Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
oleh keadaan absolute insulin yang bersifat kronik yang dapat mempengaruhi
metabolisme karbohidrat. Protein dan lemak yang disebabkan oleh sebuah ketidak
seimbangan atau ketidak adanya persediaan insulin atau tak sempurnanya respon
Penderita diabetes mellitus sekitar 11 juta atau 6% dari populasi yang ada dan
Sedangkan di Indonesia penderita diabetes mellitus ada 1,2 % sampai 2,3% dari
komplikasi baik akut maupun kronik komplikasi akut dapat diatasi dengan
pengobatan yang tepat antara lain ketoasidosis. Hiperosmolar non ketotik koma
dan toksik asidosis. Sedangkan komplikasi kronik timbul setelah beberapa tahun
seperti mikroangiopati, neuropati, nefropati dan retinopati dan makro angiopati
Perawatan secara umum untuk penderita diabetes mellitus diit, olah raga, atau
latihan fisik dan obat hiperglikemia (anti diabetic) dan untuk olah raga atau
latihan fisik yang dianjurkan pada penderita diabetes mellitus itu meliputi latihan
ringan yang dapat dilakukan ditempat tidur untuk. penderita di rumah sakit latihan
ini tidak memerlukan persiapan khusus cukup gerak ringan diatas tempat tidur
kurang lebih 5 sampai 10 menit misalnya menggerakkan kedua tangan, ujung jari,
kaki dan kepala. Selain itu bisa dilakukan senam, senam ini harus disertai dengan
penyerta.
memerlukan perawatan dan penanganan seumur hidup. Maka banyak klien yang
keluar masuk rumah sakit. Oleh karena itu peran perawat sangat diharapkan tidak
hanya terhadap keadaan fisik klien tetapi juga psikologis klien juga perawat
diharapkan dapat memberikan motivasi dan edukasi kepada klien tentang tentang
B. Ruang Lingkup
1. Pengkajian Keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
2
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi
C.Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum:
2. Tujuan Khusus
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode studi kasus,
dan menarik kesimpulan untuk memperoleh bahan atau materi yang digunakan
3
Sedangkan teknik yang digunakan dalam pengumpulan adalah sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan
penderita diabetes mellitus dalam rangka mendapatkan dasar teoritis dengan jalan
2. Tinjauan Kasus
Dengan cara mengadakan observasi pada pasien yang dirawat di rumah sakit
3. Dokumenter
teori dengan tehnik studi dokumenter ini akan lebih mendukung kepada data yang
telah diambil dengan cara lain sebagai data yang diperoleh lebih bisa dipercaya.
E. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode dan
Tehnik Penulisan.
BAB II : Konsep Dasar yang berisi Pengertian, Anatomi dan Fisiologi, Etiologi,
4
Intervensi, Implementasi, Evaluasi.
BAB III.
Daftar Pustaka.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
kronik pada mata , ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth,
2000).
(Price, 2000)
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal (dalam hal ini
insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi denga baik, karena
6
proses autoimmune, dipengaruhi secara genetik dengan gejala yang pada akhirnya
2. Etiologi
a. Faktor genetik
kecenderungan ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe HLA (Human
b. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana anti bodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan
c. Faktor lingkungan
Virus / toksin tertentu dapat memacu proses yang dapat menimbulkan destruksi
sel beta.
2. DM tipe II / NIDDM
Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan sekresi insulin pada
7
3. Anatomi dan fisiologi
Terlampir.
dalam darah yang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati saluran Hasil
Kelenjar ini terdapat didalam otak didalam ventrikel terletak dekat korpus. Ini
2. Kelenjar Hipofise
Kelenjar ini terletak pada dasar tengkorak yang m,empunyai peran penting dalam
Kelenjar Hipofise terdiri dari 2 lobus. Yaitu lobus anterior dan lobus posterior.
8
Adapun lobus posteror menghasilkan 2 jenis hormon yaitu:
a. Hormon anti diuretik (ADH) mengatur jumlah air yang keluar melalui ginjal
3. Kelenjar Tiroid
Terdiri dari 2 lobus yang berada disebelah kanan dari trakea, yang terletak
didalam leher bagian depan bawah melekat pada dinding laring. Adapun fungsi
4. Kelenjar Timus
dalam thorak yang terdiri dari 2 lobus. Adapun fungsi dari kelenjar timus adalah:
5. Kelenjar Adrenal
korteks.
9
(non epineprin)
Non adrenalin dapat menaikkan tekanan darah dengan cara merangsang serabut
b. Relaksasi bronkus.
6. Pankreas.
Terdapat di belakang lambung di depan vertebra lumbalis 1 dan 2 terdiri dari sel-
sel alpha dan beta. Sel alpha menghasilkan hormon glukagon dan sel beta
diabetes adalah hormon insulin yang merupakan sebuah protein yang turut di
Fungsi hormon insulin adalah mengendalikan kadar glukosa dan bila digunakan
penggunaan glukosa dam lemak. Selain itu juga terdapat pulau langerhans yang
berbentuk oval yang tersebar ke seluruh tubuh pankreas dan terbanyak pada
bagian kedua pankreas. Fungsi dari pulau langerhans adalah sebagai unit sekresi
10
poilipeptida pankreas serta menghambat sekresi glikogen.
Selain itu juga pankreas sebagai tempat cadangan bagi tubuh dan penggunaan
glukosa.
7. Kelenjar ovarika.
Terdapat pada wanita dan terletak pada disamping kanan dan kiri uterus dan
8. Kelenjar Testika.
Terdapat pada pria terletak pada skrotum dan menghasilkan hormon testosteron
4. Patofisiologi
Dalam keadaan normal jika terdapat insulin, asupan glukosa yang melebihi
normal atau melebihi kebutuhan kalori akan di simpan sebagai glikogen dalam
sel–sel hati dan sel–sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah hiperglikemi, jika
hiperglikemi:
tercurah ke dalam darah dari hasil pemecahan asam amino dan lemak.
11
peripheral yang tergantung pada insulin. Jika tidak terdapat glukosa sel-sel otot
protein dimana asam amino yang dihasilkan digunakan substrat yang diperlukan
a. Glikosuria dan diurisis asmotik terjadi jika glukosa darah melebihi ambang
ginjal sehingga dapat terjadi kehilangan kalori, air dan elektrolit dalam jumlah
besar.
enzim aldose reduktase, dimana enzim aldose reduktase mengatur perubahan atau
bentuk lain glukosa menjadi sorbitol dan kemudian di metabolisme secara lambat
(poliuria) dan rasa harus terstimulasi sehingga pasien akan minum air dalam
jumlah besar atau banyak (polidipsi), karena adanya kehilangan kalori dan starvasi
seluler, maka selera makan menjadi meningkat dan orang akan sering makan
12
5. Tanda dan Gejala
gejala yaitu:
d. Lemas
f. Kesemutan
g. Mata kabur
6. Pemeriksaan Penunjang
Terlampir.
7. Penatalaksanaan
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan denagan obat
golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel
beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe 2 dengan
13
2). Golongan Biguanad /metformin
sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien
b.Insulin
Pada DM tipe 1 yang tHuman Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml
Injeksi insulin dapat diberikan kepada penderita DM tipe11 yang kehilangan berat
badan secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat-obatan anti
karena infeksi sistemik, pasien operasi berat , wanita hamil dengan gejala DM
2. Jenis insulin
14
c. Insulin kerja lambat
a. Diet
telah mendapat penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50% pasien tidak
seimbang dengan komposisi Idealnya sekitar 68% karbohidrat, 20% lemak dan
12% protein. Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencugah agar
1. Kurangi Kalori
2. Kurangi Lemak
b. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin
dengan teratur akan lebih baik tetapi jangan melakukan olahraga terlalu berat. 8.
Komplikasi
15
berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek,
Ketoasidosis diabetik merupakan defesiensi insulin berat dan akut dari suatu
Salah satu perubahan utamanya dengan DKA adalah tidak tepatnya ketosis dan
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi kalau kadar gula dalam darah turun dibawah 50-60 mg/dl
keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral
2. Komplikasi Kronik
Diabetes Mellitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah diseluruh
1. Mikrovaskuler
a. Penyakit Ginjal
perubahan pada struktural dan fungsi ginjal.Bila kadar glukosa dalam darah
16
menyebabkan kebocoran protein darah dalam urine (Smeltzer,2000)
b. Penyakit Mata
c). Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf- saraf perifer, sistem saraf otonom medulla
spinalis atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahan- perubahan
metabolik lain dalam sintesa fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia
2). Makrovaskuler
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes maka terjadi penurunan kerja
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf- saraf sensorik, keadaan ini
berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang
menyebabkan ganggren. Infeksi di mulai dari celah –celah kulit yang mengalami
hipertropi, pada sel-sel kuku kaki yang menebal dan kalus demikian juga pada
17
daerah –daerah yang terkena trauma
Pada pembuluh darah otak daoat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah ke
9. Tindakan Pencegahan
1. Pengkajian
Tanda : takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat / dengan aktifitas letargi /
disorientasi, koma.
2. Sirkulasi
, kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.Tanda : takikardi, nadi
3. Integritas ego
4. Eliminasi
Tanda : urine, pucat, kuning : poliuria (dapat berkembang menjadi olguria / anuria
18
jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau buruk (infak), abdomen keras,
5. Makanan / cairan
Tanda : kulit kering / bersisik, turgor jelek, kekakuan / distensi abdomen, muntah.
6. Neurosesori
Gejala : pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelematan pada otot, parestesia
sebagai penglihatan.
7. Nyeri kenyamanan
8. Pernafasan
9. Keamanan
Tanda : demam, diaforesis, kulit rusak, lesi / ulserasi, parentesia / paralysis otot.
10. Seksualitas
19
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin,
3. Perencanaan
Kriteria hasil : Tanda -Tanda Vital Stabil, Turgor kulit baik, Capillari refill kurang
dari 2 detik
Intervensi :
20
a. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan ortostatik
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang
adekuat
Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan
Intervensi :
b. Auskulatasi bunyi usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual,
muntah
21
Rasional : Memberikan inforensi pada keluarga untuk memahami kebutuhan
nutrisi pasien
Intervensi:
kateter, dll)
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik
pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang
22
4. Resiko perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan zat kimia
keperawatan.
Intervensi
Rasional : Edema atau lepasnya retina, hemoragis, katarak / paralosis otot ekstra
perawatan penyokong.
mental.
23
Kriteria Hasil : Tanda Tanda Vital Stabil, Capillary refill kurang dari 2 detik
Intervensi :
b. Evaluasi sensasi bagian yang sakit, contoh tangan / lutut, panas / dingin
Rasional : Sensasi sering menurun selama serangan / kronis pada penyakit tahap
lanjut
Rasional : Lesi dapat terjadi dari ukuran jarum peniti sampai melibatkan seluruh
serius
Rasional : Keseimbangan diet yang baik meliputi protein dan hidrasi adekuat,
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan aktifitas dan latihan pasien tidak terganggu
Intervensi:
24
Rasional : Mempermudah pasien untuk melakukan latihan aktifitas.
b. Berikan aktifitas alternatif dengan periodik istirahat yang cukup atau tanpa
diganggu.
toleransi
Kriteria Hasil:
Intervensi:
masalah
25
b. Kaji bagaimana telah menangani masa lalunya
Rasional . Harapan yang tidak realitas dari orang lain atau diri sendiri dapat
e. Berikan dukungan pada pasien untukn ikut serta dalam perawatan diri sendiri
Intervensi:
26
Rasional : Mengurangi terjadinya peristiwa yang membahayakan jiwa
Kriteria Hasil : Berkurangnya rdang dan jaringan nekrose di sekitar luka, luka
bebas dari pus dan warna kulit sama denga ektermites yang tidak luka,luka tidak
berbau.
Intervensi:
27
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 57 tahun
Alamat : Semarang
Nama : Tn. P
28
Umur : 62 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiunan
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
badan terasa dingin, mengantuk, dan pasien terasa haus terus, ingin minum, buang
air kecil sering, dan pasien juga mengalami diare, BAB 4X sehari konsistensi cair
lanjut.
Pasien mengatakan mempunyai penyakit diabetes mellitus sejak 7 tahun yang lalu
dan pasien juga pernah sakit seperti yang diderita pasien saat ini tapi tidak disertai
diare dan pasien juga tidak mempunyai riwayat hipertensi, asma dan lain-lain.
Didalam kelurga pasien tidak ada yang menderita seperti pasien dan tidak ada
29
Kelurga pasien mengatakan apabila ada keluarganya yang mengalami gangguan
terdekat dan pasien juga sering mengkonsumsi obat yang dijual bebas di pasaran
Sebelum masuk rumah sakit biasanya pasien makan 3x sehari dengan menu nasi,
sayur, lauk pauk tetapi setelah masuk rumah sakit pasien nafsu makan menurun,
porsi makan habis tidak ada ½ porsi karena bila makan terasa mual.
Sebelum masuk rumah sakit minum 3-4 gelas air putih tetapi setelah masuk rumah
sakit pasien mengatakan merasa haus dan minum 5-7 gelas tiap hari
Sebelum masuk rumah sakit biasanya tidur dari jam 21.00- 05.00 dan setelah
masuk rumah sakit pasien tidur seperti di rumah dan juga pasien busa tidur siang
walaupun sebentar
Sebelum masuk rumah sakit biasanya pasien tidak sering beraktivitas karena
pasien badannya terasa lemes dan mudah lelah,setelah masuk rumah sakit pasien
keluarga
6. Pola eliminasi
5-7 tiap hariSebelum masuk rumah sakit pasien pasien juga sering BAK dan
setelah masuk rumah sakit pasien BAK sering kira-kira 6-7kali. Mengenai BAB
30
7. Pola persepsi dan kognitif
Dalam hal ini pasien tidak menggalami gangguan nyeri dan pandangan pasien
Pasien saat ini mengatakan beliau ingin sembuh . Dan pasien merupakan seorang
wanita dan menjadi seorang ibu rumah tangga dan pasien juga menjalankan
Pasien seorang ibu dan sudah mengalami menopause dan sudah tidak melakukan
hubungan seksual.
musyawarah dengan anggota keluarga baik dalam masalah kesehatan atau lainnya.
Pasien seorang yang beragama islam dan menjalankan ibadah sholat 5 waktu dan
dirumah sakit pasien juga menjalankan sholat dengan tidur terlentang dan pasien
D. Pengkajian Fisik
1. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : Komposmetis
Nadi : 80x/menit
31
CSuhu : 37
RR : 20x/menit
Kepala : mesosephal
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, bersih tidak ada sekret
Hidung : Bersih, simetris, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping hidung
ada polip.
Mulut : Bersih membran mukosa kering, sebagian gigi sudah ada yang tanggal
Dada : Simetris, tidak ada otot bantu nafas, tidak ada mengi
Ektremitas Bawah : Tidak terdapat edema tidak ada luka dan kaki bisa digerakkan
E. Pemeriksaan Penunjang
Terlampir.
F. Pengelompokan Data
32
3. DS: Pasien mengatakan badannya lemes, seperti tidak bertenaga
2. DO: Pasien makan tidak habis ½ porsi,muka tampak pucat, LILA 25 cm, Berat
badan 62 kg
G. Analisa Data
6-7 gelas,BAK 8x tiap hari,bibir tampak kering, HtDO: Pasien minum 37,00 %
DO: Porsi makan tidak habis ½ porsi muka tampak pucat, LILA 25 cm, berat
badan 62 kg, intake tidak adekuat, resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
DO: Pasien beraba di tenpat tidur,lemas aktivitas di bantu keluarga, GDS 207 mg/
Terlampir.
I. Diagnosa Keperawatan
33
hiperglikemi
J. Intervensi
Terlampir.
K. Implementasi
Terlampir.
L. Evaluasi
Terlampir.
34
BAB IV
PEMBAHASAN
RS Hikari Semarang mulai pada tanggal 11-12 Mei 2007 dengan memperhatikan
bahwa diagnosa keperawatan yang ada pada Ny.S sudah sesuai dengan tinjauan
teori yang sudah ada. Adapun diagnosa yang muncul pada kasus ini adalah
sebagai berikut:
intraseluler (carpenito,2001).
Diagnosa ini penulis rimuskan karena pada Ny. S penulis menemukan data
cairan ).
35
tujuan agar kebutuhan volume cairan terpenuhi , dalam jangka waktu 2×24 jam
dengan kriteria hasil tanda – tanda vital stabil (120/80 C RR:20 x/menit), turgor
kulit baik,mmHg, Nadi :80 x/menit, suhu :36-37 2 detik. Setelah dilakukan
penulis rumuskan adalah sebagai berikut: Kaji tanda-tanda vital dan catat
reffuil,turgor kulit, dan membran mukosa ini digunakan untuk mengetahui tingkat
dehidrasi dan sirkulasi yang tidak adekuat. Pantau pengeluaran dan pemasukan
cairan ini digunakan untuk memberikan perkiraan kebutuhan cairan pengganti dari
terapi yang diberikan, jadi diharapkan dengan tindakan tersebut dapat teratasi.
cairan intravena sesuai indikasi ini digunakan untuk mempertahankan hidrasi atau
volume sirkulasi cairan didalam tubuh dan sebagai cairan pengganti dalam tubuh.
didukung adanya peran aktif pasien dan anggota keluarga dalam mengikuti proses
keperawatan dan keinginannya yang besar untuk sembuh dari penyakitnya tetapi
keperawatan dapat teratasi sebagian dengan terpenuhinya kriteria hasil yang ada
yaitu pasien mengatakan kencing sudah berkurang tidak terasa haus , membran
mukosa lembab dan turgor kulit baik. Untuk ini penulis mempertahankan dan
36
melanjutkan perencanaan yaitu monitor tanda- tanda vital, cek capilari reffil, dan,
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan tubuh
dimana individu yang tidak puasa mengalami atau yang beresiko mengalami
penurunan berat badan yang berhubungan dengan pemasukan yang tidak adekuat
(carpenito, 2001 ).
Diagnosa ini penulis rumuskan karena penulis menemukan data yaitu pasien
mengatakan nafsu makan menurun, mulut pahit, porsi makan tidak habis kurang
dari ½ porsi LILA 25 cm berat badan 62 kg.Dalam hal ini pengukuran tinggi
badan tidak dilakukan karena pasien masih dalam keadaan lemas, dan
prioritas kedua karena dilihat dari tingkat kebutuhan menurut Maslow yaitu
dengan tujuan agar kebutuhan nutrisi terpenuhi dalam jangka waktu 1x 24 jam
dengan kriteria hasil berat badan meningkat, nafsu makan meningkat setelah
adalah: Kaji berat badan tiap hari ini digunakan untuk mengetahui peningkatan
pemasukan yang adekuat. Auskultasi bunyi usus, catat adanya nyeri abdomen,
37
mual dan muntah ini digunakan untuk mengetahui bahwa hiperglikemi dapat
perencanaan diit sesuai indikasi ini dipakai untuk memberitahukan tentang cara
terpenuhi. Selanjutnya kolaborasi dengan ahli gizi mengenai diit yang diberikan
ini digunakan untuk mengetahui cara penghitungan dan penyesuaian diit untuk
dalam tubuh.
Dalam pelaksanaannya penulis dapat melaksanakan sesuai kriteria hasil yang telah
ada karena didukung adanya peran aktif pasien dan anggota keluarga dalam
mengikuti proses keperawatan dan pasien berkeinginan agar lekas sembuh dari
penyakitnya namun ini kurang efektif karena keterbatasan waktu yang ada.
yang ada yaitu pasien mengatakan nafsu makan meningkat, mulut tidak pahit,
porsi makan habis. Untuk itu penulis mempertahankan menimbang berat badan
tiap hari dan motivasi pasien untuk menghabiskan makan dan menjaga kebersihan
mulut.
2001 ).
38
Diagnosa ini penulis rumuskan karena didapatkan data pasien merasa lemes,
seperti tidak bertenaga aktifitas klien dibantu anggota keluarga, dan ditunjang
karena dilihat dari keadaan umum pasien ,jika masalah ini tidak teratasi maka ini
akan memperburuk keadaan umum pasien dan timbul masalah yang baru seperti
bertujuan agar ADL/ kebutuhan sehari- hari tidak terganggu dalam jangka waktu
aktifitas misalnya dapat makan sendiri, menyisir rambut sendiri, dan berlatih turun
latihan alternatif dengan periodik istirahat yang cukup ini dilakukan untuk
kelemahan tidak bertambah buruk dengan diselingi istirahat. Pantau tanda – tanda
vital sebelum dan sesudah latihan aktifitas ini digunakan untuk mengetahui
energi dalam beraktifitas ini gunakan untuk mengetahui seberapa jumlah kalori
39
atau energi yang dibutuhkan oleh tubuh selanjutnya tingkatkan partisipasi klien
kepercayaan diri, harga diri yang positif yang sesuai tingkat aktivitas yang dapat
sesuai kriteria hasil yang ada karena didukung oleh peran aktif pasien dan anggota
keperawatan dapat teratasi sebagian sesuai kriteria hasil yang ada, aktivitas tidak
terganggu lagi meskipun pasien masih lemes pasien sudah melakukan aktivitas
ringan seperti makan sendiri, berlatih turun dari tempat tidur sendiri .Untuk itu
berikan latihan alternatif dengan periodik istirahat yang cukup dan tingkatkan
partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari- hari sesuai dengan toleransi.
Selain diagnosa diatas terdapat diagnosa yang tidak muncul karena tidak ada data
yang menunjang untuk menegakkan diagnosa tersebut antara lain : Resiko onfeksi
40
penurunan aliran darah vena atau arteri keperifer,ketidakberdayaan berhunungan
dengan penyakit jangka panjang atau progresifyang tidak diobati.Selain itu juga
dan nutrisi keperifer tidak terjadi karena pada pasien ini tidak terdapat ulkus pada
daerah perifer.
41
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Mellitus dapat muncul diagnosa antara lain: Resiko defisit volume cairan, Resiko
masalah dapat teratasi namun secara sebagian dari 3 dignosa yang telah di
rumuskan, dan ini bisa terlaksana atas peran aktif pasien dan bantuan dari anggota
keluarga pasien.
dengan menjaga keseimbangan antara intake dan output cairan dalam tubuh.
Selain itu juga pasien Diabetes Mellitus harus menjaga nutrisi dengan baik,
supaya tidak terjadi hipoglikemi atau hiperglikemi, disamping itu juga pasien
harus berlatih untuk beraktivitas supaya tidak terjadi atau timbul masalah baru
2. Saran
1. Bagi perawat
42
Rumah sakit sebaiknya menyediakan atau memberikan fasilitas alat – alat
berbagai segi kehidupan seperti, tempat ibadah agar tercipta suasana kekeluargaan
di rumah sakit sehingga penderita atau keluarga dapat lebih tenang dalam
menghadapi penyakitnya.
3. Bagi mahasiswa
Mahasiswa yang sedang praktek, gunakan kesempatan ini sebaik mungkin untuk
serius ingin mengetahui sisi baik, buruk dari segi sosial dan juga dari segi
43
DAFTAR PUSTAKA
Terlampir.
44