You are on page 1of 5

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal.

82 - 86 ISSN : 2337-8204

Pengaruh Konsentrasi Aktivator Kalium Hidroksida (KOH) terhadap Kualitas


Karbon Aktif Kulit Durian sebagai Adsorben Logam Fe pada Air Gambut
Ririn Apriani1), Irfana Diah Faryuni1), Dwiria Wahyuni1)

1) Jurusan
Fisika FMIPA Universitas Tanjungpura
Email : ririn_apriani@yahoo.com

Abstrak
Telah disintesis karbon aktif kulit durian dengan Kalium Hidroksida (KOH) sebagai aktivator. Untuk
melihat pengaruh konsentrasi aktivator KOH terhadap ukuran pori karbon aktif yang terbentuk dan
kemampuan dalam mengabsorbsi logam Fe pada air gambut, sintesis karbon aktif dilakukan dengan dua
tahap yaitu tahap karbonisasi dengan suhu 400 oC selama 2 jam dan tahap aktivasi dengan suhu 800 oC
selama 2 jam.Sebelum diaktivasi, hasil karbonisasi kulit durian direndamdalam aktivatorselama 24 jam
dengan konsentrasi aktivator 5%, 10%, 15%, 20% dan 25%. Karbon aktif kulit durian kemudian
dikarakterisasi untuk mengetahui morfologi dan ukuran pori permukaannya dengan Scanning Electron
Microscope (SEM). Dari hasil karakterisasi didapatkan bahwa semakin besar konsentrasi aktivatornya,
semakin besar juga ukuran pori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Fe menurun seiring dengan
meningkatnya ukuran pori dengan urutan kadar Fe 0,66 mg/L, 0,49 mg/L, 0,48 mg/L, 0,40 mg/L dan 0,38
mg/L. Karbon aktif yang berperan optimum dalam penyerapan logam Fe adalah karbon aktif dengan
konsentrasi 25%, dengan ukuran rata-rata diameter pori 8,277 µm, yang menurunkan konsentrasi logam
Fe sebanyak 85,38%, dari 2,6 mg/L menjadi 0,38 mg/L dengan waktu kontak 24 jam. Hal ini
mengindikasikan bahwalogam Fe dalam sampel air gambut dapat semakin terserap ketika ukuran pori
karbon aktif meningkat.

Kata Kunci : Karbon Aktif, Kulit Durian, Kalium Hidroksida, Adsorbsi Fe.

1. Pendahuluan menghilangkan atau paling tidak


Air merupakan sumber kehidupan. Akan mengurangikadar besi (Fe) dalam air gambut
tetapi, masyarakat sering mengalami kesulitan sampai ambang batas tertentu yang diinginkan.
mendapatkan air bersih, terutama pada musim Penelitian tentang pemanfaatan kulit durian
kemarau saat air mulai berubah warna atau yang dijadikan sebagai karbon aktif sebagai
berbau. Di beberapa daerah berawa, khususnya bahan penyerap telah dilakukan sebelumnya
daerah dataran rendah seperti Kalimantan, yaitu sebagai penyerap zat warna Mthylene Blue
masih terdapat kesulitan untuk memanfaatkan (Ismadji, et al., 2006), sebagai peningkatan
air permukaan sebagai sumber air baku. Air minyak jelantah (Hasibuan, 2008), sebagai
permukaan yang secara teknis dikenal sebagai adsorben logam Cu pada air dengan aktivator
air gambut mengandung warna dan zat organik H2SO4 (Gultom, 2012) dan aktivator HCl
yang tinggi serta bersifat asam (Suriawiria, (Wardani, 2012). Namun demikian, belum ada
1996). yang memanfaatkan karbon aktif dari kulit
Adanya kandungan besi (Fe) dalam air durian untuk air gambut. Penelitian ini
menyebabkan warna air tersebut menjadi merupakan penelitian alternatif dalam rangka
merah kecoklatan. Kandungan Fe dapat memanfaatkan material limbah kulit durian
menimbulkan gangguan kesehatan seperti sebagai karbon aktif untuk proses penjernihan
gangguan pada usus, bau yang kurang enak dan air gambut yang difokuskan pada perubahan
bisa menyebabkan kanker. Selain itu, keracunan kandungan Fe.
Fe menyebabkan permeabilitas dinding
pembuluh darah kapiler meningkat sehingga 2. Landasan Teori
plasma darah merembes keluar. Air di wilayah gambut merupakan sumber
Oleh karena itu diperlukan teknik air baku yang potensial untuk diolah menjadi air
pengolahan untuk menurunkan kadar Fe pada bersih, terutama di daerah-daerah pedalaman
air. Salah satu cara pengolahan air yaitu dengan Kalimantan, Sumatera maupun Papua. Warna
teknik absorbsi. Adsorben yang digunakan pada merah kecoklatan pada air gambut merupakan
penelitian ini adalah karbon aktif dari kulit akibat dari tingginya kandungan zat organik
durian. Pemanfaatan limbah kulit durian sebagai (bahan humus) terlarut terutama dalam bentuk
karbon aktif akan mengatasi dua masalah asam humus di antaranya asam humat dan asam
sekaligus, yaitu akan mengurangi volume limbah fulvat (Said, 2008). Asam humat dapat
kulit durian itu sendiri, serta dapat didefinisikan sebagai hasil akhir dekomposisi

82
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal. 82 - 86 ISSN : 2337-8204

bahan organik oleh organisme secara aerobik. 3. Metodologi


Sedangkan asam fulvat merupakan senyawa Bahan dan Alat
asam organik alami yang berasal dari humus Alat yang digunakan adalah peralatan
dan larut dalam air. Dalam berbagai kasus, penggiling atau penumbuk, tanur, oven
warna akan semakin tinggi karena disebabkan pemanas, timbangan digital, pengaduk, gelas
oleh adanya logam besi (Fe) yang terikat oleh porselin, Scanning Electron Microscopy (SEM)
asam-asam organik yang terlarut dalam air dan spectrophotometer. Bahan yang digunakan
tersebut (Alqadrie, dkk, 2000). adalah kulit durian, KOH, dan air gambut.
Besi adalah elemen kimiawi yang dapat
ditemukan hampir di setiap tempat di bumi Perlakuan penelitian
pada semua lapisan geologis dan badan air. Besi Karbon aktif kulit durian dalam bentuk
dalam air dapat berbentuk Fe(II) dan Fe(III) serbuk disintesis dengan mencampurkan arang
terlarut. Fe(II) terlarut dapat tergabung dengan kulit durian dan Kalium Hidroksida (KOH)
zat organik membentuk suatu senyawa dengan variasi konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%
kompleks (Rohmatun, 2006). dan 25%. Untuk menghasilkan karbon aktif
Air bersih merupakan salah satu jenis digunakan metode pemanasan yaitu dengan
sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan melakukan pemanasan pada suhu 400 oC selama
biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk 2 jam untuk proses karbonisasi dan pada suhu
dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas 800 oC selama 2 jam untuk proses aktivasi.
mereka sehari hari dan kualitasnya memenuhi Karbon aktif akan dikarakterisasi dengan
persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan menggunakan SEM untuk mengetahui ukuran
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan morfologi dari partikel tersebut.
dan dapat diminum apabila dimasak. Di mana Karbon aktif yang diperoleh diaplikasikan
persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan pada air gambut. Proses ini dilakukan dengan
dari segi kualitas air, sehingga apabila mencampurkan 100 ml air gambut dengan
dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping karbon aktif sebanyak 5 gram, kemudian diaduk
(Sutrisno, 2002). Untuk menjadikan air gambut dan dibiarkan sampai kotoran mengendap.
tersebut menjadi air bersih digunakan karbon Setelah kotoran mengendap air disaring dan
aktif yaitu karbon aktif dari kulit durian. dilakukan pengujian parameter besi (Fe) dengan
Berdasarkan penelitian dari University menggunakan spectrophotometer. Pengujian ini
Chulalongkom Thailand yang menyebutkan dilakukan di Laboratorium Kesehatan
bahwa kulit durian memilki kandungan selulosa Pontianak.
terbanyak sekitar 50%-60%
carboxymethylcellulose dan lignin 5%. 4. Hasil dan Pembahasan
Penggunaan selulosa ini dapat diaplikasikan Karbon aktif kulit durian diperoleh dengan
karena bahan ini dapat mengikat bahan logam. cara memberikan perlakuan kimia dan fisika
Selulosa pada kulit durian memiliki tiga gugus terhadap material kulit durian. Pada penelitian
hidroksil yang reaktif dan memiliki unit ini, bahan baku dikarbonisasi terlebih dahulu
berulang-ulang yang membentuk ikatan sehingga bahan baku yang dicampur dengan
hidrogen intramolekul dan antar molekul. aktivator memiliki kandungan karbon yang
Ikatan ini memiliki pengaruh yang besar pada tinggi. Adapun aktivator yang digunakan adalah
kereaktifan selulosa terhadap gugus-gugus lain. KOH. Hal ini karena KOH sebagai aktivator dapat
Polimer selulosa terdiri dari monomer D- bereaksi dengan karbon dan KOH merupakan
glukosa yang dapat dimodifikasi oleh gugus basa kuat sehingga bisa menghilangkan zat - zat
fosfat (Soekardjo, 1990). pengotor dalam karbon sehinggga membuat
Karbon aktif dapat berbentuk serbuk dan karbon menjadi lebih berpori seperti pada
butiran yang merupakan suatu senyawa karbon Gambar 1. Proses pemanasan karbon aktif
yang mempunyai ciri-ciri khas berupa melibatkan reaksi kimia di dalamnya. Reaksi
permukaan pori yang luas dan dalam jumlah kimia yang terjadi adalah
yang banyak. Karbon aktif dengan luas
permukaan yang besar dapat digunakan untuk 4 KOH + C K2CO3 + K2O + 2 H2 (1)
berbagai aplikasi, diantaranya sebagai
penghilang warna, penghilang rasa, penghilang
bau dan agen pemurni dalam industri makanan. KOH bereaksi dengan karbon pada suhu tinggi
Selain itu juga banyak digunakan dalam proses untuk membentuk K2CO3 serta K2O dengan
pemurnian air baik dalam proses produksi air tambahan hidrogen. Mengingat dekomposisi
minum maupun dalam penanganan limbah (Wu, KOH ke K2O serta kemampuan mengurangi
2004). karbon, reaksi tambahan yang dilakukan selama

83
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal. 82 - 86 ISSN : 2337-8204

proses aktivasi seperti yang ditunjukkan pada gram, dan setelah proses karbonisasi diperoleh
reaksi berikut: arang sejumlah 500 gram. Penentuan persentase
massa arang dapat dihitung dengan persamaan
2 KOH K2O + H2O (2) berikut:
C + H2O (uap) H2 + CO (3)
CO + H2O H2 + CO2 (4) % = × 100% (9)
K2O + CO2 K2CO3 (5)
K2O + H2 2K + H2O (6)
K2O + C 2 K + CO (7) dengan % Mak adalah persentase massa akhir
arang, Mak adalah massa akhir arang kulit
K2CO3 + 2 C 2K+3C (8)
durian, dan Maw adalah massa awal kulit durian.
Uap yang dihasilkan persamaaan 2 Dari persamaan (9) dihasilkan persentase massa
menyebabkan penghapusan karbon aktif akhir arang yaitu;
sebagai CO seperti yang ditunjukkan dalam
persamaan 3 yang mengarah ke pembentukan % = × 100% = 10% (10)
pori-pori. Karbon juga digunakan untuk
mengurangi K+ ke K seperti yang ditunjukkan Sementara itu, proses aktivasi dilakukan untuk
pada persamaan (7) dan(8). menghilangkan hidrokarbon yang melapisi
Proses aktivasi karbon dengan KOH permukaan arang agar porositas arang dapat
menghasilkan sejumlah mikropori dan ditingkatkan. Gambar 2(b) memperlihatkan
mesospori seperti pada Gambar 1. hasil arang setelah diaktivasi yang berwarna
Aktivasi hitam pekat. Perbedaan warna pada kedua
KOH proses ini disebabkan pembakaran yang belum
sempurna pada proses karbonisasi. Setelah
melalui proses karbonisasi dan aktivasi,
diperoleh karbon aktif kulit durian yang
800 OC berbentuk serbuk.
Mesopori karbon Mikro dan mesopori
Tabel 1. Massa Karbon Sebelum dan Sesudah
karbon
Aktivasi (gram)
Gambar 1. Pembentukkan mikropori dalam Massa Massa
karbon mesopori pada aktivasi karbon karbon
Konsentrasi
sebelum setelah
dengan KOH (%)
diaktivasi aktivasi
(gram) (gram)
5 47,4 23,5
10 45,0 23,1
15 42,5 20,7
20 40,0 20,0
25 37,5 19,0
Perubahan karakteristik fisik selama proses
aktivasi juga terlihat pada perubahan massa
(a) (b) karbon aktif. Tabel 1 menunjukkan perubahan
Gambar 2. (a) hasil karbonisasi kulit durian massa karbon aktif sebelum dan sesudah proses
dan (b) hasil aktivasi arang kulit aktivasi pada tiap variasi konsentrasi aktivator.
durian Setelah proses karbonasi, arang karbon yang
diperoleh adalah berbentuk serbuk dengan
Hasil karbonisasi dan aktivasi arang kulit tekstur kasar, sedangkan setelah proses aktivasi
durian diperlihatkan pada Gambar 2. Proses diperoleh karbon aktif berbentuk serbuk dengan
karbonisasi dilakukan untuk mengurai selulosa tekstur yang lebih halus. Massa karbon aktif
menjadi unsur karbon dan mengeluarkan unsur- sebelum aktivasi adalah lebih besar daripada
unsur nonkarbon dari dalam material dasar. sesudah aktivasi karena dalam proses aktivasi
Gambar 2(a) menunjukkan arang kulit durian kotoran-kotoran yang menutupi pori-pori
yang merupakan hasil karbonisasi, warna yang karbon ikut terlepas (teruapkan) seiring
tebentuk pada arang adalah hitam kecoklatan. pertambahan suhu aktivasi. Melalui proses
Sebelum dikarbonisasi berat kulit durian yang aktivasi ini pula, karbon akan memiliki daya
didapat adalah sebanyak 5000 gram. Akan serap yang semakin meningkat.
tetapi, setelah dibersihkan dan dijemur kulit Hasil karakterisasi karbon aktif berupa
durian yang didapat berkurang menjadi 1700 morfologi permukaan yang menunjukkan

84
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal. 82 - 86 ISSN : 2337-8204

ukuran rata-rata pori karbon aktif menggunakan Gambar 5. Morfologi permukaan karbon aktif
SEM dengan perbesaran 10.000 kali dengan konsentrasi 15% dan
diperlihatkan pada Gambar 3 hingga Gambar 7. perbesaran 10.000 kali.
Ukuran partikel yang didapat adalah untuk
karbon aktif dengan konsentrasi 5%
menghasilkan ukuran rata-rata pori 1,357 µm
(Gambar 3), 10% menghasilkan ukuran rata-
rata pori 1,611 µm (Gambar 4), 15%
menghasilkan ukuran rata-rata pori 2,042 µm
(Gambar 5), 20% menghasilkan ukuran rata-
rata pori 4,513 µm (Gambar 6) dan 25%
menghasilkan ukuran rata-rata pori 8,277 µm
(Gambar 7). Ukuran rata – rata pori ini didapat
dengan persamaan berikut:
=
D1 D2
(11) Gambar 6. Morfologi permukaan karbon aktif
dengan konsentrasi 20% dan
dengan adalah ukuran rata-rata pori, D1 perbesaran 10.000 kali.
adalah merupakan ukuran pori dengan arah
horizontal dan D2 adalah ukuran pori dengan
arah vertikal.

Gambar 7. Morfologi permukaan karbon aktif


dengan konsentrasi 25% dan
Gambar 3. Morfologi permukaan karbon aktif perbesaran 10.000 kali.
dengan konsentrasi 5% dan
perbesaran 10.000 kali. Pada pengaplikasian karbon aktif pada air
gambut dengan pengurangan kandungan kadar
besi (Fe), air gambut dikelompokkan dalam dua
perlakuan, yaitu perlakuan tanpa penambahan
karbon aktif sebagai parameter standar dan
perlakuan dengan penambahan karbon aktif.
Dari pengujian tersebut, semakin besar
konsentrasi aktivatornya, maka kandungan besi
yang dihasilkan semakin sedikit atau menurun.
Hasil ukur air gambut sebelum dan sesudah
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil yang
diperoleh juga menunjukkan bahwa dengan
pencampuran karbon aktif, air gambut memiliki
Gambar 4. Morfologi permukaan karbon nilai ukur Fe di bawah batas ambang yang
aktif dengan konsentrasi 10% dan ditetapkan oleh pemerintah, yaitu dengan kadar
perbesaran 10.000 kali. maksimum 1,0 mg/L. Dari hasil yang diperoleh
setelah perlakuan yaitu hasil ukuran rata-rata
pori dengan SEM dan kandungan besi (Fe),
dibuat grafik hubungan antara konsentrasi
aktivator terhadap ukuran rata-rata pori dan
daya serap Fe, sebagaimana diperlihatkan pada
Gambar 8.

85
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal. 82 - 86 ISSN : 2337-8204

Tabel 2. Hasil ukur air gambut sebelum dan sesudah perlakuan dengan parameter kadar besi
(Fe).
Konsentrasi Parameter Satuan Kadar Maks*) Hasil
Aktivator
0% Besi (Fe) mg/L 1,0 2,60
5% Besi (Fe) mg/L 1,0 0,66
10% Besi (Fe) mg/L 1,0 0,49
15% Besi (Fe) mg/L 1,0 0,48
20% Besi (Fe) mg/L 1,0 0,40
25% Besi (Fe) mg/L 1,0 0,38
*) Kadar Maksimum sesuai dengan PERMENKES RI No 416/Menkes/Per/ IX/1990.

7. Daftar Pustaka
Alqadrie R WN, Sudarmadji & Yunianto T , 2000,
Pengolahan air gambut untuk persediaan air
bersih, Teknosains 13(2) Mei.

Gultom, F., 2012, Pengaruh Konsentrasi H2SO4


Terhadap Kualitas Karbon Aktif dari Kulit
Durian sebagai Adsorben Logam Cu,
Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang.

Hasibuan, L., 2008, Studi Penggunaan Karbon


Aktif dari Kulit Durian untuk Meningkatkan
Gambar 8. Hubungan antara konsentrasi Kualitas Minyak Jelantah, Universitas
aktivator, Ukuran Rata-rata Pori dan Andalas, Padang.
Daya Serap Terhadap Fe.
Rohmatun. 2006. Studi Penurunan Kandungan
Gambar 8 memperlihatkan semakin besar Besi Organik dalam Air Tanah dengan
konsentrasi aktivator, semakin besar pula Oksidasi H2O2-UV.
ukuran porinya, sedangkan kandungan Fe yang
tersisa semakin kecil. Hal ini terjadi karena Said, N. I., 2008, Teknologi Pengolahan Air
semakin besar konsentrasi yang diberikan, Minum : Teknologi Pengolahan Air Gambut
maka semakin banyak pembesaran ukuran pori Sederhana, BPPT Press.
dan pembentukkan pori baru yang terjadi serta
daya serap karbon yang dihasilkan semakin Soekardjo, 1990. Kimia Anorganik: Cetakan
besar, sehingga kandungan Fe yang tersisa kedua. Rineka Cipta. Jakarta
semakin kecil.
Suriawiria, U., 1996, Air Dalam Kehidupan dan
5. Kesimpulan Lingkungan Yang Sehat, Ed ke-1, Alumni,
Karbon aktif kulit durian dapat Bandung.
dimanfaatkan dalam proses penjernihan air
gambut, yaitu dengan melihat penurunan kadar Sutrisno, T. & Suciastuti, 2002, Teknologi
besi (Fe). Kondisi optimum diperoleh pada Penyediaan AirBersih, Rineka Cipta, Jakarta.
karbon aktif dengan konsentrasi 25% dengan
ukuran rata-rata pori 8.277 µm. Parameter besi Wardani, S. P., 2012, Pengaruh Konsentrasi Asam
yang dihasilkan adalah 0,38 mg/L dan berada di Klorida terhadap Kualitas Karbon Aktif dari
bawah ambang batas yang ditetapkan sesuai Kulit Durian sebagai Adsorben Logam Cu,
dengan PERMENKES Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang.
No.416/Menkes/Per/IX/1990 yaitu 1,0 mg/L.

6. Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terimakasih kepada
DITJEN DIKTI yang telah membiayai penelitian
ini melalui Program Kreativitas Mahasiswa
(PKM) dengan No.
021/SP2H/KPM/DIT.LITABMAS/V/2013,
sehingga penelitian ini dapat berlangsung.

86

You might also like