You are on page 1of 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di zaman modern dengan adanya peningkatan derajat ekonomi

yang juga terjadi pada masyarakat sangat berpengaruh terhadap gaya

hidup sehari - hari, misalnya pola aktifitas dan pekerjaan. Namun tanpa di

sadari, bahaya yang mengancam kesehatan juga tidak di sadari. Penyakit

jantung koroner merupakan masalah kesehatan yang sering muncul karena

hal tersebut. ( Win De Jong 2004 )

Coronery Artery Desease (CAD) adalah suatu kelainan yang

disebabkan oleh adanya penyempitan dan penyumbatan arteri koronaria

yang mengalirkan darah ke otot jantung (Dinie, 2008).

Berdasarkan data WHO (2011) bahwa penyakit jantung merupakan

penyebab kematian nomor satu di dunia dan 60 % dari seluruh penyebab

kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung iskemik dan sedikitnya

17,5 juta atau setara dengan 30,0 % kematian di seluruh dunia disebabkan

oleh penyakit jantung. Diperkirakan tahun 2030 bahwa 23,6 juta orang di

dunia akan meninggal karena penyakit kardiovaskular (Sri Sumarti, 2010).

Penyakit jantung masih merupakan penyebab utama morbiditas

dan mortalitas pada orang dewasa di Eropa dan Amerika Utara. Setiap

tahun, di Amerika hampir 500.000 orang meninggal karena penyakit

jantung iskemik. Di Asia dan Afrika, telah terjadi kecenderungan

peningkatan kasus CAD dan kematian akibat CAD. Di Singapura dan

1
Malaysia, angka kejadian telah meningkat dari yang tidak bermakna

menjadi penyebab 10 % seluruh kematian (Dinie, 2008 ; Schoen, 2010).

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

Republik Indonesia menyatakan bahwa peringkat penyakit kardiovaskular

sebagai penyebab kematian semakin meningkat. Berdasarkan SKRT tahun

2007 kematian akibat penyakit kardiovaskuler menempati urutan ke-6

sebesar 20% dan meningkat pada tahun 2008 menjadi urutan ke-5 sebesar

25%. Hasil tahun 2008 angka kejadian penyakit jantung koroner sebesar

26,3% dan sampai saat ini penyakit jantung iskemik juga merupakan

penyebab utama kematian dini pada sekitar 40 % dari kematian laki-laki

usia menengah. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2010, angka kematian

pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan akibat penyakit

jantung iskemik 8,7% (Heru, 2010).

Dari Bagian Rekam Medik dilaporkan bahwa jumlah kasus CAD

yang dirawat inap di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung pada tahun

2009 didapatkan 296 kasus dan tahun 2010 dengan jumlah kasus sebanyak

477 kasus. Hasil penelitian menunjukkan insidensi tertinggi pasien pria

pada kelompok usia 51-60 tahun sebanyak 32.6% dan pasien wanita pada

kelompok usia 61-70 tahun sebesar 27.7%, 50.1% pasien memiliki riwayat

kebiasaan merokok, 50.1% pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi,

56.7% pasien memiliki kadar kolesterol HDL <40 mg/dl, 38.3% pasien

memiliki kadar trigliserida >150 mg/dl, 37.2% pasien memiliki kadar

kolesterol total >200 mg/dl, 36.3% pasien CAD memiliki kadar kolesterol

2
LDL >130 mg/dl, dan 20.2% pasien CAD memiliki riwayat penyakit

diabetes melitus. Jumlah kasus meningkat pada tahun 2011 menurut data

Rekam medik dilaporkan bahwa jumlah kasus CAD yang rawat inap di

Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung meningkat menjadi 571 kasus, dan

terus meningkat hingga 700 kasus pada tahun 2012. (http://angka kejadian-

CAD-di Indonesia.html//diakses 13 mei 2013)

Berdasarkan data diatas, penulis tertarik dan berminat untuk

membahas kasus “ Asuhan Keperawatan Pada Tn.Y dengan Gangguan

Sistem Kardiovaskuler “Coronary Artery Disesase (CAD)” diruang

Fresia RSUP Hasan Sadikin Bandung Tahun 2013”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Tn.Y

dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Coronary Artery Disease di

Ruang Fresia RSUP Hasan Sadikin Bandung”

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memperoleh gambaran asuhan keperawatan pada Tn.Y dengan

Gangguan Sistem Kardiovaskuler Coronary Artery Disease di Ruang

Fresia RSUP Hasan Sadikin Bandung”.

3
2. Tujuan Khusus

a. Memperoleh gambaran pengkajian pada Tn.Y dengan

Gangguan Sistem Kardiovaskuler Coronary Artery Disease di

Ruang Fresia RSUP Hasan Sadikin Bandung

b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada klien Tn.Y

dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Coronary Artery

Disease di Ruang Fresia RSUP Hasann Sadikin Bandung

c. Mendeskripsikan perencanaan keperawatan pada klien Tn.Y

dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Coronary Artery

Disease di Ruang Fresia RS Hasann Sadikin Bandung

d. Mendeskripsikan implementasi keperawatan pada klien dengan

Gangguan Sistem Kardiovaskuler Coronary Artery Disease di

Ruang Fresia RS Hasan Sadikin Bandung

e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada klien Tn.Y

dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Coronary Artery

Disease di Ruang Fresia RS Hasan Sadikin Bandung.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan masukan dalam mengembangkan teori kesehatan

atau ilmu guna meningkatkan mutu praktek keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien Coronary Artery

Disease.

2. Bagi Mahasiswa Keperawatan

4
Karya tulis ini dapat digunakan sebagai salah satu tambahan

pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan khususnya tentang

keperawatan pada klien dengan gangguan system Kardiovaskuler:

Coronary Artery Disease.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Di harapkan Karya Tulis Ilmiah yang diajukan sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan ini dapat

menciptakan lulusan yang profesional dan dapat menerapkan ilmu

yang telah di perolehnya pada diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

4. Bagi Pelayanan Kesehatan

Karya tulis ini dapat digunakan sebagai masukan informasi bagi

perawat dalam lingkup dunia keperawatan agar dapat meningkatkan

pelayanan keperawatan.

5. Bagi Klien

Diharapkan menambah ilmu pengetahuan bagi klien untuk mengetahui

cara perawana klien dengan masalah Coronary Artery disease (CAD)

6. Bagi Penulis

Pengalaman yang sangat berharga untuk memperluas dan menambah

wawasan dalam penerapan asuhan keperawatan.

5
E. Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan deskriptif yaitu dengan meneliti

masalah serta mengembangkan apa yang kita amati dengan

menggunakan pemecahan masalah (problem solving).

2. Teknik Pengumpulan data

a. Studi Kepustakaan

Dalam hal ini penulis mencari data-data yang mendukung dari

beberapa buku-buku dan internet yang berkaitan dengan judul

Karya Tulis Ilmiah.

b. Studi Kasus

1) Wawancara

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data dengan melekukan

tanya jawab secara langsung kepada klien dan keluarganya

untuk mendapatkan data yang dapat mendukung suatu

diagnosa keperawatan.

2) Partisipatif

Dalam hal ini penulis melakukan pengawasan dan

berpartisipasi aktif dalam memberikan asuhan keperawatan

untuk memantau perkembangan kesehatan dengan teknik

inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dan hasilnya sebagai

data objektif.

6
F. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Dalam penyusunan dan penyelesaian karya tulis ini, penulis

menggunakan studi kasus yang berlokasi di ruang perawatan Fresia Kota

Bandung Provinsi Jawa Barat, adapun waktu penulisan karya ini dari

tanggal 26-28 Desember 2013.

G. Sistematika Penulisan

Dalam pembahasan karya tulis ini penulis membagi sistematika penulisan

sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Di dalam BAB ini penulis akan menguraikan tentang

gambaran umum Karya Tulis Ilmiah ini meliputi latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,

manfaat penulisan, metode penulisan dan teknik

pengumpulan data, lokasi dan waktu pelaksanaan serta

sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan konsep-konsep atau teori yang

mendasari judul penulisan karya tulis ini penulis akan

menguraikan dalam urutan-urutan sebagai berikut :

A. Konsep Dasar Medis, meliputi :

1. Anatomi dan Fisiologi Jantung

2. Pengertian CAD

7
3. Etiologi CAD

4. Patofisiologi CAD

5. Manifestasi Klinis CAD

6. Pemeriksaan Diagnostik CAD

7. Pengobatan CAD

8. Komplikasi CAD

B. Konsep Asuhan Keperawatan, meliputi :

1. Pengkajian data

2. Diagnosa

3. Intervensi

4. Implementasi

5. Evaluasi

BAB III : TINJAUAN KASUS

Dalam BAB ini diuraikan mengenai hasil dan analisa kasus

berdasarkan pendekatan proses keperawatan.

BAB IV : PEMBAHASAN

Membahas mengenai kesenjangan antara teori dan praktek

keperawatan yang telah dilaksanakan terhadap kasus

Coronary Artery Disease dan cara pemecahan masalah.

BAB V : PENUTUP

Terdiri dari kesimpulan dan saran.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis

I. Anatomi Fisiologi Jantung

Jantung adalah suatu organ berongga, berotot yang terletak

ditengah toraks dan menempati rongga antara paru dan

diafragma. Fungsi jantung yaitu memompa darah ke jaringan

yang berisi O2 dan Zat nutrisi untuk kebutuhan jaringan dan

mengangkut karbondioksida dan sampah hasil metabolisme.

(Brunner and Suddarth,hal 720, Edisi 8 Volume 2;2002)

Beratnya kira-kira 300 gram, dimana berat dan ukuran

dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat latihan dan kebiasaan

fisik, serta penyakit jantung. (Brunner and Suddarth,hal 720,

Edisi 8 Volume 2;2002)

Jantung terletak dirongga thoraks (dada) sekitar garis tengah

antara sternum atau tulang dada di sebelah anterior dan vertebra

(tulang punggung) disebelah posterior. Jantung memiliki pangkal

yang lebar disebelah atas dan meruncing membentuk ujung yang

disebut apeks di dasar. Jantung membentuk sudut terhadap

sternum, sehingga pangkalnya terutama berada di kanan dan

apeks di kiri sternum. (Lauralee Sherwood, hal 258, Edisi 2;

2001)

9
Bagian-bagian jantung anatara lain:

a. Perikardium

Sebagian besar rongga mediastinum ditempati oleh jantung,

yang terbungkus dalam kantung fibrosa tipis yang disebut

pericardium. Perikardium terdiri dari (dua ) 2, yaitu:

1. Perikardium fibrosa lapisan luar yang pada tulang dada,

diafragma, dan pleusa.

2. Perikardium serosa yaitu lapisan dalam dari perikardium, terdiri

dari dua lapisan yaitu :

a) Lapisan Parietalis yaitu lapisan yang melekat pada perikardium

fibrosa.

b) Lapisan Veseralis yaitu lapisan yang melekat pada jantung

atau perikardium.

Diantara kedua lapisan tersebut terdapat rongga yang disebut

dengan rongga pericardium yang berisi sedikit cairan pelumas yang

berfungsi mengurangi gesekan yang timbul akibat gerakan jantung

saat memompa, cairan ini disebut cairan pericardium.

b. Lapisan – lapisan jantung dari luar kedalam :

1) Epicardium yaitu lapisan yang paling luar.

2) Miocardium yaitu lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot-

otot jantung.

10
3) Endocardium yaitu lapisan dalam miokardium yang

berhubungan langsung dengan darah. (Brunner and Suddarth,hal

722, Edisi 8 Volume 2;2002)

Perbedaan ketebalan dinding atrium dan ventrikel, berhubungan

dengan beban kerja yang diperlukan oleh tiap kamar. Dinding

atrium lebih tipis dari pada dinding ventrikel karena rendahnya

tekanan yang ditimbulkan oleh atrium untuk menahan darah dan

kemudian menyalurkan ke ventrikel. Karena ventrikel kiri

mempunyai beban kerja yang lebih berat maka tebalnya 2 1/2

lebih tebal daripada dinding ventrikel kanan. (Brunner and

Suddarth,hal 720, Edisi 8 Volume 2;2002)

Fungsi dari atrium dan ventrikel :

1. Atrium kanan yaitu sebagai penampung atau (reservoir) darah

yang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut

mengalir melalui vena kava superior, (vena kava inferior) serta

sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Kemudian

darah dipompakan ke ventrikel kanan selanjutnya ke paru-paru.

2. Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru

melalui 4 buah vena pulmonalis kemudian darah mengalir ke

ventrikel kiri dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta

kedua atrium tersebut dipisahkan oleh sekat yang disebut

septum interatrium.

11
3. Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan dan

dipompakan ke paru-paru melalui pulmonalis.

4. Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan

keseluruh tubuh melalui aorta.

Gambar 2.1

c. Katup Jantung

Katup jantung memungkinkan darah mengalir hanya ke satu arah

dalam jantung. (Brunner and Suddarth,hal 720, Edisi 8 Volume

2;2002). Jantung memiliki katup yaitu:

1. Katup atrioventrikuler

Katup yang memisahkan antara atrium dan ventrikel. Katup

ini terdiri dari dua yaitu: katup trikuspidalis yang

memisahkan atrium kanan dan ventrikel kanan, dan katup

12
mitral atau bikuspidalis (2 kupis) terletak diantara atrium dan

ventrikel kiri. (Brunner and Suddarth,hal 720, Edisi 8

Volume 2;2002)

2. Katup Semilunaris terletak antara ventrikel dan arteri yang

bersangkutan.

Ada dua katup semilunaris yaitu: katup pulmonalis adalah

katup yang memisahkan ventrikel kanan dengan arteri

pulmonalis dan katup aorta adalah katup antara ventrikel kiri

dengan aorta. (Brunner and Suddarth,hal 720, Edisi 8 Volume

2;2002).

Gambar 2.2

13
d. Sistem Konduksi Jantung

Nodus sinus atrial (SA) terletak antara sambungan vena kava

superior dan atrium kanan. Nodus sinus atrial adalah awal mula

sistem hantaran dan normalnya berfungsi sebagai paru jantung ke

seluruh miokardium.( Brunner and Suddarth, hal 722,Edisi 8

Volume 2; 2002).

Sinyal listrik yang dimulai oleh nadus SA kemudian dari

sepanjang sel miokardium ke nodus atrioventrikularis (AV). Nodus

AV berkoordinasi dengan impuls listrik yang datang dari atrium dan

setelah sedikit perlambatan akan menghantarkannya ke ventrikel,

implus listrik tersebut akan dihantarkan melalui suatu bundle serabut

otot khusus (Bundle HIS) yang berjalan dalam septum yang

memisahkan ventrikel kanan dan kiri. Bundle HIS akan bercabang

menjadi kanan dan kiri kemudian berakhir sebagai serabut yang

dinamakan serabut purkinje. ( Brunner and Suddarth, hal 722,Edisi 8

Volume 2; 2002).

Frekuensi jantung ditentukan oleh sel miokardium yang

mempunyai kecepatan paling cepat. Normalnya nodus SA yang

tercepat bila SA tidak berfungsi maka nodus AV biasanya

mengambil ahli fungsi pacu jantung. Bila kedua nodus SA dan AV

tidak berfungsi, maka miokardium akan terus menerus berdenyut

dengan kecepatan kurang dari 40 denyut / menit yang merupakan

14
kecepatan paru jantung interisk sel-sel miokardial ventrikel.(Brunner

and Suddarth, hal 723,Edisi 8 Volume 2; 2002).

Di dalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang

menghantarkan aliran listrik.

Jaringan tersebut mempunyai sifat-sifat yang khusus yaitu :

1. Otomatisasi, kemampuan untuk menimbulkan implus secara

sepontan.

2. Irama, kemampuan membentuk implus yang teratur.

3. Daya konduksi, kemampuan untuk menyalurkan implus.

4. Daya rangsangan, kemampuan untuk bereaksi terhadap

rangsangan. (Price A.Sylvia, hal 521 Edisi 6 Volume 1; 2006).

Berdasarkan sifat-sifat tersebut diatas, maka secara sepontan

dan teratur jalur akan menghasilkan implus-implus yang disalurkan

melalui sistem hantran untuk merangsang otot jantung dan bisa

menimbulkan kostrasi otot.

Perjalanan implus dimulai dari SA ke nodus AV, sampai ke

serabut purkinye.

1. Nodus SA (SA node)

Nodus SA terletak pada pertemuan antara vena kava superior

dengan atrium kanan, sel-sel dalam nodus SA secara otomatis

dan teratur mengeluarkan implus dengan frekuensi 60-100

kali/menit.

2. Nodus AV (AV Node)

15
Terletak diatas sinus koronarius pada dinding posterior atrium

kanan. Sel-sel dalam nodus AV mengeluarkan implus lebih

rendah dari nodus SA yaitu 40-60 kali/menit.

3. Serabut purkinje

Mampu mengeluarkan implus dengan frekuensi 20 - 40

kali/menit. (Price A.Sylvia, hal 522 Edisi 6 Volume 1; 2006)

Gambar 2.3

e. Sirkulasi Pulmonal

Darah mengalir dari ventrikel dextra melalui katup

semilunaris (katup pulmonalis) ke arteri pulmonalis masuk ke

dalam paru-paru dextra dan sinistra lalu mengalir ke vena

pulmonalis.

f. Sirkulasi sistemik

Sirkulasi sistemik menyuplai darah ke semua jaringan

tubuh dengan pengecualian pada paru. Sebanyak 84% volume

16
darah total terdapat dalam sirkulasi sistemik. Sebanyak 16%

volume darah yang tersisa terdapat dalam jantung dan paru.

Sirkulasi sistemik dapat dibagi menjadi 5 kategori berdasarkan

anatomi dan fungsinya: arteria, arteriola, kapiler, venula, dan

vena. Dengan pengecualian pada kapiler dan venula, dinding

pembuluh darah terdiri atas komponen yang serupa : selapis sel

endotel, jaringann elastis, sel otot polos dan jaringan fibrosa.

Proporsi dari setiap komponen ini bervariasi sesuai fungsi

pembuluh darah.

1) Arteria

Jaringan arterial terisi sekitar 15% volume total darah. Oleh

karena itu sistem arteria ini dianggap merupakan sirkuit

bervolume rendah tetapi bertekanan tinggi. Cabang-cabang

arterial disebut sirkuit resistensi karena memiliki sifat khas

volume-tekanan ini.

2) Arteriola

Dinding pembuluh darah arteriola terutama terdiri dari otot

polos dengan sedikit serabut elastis. Dinding otot arteriola ini

sangat peka dan dapat berdilatasi atau berkontraksi. Bila

berkontraksi, arteriola merupakan tempat resistensi utama

aliran darah dalam cabang arterial. Saat berdilatasi penuh,

arteriola hampir tidak memberikan resistensi terhadap aliran

darah. Pada persambungan antara arterial dan kapiler darah

17
terhadap sfingter prakapiler yang berada dibawah pengaturan

fisiologis yang cukup rumit.

3) Kapiler

Pembuluh kapiler memiliki dinding tipis yang terdiri dari satu

lapis sel endotel. Nutrisi dan metabolit berdifusi dari daerah

berkonsentrasi tinggi menuju daerah berkonsentrasi rendah

melalui membrane yang tipis dan semipermeabel ini. Dengan

demikian oksigen dan nutrisi akan meninggalkan pembuluh

darah dan masuk ke dalam ruang interstisial dan sel. Karbo

dioksida dan metabolit berdifusi kearah yang berlawanan.

Pergerakan cairan antara pembuluh darah dan ruang interstisial

bergantung pada keseimbangan relatif antara tekanan

hidrostatik dan osmotic jaringan kapiler.

4) Venula

Venula berfungsi sebagai saluran pengumpul dan terdiri dari

sel-sel endotel dan jaringan fibrosa.

5) Vena

Vena adalah saluran yang berdinding relative tipis dan

berfungsi menyalurkan darah dari jaringan kapiler melalui

system vena, masuk ke atrium kanan. (Price A.Sylvia, hal 522

Edisi 6 Volume 1; 2006)

Gambar 2.4

18
g. Sirkulasi koroner

Fungsi jantung sebagai pemompa tergantung dari nutrisi

dan oksigenasi otot jantung melalui sikulasi koroner. Sirkulasi

koroner meliputi seluruh permukaan epicardium jantung, membawa

O2 dan nutrisi ke miokardium melalui cabang-cabang

intramiokardial yang kecil-kecil. (Price A.Sylvia, hal 523Edisi 6

Volume 1; 2006)

Arteri coronaria adalah cabang pertama dari sirkulasi

sistemik dan pembuluh yang mensuplai otot jantung mempunyai

kebutuhan metabolisme tinggi terhadap O2 dan nutrisi jantung

mempunyai kebutuhan 80 % O2 dan nutrisi yang dihantarkan

melalui arteri coronaria, sirkulasi coronaria kiri terdiri dari arteri

desendens anterior sinistra dan arteri sirkumfleksa sinistra arteri

coronaria kanan memberi darah ke atrium kanan ventrikel dekstra

19
dan dinding inferior ventrikel sinistra, arteri sirkumfleksia sinistra

memberikan darah ke dinding anterior ventrikel sinistra.

Distribusi vena coroner sesungguhnya pararel dengan

distribusi arteri coroner. Sistem vena jantung mempunyai 3 bagian

yaitu :

1. Vena thebesia merupakan sistem terkecil yang menyalurkan

sebagian darah miokardium kanan dan ventrikel kiri.

2. Vena kardiak anterior mempunyai fungsi yang cukup berarti

menggosongkan sebagian besar isi vena ventrikel langsung

ke atrium kanan.

3. Sinus coronarius dan cabangnya berfungsi menyalurkan

pengembalian darah vena miokard kedalam atrium kanan

melalui ostium sinius koronarius yang bermuara disamping

vena kava inferior.

Gambar 2.5

20
h. Fungsi sistem kardiovaskuler

1. Arteri berfungsi untuk mentranspotasi darah dengan tekanan

yang tinggi ke jaringan-jaringan.

2. Arterior berfungsi cabang-cabang ujung dari sistem arteri

berfungsi sebagai katup pengontrol untuk mengatur aliran darah

ke kapiler.

3. Kapiler sebagai tempat pertukaran cairan dan nutrisi antara

darah dengan ruang interstitial.

4. Vena bervungsi sebagai jalur transportasi darah dari jaringan ke

jantung, karena tekanan dalam sistem vena rendah (0-5 mmHg),

maka dinding vena tipis namun berotot dan ini mempunyai

kemampuan untuk menyimpan / menampung darah sesuai

kebutuhan tubuh.

5. Venul: dinding venul hanya sedikit lebih tebal dari pada dinding

kapiler, berfungsi menampung dari kapiler dan secara bertahap

bergabung dalam vena yang lebih besar.

i. Priode kerja jantung

Dalam kerja jantung mempunyai 3 priode yaitu :

1. Priode kontriksi (priode sistol) suatu keadaan dimana jantung

bagian ventrikel dalam keadaan menguncup katub bikuspidalis

dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup, katub aorta dan katub

pulmonalis terbuka sehingga darah dari ventrikel dextra mengalir

21
ke arteri pulmonalis, masuk ke paru-paru sinistra dan dextra,

sedangkan darah dari ventrikel sinistra mengalir ke aorta

kemudian diedarkan keseluruh tubuh.

2. Priode dilatasi (priode diastol), suatu keadaan dimana jantung

mengembang, katub bikuspidalis dan trikuspidalis terbuka,

sehingga darah dari atrium sinistra masuk ke ventrikel sinistra dan

darah dari atrium dextra, selanjutnya darah yang ada di paru-paru

kiri dan kanan melalui vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra

dan darah dari seluruh tubuh melalui vena cava masuk ke atrium

dextra.

3. Priode istirahat yaitu waktu antara priode konsriksi dan dilatasi

dimana jantung berhenti kira-kira 1/10 detik.

j. Curah jantung

Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompakan oleh

ventrikel permenit. Curah jantung pada orang dewasa normal sekitar

5 L/menit namun sangat bervariasi, tergantung kebutuhan

metabolisme tubuh. Curah jantung (CO2), sebanding dengan volume

sekuncup (SV) x frekuensi jantung (HR) CO = SV x HR. (Brunner

and Suddarth, hal 725, edisi 8 volume 2; 2002)

Volume sekuncup adalah jumlah darah yang disemburkan

setiap denyut. Maka curah jantung dapat dipengaruhi oleh perubahan

volume sekuncup maupun frekuensi jantung. Frekuensi jantung

22
istirahat pada orang dewasa rata-rata 60 sampai 80 denyut (permenit

dan rata-rata volume sekuncup sekitar 70 ml/denyut). (Brunner and

Suddarth, hal 726, edisi 8 volume 2; 2002)

Perubahan frekuensi jantung dapat terjadi akibat kontrol

refleks yang dimediasi oleh sistem saraf otonom meliputi bagian

simpatis dan parasimpatis. Implus parasimpatis yang berjalan ke

jantung melalui nervus vagus dapat memperlambat frekuensi jantung

sementara implus simpatis meningkat efek terdapat frekuensi

jantung berakibat mulai dari aksi pada nodus SA untuk

meningkatkan maupun menurunkan kecepatan dipolarisasi

intriksinya. (Brunner and Suddarth, hal 726, edisi 8 volume 2; 2002)

Frekuensi jantung dirangsang oleh peningkatan kadar

ketekolamin (disekresi oleh kelenjar adrenal) dan oleh adanya

kelebihan hormon tiroid, yang menghasilkan efek menyerupai

ketokolamin. Kontrol volume sekuncup terutama ditemukan oleh 3

faktor yaitu :

1. Kontraktifitas intrinsik otot jantung adalah istilah yang

digunakan untuk menyatakan tenaga yang dapat dibangkitkan

oleh kontraksi miokardium. Pada kondisi tertentu, kontraksi ini

dapat meningkat akibat katokolamin yang beredar, aktivitas

saraf simpatis dan berbagai obat (seperti digitalis), serta dapat

menurunkan akibat hipoksemia dan asidosis.

2. Derajat peregangaan otot jantung sebelum kontraksi (preload).

23
3. Tekanan yang harus dilawan otot jantung untuk menyemburkan

darah (afterload). (Brunner and Suddarth, hal 726, edisi 8

volume 2; 2002)

Fakor-faktor yang mempengaruhi cardiac output yaitu :

1. Gangguan Preload. Terlalu sedikit atau terlau banyak volume

darah yang kembali ke jantung akibat hipovolemia, perdarahan

yang berlanjut, tamponade jantung, atau cairan yang berlebih.

2. Gangguan After Load. Arteri dan kapiler yang terlalu konstriksi

atau terlalu dilatasi karena perubahan suhu tubuh atau hipertensi.

3. Gangguan Frekuensi jantung. Terlalu cepat, terlau lambat atau

Disritmia.

4. Gangguan Kontraktilitas. Gagal jantung, infark miokardium,

ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia. (Brunner and Suddarth,

hal 855,edisi 8 volume 2; 2002)

II. Definisi

Penyakit arteri koroner adalah suatu penyakit arteri

degenaratif progresif yang menyebabkan oklusi (sumbatan gradual)

pembuluh yang terkena, sehingga aliran darah melalui pembuluh

tersebut berkurang. (Lauralee Sherwood, hal 258, Edisi 2; 2001)

Coronary Artery Desease (CAD) atau penyakit arteri koroner

adalah kondisi patologis arteri koroner yang ditandai dengan

penimbunan abnormal lipid atau bahan lemak dan jaringan fibrosa

di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan

24
struktur dan fungsi arteri dan penurunan aliran darah ke jantung

(Brunner and Suddarth, hal 776, edisi 8 volume 2; 2002).

III. Etiologi

Penyebab utama dari penyakit arteri koroner adalah terjadinya

aerosklorosis. Aterosklorosis adalah pengerasan pada dinding arteri

ditandai dengan adanya penimbunan lemak, kolesterol dilapisan

intima arteri. Timbunan ini disebut ateroma atau plak. Faktor

resiko terjadinya CAD, yaitu :

1. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu faktor biologis

yang tidak dapat diubah, antara lain :

1.) Usia

Kerentanan terhadap aterosklerosis meningkat dengan

bertambahnya usia.

2.) Jenis Kelamin

Aterosklorosis 3 kali lebih sering terjadi pada pria

dibanding wanita premenopause.

3.) Riwayat Keluarga Positif

Riwayat keluarga yang positif terhadap penyakit arteri

koroner, meningkat kemungkinan timbulnya

aterosklorosis prematur.

2. Faktor yang dapat dimodifikasi

1.) Hiperlipidemia

25
Peningkatan lipid serum, meliputi: kolesterol >

200mg/dL, Trigliserida >200mg/dL, LDL

<160mg/dL, HDL <35 mg/dL.

2.) Hipertensi

Tekanan darah diatas 140/90 mmHg. Peningkatan

tekanan darah mengakibatkan bertambahnya beban

kerja jantung.

3.) Merokok

Akan melepaskan nikotin dan karbonmonoksida

kedalam darah. Karbonmonoksida lebih besar daya

ikatnya dengan Hb dari pada O2. Akibatnya suplai

darah untuk jantung berkurang karena didominasi

oleh CO2.

4.) Diabetes mellitus (DM)

Hiperglikemia menyebabkan peningkatan agregasi

trombosit. Hal ini memicu terbentuknya thrombus,

pasien DM juga mengalami kelainan dalam

metabolisme.

5.) Obesitas

6.) Inaktivitas fisik

7.) Stress.(Brunner and Suddarth, hal 777, edisi 8 volume

2; 2002)

26
IV. Patofisiologi

Aterosklorosis dimulai ketika kolesterol berlemak

tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini dinamakan ateroma

atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel

yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan

menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen

pembuluh darah.

Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami

nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi

jaringan parut dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang

menyempitdan berdinding kasar, akan cenderung terjadi

pembentukan bekuan darah. Mekanisme yang mungkin adalah

pembentukan thrombus pada permukaan plak dan penimbunan

lipid terus menerus. Bila fibrosa pembungkus plak pecah, maka

febris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat

arteri dan kapiler disebelah plak yang pecah. Struktur anatomi

koroner membuatnya rentan terhadap mekanisme aterosklerosis.

Arteri tersebut terpilih dan berkelok-kelok saat memasuki jantung,

menimbulkan kondisi yang rentan untuk terbentuknya atheroma.

(Brunner and Suddarth, hal 776-777, edisi 8 volume 2; 2002).

V. Manifestasi Klinis

Penyakit arteri koroner menimbulkan gejala dan komplikasi

sebagai akibat penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran

27
darah ke jantung. Sumbatan aliran darah berlangsung progresif,

dan suplai darah yang tidak adekuat (iskemia) yangh

ditimbulkannya akan membuat sel-sel otot kekurangan komponen

darah yang dibutuhkan untuk hidup.

Kerusakan sel akibat iskemia terjadi dalam berbagai

tingkat. Manifestasi utama adalah nyeri dada. Angina pectoris

adalah nyeri dada yang hilang timbul, tidak disertai kerusakan

ireversibel sel-sel jantung. Iskemia yang lebih berat, disertai

kerusakan sel dinamakan infark miokardium. Jantung mengalami

kerusakan ireversibel akan mengalami degenerasi dan kemudian

diganti dengan jaringan parut. Bila kerusakan jantung sangat luas,

jantung akan mengalami kegagalan, artinya ia tidak mampu lagi

memenuhi kebutuhan tubuh akan darah dengan memberikan curah

jantung yang adekuat.

Manifestasi klinis lain penyakit arteri koroner dapat berupa

perubahan pola EKG, aneurisma ventrikel, disritmia, dan kematian

mendadak. (Brunner and Suddarth, hal 777, edisi 8 volume 2;

2002).

VI. Pemeriksaan Diagnostik

1. Elektrokardiografi : menunjukan adanya elevasi yang merupakan

tanda dari iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang

merupakan tanda dari injury dan gelombang Q yang mencerminkan

adanya nekrosis.

28
2. Enzim atau Isoenzym : pada jantung CPK-MB meningkat dalam 4-

12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam, dan mencapai puncak

pada 24 jam.

3. Whole Blood Cell : Leukositosis mungkin timbul pada keesokana

hari setelah serangan.

4. AGD : Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru

yang kronis/ akut.

5. Kolesterol atau trigliserida; mungkin mengalami peningkatan yang

mengakibatkan terjadinya aterisklorosis.

(http://Askep-CAD.pdf.html.//diakses 13 Januari 2014)

VII. Pengobatan

Pengobatan CAD tergantung jangkauan penyakit dan gejala yang

dialami pasien.

1. Perubahan Gaya Hidup

Pola makan sehat dan seimbang, dengan lebih banyak atau buahan

penting untuk melindungi arteri jantung.

2. Pengendalian factor resiko utama, yaitu DM, merokok, kolestrol

tinggi dan hipertensi.

3. Terapi Medis

Obat-obatan penurun lemak dalam serum jika tindakan diet gagal

dalam mempertahankan kadar kolestrol dalam darah kurang dari

200mg/dl. Berbagai obat-obatan membantu penyembuhan penyakit

29
arteri koroner yaitu agen yang membatasi produksi lipoprotein,

yaitu asam nikotinik (Niacin), klofibrat (Atromid-S) dan agen

yang mempercepat pembuangan lipoprotein yaitu kolestiramin

(Questran).

4. Operasi

a. Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG)

Melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding dada,

lengan, atau kaki untuk membangun rute baru untuk aliran

darah langsung ke otot jantung.

b. Angioplasti Koroner Transluminal Perkutan (PTCA)

c. Revaskularisasi Transmiokard

Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil untuk

melakukan CABG disebut revaskularisasi. (Engram Barbara,

hal.452, volume 2:1998).

VIII. Komplikasi

Komplikasi utama dari CAD adalah :

1. Angina Pektoris

2. Serangan jantung (Infark Miokardial)

3. Gagal Jantung Kongestif .(Brunner and Suddarth, hal 779,

edisi 8 volume 2; 2002).

30
B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Data dasar pengkajian klien

a. Aktifitas

Gejala : Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur.

Pola hidup menetap, jadwal olahraga tak teratur.

Tanda : Takikardi, Dispnea pada istrahat/aktifitas.

b. Sirkulasi

Gejala : Riwayat penyakit arteri koroner sebelumnya,

Gagal Jantung kronik, masalah Tekanan darah,

DM.

Tanda : TD : dapat normal atau naik/turun, perubahan

postural dicatat dari tidur sampai duduk/berdiri.

Nadi: nadi dapat normal,penuh/takkuat, atau

lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler

lambat, tidak teratur (distritmia) mungkin terjadi.

Bunyi jantung; bunyi jantung ekstra: S3/S4 mungkin

menunjukka gagal jantung/penurunan kontraktilitas

atau komplain ventrikel.

Murmur: bila ada menunjukan gagal katup atau

disfungsi otot papilar.

Friksi: dicurigai perikarditis

31
Irama jantung: dapat teratur atau tidak teratur atau

tidak teratur.

Edema: distensi vena jugular, edema

dependen/perifer, edema umum, krekels mungkin

ada dengan gagal jantung/ventrikel.

Warna: pucat atau cyanosis/kulit abu-abu, kuku

datar, pada membrane mukosa dan bibir.

c. Integritas Ego

Gejala : Menyangkal gejala penting/adanya kondisi.

Takut mati, perasaan ajal sudah dekat.

Marah pada penyakit/perawatan yang “tak perlu”

Kuatir tentang keluarga, kerja, keuangan.

Tanda : Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata.

Gelisah,marah,perilaku menyerang.

Fokus pada diri sendiri/nyeri.

d. Eliminasi

Tanda: Normal atau bunyi usus menurun.

e. Makanan/cairan

Gejala : Mual, kehilangan nafsu makan,nyeri ulu

hati,\terbakar.

Tanda : Penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat.

Muntah

Perubahan berat badan

32
f. Hygient

Tanda/gejala : Kesulitan melakukan tugas perawatan.

g. Neurosesori :

Gejala : Pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun

(duduk atau istrahat)

Tanda : Perubahan mental.

Kelemahan.

h. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat/tak

berhubungan dengan aktifitas), tidak hilang

dengan istrahat atau nitrogliserin. (Meskipun

kebanyakan nyeri dalam dan viseral, 20% IM ada

nyeri).

Lokasi: tipikal pada dada anterior, substernal,

prekordia; dapat menyebar ke tangan,rahang,

wajah. Tidak tertentu lokasinya, seperti

epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggungg,

leher.

Kualitas: “churusing”, menyempit, berat,

menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.

Intensitas: biasanya 10 pada skala 1-10; mungkin

“pengalaman nyeri paling buruk yang pernah

dialami”.

33
Catatan: nyeri mugkin tak ada pada pasien pasca

operasi, dengan DM atau hipertensi atau lansia.

Tanda : Wajah meringis, perubahan postur tubuh.

Menangis, merintih, meregang, menggeliat.

Menarik diri, kehilangan kontak mata.

Respon otomatik; perubahan frekuensi/irama

jantung, Tekanan Darah, pernapasan, warna kulit

atau kelembaban, kesadaran.

i. Pernapasan

Gejala : Dispnea/tanpa kerja, dispnea noktural.

Batuk dengan/tanpa produksi sputum

Riwayat merokok, penyakit pernapasan kronik.

Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak/kuat.

Pucat/cyanosis

Bunyi nafas: bersih/kreekels/mengi

Sputum:bersih, merah muda kental.

j. Interaksi Sosial

Gejala : Stres saat ini contoh kerja, keluarga.

Kualitas koping dengan stressor yang ada, contoh

penyakit, perawatan di rumah sakit.

Tanda : Kesulitan istrahat dengan tenang, respon terlalu

emosi (marah terus menerus, takut).

Menarik diri.

34
2. Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

frekuensi jantung (distritmia), penurunan kontraktilitas

miokardium, serta preload dan afterload.

2. Gangguan rasa nyaman; Nyeri berhubungan dengan

kemampuan pembuluh darah menyupai O2 kejaringan.

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.

4. Ansietas berhubungan dengan ancaman yang dirasakan atau

actual terhadap integritas biologi.

5. Penyangkalan tidak efektif berhubungan dengan kejadian

mengancam nyawa yang dirasakan.

3. Intervensi Keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

frekuensi jantung (distritmia), penurunan kontraktilitas

miokardium, serta pre load dan afterload.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

curah jantung tetap stabil atau membaik

Kriteria hasil :

 Menunjukan stabilitas hemodinamik

 Tanda vital dan haluaran urine dalam batas normal

 Mampu melakukan ADL

35
Intervensi :

1) Pertahankan tirah baring selama 24-28 jam pertama

R/: Untuk mengurangi kebutuhan oksigen miokardium

2) Pertahankan posisi tegak lurus.

R/: Posisi tegak lurus akan mengurangi aliran balik vena,

menurunkan preload, dan mengurangi curah jantung.

3) Kaji dan laporkan tanda penurunan curah jantung; insiden

morbiditas dan mortalitas paling besar dalam 24 jam pertama,

penurunan TD, peningkatan frekuensi jantung, penurunan

haluaran urine, keletihan dan kelemahan, kulit dingin, pucat, dan

berkeringat.

R/: Perlu diketahui dan dilakukan pemeriksaan untuk

menentukan tindakan selanjutnya.

4) Kaji dan pantau TD, suhu, pernafasan, dan nadi setiap 2 jam

sampai 4 jam atau sesuai indikasi.

R/: Penurunan tekanan TD, peningkatan frekuensi jantung, kulit

dingin, dapat menjadi indicator terjadinya penurunan curah

jantung.

5) Pantau dan catat EKG secara kontinu

R/:Untuk mengkaji kecepatan dan irama setiap 2 sampai 4 jam

atau sesuai indikasi.

6) Siapkan dan atau mulai terapi trombolitik sesuai program.

36
R/:Untuk membatasi ukuran infark dengan reperfusi otot

jantung yang iskemik.

7) Instruksikan pasien untuk menghindari mengejan, seperti

maneuver valsava.

R/: Dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-

abdomen,gunakan pelunak feses atau laksatif

2. Gangguan rasa nyaman; Nyeri berhubungan dengan kemampuan

pembuluh darah menyupai O2 kejaringan.

Tujuan : Setelah diberikan Asuhan Keperawatan diharapkan nyeri

berkurang.

Kriteria hasil :

 Menyatakan nyeri dada hilang/terkontrol

 Pasien tidak tampak meringis, mendemonstrasikan teknik

relaksasi.

Intervensi :

1) Dorong pasien untuk melaporkan tipe, lokasi, dan instensitas nyeri,

rentang skala 0-10.

R/: Nyeri dirasakan, dimanifestasikan dan ditoleransi secara

individual

2) Kaji tanda-tanda vital.

37
R/: Peningkatan denyut nadi dan pernafasan menjadi indicator

adanya nyeri

3) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.

R/: Membantu mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien secara

psikologis dimana dapat mengalihkan perhatian pasien, sehingga

tidak berfokus pada nyeri yang dirasakan.

4) Beri posisi nyaman sesuai tingkat kenyamana klien

R/:Posisi yang nyaman dapat mengurangi tingkat nyeri yang

dirasakan

5) Anjurkan kepada keluarga untuk menciptakan lingkungan yang

kondusif bagi klien.

R/: Lingkungan yang kindusif sangat dibutuhkan bagi klien agar

nyeri tidak bertambah.

6) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi

R/:Analgetik dapat membantu mengurangi nyeri yang dirasakan.

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu

melakukan aktifitas secara mandiri.

Kriteria hasil :

 Tidak ada keluhan lemah

 Klien mampu makan dan minum secara mandiri

38
 TTV dalam batas normal

Intervensi :

1) Kaji kekuatan otot dan kemampuan aktifitas mandiri

R/: Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan. Kaji kehilangan ata

gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.

2) Ajarkan klien dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari (makan

minum)

R/: Membantu klien dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari secara

mandiri.

3) Ajarkan pemenuhan dan pembatasan aktifitas.

R/: Pemenuhan aktifitas untuk dapat melatih gerak otot, sedangkan

pembatasan aktifitas bertujuan agar kadar oksigen dalam tubuh

tercukupi.

4) Bantu klien menyusun jadwal harian dalam pembatasan aktifitas.

R/: meminimalkan terjadinya kelemahan otot.

5) Anjurkan kepada keluarga untuk menyeimbangkan pola tidur dan

aktifitas klien.

R/: Tidur yang cukup dapat memberikan keseimbangan dalam

tubuh dan untuk melakukan aktifitas dapat segar kembali.

4. Ansietas berhubungan dengan ancaman yang dirasakan atau actual

terhadap integritas biologi

39
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat

kecemasan berkurang.

Kriteria hasil :

 Klien tampak tenang dan rileks,

 Menungkapkan perasaan tenang

Intervensi :

1) Kaji adanya tanda dan ekspresi verbal ansietas

R/: Gangguan tingkat kesadaran dapat mempengaruhi ekspresi

rasa takut tetapi tidak menyangkal keberadaannya. Derajat

ansietas akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut

diterima oleh individu.

2) Mulai tindakan yang member kenyamanan, seperti lingkungan

yang tenang, dan menenangkan serta teknik relaksasi

R/: untuk menurunkan stimulus eksternal yang dapat

menstimulasi respon simpatik.

3) Minimalkan kontak dengan stimulus yang membuat stress,

seperti pasien lain yang cemas.

R/: Kontak dengan orang lain yang mengalami cemas akan

membuat klien lebih cemas menghadapi keadaanya.

4) Gunakan suara yang tenang dan menyakinkan

R/: Mengurangi tingkat kecemasan yang dirasakan

5) Berikan penjelasan sederhana tentang perawatan dan prosedur

40
6) R/: Mengetahui tentang perawatan prosedur dapat

meminimalkan kecemasan yang dirasakan.

5. Penyangkalan tidak efektif berhubungan dengan kejadian

mengancam nyawa yang dirasakan.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak

terjadi penyangkalan terhadap diri klien.

Kriteria hasil:

 Penerimaan status kesehatan

 Pengendalian diri terhadap ansietas

 Pengendalian diri terhadap rasa takut

 Kepercayaan kesehatan

 Dapat mengendalikan gejala

Intervensi :

1) Minimalkan rasa takut, khawatir, prasangka buruk, atau

kegelisahan yang berhubungan dengan sumber bahaya atau

ancaman yang tidak pasti.

R/: Rasa takut, khawatir,sumber bahaya dan ancaman yang

tidak pasti dapat menimbulkan keadaan yang mengancam

nyawa pada klien dan meningkatkan kecemasan yang

dirasakan.

2) Turunkan tingkat kecemasan pada pasien yang mengalami

distress akut

41
R/: Peningkatan kecemasan yang dirasakan dapat

memperburuk keadaan yang dialami.

3) Gunakan proses bantuan interaktif yang berfokus pada

kebutuhan, masalah, atau perasaan pasien dan orang

terdekatnya.

R/: untuk meningkatkan atau membantu kopig, penyelesaian

masalah da hubungan interpersonal

4) Bantu pasien untuk menggali dan memahami pikiran, perasaan,

motivasi, dan perilaku klien.

R/: Untuk meningkatkan motifasi, rasa tanggung jawab

terhadap perasaan dan perilaku klien berhubungan dengan

proses penyakitnya.

42
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Tanggal Masuk RS : 24-122013 Diagnosa medis : CAD

Tanggal Pengkajian : 26-12 2013 No.Rekam Medik: 0001334456

1. IDENTITAS

a. Identitas Klien

1. Nama : Tn.Y

2. Tgl Lahir/Usia : 07 Mei 1965/52 tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Agama : Islam

5. Status Perkawinan : Kawin

6. Pekerjaan : Pensiunan

7. Pendidikan Terakhir : SMA

8. Alamat : Jln.CHPS/Cimaung/No.104

9. Diagnosa Medik : Coronary Artery Desease

b. Identitas Penanggung Jawab

1. Nama : Ny.S

2. Usia : 52 tahun

3. Jenis Kelamin : Perempuan

43
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

5. Hubungan Dengan Klien : Istri Klien

6. Alamat : Jln.CHPS/Cimaung/No.104

2. Alasan Masuk Rumah Sakit

a. Keluhan Utama : Klien mengatakan sesak nafas

b. Keluhan Menyertai: Klien mengatakan nyeri dada dan

mengatakan lemah

3. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat kesehatan/Keperawayan Sekarang:

a. Provocative

Klien mengatakan penyebab timbulnya gejala akibat

aktifitas yang padat dan istrahat yang kurang. Gejala

dirasakan sejak 2 bulan yang lalu sejak 10 oktober 2013,

namun pada tanggal 24 desember 2013 pukul 16:00 WIB

gejala muncul dengan serangan sesak nafas. Selanjutnya

pada tanggal 24 desember 2013 pukul 16:30 WIB klien

dibawa ke RSUP Hasan Sadikin Bandung kemudian

dibawah keruang perawatan Fresia untuk mendapatkan

perawatan lebih lanjut. Klien mengatakan setelah dibawa

keruang perawatan gejala sering dirasakan seperti sesak

nafas akibat posisi yang tidak nyaman, usaha klien untuk

menguranginya dengan berdiam dan merefleksikan diri.

44
b. Quality

Pada saat pengkajian klien mengatakan gejala yang

dirasakan sangat terasa sehingga klien mengatakan susah

untuk melakukan aktifitas seperti biasanya.

c. Regional

Pada saat pengkajian lokasi gejala pada daerah

pernafasan yaitu klien mengalami sesak nafas dan diikuti

dengan nyeri pada daerah dada.

d. Severity

Pada saat pengkajian keparahan penyakit dirasakan

mengganggu pola bernafas, nyeri daerah dada dengan

skala nyeri 5.

e. Timing

Gejala dirasakan sejak 2 bulan yang lalu sejak 10 oktober

2013 gejalanya muncul secara berangsur-angsur dan

dirasakan setiap hari.

45
B. Riwayat kesehatan/Keperawatan dahulu

Klien mengatakan 2 bulan yang lalu dirawat disalah satu

rumah sakit di Bandung karena serangan jantung. Klien

mengatakan tidak menderita penyakit infeksi, tidak

memiliki alergi terhadap obat-obatan,makanan,minuman

ataupun cuaca dingin, klien mengatakan tidak memiliki

riwayat pembedahan sebelumnya.

C. Riwayat kesehatan keluarga

1. Klien mengatakan tidak terdapat penyakit keturunan

dalam kelurga, tidak terdapat penyakit infeksi,

hipertensi, DM ataupun penyakit pernafasan misalnya

Asma.

46
2. Genogram 3 generasi

Keterangan:

: Klien

: Laki-laki

: Perempuan

: Laki-laki/perempuan sudah meninggal

: Hubungan pernikahan

: Tinggal serumah

47
4. Pola Aktifitas Sehari-hari

Tabel 3.1:

Sebelum Sakit Saat Sakit


a. Nutrisi
 Selera makan baik (porsi  Selera makan menurun (porsi
selalu dihabiskan) ½ dihabiskan)
 Frekuensi 3x sehari, pagi,  Frekuensi makan 3x sehari,
siang dan malam. pagi, siang dan malam hari.
 Menu makanan: Nasi,  Menu makanan: Nasi, sayur,
sayur, daging, tidak ada dan buah-buahan, diet rendah
makanan pantangan garam (RG) 1500 kkal/hari.
b. Cairan
 Jenis minuman yang  Jenis minuman: air mineral
dikonsumsi setiap hari
adalah air mineral

 Frekuensi minum tidak  Frekuensi minum tidak


menentu, banyaknya kurang menentu banyaknya 1500-
lebih 1500 cc/hari 2500 cc/hari

c. Eliminasi
BAB BAB
 Frekuensi BAB 1x/hari  Frekuensi 1x.hari
 Konsistensi padat, tidak  konsistensi padat, tidak
terjadi kesulitan saat BAB, terdapat darah atau lendir
tidak terdapat darah atau saat BAB, tidak terjadi
lendir pada saat BAB. kesulitan saat BAB

BAK BAK
 Frekuensi BAK 2-3x/hari  Frekuensi 4-5 x/hari,
 Warnanya kekuningan,  Warna kuning jernih, tidak
jernih, berbau khas terdapat darah.
amoniak, jumlahnya tidak  Jumlah output 300cc/6 jam.
menentu.
d. Istrahat Tidur
 Tidur malam jam 23.00  Tidur malam pukul 21.00 –
WIB – 05.00 WIB 06.00 WIB
 Tidak pernah tidur siang  Tidur siang pukul 12:00-
14;00 WIB
 Tidak terjadi kesulitan saat  Tidur kurang nyenyak
tidur karena berada di rumah

48
sakit.
e. Personal Hygient
 Mandi : 2x/hari  Klien hanya sebatas
 Cuci rambut : 1x/hari membersihkan badan
 Oral Hygient : pagi dan dibantu oleh keluarga
malam hari dengan mengganti pakaian
1 hari 2x.
 Sikat gigi 1x/hari
f. Mobilitas Fisik
 Dapat melakukan kegiatan  Tampak lemah untuk
sehari-hari dengan baik. melakukan aktifitas, terlihat
aktifitas hanya sebatas
diatas tempat tidur.
g. Kebiasaan Merokok, minum
alcohol, dan obat-obatan.
 Klien merokok sejak SMA  Tidak merokok semenjak
hingga saat sebelum sakit dirawat di rumah sakit.
 Klien mengatakan tidak  Klien mengatakan tidak
mengkonsumsi kopi dan mengkonsumsi kopi dan
tidak pernah tidak pernah
mengkonsumsi obat- mengkonsumsi obat-obatan
obatan tanpa resep dokter. tanpa resep dokter.

5. Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan umum

 Pasien tampak sakit sedang

 Ekspresi wajah klien tampak meringis saat nyeri

timbul.

 Kesadaran : Compos Mentis

 Pengamatan yang dihubungkan dengan;

 Pasien menggunakan oksigen,

 Pasien terpasang IVFD RL 20 tetes/menit

 Pemasangan O2 4 liter/menit

49
 Pasien tampak sesak

 Pasien dapat makan sendiri

 BB: 75 Kg, TB: 160 cm.

B. Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah : 140/90 mmHg

Nadi : 90x/menit

Pernafasan : 32 x/menit

Suhu : 36,90C

C. Pemeriksaan Sistem Tubuh

1. Sistem pernapasan

- Inspeksi : Bentuk dan gerak dada simetris, ICS

tampak simetris antara satu dengan yang lainnya,

Jenis pernapasan tidak bebas terpasang oksigen

(kanula nasal) 4 liter/menit, dan klien terlihat sesak

(RR:32x/menit)

- Palpasi : Tidak teraba massa atau benjolan.

- Auskultasi : Terdengar suara pernapasan disertai

Ronchi +/+ basah halus ½ lapang paru bawah,

wheezing -/-.

2. Sistem Cardiovaskuler

a. Konjungtiva

- Inspeksi : Merah muda, anemis (-),

- Palpasi : Tidak teraba lesi, tidak terjadi edema.

50
b. Leher

- Inspeksi : Terjadi peningkatan vena jugularis 5+4

CmH2O

- Palpasi : Tidak teraba lesi, edema (-)

c. Jantung

- Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak

- Palpasi :

Teraba di Intercostal Space “V” linea mid

clavicularis sinistra, thrill (-) Cardiomegali (-).

Batas kanan : Linea Sternalis Dextra

Batas Atas : Intercostal Space III

Batas Kiri : Intercostal Space VI linea mid

clavicularis sinistra

Nadi : 90x/menit

- Auskultasi : Bunyi jantung S1 S2 normal, regular,

S3 (-), S4(-), Murmur (-), TD 140/90 mmhg.

3. Sistem pencernaan

a. Mulut

- Inspeksi : Bibir nampak lembap, reflex menelan

(+), stomatitis (-), keadaan gigi baik, karies (-),

tidak terjadi pembesaran tonsil.

b. Abdomen

51
Inspeksi : Abdomen datar dan simetris, edema (-),

asites (-).

Palpasi : Tidak terdapat lesi atau bekas operasi pada

daerah abdomen.

Auskultasi: terdengar bising usus (5kali).

c. Anus

Tidak dilakukan pemeriksaan.

4. Sistem Perkemihan

- Inspeksi : Warna urine kuning jernih, tidak terdapat

darah, tidak terjadi kesulitan dalam berkemih,

output cairan 300cc/6 jam.

- Palpasi : Tidak terjadi nyeri tekan pada kandung

kemih,

5. Sistem Indra

a. Mata :

- Inspeksi : Sclera anikterus, penglihatan jelas,

refleks terhadap cahaya +/+, kelopak mata dapat

membuka dan menutup dengan sempurna, pupil ∅

3 mm, isokor, , bola mata simetris.

b. Telinga

- Inspeksi : Fungsi pendengaran normal dapat

mendengar dengan jelas, daun telinga simetris kiri

dan kanan, tidak terdapat secret yang berlebih

52
pada telinga, tidak menggunakan alat bantu

pendengaran.

- Palpasi : Tidak teraba lesi pada telinga, temperatur

teraba hangat, tidak terjadi nyeri tekan.

c. Hidung

- Inspeksi :Bentuk simetris kiri dan kanan, tidak

terdapat secret pada daerah hidung, tidak terdapat

polip.

6. Sistem Persarafan

a. Saraf Kranial

(1) Olfaktorius :

Klien mampu mencium segala bau, dapat

membedakan bau, tetapi dnegan nafas sesak.

(2) Opticus

Pemeriksaan fisus, lapang oandang klien mulai

menurun akibat pertambahan usia.

(3) Oculomotor

Pergerakan bola mata simetris.

(4) Troklearis

Pergerakan bola mata dan refleks cahaya baik

(5) Trigeminus

Klien mampu mengunyah dengan baik

(6) Abdusens

53
Pergerakan bola mata dan refleks cahaya baik

(7) facialis

Mampu menggerakan otot-otot wajah

(8) Vestibulo Pharingeus

Klien mampu mendengar dengan baik

(9) Glasso pharingeus

Klien mampu merasakn makanan dengan baik

(10) Vagus

Klien mampu menelan, refleks menelan (+)

(11) Accesorius

Klien mampu mengankat bahu

(12) Hipoglasus

Klien mampu menggerakan dan menjulurkan

lidahnya.

b. Fungsi Motorik

Massa otot baik, kekuatan otot pada ekstremitas

5 5

5 5

c. Fungsi Sensorik

Klien berespon pada perabaan, pengecapan,

penghiduan, dan pendengaran.

54
d. Refleks

Refleks bisep(+), refleks trisep (+)

7. Sistem musculoskeletal

a. Ekstremitas Atas

- Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, kekuatan otot

kiri dan kanan dengan kekuatan penuh, tetapi

lemah, pada ekstremitas kanan atas terpasang

infuse RL 20 tetes/menit.

- Palpasi : Dapat merasakan sensasi halusm kasar

dan tajam, nyeri tekan (-), edema (-)

b. Ekstremitas Bawah

- Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, kekuatan otot

dengan kekuatan penuh tetapi lemah.

- Palpasi : Tidak teraba ulkus, edema (-), nyeri

tekan (-).

8. Sistem Integumen

a. Rambut

- Inspeksi : warna rambut mulai memutih, lurus,

penyebarannya merata.

- Palpasi : Teraba Halus

b. Kulit

- Inspeksi : warna kulit sawo matang, tidak terlihat

kelainan pada kulit seperti kemerahan dan ulkus.

55
- Palpasi : turgor kulit menurun.

c. Kuku

- Inspeksi : terlihat kuku bersih

9. Sistem Endokrin

- Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

- Palpasi : Kelenjar getah bening tidak teraba

10. Sistem Reproduksi

Tidak dilakukan pemeriksaan

11. Sistem Imun

- Tidak menderita penyakit infeksi, tidak memiliki

alergi terhadap obat-obatan,makanan,minuman

ataupun cuaca dingin.

6. Riwayat psikososial

1. Psikologis :

Status emosi baik, klien tampak tenang, tidak ada

tanda-tanda kecemasan, gaya komunikasi rileks, dan

percaya akan kesembuhan dirinya.

2. Sosial

Klien mengatakan hubungannya dengan orang lain

dan keluarga baik, tanggapan klien terhadap

penyakitnya keluarga dan klien menerima akan

kondisinya.

56
12. Riwayat Spiritual

Percaya dan yakin terhadap kebesaran Allah SWT dan

klien percaya akan kesembuhannya dari Allah semata.

13. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 23 desember

2013, pukul 09:00 WIB.

Tabel 3.2 :

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


pemeriksaan
Darah Hemoglobin 13,6 gr/dl 13,5-17 g/dl
Hematokrit 40 % 40-52 %
Leukosit 8200/mm3 4.400-
11.300/mm3
Eritrosit 343.000/∪L 4,5-6,5 juta/∪L
Basofil 0% 0-1 %
Netrofil Batang 1% 1-3 %
Netrofil Segmen 71 % 50-70 %
Limfosit 20 % 20-40 %
Monosit 8% 2-8 %
Kimia darah Ureum 18 mg/dl 20-40 mg/dl
Kreatinin 1,01 mg/dl 0,5-1,5 mg/dl
Natrium 134 mg/dl 310-340 mg/dl

14. Penatalaksanaan Medis

 Obat-obatan yang diberikan, 23 Desember 2014

a. Furosemid 1x60 Mg (IV)

b. KSR 1x600 Mg (pemberian oral)

c. Captopril : 3 x 6,25 Mg (Oral)

d. Aspilets : 1x8 Mg (Oral)

57
e. Simvastatin : 1 x 20 mg (Oral)

 Tindakan

a) Pemberian cairan RL 20 tetes/menit

b) Pemberian O2 4 liter/menit

c) Pemeriksaan darah

d) EKG

Pengumpulan Data:

 Klien mengatakan sesak nafas

 Klien mengatakan nyeri dada

 Klien mengatakan lemah.

 Skala nyeri 5

 Klien mengatakan lemah.

 Klien mengatakan susah untuk melakukan aktifitas seperti

biasanya.

 Tampak lemah untuk melakukan aktifitas, terlihat aktifitas

hanya sebatas diatas tempat tidur.

 Tampak meringis saat nyeri timbul.

 Pasien tampak sesak

 Terpasang oksigen 4 liter/menit

 TTV

Tekanan darah : 140/90 mmHg

Nadi : 90x/menit

58
Pernafasan : 32 x/menit

Suhu : 36,90C

Klasifikasi Data :

Tabel 3.3 :

Data Subjektif Data Objektif


 Klien mengatakan sesak nafas  Tampak lemah untuk melakukan
 Klien mengatakan nyeri dada aktifitas, terlihat aktifitas hanya
 Skala nyeri 5 sebatas diatas tempat tidur.
 Klien mengatakan lemah.  Tampak meringis saat nyeri
 Klien mengatakan susah timbul.
untuk melakukan aktifitas  Terpasang oksigen 4liter/menit
seperti biasanya  Pasien tampak sesak
 TTV
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 90x/menit
Pernafasan : 32 x/menit
Suhu : 36,90C.

59
Analisa Data:

Tabel 3.4 :

Sign/Symptom Etiologi Problem

Ds: Coronary Artery Desease Pola Nafas tidak


 Klien mengatakan efektif
sesak nafas Penyumbatan pada aliran
Do: darah
 Pasien tampak
sesak O2 yang diedarkan diparu-
 Terpasang oksigen paru tidak efektif
4liter/menit
 TTV: Suplai O2 kejaringan tidak
TD:140/90 mmHg adekuat
N:90x/menit
RR: 32x/menit Penurunan ekspansi paru
Suhu: 36,90C
Pola Nafas Tidak Efektif
Ds: Coronary Artery Desease Intoleransi Aktifitas
 Klien mengatakan (CAD)
lemah.
 Klien mengatakan Penyumbatan pada
susah untuk pembuluh darah
melakukan aktifitas
seperti biasanya. Jantung tidak efektif
Do: memompa darah
 Tampak lemah
untuk melakukan Aliran darah keotot
aktifitas, terlihat berkurang saat aktifitas
aktifitas hanya
sebatas diatas Kelemahan saat
tempat tidur. beraktifitas
 TTV:
TD:140/90 mmHg Intoleransi Aktifitas
N:90x/menit
RR: 32x/menit
Suhu: 36,90C

60
Ds: Coronary Artery Desease Gangguan Rasa
 Klien mengatakan (CAD) Nyaman; Nyeri
nyeri dada
 Skala nyeri 5 Penyumbatan pada aliran
Do: darah
 Tampak meringis
saat nyeri timbul. Tidak cukupnya darah
 TTV: dijantung
TD:140/90 mmHg
N:90x/menit Iskemia miokard
RR: 32x/menit
Suhu: 36,90C Ketidaknyamanan pada
daerah dada

Gangguan rasa nyaman;


Nyeri

61
B. Diagnosa

Tabel 3.5

Tanggal
NO Diagnosa Keperawatan
Ditemukan Teratasi
1. Pola nafas tidak efektif 26-Desember-2014 Belum teratasi
berhubungan dengan
ketidakadekuatan ventilasi,
penuranan suplai Oksigen
dalam jaringan, ditandai
dengan:
DS:
- Klien mengatakan sesak
nafas
DO:
- Pasien tampak sesak
- Klien terpasang Oksigen
4liter/menit
- TTV:
TD:140/90 mmHg
N:90x/menit
RR: 32x/menit
Suhu: 36,90C

2. Gangguan rasa nyaman;Nyeri 26-Desember-2014 Belum Teratasi


berhubungan dengan iskemia
miokard, ditandai dengan :
DS:
- Klien mengatakan nyeri
dada
- Skala nyeri 5
DO:
- Tampak meringis saat
nyeri timbul.
- TTV:
TD:140/90 mmHg
N:90x/menit
RR: 32x/menit
Suhu: 36,90C

3. Intoleransi aktifitas 26-Desember-2014 Belum Teratasi


berhubungan dengan
kelemahan umum, ditandai
dengan :
DS:

62
- Klien mengatakan
lemah.
- Klien mengatakan susah
untuk melakukan
aktifitas seperti
biasanya.
DO:
- Tampak lemah untuk
melakukan aktifitas,
terlihat aktifitas hanya
sebatas diatas tempat
tidur.
- TTV
TD:140/90 mmHg
N:90x/menit
RR: 32x/menit
Suhu: 36,90C

63

You might also like