You are on page 1of 18

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM BIOKIMIA 1

REAKSI UJI PROTEIN

(UJI BURET)

KELOMPOK II
APRILIA
06101381419053

DOSEN PENGAMPUH :

DRS. MADE SUKARYAWAN, M.SI

DESI, S. Pd, MT

PROGRAM PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
PERCOBAAN II

I. Judul Percobaan : Reaksi Uji Protein (Uji Buret)

II. Tujuan Percobaan


Untuk mengidentifikasi protein secara kimia dengan mengenal perubahan warna
yang terjadi apabila ditambahkan dengan senyawa tertentu.

III. Dasar Teori


Protein merupakan makromolekul yang paling melimpah di dalam sel dan
menyusun lebih dari setengah berat kering pada semua organisme. Sebagai makro
molekul, protein merupakan senyawa organik yang mempunyai berat molekul
tinggi dan berkisar antara beberapa ribu sampai jutaan dan tersusun dari C, H, O
dan N serta unsur lainnya seperti S yang membentuk asam-asam amino. Semua
protein pada semua makhluk, dibangun oleh oleh susunan dasar yang sama, yaitu
20 macam asam amino baku yang molekulnya sendiri tidak mempunyai aktivitas
biologis sedang protein sebagai enzim dan hormon mempunyai fungsi khusus.
Disamping itu protein dapat berfungsi sebagai pembangun struktur, sumber
energi, penyangga racun, pengatur pH dan bahkan sebagai pembawa sifat turunan
dari generasi ke generasi (Patong, dkk., 2012).
Fungsi protein ditentukan oleh konformasinya, atau pola lipatan tiga
dimensinya, yang merupakan pola dari rantai polipeptida. Beberapa protein seperti
keratin rambut dan bulu, berupa serabut, dan tersusun membentuk struktur linear
atau struktur seperti lembaran dengan pola lipatan berulang yang teratur. Protein
lainnya, seperti kebanyakan enzim, terlipat membentuk konformasi globular yang
padat dan hampir menyerupai bentuk bola. Konformasi akhir bergantung pada
berbagai macam interaksi yang terjadi (Kuchel dan Ralston, 2006).
Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau penambahan suatu senyawa dengan
senyawa yang lain dikatakan bereaksi bila menunjukkan adanya tanda terjadinya
reaksi, yaitu: adanya perubahan warna, timbul gas, bau, perubahan suhu, dan
adanya endapan. Pencampuran yang tidak disertai dengan tanda demikian,
dikatakan tidak terjadi reaksi kimia. Ada beberapa reaksi khas dari protein yang
menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi kimia, yang berbeda-beda antara
pereaksi yang satu dengan pereaksi yang lainnya. Semisal reaksi uji protein
(albumin) dengan Biuret test yang menunjukkan perubahan warna, belum tentu
sama dengan pereaksi uji lainnya (Ariwulan, 2011).
Berbagai protein globular mempunyai daya kelarutan yang berbeda dalam air.
Variabel yang mempengaruhi kelarutan ini adalah pH, kekuatan ion, sifat dielektrik
pelarut, dan temperatur. Pemusahan protein dari campuran dengan pengaturan pH
didasarkan pada harga pH isoelektrik yang berbeda-beda untuk tiap macam protein.
Pada umumnya molekul protein mempunyai daya kelarutan minimum pada pH
isoelektriknya. Pada pH isoelektriknya beberapa protein akan mengendap dari
larutan, sehingga dengan cara pengaturan pH larutan, masing-masing protein dalam
campuran dapat dipisahkan satu dari yang lainnya dengan teknik yang disebut
pengendapan isoelektrik (Patong, dkk., 2012).
Protein yang tercampur oleh senyawa logam berat akan terdenaturasi. Hal ini
terjadi pada albumin yang terkoagulasi setelah ditambahkan
AgNO3 dan (CH3COO)2Pb. Senyawa-senyawa logam tersebut akan memutuskan
jembatan garam dan berikatan dengan protein membentuk endapan logam
proteinat. Protein juga mengendap bila terdapat garam-garam anorganik dengan
konsentrasi yang tinggi dalam larutan protein. Berbeda dengan logam berat, garam-
garam anorganik mengendapkan protein karena kemampuan ion garam terhidrasi
sehingga berkompetisi dengan protein untuk mengikat air. Pada percobaan,
endapan yang direaksikan dengan pereaksi millon memberikan warna merah muda,
dan filtrat yang direaksikan dengan biuret berwarna biru muda. Hal ini berarti ada
sebagian protein yang mengendap setelah ditambahkan garam (Sri, 2012).
Denaturasi adalah proses yang mengubah struktur molekul tanpa memutuskan
ikatan kovalen. Proses ini bersifat khusus untuk protein dan mempengaruhi protein
yang berlainan dan sampai yang tingkat berbeda pula. Denaturasi dapat terjadi oleh
berbagai penyebab yang paling penting adalah bahan, pH, garam, dan pengaruh
permukaan. Denaturasi biasanya dibarengi oleh hilangnya aktivitas biologi dan
perubahan yang berarti pada beberapa sifat fisika dan fungsi seperti kelarutan
(Deman,1989).
Sebagian besar protein dapat diendapkan dari larutan air dengan penambahan
asam tertentu seperti, asam trikloroasetat dan asam perklorat. Penambahan asam ini
menyebabkan terbentuknya garam protein yang tidak larut. Zat pengendapan
lainnya adalah tungstat, fosfotungstat dan metanofosfat. Protein juga diendapkan
dengan kation tertentu seperti Zn2+dan Pb2+ (Patong, dkk., 2012).
Struktur protein ada 4 tingkatan yaitu :

1. Struktur primer
Menunjukkan jumlah, jenis dan urutan asam amino dalam molekul protein
(rentetan asam amino dalam suatu molekul protein)

2. Struktur sekunder

Menunjukkan banyak sifat suatu protein, ditentukan oleh orientasi molekul


sebagai suatu keseluruhan, bentuk suatu molekul protein (misalnya spiral) dan
penataan ruang kerangkanya (ikatan hidrogen antara gugus N-H, salah satu residu
asam amino dengan gugus karbonil C=O residu asam yang lain)

3. Struktur tersier

menunjukkan keadaan kecenderungan polipeptida membentuk lipatan tali


gabungan (interaksi lebih lanjut seperti terlipatnya kerangka untuk membentuk
suatu bulatan)

4. Struktur kuartener

menunjukkan derajat persekutuan unit-unit protein.

Ditinjau dari strukturnya, protein dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu:

1. Protein sederhana yang merupakan protein yang hanya terdiri atas molekul-
molekul asam amino

2. Protein gabungan

Yang merupakan protein yang terdiri atas protein dan gugus bukan protein. Gugus
ini disebut gugus prostetik dan terdiri atas karbohidrat, lipid atau asam nukleat.

Protein sederhana menurut bentuk molekulnya dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:

1. Protein fiber
Molekul protein ini terdiri atas beberapa rantai polipeptida yang memanjang
dan dihubungkan satu sama lain oleh beberapa ikatan silang hingga merupakan
bentuk serat atau serabut yang stabil. Protein fiber tidak larut dalam pelarut-
pelarut encer, baik larutan garam, asam, basa ataupun alkohol. Berat
molekulnya yang besar belum dapat ditentukan dengan pati dan sukar
dimurnikan. Kegunaan protein ini hanya untuk membentuk struktur jaringan
dan bahan, contohnya adalah keratin pada rambut.

2. Protein globular.

rotein globular pada umumnya berbentuk bulat atau elips dan terdiri atas rantai
polipeptida yang terlibat. Protein globular/speroprotein berbentuk bola, protein
ini larut dalam larutan garam dan asam encer, juga lebih mudah berubah di
bawah pengaruh suhu, konsentrasi asam dan asam encer. Protein ini mudah
terdenaturasi. Banyak terdapat pada susu, telur dan daging.

Reaksi-reaksi khas pada protein (uji kualitatif):

1. Reaksi Ninhidrin.

Ninhidrin beraksi dengan asam amino bebas da protein menghasilkan warna biru.
Reaksi ini termasuk yang paling umum dilakukan untuk analisis kualitatif protein
dan produk hasil hidrolisisnya. Reaksi ninhidrin dapat pula dilakukan terhadap urin
untuk mengetahui adanya asam amino atau untuk mengetahui adanya pelepasan
protein oleh cairan tubuh.

2. Reaksi Biuret.

Bila larutan protein dalam suasana basa kuat direaksikan dengan larutan CuSO4
pekat, akan dihasilkan warna ungu. Warna yang dihasilkan dari reaksi tersebut
disebabkan oleh ikatan koordinasi antara ion Cu2+ dengan pasangan elektron bebas
dari N yang berasal dari protein dan pasangan elektron bebas dari O molekul air.
Reaksi ini tidak berlaku untuk peptida.

3. Reaksi Uji Millon untuk Tirosin.

Reagen Millon adalah larutan asam nitrat yang mangandung raksa (I) nitrat dan
raksa (II) nitrat. Bila reagn millon dicampurkan dengan larutan yang mengandung
protein akan terbentuk endapan putih yang akan berubah merah bila dipanaskan.

4. Uji Penetralan Titik Isoelektrik.

Titik isoelektrik adalah daereah pH tertentu diman protein mempunyai selisih


muatan, sehingga tidak bergerak dalam muatan listrik.

Uji biuret digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptida dalam suatu
zat yang diuji. Adanya ikatan peptida mengindikasikan adanya protein,
karena asam amino berikatan dengan asam amino yang lain melalui ikatan peptida
membentuk protein. Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom
karbon dari gugus karboksil suatu molekul berikatan dengan atom nitrogen dari
gugus amina molekul lain. Reaksi tersebut melepaskan molekul air sehingga
disebut reaksi kondensasi

IV. Alat dan Bahan


Alat
1. Tabung Reaksi
2. Penjepit Tabung
3. Rak Tabung Reaksi
4. Pipet Tetes
5. Gelas Ukur
Bahan
1. NaOH 2,5 N
2. Larutan Protein
3. CuSO4 0,01 N
4. Larutan Susu 1%-5%
5. Putih Telur 1%-5%

V. Prosedur Percobaan
 Putih Telur
Tambahkan 1 mL NaOH 2,5 N kedalam 3 mL larutan putih telur 1% dan
diaduk. Tambahkan setetes CuSO4 0,01 M, aduk jika tidak timbul warna maka
tambahkan lagi CuSO4. Lakukan untuk 2-5% berikutnya.
 Susu
Tambahkan 1 mL NaOH 2,5 N kedalam 3 mL larutan susu 1% dan diaduk.
Tambahkan setetes CuSO4 0,01 M, aduk jika tidak timbul warna maka
tambahkan lagi CuSO4. Lakukan untuk 2-5% berikutnya.
VI. Hasil Pengamatan
Uji Ninhidrin

No Uji Prosedur Hasil Pengamatan Kesimpulan


Protein Percobaan
1. Putih Telur Tambahkan 1 mL Putih telur 1% (tidak Hasil yang didapat
NaOH 2,5 N berwarna) + 1 mL NaOH (+) dan mengandung
kedalam 3 mL (tidak berwarna) tidak protein didalam putih
larutan putih telur berwarna + 6 tetes CuSO4 telur.
1% dan diaduk. (Biru muda) ungu
Tambahkan setetes muda
CuSO4 0,01 M,
aduk jika tidak
timbul warna maka
tambahkan lagi
CuSO4.
Tambahkan 1 mL Putih telur 2% (tidak Hasil yang didapat
NaOH 2,5 N berwarna) + 1 mL NaOH (+) dan mengandung
kedalam 3 mL (tidak berwarna) tidak protein didalam putih
larutan putih telur berwarna + 6 tetes CuSO4 telur.
2% dan diaduk. (Biru muda) ungu
Tambahkan setetes lebih tua dari 1%.
CuSO4 0,01 M,
aduk jika tidak
timbul warna maka
tambahkan lagi
CuSO4.
Tambahkan 1 mL Putih telur 3% (tidak Hasil yang didapat
NaOH 2,5 N berwarna) + 1 mL NaOH (+) dan mengandung
kedalam 3 mL (tidak berwarna) tidak protein didalam putih
larutan putih telur berwarna + 6 tetes CuSO4 telur.
3% dan diaduk. (Biru muda) ungu
Tambahkan setetes lebih tua dari 2%.
CuSO4 0,01 M,
aduk jika tidak
timbul warna maka
tambahkan lagi
CuSO4.
Tambahkan 1 mL Putih telur 4% (tidak Hasil yang didapat
NaOH 2,5 N berwarna) + 1 mL NaOH (+) dan mengandung
kedalam 3 mL (tidak berwarna) tidak protein didalam putih
larutan putih telur berwarna + 6 tetes CuSO4 telur.
4% dan diaduk. (Biru muda) ungu
Tambahkan setetes lebih tua dari 3%.
CuSO4 0,01 M,
aduk jika tidak
timbul warna maka
tambahkan lagi
CuSO4.
Tambahkan 1 mL Putih telur 5% (tidak Hasil yang didapat
NaOH 2,5 N berwarna) + 1 mL NaOH (+) dan mengandung
kedalam 3 mL (tidak berwarna) tidak protein didalam putih
larutan putih telur berwarna + 6 tetes CuSO4 telur.
5% dan diaduk. (Biru muda) ungu
Tambahkan setetes lebih tua dari 4%.
CuSO4 0,01 M,
aduk jika tidak
timbul warna maka
tambahkan lagi
CuSO4.
2. Susu Tambahkan 1 mL Susu 1% (putih keruh) + 1 Hasil yang didapat
NaOH 2,5 N mL NaOH (tidak (+) dan mengandung
kedalam 3 mL berwarna) tidak protein didalam susu.
larutan susu 1% dan berwarna + 4 tetes CuSO4
diaduk. Tambahkan (Biru muda) ungu
setetes CuSO4 0,01 muda.
M, aduk jika tidak
timbul warna maka
tambahkan lagi
CuSO4.
Tambahkan 1 mL Susu 2% (putih keruh) + 1 Hasil yang didapat
NaOH 2,5 N mL NaOH (tidak (+) dan mengandung
kedalam 3 mL berwarna) tidak protein didalam susu.
larutan susu 2% dan berwarna + 4 tetes CuSO4
diaduk. Tambahkan (Biru muda) ungu
setetes CuSO4 0,01 lebih tua dari 1%.
M, aduk jika tidak
timbul warna maka
tambahkan lagi
CuSO4.
Tambahkan 1 mL Susu 3% (putih keruh) + 1 Hasil yang didapat
NaOH 2,5 N mL NaOH (tidak (+) dan mengandung
kedalam 3 mL berwarna) tidak protein didalam susu.
larutan susu 3% dan berwarna + 4 tetes CuSO4
diaduk. Tambahkan (Biru muda) ungu
setetes CuSO4 0,01 lebih tua dari 2%.
M, aduk jika tidak
timbul warna maka
tambahkan lagi
CuSO4.
Tambahkan 1 mL Susu 4% (putih keruh) + 1 Hasil yang didapat
NaOH 2,5 N mL NaOH (tidak (+) dan mengandung
kedalam 3 mL berwarna) tidak protein didalam susu.
larutan susu 4% dan berwarna + 4 tetes CuSO4
diaduk. Tambahkan (Biru muda) ungu
setetes CuSO4 0,01 lebih tua dari 3%.
M, aduk jika tidak
timbul warna maka
tambahkan lagi
CuSO4.
Tambahkan 1 mL Susu 5% (putih keruh) + 1 Hasil yang didapat
NaOH 2,5 N mL NaOH (tidak (+) dan mengandung
kedalam 3 mL berwarna) tidak protein didalam susu.
larutan susu 5% dan berwarna + 4 tetes CuSO4
diaduk. Tambahkan (Biru muda) ungu
setetes CuSO4 0,01 lebih tua dari 4%.
M, aduk jika tidak
timbul warna maka
tambahkan lagi
CuSO4.

VII. Persamaan Reaksi


Uji Buret :

VIII. Analisa Data

Rumus pembuatan larutan protein (sampel yang diuji) dari larutan induknya.

𝑉𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
% 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = × 100%
Vpelarut
A. Pembentukan larutan protein kuning telur dengan konsentrasi 1% - 5%

Larutan Induk

 Volume susu murni = 45 ml

Perbandingan kuning telur murni : aquadest = 1 : 5 (dicampur dan disaring).

Dengan menggunakan rumus diatas. Didapatkan larutan kuning telur yang


dibutuhkan:

 Larutan 1 (1% larutan susu) = 2,5 ml susu dimasukkan ke dalam labu


ukur 250 ml + aquadest sampai garis
batas).

 Larutan 2 (2% larutan susu) = 5 ml susu (dimasukkan ke dalam labu


ukur 250 ml + aquadest sampai garis
batas).

 Larutan 3 (3% larutan susu) = 7,5 ml susu (dimasukkan ke dalam


labu ukur 250 ml + aquadest sampai
garis batas).

 Larutan 4 (4% larutan susu) = 10 ml susu (dimasukkan ke dalam labu


ukur 250 ml + aquadest sampai garis
batas).

 Larutan 5 (5% larutan susu) = 12,5 ml susu (dimasukkan ke dalam


labu ukur 250 ml + aquadest sampai
garis batas).
B. Pembentukan larutan putih telur dengan konsentrasi 1% - 5%

Larutan Induk

 Volume putih telur murni = 50 ml

Perbandingan putih telur murni : aquadest = 1 : 5 (dicampur dan disaring).

Dengan menggunakan rumus diatas , Didapatkan larutan putih telur yang


dibutuhkan:

 Larutan 1 (1% larutan putih telur) = 2,5 ml putih telur (dimasukkan


ke dalam labu ukur 250 ml +
aquadest sampai garis batas).

 Larutan 2 (2% larutan putih telur) = 5 ml putih telur (dimasukkan


ke dalam labu ukur 250 ml +
aquadest sampai garis batas).

 Larutan 3 (3% larutan putih telur) = 7,5 ml putih telur (dimasukkan


ke dalam labu ukur 250 ml +
aquadest sampai garis batas).

 Larutan 4 (4% larutan putih telur) = 10 ml putih telur (dimasukkan


ke dalam labu ukur 250 ml +
aquadest sampai garis batas).

 Larutan 5 (5% larutan putih telur) = 12,5 ml putih telur


(dimasukkan ke dalam labu
ukur 250 ml + aquadest
sampai garis batas).

C. Pembentukan Larutan NaOH 2,5 N

Volume larutan yang akan dibuat = 250 ml


𝑥 𝑔𝑟 1000
2,5 = × 250 𝑚𝑙
40

1000 (𝑥 𝑔𝑟)
2,5 = 10000𝑚𝑙

25000 = 1000 (x gr)

25000
x= = 25 gram
1000

Massa NaOH2,5 N yang dibutuhkan = 25 gram (dimasukkan kedalam labu


ukur 250 ml + aquadest).

D. Pembentukan Larutan CuSO4. 5H2O 0,01 N

Volume larutan yang akan dibuat = 250 ml

𝑥 𝑔𝑟 1000
0,01 𝑁 = 249,7 × 250 𝑚𝑙
2

1000 (𝑥 𝑔𝑟)
0,01 = 62425 𝑚𝑙
2

312,125 = 1000 (x gr)

312,125
x= = 0,31 gram
1000 𝑚𝑙

Massa CuSO4. 5H2O 0,01 N yang dibutuhkan = 0,31 gram (dimasukkan


kedalam labu ukur 250 ml + aquadest).

IX. Pembahasan

Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan reaksi uji protein (uji
buret). Yang mana uji biuret merupakan jenis pengujian untuk identifikasi protein
secara umum. Pada hasil uji ini reaksi biuret yang dihasilkan berwarna ungu atau
violet. Berarti uji biuret akan selalu memberikan hasil positif untuk semua jenis
protein. Menggunakan NaOH untuk berfungsi sebagai penyedia suasana
basa. Larutan protein yang dibuat di sini yaitu dengan alkalis NaOH kemudian
ditambahkan dengan CuSO4 encer. Menggunakan NaOH untuk berfungsi sebagai
penyedia suasana basa.

Dari percobaan reaksi biuret ini kami mengambil larutan protein putih
telur sebanyak 3 mL ke dalam tabung reaksi kemudian kami menambahkan
larutan NaOH 2,5 M 1 mL dibuat alkalis kemudian didiamkan beberapa detik lalu
kami menambahkan larutan CuSO4, untuk yang pertama kami menambahkan 2
tetes terlebih dahulu ke dalam larutan protein putih telur yang dicampurkan NaOH
tadi ternyata terjadi perubahan warna sedikit yaitu dari tidak berwarna menjadi
ungu muda. Kemudian untuk menjadi ungu atau violet kami menambahkan lagi
larutan CuSO4 menjadi 6 tetes sehingga berubah menghasilkan larutan yang
berwarna ungu atau violet. Waktu pendiaman larutan yang kami perlukan yaitu
sebanyak 10 menit untuk menghasilkan larutan tersebut terbentuk atau berubah.

Begitu pun pada larutan protein susu yang kami uji selanjutnya, hanya saja
larutan CuSO4 yang kami teteskan ke dalam larutan protein yang sudah dicampuri
larutan NaOH 2,5 M 1 mL itu hanya 4 tetes CuSO4 saja sehingga larutan protein
tersebut menghasilkan perubahan dari tidak berwarna menjadi ungu atau violet.

Penambahan NaOH 2,5 M akan mengendapkan protein pada larutan yang


diuji, hal ini dapat ditandai dengan bertambah jernihnya suatu larutan yang pada
awalnya larutan tersebut keruh. Pada larutan asam amino, penambahan NaOH 2,5
M tidak menyebabkan perubahan yang berarti bahkan warna yang terbentuk pun
tidak kelihatan. Warna ungu yang dihasilkan semakin pekat dengan penambahan
CuSO4 0,01 M berlebih.

X. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Reaksi positif terhadap uji biuret yang terjadi ditunjukkan dengan
terbentuknya warna larutan ungu (kompleks ungu).
2. Makin kuat intensitas warna ungu yang dihasilkan ini menunjukan makin
panjang ikatan peptidanya.
3. Pada uji buret, semakin tinggi konsentrasi larutan maka akan semakin pekat
warna ungu yang dihasilkan.
4. Pada uji biuret dihasilkan degradasi warna larutan yang berbeda tiap
konsentrasi larutan yakni warna ungu meningkat sejalan dengan naiknya
konsentrasi larutan.
DAFTAR PUSTAKA

Anggi. 2012. Laporan Praktikum Biokimia 1 (Uji Buret).


https://www.academia.edu/10811110/Laporan_Praktikum_BIOKIMIA_1
Uji_Asam_Amino_ (Diakses pada tanggal 11 September 2016)

Lehninger, A.L. 1970. Biochemistry. New York: Worth Publisher Inc.

Nahraeni, Adlina Arsi. 2012. Protein . (online). http://adlinna- kehidupanku


.blogspot.com /2012/06/bab-i.html (Diakses pada tanggal 11 September 2016)
LAMPIRAN I

Uji Biuret
1. Warna apa yang terjadi?
2. Mengapa harus dihindarkan kelebihan CuSO4?
3. Mengapa garam ammonium mengganggu?
4. Sebutkan dua macam zat lain selain protein yang memberikan uji biuret positif?

Jawab :
1. Warna yang terjadi yaitu warna ungu.
2. Kelebihan CuSO4 harus dihindarkan karena jika CuSO4 kelebihan atau berlebih maka
akan menyebabkan terbentuknya garam ammonium.
3. Garam ammonium dikatakan dapat mengganggu karena mengganggu pada saat proses
pengamatan hasil uji yang telah didapatkan.
4. Beberapa macam zat lain selain protein yang memberikan uji biuret positif yaitu Histidin,
Serin, Threonin merupakan zat-zat lain selain protein yang dapat memberikan uji buret
positif.
LAMPIRAN II

You might also like