You are on page 1of 18

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM BIOKIMIA 1

REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO

(UJI MILLON)

KELOMPOK II
APRILIA
06101381419053

DOSEN PENGAMPUH:

DRS. MADE SUKARYAWAN, M.SI

DESI, S,PD M.T

PROGRAM PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014

PERCOBAAN I

I. Judul Percobaan : Reaksi Uji Terhadap Asam Amino (Uji Millon)

II. Tujuan Percobaan


Untuk mengetahui uji positif dan negatif terhadap asam amino dari
protein melalui uji millon

III. Dasar Teori


Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus
amino. Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein
mempunyai gugus –NH2 pada atom karbon α dari posisi gugus –
COOH. Asam amino dapat pula terdapat dalam protein. Semua asam
amino (20) yang ditemukan pada protein mempunyai ciri yang sama,
gugus karboksil dan gugus amino diikat pada atom karbon yang sama.
Masing-masing berbeda satu dengan yang lainnya pada rantai
sampingnya, atau gugus R, yang bervariasi dalam struktur, ukuran
muatan listrik dan kelarutan di dalam air. Ke-20 asam amino pada
protein seringkali dipandang sebagai asam amino baku, utama,
atau normal, untuk membedakan molekul-molekul ini dari jenis-jenis
asam amino lain yang ada pada organisme hidup, tetapi tidak terdapat
di dalam protein. Asam amino baku dapat dinyatakan dengan
singkatan tiga huruf atau lambang satu huruf yang digunakan secara
ringkas untuk menunjukkan komposisi dan urutan asam amino di
dalam rantai polipeptida.
Susunan Asam Amino
Struktur asam amino yang terdapat dalam protein ditemukan dalam
bentuk ionik. Warna hitam menunjukkan bagian yang umum pada
semua asam -amino pada protein (kecuali prolin). Asam amino satu
dengan yang lainnya akan bersambung membenrtuk struktur primer
protein oleh ikatan peptida. Susunan asam amino menentukan sifat
struktur sekunder dan tersier. Hal ini akan mempengaruhi secara
bermakna sifat-sifat fungsiu protein makanan dan perilakuknya selama
pemrosesan. Dari 20 asam amino, hanya 8 asam amino yang
merupakan asam amino esensial yang terdapat dalam protein dan
ketersediaannya menentukan kualitas gizi protein. Pada umumnya,
kualitas protein hewan lebih tinggi daripada kualitas protein tumbuhan.
Protein tumbuhan dapat ditingkatkan mutu gizinya dengan
pencampuran secara bijaksana atau dengan modifikasi genetik melalui
persilangan.
Semau asam amino yang ditentukan pada protein mempunyai ciri
yang sama, gugus karboksil, dan gugus amino diikat pada atom karbon
yang sama. Masing-masing berbeda satu dengan yang lain pada rantai
samping atau gugus R, yang bervariasi dalam struktur, ukuran, muatan
listrik, dan kelarutan dalam air. Kedua puluh sama amino pada protein
sering kali dipandang sebagai asam amino baku, utama atau normal
untuk membakar. Molekul-molekul ini dari jenis-jenis asam amino lain
yang ada pada organisme hidup, tetapi tidak terdapat di dalam protein.
Asam amino baku dapat dinyatakan dengan singkatan tiga huruf atau
lambang satu huruf yang digunakan sebagai cara ringkas untuk
menunjukkan komposisi dan urutan asam amino di dalam rantai
polipeptida.
Asam amino pertama kali ditemukan adalah asparagin, pada tahun
1806. sedangkan asam amino yang terakhir adalah treonin, yang
belum teridentifikasi hingga tahun 1938. semua asam amino memiliki
nama biasa atau umum, yang kadang-kadang diturunkan dari sumber
pertama-pertama molekul ini diisolasi. Di dalam larutan, asam amino
terisolasi dan bersifat sebagai asam atau basa. Pengetahuan mengenai
sifat-sifat asam basa dari asam amino sangat penting di dalam
pengertian pengetahuan mengenai sifat protein. Seni pemisahan,
identifikasi dan kuantifikasi asam amino yang berbeda, yang
merupakan tahap penting dalam menentukan komposisi dan urutan
asam amino dari molekul protein, didasarkan atas tingkah laku asam
basa yang khas.
Asam-asam -amino yang mempunyai gugus amino tunggal dan
gugus akroboksil tunggal mengkriskal dari larutan netral dalam bentuk
ion penuh, yang disebut ion polar atau zwiterion. Walaupun ion polar
bersifat netral dan tidak bergerak di dalam medan listrik, ion ini
mempunyai muatan listrik yang berlawanan pada kedua kutubnya.
Sifat asam amino dalam larutan, maka ia akam terionisasi dan dapat
bersifat sebagai asam atau basa. Sifat-sifat asam dan basa ini sangat
penting didalam pengertian pengetahuan mengenai sifat protein. Hal
ini sangat penting diterapkan dalam seni pemisahan, identifikasi, dan
kuatifikasi asam amino yang berbeda, yaitu dalam hal menentukan
komposisi dan urutan asam amino dari molekul protein, yang
didasarkan atas tingkah laku asam basa yang khas. Hampir semua
asam amino baku, keculai satu mempunyai atom
karbon asimetrik, karbon, yang mengikat empat gugus substituen yang
berbeda, yakni, gugus karboksil, gugus amino, gugus R, dan atom
Hidrogen. Atom karbon asimetrik karenanya, merupakan pusat khiral.
Seperti yang telah diketahui, senyawa dengan pusat khiral terdapat dua
bentuk isomer yang berbeda, yang bersifat identik dalam semua sifat
kimia dan fisiknya, kecuali satu, yakni arah perputaran sinar
terpolarisasi didalam polarimeter. Kesemua dari 20 asam amino yang
diperoleh dari hidrolisa protein dengan kondisi yang cukup ringan,
bersifat optik aktif; yakni senyawa-senyawa ini dapat memutar sinar
bidang polarisasi meuju ke suatu arah atau kebalikannya. Karena
susunan tetrahedral ikatan valensi disekitar atom karbon pada asam
amino, keempat gugus substituen yang berbeda ini dapat menempati
dua susunan yang berbeda dalam ruang, yang merupakan bayanngan
cermin yang tidak saling menutupi sesamanya. Kedua bentuk ini
dinamakan isomer optik, enensiomer, atau stereoisomer.
Dan bila protein dilarutkan ke dalam larutan asam atau basa kuat,
maka unit pembangun asam amino dibebaskan dari ikatan kovalen
yang menghubungkan molekul-molekul ini menjadi rantai. Asam
amino yang bebas yang terbentuk merupakan molekul yang relatif
kecil, dan struktur masing-masing telah diketahui.
Klasifikasi asam amino
Cara yang digunakan untuk mengklasifikasikan asam amino ada
beberapa. Misalnya cara yang mendasar pada jumlah gugus karbonil
dan gugus asam amino yang dikandung senyawa itu. Cara lain ialah
yang mendasar pada sifat gugus R. Pemilahan asam amino yang
demikian itu erat hubungannya dengan struktur konfigurasi protein.
Sebagai contoh : protein yang sebagian besar tediri dari glisin , dengan
gugus R adalah H, maka protein tadi struktur konfigurasinya sangat
sederhana. Bentuknya kan sangat berbeda andai kata protein tadi
tersusun oleh asam amino yang mengandung R bermuatan. Gugus R
yang bermuatan tadi dalam rantai polipeptida akan saling menolak atau
mengikat sehingga rantai tadi melipat dan cenderung membentuk
melipat globula.
Struktur ke-20 asam amino dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:
(1) golongan dengan gugus R nonpolar atau hidrofobik, (2) golongan
dengan gugus R polar, tetapi tidak bermuatan, (3) golongan dengan
gugus R bermuatan negatif, (4) golongan dengan gugus R bermuatan
positif.
Delapan Asam Amino Mempunyai Gugus Nonpolar
Gugus R di dalam golongan ini merupakan hidrokarbon. Lima
asam amino dengan gugus R alifatik (alanin, valin, leusin, isoleusin,
dan prolin), dua dengan lingkaran aromatik (fenilalanin dan triptofan),
dan satu yang mengandung sulfur (metionin). Kelarutan asam amino
golongan ini kurang bila dibandingkan dengan golongan asam amino
yang mempunyai gugus polar yang tidak bermuatan. Hal itu
disebabkan oleh gugus R yang tidak polar. Hidrofobik adalah sifat
golongan ini. Hidrofobik ada;ah sifat fobi terhadap air dan bilamana
asam amino itu terdapat pada rantai polimer protein maka asam
tersebut cenderung malipat dalam gumpalan protein itu.
Golongan Asam Amino Mempunyai Gugus Polar Tidak
Bermuatan
Gugus R dari asam amino polar lebih larut dalam air, atau lebih
hidrofilik, dibandingkan dengan asam amino nonpolar, karena
golongan ini mengandung gugus fungsionil yang membentuk ikatan
hidrogen dengan air. Golongan ini meliputi glisin, serin, treonin,
sistein, tirosin, asparagin, dan glutamin. Polaritas yang dimaksud
disebabkan karena gugus OH pada serin, treonin, tirosin, gugs –SH
pada sistein dan gugus –NH2 pada asparagin dan glutamin. Mereka
dapat ikat-mengikat dengan air (atau zat pelarut polar lainnya) melalui
ikatan jembatan hidrogen, inilah yang menyebabkan sifat larut dari
asam amino golongan ini.
Golongan Asam Amino yang Mempunyai Gugus R yang
Bermuatan Negatif (Asam)
Golongan asam amino ini mengandung gugus R yang bermuatan
total negatif pada pH 7,0. asam amino ini meliputi asam
aspartat dan asam glutamat, yang masing-masing memiliki tambahan
gugus karboksil.
Golongan Asam Amino yang Mempunyai Gugus R Bermuatan
Positif (Basa)
Golongan asam amino ini mempunyai gugus R dengan muatan
total positif pada pH 7,0. asam amino ini meliputi lisin, arginin, dan
histidin.

Sifat dan Reaksi Asam Amino


Asam amino dapat membentuk ester, bila direaksikan dengan
alkohol degan bantuan katalisator asam. Ester ini mudah menguiap
yang selanjutnya dapat dipisahkan dengan jalan penyulingan
bertingkat. Bila asam amino direaksikan dengan asam nitrit , timbullah
gas N2 yang berasal dari gugus NH2. Untuk mengetahui adanya jenis
asam amino terminal pada suatu rantai polipeptida, maka protein
direaksikan dengan dinitrofluorobenzena. Persenyawaan ini setelah
dihidrolisis menghasilkan turunan dinitrofluorobenzena dan sisa
peptida.

Denaturasi
Sebagian besar molekul protein menampakkan aktivitas
biologiknya pada kisaran pH dan suhu tertentu. Pada pH dan suhu
yang tinggi maka protein globular mengalami fisik yang dinamakan
Denaturasi. Salah satu sifat yang tampak adalah kelarutannya yang
menurun. Pembentukan gumpalan putih pada bagian telur yang putih
merupakan salah satu contoh terdenaturasi. Struktur primer protein
diatas tidak mengalami perubahan. Secara umum denaturasi adalah
peristiwa penyimpangan dari sifat alamiah senyawa bersangkutan,
dalam hal ini adalah protein.

Reaksi Milon
Reaksi milon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam
asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein,
akan menghasilkan endapan puih yang dapat berubah menjadi merah
oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol,
karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil
yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan menghasilkan
hasil positif.

IV. Alat dan Bahan


Alat
1. Tabung Reaksi
2. Penjepit Tabung
3. Rak Tabung Reaksi
4. Pipet Tetes
5. Gelas Ukur
Bahan
1. Reagen Millon
2. Larutan Arginin 1-3%
3. Larutan Glysin 1-3%
4. Larutan Tyrosin 1-3%

V. Prosedur Percobaan
Uji Millon
ditambahkan 5 tetes reagen millon ke dalam 3 ml larutan protein
dipanaskan campuran baik-baik. Jika reagen yang digunakan terlalu
banyak, maka warna akan hilang pada pemanasan.

VI. Hasil Pengamatan


Uji Millon

No Uji Prosedur Hasil Pengamatan Kesimpulan


Percobaan
1. Uji Millon 3 mL larutan Larutan Asparagine Uji Ninhidrin
a. Arginin Arginin 1% + 5 1% (tidak berwarna) yang positif (+)
tetes reagen + larutan Millon ditandai dengan
Millon panaskan (tidak berwarna) larutan sampel
hingga berubah larutan tidak berwarna ungu,
warna merah bata berwarna warna yang
larutan berwarna dihasilkan
merah bata kepekatannya
3 mL larutan Larutan Asparagine 1% < 2% < 3%
Arginin 2% + 5 1% (tidak berwarna)
tetes reagen + larutan Millon
Millon panaskan (tidak berwarna)
hingga berubah larutan tidak
warna merah bata berwarna
larutan berwarna
merah bata
3 mL larutan Larutan Asparagine
Arginin 3% + 5 1% (tidak berwarna)
tetes reagen + larutan Millon
Millon panaskan (tidak berwarna)
hingga berubah larutan tidak
warna merah bata berwarna
larutan berwarna
merah bata
b. Glysin 3 mL larutan Larutan Asparagine Uji Ninhidrin
Arginin 3% + 5 1% (tidak berwarna) yang positif (+)
tetes reagen + larutan Millon ditandai dengan
Millon panaskan (tidak berwarna) larutan sampel
hingga berubah larutan tidak berwarna ungu,
warna merah bata berwarna warna yang
larutan berwarna dihasilkan
merah bata kepekatannya
3 mL larutan Larutan Asparagine 1% < 2% < 3%
Arginin 3% + 5 1% (tidak berwarna)
tetes reagen + larutan Millon
Millon panaskan (tidak berwarna)
hingga berubah larutan tidak
warna merah bata berwarna
larutan berwarna
merah bata
3 mL larutan Larutan Asparagine
Arginin 3% + 5 1% (tidak berwarna)
tetes reagen + larutan Millon
Millon panaskan (tidak berwarna)
hingga berubah larutan tidak
warna merah bata berwarna
larutan berwarna
merah bata
c. Tyrosin 3 mL larutan Larutan Asparagine Uji Ninhidrin
Arginin 3% + 5 1% (tidak berwarna) yang positif (+)
tetes reagen + larutan Millon ditandai dengan
Millon panaskan (tidak berwarna) larutan sampel
hingga berubah larutan tidak berwarna ungu,
warna merah bata berwarna warna yang
larutan berwarna dihasilkan
merah bata kepekatannya
1% < 2% < 3%
3 mL larutan Larutan Asparagine
Arginin 3% + 5 1% (tidak berwarna)
tetes reagen + larutan Millon
Millon panaskan (tidak berwarna)
hingga berubah larutan tidak
warna merah bata berwarna
larutan berwarna
merah bata
3 mL larutan Larutan Asparagine
Arginin 3% + 5 1% (tidak berwarna)
tetes reagen + larutan Millon
Millon panaskan (tidak berwarna)
hingga berubah larutan tidak
warna merah bata berwarna
larutan berwarna
merah bata
VII. Persamaan Reaksi

Uji MILLON

HO
O

OH NO 2
+
H N
+
H + Hg

tyrosin mercuri
O
OH
Hg HO
+
H
N
H
H

berwarna merah bata

VIII. Analisa Data


A. Pembuatan Glysin
 Glysin 1%
𝑥 𝑔𝑟
1% Glysin = 100 𝑚𝑙 𝑥 100

1/100 (100) = X (100/100)


100/100 = X
1 gram = X
Masaa glysin yang dibutuhkan untuk membuat glysin 1% adalah 1
gram
 Pembuatan Glysin 2%
𝑥 𝑔𝑟
2% Glysin = 100 𝑚𝑙 𝑥 100

2/100 (100) = X (100/100)


100/100 = X
2 gram = X
Massa glysin yang dibutuhkan untuk membuat glysin 2% adalah 2
gram
 Pembuatan Glysin 3%
𝑥 𝑔𝑟
3% Glysin = 100 𝑚𝑙 𝑥 100

3/100 (100) = X (100/100)


100/100 = X
3gram = X
Massa glysin yang dibutuhkan untuk membuat glysin 3% adalah 3
gram
B. Pembuatan Tyrosin
 Tyrosin 1%
𝑥 𝑔𝑟
1% Tyrosin = 100 𝑚𝑙 𝑥 100

1/100 (100) = X (100/100)


100/100 = X
1 gram = X
Masaa tyrosin yang dibutuhkan untuk membuat tyrosin 1% adalah
1 gram
 Tyrosin 2%
𝑥 𝑔𝑟
2% Tyrosin = 100 𝑚𝑙 𝑥 100

2/100 (100) = X (100/100)


100/100 = X
2 gram = X
Masaa tyrosin yang dibutuhkan untuk membuat tyrosin 2% adalah
2 gram
 Tyrosin 3 %
𝑥 𝑔𝑟
3% Tyrosin = 100 𝑚𝑙 𝑥 100

3/100 (100) = X (100/100)


100/100 = X
3 gram = X
Masaa tyrosin yang dibutuhkan untuk membuat tyrosin 3% adalah
3 gram
C. Pembuatan Arginin
 Arginin 1 %
𝑥 𝑔𝑟
% Arginin = 100 𝑚𝑙 𝑥 100

1/100 (100) = X (100/100)


100/100 = X
1 gram = X
Masaa arginin yang dibutuhkan untuk membuat arginin 1% adalah
1 gram
 Arginin 2 %
𝑥 𝑔𝑟
2% Arginin = 100 𝑚𝑙 𝑥 100

2/100 (100) = X (100/100)


100/100 = X
2 gram = X
Masaa arginin yang dibutuhkan untuk membuat arginin 2% adalah
2 gram
 Arginin 3 %
𝑥 𝑔𝑟
3% Arginin = 100 𝑚𝑙 𝑥 100

3/100 (100) = X (100/100)


100/100 = X
3 gram = X
Masaa arginin yang dibutuhkan untuk membuat arginin 3% adalah
3 gram
IX. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan uji terhadap
asam amino dengan reagen uji millon di mana kami melakukan uji ini
untuk mengetahui uji positif dan negatif terhadap asam amino. Adapun
sampel asam amino yang kami uji ada 3 yaitu Glysin, Tyrosin, dan
Arginin.
Pada uji ini, kami menggunakan larutan glysin 1%-3%, larutan
tyrosin 1%-3%, dan larutan arginin 1%-3%. Pada uji millon ini, yang
pertama kami lakukan adalah mengambil 3 ml larutan masing-masing
sampel dari 1% sampai 3% lalu dari masing-masing larutan sempel
tersebut kami tambah reagen millon sebanyak 5 tetes kemudian
dipanaskan ke dalam waterbath hingga panas dan mengahasilkan
warna merah bata.

Pada percobaan millon ini sampel yang dipakai adalah Glysin,


Tyrosin, dan Arginin dengan konsentrasi masing-masing 1-5%.
Penggunaan berbagai macam konsentrasi ditujukan untuk
membandingkan kandungan asam amino yang dipakai. Percobaan yang
kami uji ketiga sampel tersebut menghasilkan uji positif. Endapan
merah yang dihasilkan berasal dari larutan protein yang mengandung
asam amino rantai samping gugus fenolik atau hidroksifenil, maka akan
menghasilkan endapan oleh pemanasan. .

X. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Reaksi positif terhadap uji millon yang terjadi ditunjukkan dengan
terbentuknya warna larutan merah bata.
2. Pada uji millon, reaksi positif jika terbentuk endapan merah bata
akibat kandungan gugus hidrosil fenil oleh asam amino.
3. Pada uji millon semua sampel menghasilkan uji positif.
4. Pada uji buret, semakin tinggi konsentrasi larutan maka akan
semakin pekat warna ungu yang dihasilkan.
5. Pada uji millon dihasilkan degradasi warna larutan yang berbeda
tiap konsentrasi larutan yakni warna ungu meningkat sejalan
dengan naiknya konsentrasi larutan.
DAFTAR PUSTAKA

Febrianti Anggi. 2012. Laporan Praktikum BIOKIMIA 1 (Uji Millon).


https://www.academia.edu/10811110/Laporan_Praktikum_BIOKIMIA_1
Uji_Millon (Diakses pada tanggal 15 Oktober 2016)

Lehninger, A.L. 1970. Biochemistry. New York: Worth Publisher Inc.

Nahraeni, Adlina Arsi. 2012. Asam Amino (online). http://adlinna-


kehidupanku .blogspot.com /2012/06/bab-i.html (Diakses pada
tanggal 15 Oktober 2016)
LAMPIRAN I

Uji Millon
1. Apakah yang terjadi jika garam merkuri ditambahkan ke dalam larutan
protein?
 Jawab
Ketika larutan protein ditambahkan, maka larutan protein yang
mengandung gugus tyrosin akan mengalami koagulasi membentuk
endapan. Hasil uji millon membentuk garam merkuri ternitrasi membentuk
endapan merah.
2. Mengapa larutan protein terkoagulasi?
 Jawab
Protein dapat terkoagulasi karena protein mengalami destruksi bentuk tiga
dimensi dari rantai polipeptida yang ikatannya akan pecah tanpa
mengakibatkan pemecahan ikatan kovalen dari ikatan peptidanya.

3. Larutan protein yang mana yang memberikan uji negatif? Mengapa?


 Jawab
Larutan yang memberikan uji negatif terhadap uji reaksi millon adalah
larutan alanin, larutan vali, adalah larutan asam aspartat. Ini dikarenakan
ketiga larutan ini tidak mengandung gugus hidroksi fenil sehingga tidak
terjadi koagulasi dan menghasilkan endapan merah.
LAMPIRAN II

You might also like