You are on page 1of 19

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM BIOKIMIA 1

REAKSI UJI TERHADAP PROTEIN

(PENGENDAPAN DENGAN LOGAM)

KELOMPOK II
APRILIA
06101381419053

DOSEN PENGAMPUH :

DRS. MADE SUKARYAWAN, M.SI

DESI, S. Pd, MT

PROGRAM PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014
PERCOBAAN III
I. Judul Percobaan : Reaksi Uji Terhadap Protein (Pengendapan dengan
logam)

II. Tujuan Percobaan


Untuk mengidentifikasi protein secara kimia dengan mengenal
pengendapan logam yang terjadi apabila ditambahkan dengan senyawa
kimia tertentu.

III. Dasar Teori


Protein merupakan salah satu unsur terpenting penyusun makhluk
hidup. Seperti halnya unsur lainnya seperti karbohidrat, protein juga
memiliki sifat dan fungsi. Sifat-sifat dan fungsi protein ditentukan
oleh jenis dan urutan asam amino. Beberapa fungsi utama protein
dalam organisme kehidupan antara lain; sebagai bahan penyusun
selaput sel dan dinding sel, jaringan pengikat, pembentuk membran
sel, mengangkut molekul-molekul lain (hemoglobin) dan sebagai zat
antibodi.
Di dalam kehidupan, protein memegang peranan yang penting
pula. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena
adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator.
Kita dapat memperoleh protein dari bahan makanan yang banyak
mengandung protein, misalnya pada hewan terkandung protein
hewani, sedangkan pada tumbuhan terkandung protein nabati.
Protein merupakan polipeptida berbobot molekul tinggi yang
terdapat secara alami. Polipeptida yang memiliki hanya asam amino
saja digolongkan sebagai protein sederhana. Protein terkonjugasi
mengandung komponen bukan asam amino yang dikenal sebagai
gugus prostetik di samping kerangka utama asam amino.
Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau penambahan suatu
senyawa dengan senyawa yang lain dikatakan bereaksi bila
menunjukkan adanya tanda terjadinya reaksi, yaitu: adanya perubahan
warna, timbul gas, bau, perubahan suhu, dan adanya endapan.
Pencampuran yang tidak disertai dengan tanda demikian, dikatakan
tidak terjadi reaksi kimia. Ada beberapa reaksi khas dari protein yang
menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi kimia, yang berbeda-beda
antara pereaksi yang satu dengan pereaksi yang lainnya. Semisal
reaksi uji protein (albumin) dengan Biuret test yang menunjukkan
perubahan warna, belum tentu sama dengan pereaksi uji lainnya.
Protein adalah molekul raksasa yang terdiri dari satuan-satuan
kecil penyusunnya yang disebut asam amino yang tersusun dalam
urutan tertentu, dengan jumlah dan struktur tertentu. Molekul-molekul
ini merupakan bahan pembangun sel hidup. Protein yang paling
sederhana terdiri atas 50 asam amino, tetapi ada beberapa protein yang
memiliki ribuan asam amino. Hal yang terpenting adalah
ketidakhadiran, penambahan, atau penggantian satu saja asam amino
pada sebuah struktur protein dapat menyebabkan protein tersebut
menjadi gumpalan molekul yang tidak berguna. Setiap asam amino
harus terletak pada urutan yang benar dan struktur yang tepat.
Protein yang terdapat dalam makanan kita dicernakan dalam
lambung dan usus menjadi asam-asam amino, yang diabsorsi dan
dibawa oleh darah ke hati. Sebagian asam amino diambil oleh hati,
sebagian lagi diedarkan ke dalam jaringan-jaringan di luar hati.
Protein dalam sel-sel tubuh dibentuk dari asam amino. Bila ada
kelebihan asam amino dari jumlah yang digunakan untuk biosintesis
protein, kelebihan asam amino akan diubah menjadi asam keto yang
dapat masuk kedalam siklus asam sitrat atau diubah menjadi urea.
Hati merupakan organ tubuh dimana terjadi reaksi katabolisme
maupun anabolisme. Asam amino yang dibuat dalam hati, maupun
yang dihasilkan dari proses katabolisme protein dibawa oleh darah ke
dalam jaringan untuk digunakan. Asam amino yang terdapat dalam
darah berasal dari tiga sumber, yaitu absorpsi melalui dinding usus,
hasil penguraian protein dalam sel dan hasil sintesis asam amino
dalam sel (Poedjiadi, 1994).
Asam amino adalah monomer protein yang mempunyai dua
gugus fungsi yaitu gugus amino dan gugus hidroksil. Jumlah asam
amino yang terdapat di alam ada beratus – ratus jumlahnya, namun
yang diketahui ikut membangun protein hanya sekitar 20 macam. Sifat
asam amino antara lain memiliki titik leleh di atas 200 °C, larut dalam
senyawa polar dan tidak larut dalam senyawa nonpolar serta memiliki
momen dipol yang besar
Beberapa Ciri protein sebagai berikut :
1. Berat moleklnya besar, ribuan sampai jutaan, sehingga
merupakan suatu makromolekul.
2. Umumnya terdiri atas 20 asam amino
3. Terdapatnya ikatan kimia lain, yang menyebabkan
terbentuknya lengkungan-lengkungan rantai polipeptida
4. menjadi stuktur tiga dimensi protein
5. Stukturnya tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti
pH, radiasi ,
temperatur, medium pelarut organik, dan detergen.
6. Umumnya reaktif dan sangat spesifik, disebabkan
terdapatnya gugus samping yang reaktif dan susunan khas
stuktural makromolekul.
Semua protein di dalam semua makhluk, tanpa memandang fungsi dan
aktivitas biologinya, dibangun oleh susunan dasar yang sama, yaitu 20
asam amino baku, yang molekulnya sendiri tidak mempunyai aktivitas
biologi. Secara cukup sederhana protein berbeda satu sama lain karena
masing-masing mempunyai deret unit asam amino sendiri-sendiri.
Asam amino merupakan abjad struktur protein, karena molekul-
molekul ini dapat disusun dalam jumlah deret yang hampir tidak
terbatas, untuk membuat berbagai protein dalam jumlah yang hampir
tidak terbatas.
Protein adalah instrumen yang mengekspresikan informasi
genetik. Seperti juga terdapat ribuan gen di dalam inti sel, masing-
masing mencirikan satu sifat nyata dari organisme, di dalam sel
terdapat ribuan jenis protein yang berbeda, masing-masing membawa
fungsi spesifik yang ditentukan oleh gen yang sesuai. Protein,
karenanya bukan hanya makromolekul yang berlimpah, tetapi juga
amat bervariasi fungsinya.
Protein merupakan polipeptida berbobot molekul tinggi yang
terdapat secara alami. Polipeptida yang memiliki hanya asam amino
saja digolongkan sebagai protein sederhana. Protein terkonjugasi
mengandung komponen bukan asam amino yang dikenal sebagai
gugus prostetik di samping kerangka utama asam amino. Di dalam
kehidupan, protein memegang peranan yang penting pula. Proses
kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya
enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator.
Kita dapat memperoleh protein dari bahan makanan yang
banyak mengandung protein, misalnya pada hewan terkandung protein
hewani, sedangkan pada tumbuhan terkandung protein nabati. Dalam
ilmu Kimia, pencampuran atau penambahan suatu senyawa dengan
senyawa yang lain dikatakan bereaksi bila menunjukkan adanya tanda
terjadinya reaksi, yaitu: adanya perubahan warna, timbul gas, bau,
perubahan suhu, dan adanya endapan. Pencampuran yang tidak
disertai dengan tanda demikian, dikatakan tidak terjadi reaksi kimia.
Ada beberapa reaksi khas dari protein yang menunjukkan efek/tanda
terjadinya reaksi kimia, yang berbeda-beda antara pereaksi yang satu
dengan pereaksi yang lainnya. Semisal reaksi uji protein (albumin)
dengan Biuret test yang menunjukkan perubahan warna, belum tentu
sama dengan pereaksi uji lainnya.
Keduapuluh asam amino pada protein seringkali dipandang
sebagai asam amino baku, utama, dan normal untuk membedakan
molekul-molekul ini dari jenis-jenis asam amino lain yang ada pada
organisme hidup, tetapi tidak terdapat di dalam protein. Asam amino
baku dapat dinyatakan dengan singkatan tiga huruf atau lambang satu
huruf yang digunakan secara ringkas untuk menunjukkan komposisi
dan urutan asam amino di dalam rantai polipeptida. Contohnya adalah
asam amino Glysin dinyatakan dengan Gly. Dari duapuluh asam
amino, hanya 8 asam amino yang merupakan asam amino essensial
yang terdapat dalam protein dan ketersediaannya menentukan kualitas
gizi protein.
Secara kimiawi, protein merupakan senyawa polimer yang
tersusun atas satuan asam-asam amino sebagai monomer-nya. Asam-
asam amino terikat satu sama lain melalui ikatan peptida, yaitu ikatan
antara gugus karboksil (-COOH) asam amino yang satu dengan gugus
amino (-NH2) dari asam amino yang lain dengan melepaskan satu
molekul air, peptida yang terbentuk atas dua asam amino disebut
dipeptida. Sebaliknya, peptide yang terdiri atas tiga, empat, atau lebih
asam amino masing-masing disebut tripeptida, tetra peptide, dan
seterusnya. (Amstrong, 1995)
Protein adalah suatu polipeptida yang memiliki kira-kira 100
sampai 1.800 atau lebih residu asam amino. Protein alamiah memiliki
20 jenis asam amino. Untuk setiap protein tertentu, urutan dan jenis-
jenis asam amino yang menyusunnya sangat spesifik. Suatu protein
yang hanya tersusun atas asam amino dan tidak mengandung gugus
kimia lain disebut protein sederhana. Contohnya enzim ribonuklease
dan khimotripsinogen. Namun, banyak protein yang mengandung
bahan lain selain asam amino seperti derivat vitamin, lipid, atau
karbohidrat. Protein disebut protein konjugasi. Bagian yang bukan
asam amino dari jenis protein lain disebut gugus prostetik. Contohnya,
lipoprotein mengandung lipid dan glikoprotein mengandung gula.
(Amstrong,1995).
Pada umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruh-
pengaruh fisik dan zat kimia, sehingga mudah mengalami perubahan
bentuk. Perubahan atau modifikasi pada struktur molekul protein di
sebut denaturasi. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya denaturasi
adalah: panas, pH, tekanan, aliran listrik, dan adanya bahan kimia
seperti urea, akohol, atau sabun. Proses denaturasi kadang
berlangsung secara reversible, tetapi ada pula yang irreversible,
tergantung pada penyebabnya. Protein yang mengalami denaturasi
akan menurunkan aktivitas biologinya dan berkurang kelarutannya,
sehingga mudah mengendap. Molekul protein mempunyai gugus
amino (-NH2) dan gugus karboksilat (-COOH) pada ujung-ujung
rantainya. Hal ini menyebabkan protein mempunyai banyak muatan
(polielektrolit) dan bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan asam
dan basa. Dengan larutan asam atau ph rendah, gugus amino pada
protein akan bereaksi dengan ion H+. Sehingga protein bermuatan
positif. Sebaliknya, dalam larutan basa gugus karboksilat bereaksi
dengan ion OH- sehingga protein bermuatan negative. Adanya muatan
pada molekul protein menyebabkan protein bergerak di bawah
pengaruh medan listrik.
Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat
mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan
karakter bahan
Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang
mengikat empat gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH),
atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut
juga gugus atau rantai samping yang membedakan satu asam amino
dengan asam amino lainnya. Atom C pusat tersebut dinamai atom Cα
("C-alfa") sesuai dengan penamaan senyawa bergugus karboksil, yaitu
atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil. Oleh karena
gugus amina juga terikat pada atom Cα ini, senyawa tersebut
merupakan asam α-amino. Asam amino biasanya diklasifikasikan
berdasarkan sifat kimia rantai samping tersebut menjadi empat
kelompok. Rantai samping dapat membuat asam amino bersifat asam
lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika nonpolar
(Anonim a, 2010).
Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus
pada tiap molekulnya, yaitu gugus amino dan gugus karboksil, yang
digambarkan sebagai struktur ion dipolar. Gugus amino dan gugus
karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-sifat spesifiknya.
Karena asam amino mengandung kedua gugus tersebut, senyawa ini
akan memberikan reaksi kimia yang yang mencirikan gugus-
gugusnya.

IV. Alat dan Bahan


Alat
1. Tabung Reaksi
2. Rak Tabung Reaksi
3. Pipet Tetes
4. Gelas Ukur
Bahan
1. Larutan Protein
2. HgCl 0,2 M
3. Timbal Asetat

V. Prosedur Percobaan
Pengendapan dengan Garam
Jenuhkan 10 ml larutan protein dengan ammonium sulfat. Untuk
pekerjaan ini dilakukan pertama tambahkan jumlah sedikit dari garam
tersebut, aduk hingga melarut. Tambahkan lagi sedikit ammonium
sulfat dan aduk lagi. Kontinu sehingga sedikit garam tertinggal tidak
terlarut. Apabila larutan jenuh kemudian disaring. Uji kelarutan
endapan di dalam air. Uji endapan dengan reagen millon dan filtrat
dengan uji biuret

VI. Hasil Pengamatan


1. Larutan Putih telur
No. Cara Kerja Pengamatan
1. 5 ml larutan putih telur 1% + garam putih telur (bening) + garam (NH4)2SO4
(NH4)2SO4 larutan keruh + endapan
Endapan + air Endapan + air bening
Endapan + millon Endapan + millon larutan merah bata
Filtrat + biuret Filtrat( bening) + NaOH (bening) +
CuSO4 larutan biru
2. 5 ml larutan putih telur 2% + garam putih telur (bening) + garam (NH4)2SO4
(NH4)2SO4 larutan keruh + endapan
Endapan + air Endapan + air bening
Endapan + millon Endapan + millon larutan merah bata
Filtrat + biuret Filtrat( bening) + NaOH (bening) +
CuSO4 larutan biru
3. 5 ml larutan putih telur 3% + garam putih telur (bening) + garam (NH4)2SO4
(NH4)2SO4 larutan keruh + endapan
Endapan + air Endapan + air bening
Endapan + millon Endapan + millon larutan merah bata
Filtrat + biuret Filtrat( bening) + NaOH (bening) +
CuSO4 larutan biru
4. 5 ml larutan putih telur 4% + garam putih telur (bening) + garam (NH4)2SO4
(NH4)2SO4 larutan keruh + endapan
Endapan + air Endapan + air bening
Endapan + millon Endapan + millon larutan merah bata
Filtrat + biuret Filtrat( bening) + NaOH (bening) +
CuSO4 larutan biru
5. 5 ml larutan putih telur 5% + garam putih telur (bening) + garam (NH4)2SO4
(NH4)2SO4 larutan keruh + endapan
Endapan + air Endapan + air bening
Endapan + millon Endapan + millon larutan merah bata
Filtrat + biuret Filtrat( bening) + NaOH (bening) +
CuSO4 larutan biru

VII. Persamaan Reaksi


Reaksi dengan HgCl
NH3+ NH3+ NH3+
| | |
R – CH – COO– + Hg2+ → R – CH– COO – Hg – COO– CH –R

Reaksi dengan Pb-asetat

NH3+ NH3+ NH3+

| | |

R – CH – COO– + Pb2+ → R – CH – COO – Pb – C

VIII. Analisa Data


A. Pembuatan larutan putih telur dengan konsentrasi 1% - 5%
Larutan Induk :
 Volume kuning telur murni = 20 ml
 Volume aquadest = 100 ml
Perbandingan putih telur murni : aquadest = 1 : 5 (di campur dan
disaring)

Rumus pembuatan larutan (sampel yang diuji)

𝑋𝑖
𝑥 100% = 𝑌
𝑉

Dimana Xi = volume putih telurhasil saringan yang dibutuhkan (X1 sd


X5)

V = volume labu ukur yang digunakan

Y = persentase larutan yang dibuat

i = 1% sd 5% putihtelur

Didapatkan, larutan putih telur yang dibutuhkan

 Larutan 1 (1% putih telur) = 2,5 ml (di masukkan ke dalam labu


ukur 250 ml + aquadest)
 Larutan 2 (2% putih telur) = 5 ml (di masukkan ke dalam labu ukur
250 ml + aquadest)
 Larutan 3 (3% putih telur) = 7,5 ml (di masukkan ke dalam labu
ukur 250 ml + aquadest)
 Larutan 4 (4% putih telur) = 10 ml (di masukkan ke dalam labu
ukur 250 ml + aquadest)
 Larutan 5 (5% putih telur) = 12,5 ml (di masukkan ke dalam labu
ukur 250 ml + aquadest)

B. HgCl2
Dik :Mr HgCl2 = 271,5
M HgCl2 = 0,2 M
V Larutan yang dibutuhkan = 100 ml
Jawab :
𝐺𝑟 1000
M= 𝑥
Mr 𝑉
𝐺𝑟 1000
0,2 M = 𝑥
271,5 100
𝐺𝑟
0,2 M =
27,15
gr = 5,43 gram

C. Pb asetat
Dik : Mr HgCl2 = 379,34

M HgCl2 = 0,2 M

V Larutan yang dibutuhkan = 100 ml

Jawab ;
𝐺𝑟 1000
M= 𝑥
Mr 𝑉

𝐺𝑟 1000
0,2 M = 𝑥
379,34 100

𝐺𝑟
0,2 M =
37,934

gr = 7,6 gram

A. Pembentukan larutan protein kuning telur dengan konsentrasi


1% - 5%

Larutan Induk

 Volume susu murni = 45 ml


Perbandingan kuning telur murni : aquadest = 1 : 5 (dicampur dan
disaring).

Dengan menggunakan rumus diatas , Didapatkan larutan kuning telur


yang dibutuhkan:

 Larutan 1 (1% larutan susu) = 2,5 ml susu dimasukkan ke dalam


labu ukur 250 ml + aquadest sampai garis batas).

 Larutan 2 (2% larutan susu) = 5 ml susu (dimasukkan ke dalam


labu ukur 250 ml + aquadest sampai garis batas).

 Larutan 3 (3% larutan susu) = 7,5 ml susu (dimasukkan ke dalam


labu ukur 250 ml + aquadest sampai garis batas).

 Larutan 4 (4% larutan susu) = 10 ml susu (dimasukkan ke dalam


labu ukur 250 ml + aquadest sampai garis batas).

 Larutan 5 (5% larutan susu) = 12,5 ml susu (dimasukkan ke dalam


labu ukur 250 ml + aquadest sampai garis batas).

B. Pembentukan larutan putih telur dengan konsentrasi 1% - 5%

Larutan Induk

 Volume putih telur murni = 50 ml

Perbandingan putih telur murni : aquadest = 1 : 5 (dicampur dan


disaring).

Dengan menggunakan rumus diatas , Didapatkan larutan putih telur


yang dibutuhkan:
 Larutan 1 (1% larutan putih telur) = 2,5 ml putih telur (dimasukkan
ke dalam labu ukur 250 ml + aquadest sampai garis batas).

 Larutan 2 (2% larutan putih telur) = 5 ml putih telur (dimasukkan


ke dalam labu ukur 250 ml + aquadest sampai garis batas).

 Larutan 3 (3% larutan putih telur) = 7,5 ml putih telur (dimasukkan


ke dalam labu ukur 250 ml + aquadest sampai garis batas).

 Larutan 4 (4% larutan putih telur) = 10 ml putih telur (dimasukkan


ke dalam labu ukur 250 ml + aquadest sampai garis batas).

 Larutan 5 (5% larutan putih telur) = 12,5 ml putih telur


(dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml + aquadest sampai garis
batas).

C. Pembentukan Larutan NaOH 2,5 N

Volume larutan yang akan dibuat = 250 ml

𝑥 𝑔𝑟 1000
2,5 = × 250 𝑚𝑙
40

1000 (𝑥 𝑔𝑟)
2,5 = 10000𝑚𝑙

25000 = 1000 (x gr)

25000
x gram = = 25 gram
1000

Massa NaOH2,5 N yang dibutuhkan = 25 gram (dimasukkan kedalam


labu ukur 250 ml + aquadest).
D. Pembentukan Larutan CuSO4. 5H2O 0,01 N

Volume larutan yang akan dibuat = 250 ml

𝑥 𝑔𝑟 1000
0,01 𝑁 = 249,7 × 250 𝑚𝑙
2

1000 (𝑥 𝑔𝑟)
0,01 = 62425 𝑚𝑙
2

312,125 = 1000 (x gr)

312,125
x gram = = 0,31 gram
1000 𝑚𝑙

Massa CuSO4. 5H2O 0,01 N yang dibutuhkan = 0,31 gram (dimasukkan


kedalam labu ukur 250 ml + aquadest).

IX. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan reaksi uji
protein (pengendapan dengan logam). Percobaan pengendapan dengan
logam, dimana diuji dengan larutan HgCl2 dan Pb asetat. Kedalam 3 ml
larutan protein ditambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M, dan untuk percobaan larutan
protein juga ditambahkan dengan Pb asetat. Dihasilkan uji positif yaitu
terdapat endapan pada masing-masing sampel dengan bentuk yang
berbeda-beda. Pada uji ini dilakukan dengan dua perlakuan yaitu
penambahan HgCl2 0,2 M dan penambahan Pb(CH3COO)2. Protein
yang ditambahkan dengan ion bermuatan positif akan menghasilkan
endapan. Larutan protein ketika ditambahkan menyebabkan terjadinya
reaksi sehingga larutan yang sebelumnya jernih berubah menjadi keruh dan
terdapat endapan. Endapan yang dihasilkan pada sampel yang
ditambahkan HgCl2 lebih banyak karena tetapan disosiasi HgCl2 lebih
besar daripada Pb(CH3COO)2 sehingga HgCl2 lebih banyak terionisasi
dalam bentuk Hg2+ dan protein lebih cepat bereaksi dengan Hg2+.

Selain itu nilai Ksp HgCl2 lebih kecil dibandingkan Ksp


Pb(CH3COO)2 , nilai Ksp yang lebih kecil menghasilkan endapan yang
lebih banyak. Ikatan yang amat kuat dari reaksi protein yang
ditambahkan dengan HgCl2 akan memutuskan ikatan jembatan garam,
sehingga akan terjadi denaturasi, secara bersama gugus –COOH dan
gugus –NH2 yang terdapat pada protein dapat bereaksi dengan ion
logam berat dan dapat membentuk senyawa kelat. Adanya
endapan disebabkan karena adanya kemampuan protein atau asam
amino untuk berikatan dengan ion logam di atas titik isoelektriknya.
Kemampuan ini disebabkan karena pada saat pH berada di atas titik
isoelektrik protein atau asam amino, maka ia akan bermuatan negatif
sehingga mampu mengikat ion logam yang bermuatan positif. Adanya
pertambahan ion logam menyebabkan putusnya jembatan disulfida dan
ikatan kovalen S-S pada protein yang mengandung gugus sulfuhidril.

X. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. .Reaksi positif pada uji pengendapan ditandai dengan terdapatnya
endapan pada sampel
2. Larutan yang ditambahkan HgCl2 lebih banyak endapan karena
Ksp lebih kecil dari Pb(CH3COO)2
3. Adanya endapan disebabkan karena adanya kemampuan protein
atau asam amino untuk berikatan dengan ion logam di atas titik
isoelektriknya.
4. Adanya pertambahan ion logam menyebabkan putusnya jembatan
disulfida dan ikatan kovalen S-S pada protein yang mengandung
gugus sulfuhidril.
DAFTAR PUSTAKA
Lehninger, 1982. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga

Pudjiadi, Anna, 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI

Wirahadikusumah, Muhammad. 1997. Biokimia Protein, Enzim, dan


Asam Nukleat. Bandung : ITB
LAMPIRAN I
1. Apa Hasilnya?
 Jawab
Yang teradi pada percobaan ini yaitu saat sampel ditambahkan
HgCl2 maka warna berubah menjadi putih, tetapi campuran reaksi
tersebut belum membeku atau masih dalam keadaan encer. Dan
saat ditambahkan dengan Pb (CH3COO)2, warna pada campuran
kemudian berubah menjadi putih, dan terbentuk endapan putih.

2. Terangkan mengapa putih telur digunakan sebagai antidote pada keracuaa


Pb dan Hg!
 Jawab
Karena protein yang terdapat dalam putih telur berfungsi sebagai
biokatalis pengganti se-sel yang telah rusak akibat gas-gas kimia
beracun dari Pb dan Hg, selain itu putih telur juga digunakan
sebagai antidotum terhadap keracunan logam berat karena putih
telur mengandung albumin, sehingga apabila tubuh keracunan
logam berat maka ion logam berat tersebut akan bereaksi dengan
albumin membentuk koagulan sehingga logam berat tersebut tidak
akan mengganggu atau merusak aktivitas enzim lain di dalam
tubuh.
LAMPIRAN II

You might also like