan sendiri dan secara mandiri

mengambil tanggung jawab untuk aktifitas perawatan diri.

Intervensi:

a. Anjurkan pasien atau keluarga untuk mengekpresikan perasaannya tentang

perawatan di rumah sakit dan penyakitnya.

Rasional : Mengudentifikasi perhatiannya dan mempermudah cara pemecahan

masalah

25
b. Kaji bagaimana telah menangani masa lalunya

Rasional : Pengetahuan gaya individu membantu untuk menentukan

kebutuhannya terhadap tujuan penanganan

c. Tentukan tujuan dan harapan dari pasien atau keluarga

Rasional . Harapan yang tidak realitas dari orang lain atau diri sendiri dapat

mengakibatkan frustasi atau kehilangan kemampuan koping.

d. Anjurkan pasien untuk membuat keputusan sehubungan dengan perawatannya.

Rasional.: Mengkomunikasikan pada pasien bahwa beberapa pengendalian dapat

dilatih pada saat perawatan dilakukan.

e. Berikan dukungan pada pasien untukn ikut serta dalam perawatan diri sendiri

Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi

8.Resiko tinggi cidera berhubungan dengan pandangan kabur (Doengoes,2000)

Tujuan : Setelah dilaksanakan tindakan keperawatan tidak terjadi cedera

Kriteria Hasil : Mengidentifikasi untuk mencegah menurunkan resiko cedera,

mendemonstrasikan tehnik aktivitas untuk mencegah terjadinya cedera

Intervensi:

a. Kaji tingkat persepsi sensori mata

Rasional . Mengetahui ketajaman atau lapang pandang pada mata

b. Orientasikan pasien terhadap lingkungan sekitar

Rasional . Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

c. Berikan penerangan lampu yang cukup

Rasional : Mempermudah mengenali lingkungan

d. Jauhkan benda-benda yang dapat menyebabkan cidera

26
Rasional : Mengurangi terjadinya peristiwa yang membahayakan jiwa

9. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan hiperglikemi, penurunan

darah dan nutrisi ke jaringan

Tujuan : Setelah dilaksanakan tindakan keperawatan berupa perawatan luka

diharapkan intregitas jaringan kembali ke keadaan sebelum sakit

Kriteria Hasil : Berkurangnya rdang dan jaringan nekrose di sekitar luka, luka

bebas dari pus dan warna kulit sama denga ektermites yang tidak luka,luka tidak

berbau.

Intervensi:

a. Kaji kedalaman luka dan proses penyembuhannya.

Rasional : untuk mengetahui seberapa luas dan kerusakan jaringan

b. Melakukan perawatan luka dengan tehnim sterilisasi

Rasional : Mengurangi terjadinya resiko infeksi

c. Jaga kebersihan luka dan lingkungan sekitar luka

Rasional : Pembersihan luka mempermudah proses penyembuhan luka

d. Kolaborasi dengan mesdis pemberian antibiotika

Rasional : Pemberian antuiotik mencegah terjadinya proses infeksi.

27
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. S

Umur : 57 tahun

Alamat : Semarang

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Nomer Register : 21.93.88

Tanggal Masuk :11 Mei 2007

Tgl Pengkajian : 13 Mei 2007

Dx. Medis : Diabetes Mellitus

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. P

28
Umur : 62 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pensiunan

Hubungan dengan pasien : Suami

B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

Pasien mengatakan nafsu makan menurun, badan lemes

2. Riwayat penyakit sekarang

1 minggu yang lalu pasien mengatakan badannya sering lemes, mengantuk,

badan terasa dingin, mengantuk, dan pasien terasa haus terus, ingin minum, buang

air kecil sering, dan pasien juga mengalami diare, BAB 4X sehari konsistensi cair

akhirnya keluarga membawa ke rumah sakit untuk mendapat pengobatan lebih

lanjut.

3. Riwayat kesehatan dahulu

Pasien mengatakan mempunyai penyakit diabetes mellitus sejak 7 tahun yang lalu

dan pasien juga pernah sakit seperti yang diderita pasien saat ini tapi tidak disertai

diare dan pasien juga tidak mempunyai riwayat hipertensi, asma dan lain-lain.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Didalam kelurga pasien tidak ada yang menderita seperti pasien dan tidak ada

yang mempunyai riwayat hipertensi, asma dan lain-lain.

C. Pola kesehatan fungsional menurut Gordon

1. Pola persepsi dan manajemen terhadap kesehatan

29
Kelurga pasien mengatakan apabila ada keluarganya yang mengalami gangguan

kesehatannya keluarga pasien membawa ke rumah sakit atau dokter umum

terdekat dan pasien juga sering mengkonsumsi obat yang dijual bebas di pasaran

2. Pola nutrisi dan metabolik

Sebelum masuk rumah sakit biasanya pasien makan 3x sehari dengan menu nasi,

sayur, lauk pauk tetapi setelah masuk rumah sakit pasien nafsu makan menurun,

porsi makan habis tidak ada ½ porsi karena bila makan terasa mual.

3. Pola cairan dan metabolik

Sebelum masuk rumah sakit minum 3-4 gelas air putih tetapi setelah masuk rumah

sakit pasien mengatakan merasa haus dan minum 5-7 gelas tiap hari

4. Pola istirahat dan tidur

Sebelum masuk rumah sakit biasanya tidur dari jam 21.00- 05.00 dan setelah

masuk rumah sakit pasien tidur seperti di rumah dan juga pasien busa tidur siang

walaupun sebentar

5. Pola aktivitas dan latihan

Sebelum masuk rumah sakit biasanya pasien tidak sering beraktivitas karena

pasien badannya terasa lemes dan mudah lelah,setelah masuk rumah sakit pasien

juga badannya lemes dan apabila melakukan aktivitas membutuhkan bantuan

keluarga

6. Pola eliminasi

5-7 tiap hariSebelum masuk rumah sakit pasien pasien juga sering BAK dan

setelah masuk rumah sakit pasien BAK sering kira-kira 6-7kali. Mengenai BAB

pasien BAB 1x tiap hari.

30
7. Pola persepsi dan kognitif

Dalam hal ini pasien tidak menggalami gangguan nyeri dan pandangan pasien

tidak mengalami penurunan ketajaman penglihatan.

8. Pola persepsi dan konsep diri

Pasien saat ini mengatakan beliau ingin sembuh . Dan pasien merupakan seorang

wanita dan menjadi seorang ibu rumah tangga dan pasien juga menjalankan

fungsinya sebagai ibu dengan baik.

9. Pola reproduksi dan seksual

Pasien seorang ibu dan sudah mengalami menopause dan sudah tidak melakukan

hubungan seksual.

10. Mekanisme koping

Apabila ada masalah pasien dalam mengambil keputusan pasien selalu

musyawarah dengan anggota keluarga baik dalam masalah kesehatan atau lainnya.

11. Pola nilai kepercayaan dan keyakinan.

Pasien seorang yang beragama islam dan menjalankan ibadah sholat 5 waktu dan

dirumah sakit pasien juga menjalankan sholat dengan tidur terlentang dan pasien

selalu berdoa supaya diberi kesembuhan.

D. Pengkajian Fisik

1. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : Pasien tampak lemah

Kesadaran : Komposmetis

Tanda- Tanda Vital : TD:130/90mmHg

Nadi : 80x/menit

31
CSuhu : 37

RR : 20x/menit

Kepala : mesosephal

Rambut : Tipis, bersih agak sedikit beruban sedikit rontok

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, bersih tidak ada sekret

Hidung : Bersih, simetris, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping hidung

Telinga : Bersih, tidak serumen tidak mengalami penurunan pendengaran, tidak

ada polip.

Mulut : Bersih membran mukosa kering, sebagian gigi sudah ada yang tanggal

Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

Dada : Simetris, tidak ada otot bantu nafas, tidak ada mengi

Perut : Bersih, lembek, bising usus normal, tidak ada massa.

Genetalia : Bersih, tidak ada iritasi sudah tidak terpasang kateter.

Ekstermitas atas : Terpasang infus RL 20 tetes per menit disebelah kanan

Ektremitas Bawah : Tidak terdapat edema tidak ada luka dan kaki bisa digerakkan

Kulit : Bersih turgor baik warna sawo matang

E. Pemeriksaan Penunjang

Terlampir.

F. Pengelompokan Data

1. DS: Pasien mengatakan selalu merasa haus ingin BAK terus

2. DS: Pasien mengatakan nafsu makan berkurang, terasa mual

32
3. DS: Pasien mengatakan badannya lemes, seperti tidak bertenaga

6-7 gelas, BAK 8x tiap hari bibir tampak kering, Ht : 37,00 %

1. DO: Pasien minum

2. DO: Pasien makan tidak habis ½ porsi,muka tampak pucat, LILA 25 cm, Berat

badan 62 kg

3. DO: Pasien berada di tempat tidur, lemas,aktivitas dibantu keluarga

G. Analisa Data

1. DS: Pasien megatakan merasa haus ingin BAK terus

6-7 gelas,BAK 8x tiap hari,bibir tampak kering, HtDO: Pasien minum 37,00 %

Dieuresis osmotik,hiperglikemi Resiko defisit volume cairan

2. DS: Pasien mengatakan nafsu makan berkurang, terasa mual

DO: Porsi makan tidak habis ½ porsi muka tampak pucat, LILA 25 cm, berat

badan 62 kg, intake tidak adekuat, resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

3. DS: pasien mengatakan badannya lemes seperti tidak bertenaga

DO: Pasien beraba di tenpat tidur,lemas aktivitas di bantu keluarga, GDS 207 mg/

dl GD PP 304 mg / dl, Penurunan metabolisme energi, kelemahan

H. Pathway Kasus Keperawatan

Terlampir.

I. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan deuresis osmotik,

33
hiperglikemi

2. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake tidak adekuat

3. Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme energi

J. Intervensi

Terlampir.

K. Implementasi

Terlampir.

L. Evaluasi

Terlampir.

34
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang pelaksanaan Asuhan

Keperawatan pada Ny.S dengan Diabetes Mellitus di ruang Cahaya

RS Hikari Semarang mulai pada tanggal 11-12 Mei 2007 dengan memperhatikan

proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi.

Berdasarkan hasil pengkajian yang penulis lakukan, penulis dapat menyimpulkan

bahwa diagnosa keperawatan yang ada pada Ny.S sudah sesuai dengan tinjauan

teori yang sudah ada. Adapun diagnosa yang muncul pada kasus ini adalah

sebagai berikut:

1. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan dieresis

osmotic,hiperglikemi. Defisit volume cairan adalah suatu keadaan dimana

seseorang yang tidak makan,

minum peroral mempunyai resiko terjadinya dehidrasi vaskuler, intersitial atau

intraseluler (carpenito,2001).

Diagnosa ini penulis rimuskan karena pada Ny. S penulis menemukan data

8x,minum 6-7 gelas membran mukosa kering, Ht 37 %. MasalahBAK

keperawatan Resiko defisit volume cairan dijadikan prioritas pertama karena

sesuai dengan tingkatan kebutuhan Maslow yaitu tingkat kebutuhan fisiologis (

cairan ).

Selanjutnya untuk mengatasi masalah ini penulis membuat perencanaan dengan

35
tujuan agar kebutuhan volume cairan terpenuhi , dalam jangka waktu 2×24 jam

dengan kriteria hasil tanda – tanda vital stabil (120/80 C RR:20 x/menit), turgor

kulit baik,mmHg, Nadi :80 x/menit, suhu :36-37 2 detik. Setelah dilakukan

tindakanpengisian capilari reffil keperawatan. Adapun perencanaan yang

penulis rumuskan adalah sebagai berikut: Kaji tanda-tanda vital dan catat

perubahan ortostastik ini di gunakan untuk mengetahui terjadinya hipovolemi ini

dapat menimbulkan takhikardi dan hipotensi, Kaji nadi perifer,capilari

reffuil,turgor kulit, dan membran mukosa ini digunakan untuk mengetahui tingkat

dehidrasi dan sirkulasi yang tidak adekuat. Pantau pengeluaran dan pemasukan

cairan ini digunakan untuk memberikan perkiraan kebutuhan cairan pengganti dari

terapi yang diberikan, jadi diharapkan dengan tindakan tersebut dapat teratasi.

Selanjutnya motivasi pasien untuk minum banyak dan kolaborasi pemberian

cairan intravena sesuai indikasi ini digunakan untuk mempertahankan hidrasi atau

volume sirkulasi cairan didalam tubuh dan sebagai cairan pengganti dalam tubuh.

Dalam pelaksanaannya penulis dapat melaksanakan perencanaan yang ada karena

didukung adanya peran aktif pasien dan anggota keluarga dalam mengikuti proses

keperawatan dan keinginannya yang besar untuk sembuh dari penyakitnya tetapi

kurang efektif karena keterbatasan waktu yang ada

Berdasarkan respon perkembangan pasien yang ditunjukkan oleh pasien masalah

keperawatan dapat teratasi sebagian dengan terpenuhinya kriteria hasil yang ada

yaitu pasien mengatakan kencing sudah berkurang tidak terasa haus , membran

mukosa lembab dan turgor kulit baik. Untuk ini penulis mempertahankan dan

36
melanjutkan perencanaan yaitu monitor tanda- tanda vital, cek capilari reffil, dan,

mempertahankan cairan intravena sesuai indikasi.

2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake tidak adekuat.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan tubuh

dimana individu yang tidak puasa mengalami atau yang beresiko mengalami

penurunan berat badan yang berhubungan dengan pemasukan yang tidak adekuat

atau metabolisme nutrien yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik

(carpenito, 2001 ).

Diagnosa ini penulis rumuskan karena penulis menemukan data yaitu pasien

mengatakan nafsu makan menurun, mulut pahit, porsi makan tidak habis kurang

dari ½ porsi LILA 25 cm berat badan 62 kg.Dalam hal ini pengukuran tinggi

badan tidak dilakukan karena pasien masih dalam keadaan lemas, dan

pemeriksaan laboratorium untuk hasil albumin tidak dilakukan Masalah

keperawatan resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sebagai

prioritas kedua karena dilihat dari tingkat kebutuhan menurut Maslow yaitu

kebutuhan fisiologis. (nutrisi ).

Selanjutnya untuk mengatasi masalah ini penulis merumuskan perencanaan

dengan tujuan agar kebutuhan nutrisi terpenuhi dalam jangka waktu 1x 24 jam

dengan kriteria hasil berat badan meningkat, nafsu makan meningkat setelah

dilakukan tindakan keperawatan. Adapun perencanaan yang penulis rumuskan

adalah: Kaji berat badan tiap hari ini digunakan untuk mengetahui peningkatan

pemasukan yang adekuat. Auskultasi bunyi usus, catat adanya nyeri abdomen,

37
mual dan muntah ini digunakan untuk mengetahui bahwa hiperglikemi dapat

menurunkan motilitas usus dan turasi lambung. Libatkan keluarga dalam

perencanaan diit sesuai indikasi ini dipakai untuk memberitahukan tentang cara

pemahaman kebutuhan kalori dalam tubuh. Ini diharapkan kebutuhan nutrisi

terpenuhi. Selanjutnya kolaborasi dengan ahli gizi mengenai diit yang diberikan

ini digunakan untuk mengetahui cara penghitungan dan penyesuaian diit untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi pasien sehingga tidak terjadi kekurangan nuterisi

dalam tubuh.

Dalam pelaksanaannya penulis dapat melaksanakan sesuai kriteria hasil yang telah

ada karena didukung adanya peran aktif pasien dan anggota keluarga dalam

mengikuti proses keperawatan dan pasien berkeinginan agar lekas sembuh dari

penyakitnya namun ini kurang efektif karena keterbatasan waktu yang ada.

Berdasarkan respon perkembangan yang ditunjukkan oleh pasien masalah

keperawatan dapat teratasi sebagian dengan terpenuhinya sebagian kriteria hasil

yang ada yaitu pasien mengatakan nafsu makan meningkat, mulut tidak pahit,

porsi makan habis. Untuk itu penulis mempertahankan menimbang berat badan

tiap hari dan motivasi pasien untuk menghabiskan makan dan menjaga kebersihan

mulut.

3. Kelemahan fisik berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme tubuh.

Kelemahan adalah suatu keadaan dimana menunjukkan perilaku destruktif dalam

berespon terhadap ketidakmampuan untuk mengatasi stessor internal atau

eksternal dalam ketidak adekuatan sumber (fisik, psikologis, kognitif ) (carpenito,

2001 ).

38
Diagnosa ini penulis rumuskan karena didapatkan data pasien merasa lemes,

seperti tidak bertenaga aktifitas klien dibantu anggota keluarga, dan ditunjang

adanya pemasangan infus disebelah kanan , hasil laboratorium menunjukkan GDS

207 mg/dl GD PP 304 mg/dl. Masalah keperawatan dijadikan prioritas ketiga

karena dilihat dari keadaan umum pasien ,jika masalah ini tidak teratasi maka ini

akan memperburuk keadaan umum pasien dan timbul masalah yang baru seperti

kebersihan diri pasien terganggu.

Selanjutnya untuk mengatasi masalah ini penulis membuat perencanaan yang

bertujuan agar ADL/ kebutuhan sehari- hari tidak terganggu dalam jangka waktu

1x 24 jam dengan kriteria hasil dapat melaksanakan aktifitas ringan dengan

mandiri dan menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi aktif dalam

aktifitas misalnya dapat makan sendiri, menyisir rambut sendiri, dan berlatih turun

dari tempat tidur sendiri.

Adapun perencanaan yang telah penulis rumuskan adalah : diskusikan dengan

klien kebutuhan aktivitas dan mengidentifikasi aktivitas yang menimbulkan

kelelahan ini dilakukan untuk mempermudah pasien untuk melakukan aktivitas

dan memotivasi untuk meningkatkan aktivitas meskipun pasien lelah. Berikan

latihan alternatif dengan periodik istirahat yang cukup ini dilakukan untuk

mencegah kebosanan dalam melakukan latihan aktivitas dan agar masalah

kelemahan tidak bertambah buruk dengan diselingi istirahat. Pantau tanda – tanda

vital sebelum dan sesudah latihan aktifitas ini digunakan untuk mengetahui

keadaan umum pasien. Diskusikan dengan anggota keluarga cara menghemat

energi dalam beraktifitas ini gunakan untuk mengetahui seberapa jumlah kalori

39
atau energi yang dibutuhkan oleh tubuh selanjutnya tingkatkan partisipasi klien

untuk melakukan aktivitas sesuai toleransi ini digunakan untuk meningkatkan

kepercayaan diri, harga diri yang positif yang sesuai tingkat aktivitas yang dapat

ditoleransi pasien diharapkan dengan adanya partisipasi dapat membuat percaya

diri dalam melakukan aktivitas.

Dalam pelaksanaannya penulis melakukan perencanaan yang telah dibuat dan

sesuai kriteria hasil yang ada karena didukung oleh peran aktif pasien dan anggota

keluarga dalam mengikuti proses keperawatan dan keinginannya besar untuk

sembuh dari penyakitnya.

Berdasarkan respon perkembangan pasien yang ditunjukkan oleh pasien masalah

keperawatan dapat teratasi sebagian sesuai kriteria hasil yang ada, aktivitas tidak

terganggu lagi meskipun pasien masih lemes pasien sudah melakukan aktivitas

ringan seperti makan sendiri, berlatih turun dari tempat tidur sendiri .Untuk itu

penulis mempertahankan keadaan tersebut dan melanjutkan perencanaan yaitu

berikan latihan alternatif dengan periodik istirahat yang cukup dan tingkatkan

partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari- hari sesuai dengan toleransi.

Selain diagnosa diatas terdapat diagnosa yang tidak muncul karena tidak ada data

yang menunjang untuk menegakkan diagnosa tersebut antara lain : Resiko onfeksi

berhubungan dengan penurunan leukosit, perubahan sirkulasi darah, resiko

perubahan persepsi sensori berhubungan denganperubahan zat kimia andogen ,

ketidakseimbangan elektrolit, glukosa dan insulin, ini tidak didapatkan karena

pandangan pasien masih 2 meter, sehingga resiko terjadinya cidera tidakjelas

dalam jarak terjadi. gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

40
penurunan aliran darah vena atau arteri keperifer,ketidakberdayaan berhunungan

dengan penyakit jangka panjang atau progresifyang tidak diobati.Selain itu juga

diagnosa kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan suplai darah

dan nutrisi keperifer tidak terjadi karena pada pasien ini tidak terdapat ulkus pada

daerah perifer.

41
BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada Ny.S dengan Diabetes

Mellitus dapat muncul diagnosa antara lain: Resiko defisit volume cairan, Resiko

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Kelemahan. Dari masalah –

masalah tersebut setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari ternyata 3

masalah dapat teratasi namun secara sebagian dari 3 dignosa yang telah di

rumuskan, dan ini bisa terlaksana atas peran aktif pasien dan bantuan dari anggota

keluarga pasien.

Dalam perawatan pasien Diabetes Mellitus yang lebih penting adalah

dengan menjaga keseimbangan antara intake dan output cairan dalam tubuh.

Selain itu juga pasien Diabetes Mellitus harus menjaga nutrisi dengan baik,

supaya tidak terjadi hipoglikemi atau hiperglikemi, disamping itu juga pasien

harus berlatih untuk beraktivitas supaya tidak terjadi atau timbul masalah baru

seperti masalah gangguan perawatan diri.

2. Saran

1. Bagi perawat

Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus

harus memperhatikan apakah terjadi hipoglikemi atau hiperglikemi dan juga

memperhatikan adanya luka atau ganggren.

2. Bagi Rumah Sakit.

42
Rumah sakit sebaiknya menyediakan atau memberikan fasilitas alat – alat

pelaksana tindakan keperawatan. Selain itu juga menyediakan tempat untuk

berbagai segi kehidupan seperti, tempat ibadah agar tercipta suasana kekeluargaan

di rumah sakit sehingga penderita atau keluarga dapat lebih tenang dalam

menghadapi penyakitnya.

3. Bagi mahasiswa

Mahasiswa yang sedang praktek, gunakan kesempatan ini sebaik mungkin untuk

serius ingin mengetahui sisi baik, buruk dari segi sosial dan juga dari segi

pendidikan keperawatan hingga lebih berpengalaman dalam bidang keperawatan.

43
DAFTAR PUSTAKA
Terlampir.

44

You might also like