You are on page 1of 14

56

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Buleleng yang berlokasi di jalan Ngurah Rai no.30 yang memiliki

beberapa ruang unit pelayanan kesehatan, diantaranya untuk rawat jalan

terdiri dari poliklinik A (Poliklinik VCT, Poliklinik Orthopedi, Poliklinik

Paru, Poliklinik THT, Poliklinik Mata). Poliklinik B (Poliklinik Jiwa,

Poliklinik Saraf, Poliklinik kulit, Poliklinik Umum). Dan Poliklinik C

(Poliklinik Penyakit dalam, Poliklinik Bedah, Poliklinik Anak, Poliklinik

Kebidanan, Poliklinik Jantung). Pelayanan kesehatan rawat inap

diantaranya ruang Padma, Cempaka, Anggrek, Sakura, ICU, NICU, Leli,

Sandat, Kamboja, Melati, Flamboyan, Jempiring, Iccu, dan Mahotama.


Batas wilayah rumah sakit umum daerah kabupaten buleleng

adalah sebagai berikut


Sebelah Utara : Jalan Yudistira
Sebelah Selatan : Rumah Sakit Umum Karya Dharma Usadha
Sebelah Timur : Jalan Raya Menuju Kelurahan Banyuning
Sebelah Barat : Jalan Raya Ngurah Rai
Pelayanan kesehatan utama pada Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Buleleng antara lain pelayanan rawat inap, pelayanan rawat

jalan, pelayanan bedah sentral, pelayanan rawat darurat, pelayanan

farmasi, pelayanan laboraturium klinik, pelayanan fisoterapi pelayanan

radiologi, pelayanan gizi dan pelayanan hemodialisa. Pelayanan kesehatan

utama pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng di dukung

oleh fasilitas penunjang kesehatan antara lain: instaliasi pemeliharaan


57

sarana rumah sakit, instaliasi pemulasaran jenazah, instalasi sterilisasi

sentral dan unit transfusi darah (UTD).


Jenis pelayanan rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Buleleng adanya pelayanan poliklinik, salah satunya adalah

Poliklinik paru yang menangani penyakit yang berkaitan dengan sistem

respirasi. Tenaga kesehatan di poliklinik paru terdiri dari satu seorang

dokter spesialis penyakit paru dan tiga orang perawat.


2. Karakteristik Subyek Penelitian
a. Gambaran Karakteristik responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambaran responden berdasarkan jenis kelamin pada pasien TB Paru

di Poliklinik Paru RSUD Kabupaten Buleleng disajikan pada tabel 4.1


Tabel 4.1 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin pada pasien TB Paru di Poliklinik Paru RSUD
Kabupaten Buleleng
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Laki-Laki 25 59,5
Perempuan 17 40,5
Total 42 100
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 42 responden, distribusi frekuensi

responden berdasarkan jenis kelamin mayoritas berjenis kelamin laki-

laki yaitu sebanyak 25 orang (59,5%) dan berjenis kelamin perempuan

sebanyak 17 orang (40,5%).

b. Gambaran Karakteristik responden Berdasarkan Usia


Gambaran responden berdasarkan usia pada pasien TB Paru di

Poliklinik Paru RSUD Kabupaten Buleleng disajikan pada tabel 4.2


Tabel 4.2 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
pada pasien TB Paru di Poliklinik Paru RSUD
Kabupaten Buleleng
Variabel N Rerata Min Maks SD
Usia 42 32,45 11 51 9,018
58

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang memiliki usia tertinggi

51 tahun dan usia terendah 11 tahun dengan rata-rata usia 32,45 tahun.
c. Gambaran Karakteristik responden Berdasarkan Riwayat Pendidikan
Gambaran responden berdasarkan riwayat pendidikan pada pasien TB

Paru di Poliklinik Paru RSUD Kabupaten Buleleng disajikan pada

tabel 4.3
Tabel 4.3 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan
Riwayat Pendidikan pada pasien TB Paru di Poliklinik
Paru RSUD Kabupaten Buleleng
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Tidak Sekolah 5 11,9
SD 16 38,1
SMP 13 31
SMA 8 19
Total 42 100
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 42 responden, distribusi frekuensi

responden berdasarkan riwayat pendidikan mayoritas pendidikan SD

yaitu sebanyak 16 orang (38,1%), SMP sebanyak 13 orang (31%),

SMA sebanyak 8 orang (19%) dan Tidak Sekolah 5 orang (11,9%).

3. Analisa Data
a. Gambaran Nilai Motivasi pada Pasien TB Paru di Poliklinik Paru RSUD

Kabupaten Buleleng
Hasil gambaran nilai motivasi pasien TB Paru di Poliklinik Paru RSUD

Kabupaten Buleleng disajikan pada tabel 4.4


Tabel 4.4 Gambaran Nilai Motivasi pada Pasien TB Paru di Poliklinik
Paru RSUD Kabupaten Buleleng
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Kurang 16 38,1
Sedang 9 21,4
Tinggi 17 40,5
59

Total 42 100

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai motivasi mayoritas memiliki kategori

kurang yaitu sebanyak 16 orang (38,1%), kategori sedang sebanyak 9

orang (21,4%) dan kategori tinggi sebanyak 17 orang (40,5%).

b. Gambaran Nilai Kontrol Pada Pasien TB Paru di Poliklinik Paru RSUD

Kabupaten Buleleng
Hasil identifikasi Nilai Kontrol Pada Pasien TB Paru di Poliklinik Paru

RSUD Kabupaten Buleleng disajikan pada tabel 4.5


Tabel 4.5 Identifikasi Nilai Kontrol Pada Pasien TB Paru di Poliklinik
Paru RSUD Kabupaten Buleleng
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Rendah 12 28,6
Sedang 11 26,2
Tinggi 19 45,2
Total 42 100
60

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Nilai Kontrol Pada

Pasien TB Paru di Poliklinik Paru RSUD Kabupaten Buleleng memiliki

frekuensi yang sama antara kategori rendah sebanyak 12 orang (28,6%),

sedang sebanyak 11 orang (26,2%), dan tinggi yaitu sebanyak 19 orang

(45,2%).

c. Gambaran Kekambuhan Pada Pasien TB Paru di Poliklinik Paru RSUD

Kabupaten Buleleng
Identifikasi Kekambuhan Pada Pasien TB Paru di Poliklinik Paru RSUD

Kabupaten Buleleng disajikan pada tabel 4.6


Tabel 4.6 Identifikasi Kekambuhan Pada Pasien TB Paru di Poliklinik
Paru RSUD Kabupaten Buleleng
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Kambuh 10 23,8
Tidak Kambuh 32 76,2
Total 42 100
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kekambuhan Pada

Pasien TB Paru di Poliklinik Paru RSUD Kabupaten Buleleng yang

mengalami kekambuhan sebanyak 10 orang (23,8%) dan yang tidak

mengalami kekambuhan sebanyak 32 orang (76,2%).


61

d. Analisis Hubungan Motivasi dengan Kontrol Pada Pasien TB Paru di

Poliklinik Paru RSUD Kabupaten Buleleng


Hasil Analisis Hubungan Motivasi dengan Kontrol Pada Pasien TB Paru di

Poliklinik Paru RSUD Kabupaten Buleleng disajikan pada tabel 4.7


Tabel 4.7 Hubungan Motivasi dengan Kontrol Pada Pasien TB Paru di
Poliklinik Paru RSUD Kabupaten Buleleng

Uji Korelasi Rank Spearman


Kontrol
Correlation Coefficient 0,379
Motivasi Sig. 0,013
N 42

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai correlation coefficient sebesar 0,379

yang berarti antara Motivasi dan Kontrol memiliki hubungan yang sangat

kuat, correlation coefficient yang bernilai positif menandakan sifat

hubungan yang searah yang berarti jika semakin tinggi motivasi maka

kontrol akan semakin baik. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p value

0,013 yang berarti < 0,05 sehingga antara motivasi dan kontrol Pada

Pasien TB Paru di Poliklinik Paru RSUD Kabupaten Buleleng memiliki

hubungan yang signifikan.

e. Analisis Hubungan Motivasi dan Kekambuhan Pada Pasien TB Paru di

Poliklinik Paru RSUD Kabupaten Buleleng


62

Hasil Analisis Hubungan Motivasi dan Kekambuhan Pada Pasien TB Paru

di Poliklinik Paru RSUD Kabupaten Buleleng


disajikan pada tabel 4.8
Tabel 4.8 Analisis Hubungan Motivasi dan Kekambuhan Pada Pasien TB
Paru di Poliklinik Paru RSUD Kabupaten Buleleng

Kekambuhan
Tidak Total P
Motivasi Kambuh
Kambuh Value
n % N % n %
Kurang 7 43,8 9 56,3 16 100
Sedang 2 22,2 7 77,8 9 100 0,038
Tinggi 1 5,9 16 94,1 17 100
Jumlah 10 23,8 32 76,2 42 100

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan antara Motivasi

dengan Kekambuhan diperoleh bahwa ada sebanyak 9 (56,3%) responden

yang memiliki motivasi kurang, 7 (77,8%) memiliki motivasi sedang dan

16 (94,1%) memiliki motivasi tinggi yang tidak mengalami kekambuhan.

Sedangkan diantara responden yang mengalami kekambuhan terdapat 7

(43,8%) memiliki motivasi kurang, 2 (22,2%) memiliki motivasi sedang

dan 1 (5,9%) memiliki motivasi tinggi. Hasil uji statistik didapatkan nilai p

value 0,038 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kekambuhan

kategori Tidak mengalami kekambuhan yang memiliki motivasi tinggi,

sedang dan kurang ( ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan

Kekambuhan).

f. Analisis Simultan Motivasi dan Kontrol dengan Kekambuhan Pada Pasien

TB Paru di Poliklinik Paru RSUD Kabupaten Buleleng


Hasil Analisis Simultan Motivasi dan Kontrol dengan Kekambuhan Pada

Pasien TB Paru di Poliklinik Paru RSUD Kabupaten Buleleng


disajikan pada tabel 4.9
63

Tabel 4.9 Analisis Simultan Motivasi dan Kontrol dengan Kekambuhan


Pada Pasien TB Paru di Poliklinik Paru RSUD Kabupaten
Buleleng

Variabel df P Value Exp (B)/OR 95% CI (Exp(B))


Motivasi 1 0,088 2.604 0,867-7825
Kontrol 1 0,040 3.108 1051-9193

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari analisis multivariat ternyata variabel

yang berhubungan bermakna dengan kekambuhan adalah variabel kontrol

dengan nilai OR 3.108. Sedangkan variabel motivasi sebagai variabel

konfounding. Hasil analisis didapatkan Odds Ratio (OR) dari variabel

kontrol adalah 3,1 yang artinya responden yang memiliki tingkat kontrol

yang baik pasti tidaka akan mengalami kekambuhan sebesar 3 kali lebih

tinggi dibandingkan responden yang memiliki motivasi yang baik.


Untuk melihat variabel mana yang paling besar pengaruhnya terhadap

variabel dependen, dilihat dari semakin besar nilai Exp (B), berarti

semakin besar pengaruhnya terhadap variabel dependen yang telah

dianalisis. Dalam data ini berarti kontrol yang paling besar pengaruhnya

terhadap kejadian kekambuhan.

B. Pembahasan Penelitian
1. Karakteristik Responden
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 42 responden,

distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin mayoritas

berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 25 orang (59,5%) dan berjenis

kelamin perempuan sebanyak 17 orang (40,5%).


Berdasarkan karakteristik responden berdasarkan usia

menunjukkan bahwa responden yang memiliki usia tertinggi 51 tahun dan

usia terendah 11 tahun dengan rata-rata usia 32,45 tahun.


64

Berdasarkan karakteristik responden berdasarkan riwayat

pendidikan menunjukkan bahwa dari 42 responden, distribusi frekuensi

responden berdasarkan riwayat pendidikan mayoritas pendidikan SD yaitu

sebanyak 16 orang (38,1%), SMP sebanyak 13 orang (31%), SMA

sebanyak 8 orang (19%) dan Tidak Sekolah 5 orang (11,9%).


Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan

oleh Aditam & Aris (2012) dengan judul Hubungan Pengetahuan Dan

Motivasi Pasien Tbc (Tuberkolosis) Dengan Kepatuhan Berobat Pasien

Tbc Yang Berobat Di Upt Puskesmas Mantup Kabupaten Lamongan. Hasil

penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin

Laki-laki berjumlah 32 orang (64,0%). Dan sebagian kecil responden

berjenis kelamin Perempuan berjumlah 18 orang (36,0%). Berdasarkan

usia menunjukan bahwa sebagian besar responden berumur >40 tahun

sebanyak 28 orang (56,0%) dan sebagian kecil responden berumur >10

tahun sebanyak 1 orang (2,0 %). Berdasarkan riwayat pendidikan

menunjukan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SD sebanyak

26 orang (52,0%) dan sebagian kecil responden tidak bersekolah sebanyak

2 orang (4,0%).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohmad (2012)

dengan judul Faktor Risiko Terjadinya Relapse Pada Penderita

Tuberkulosis Paru Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (Bbkpm)

Surakarta. Pada penelitian ini responden dengan jenis kelamin laki-laki

memiliki frekuensi terbanyak yaitu 35 orang (62,5%) dibandingkan

dengan responden perempuan sebanyak 21 orang (37,5%). Riwayat


65

pendidikan responden yang didapatkan menunjukkan frekuensi terbanyak

adalah tamat SD yaitu sebanyak 18 orang (32,1%), SLTA sebanyak 14

orang (25%) dan SLTP sebanyak 10 orang (17,9%).


2. Gambaran Nilai Motivasi pada Pasien TB Paru di Poliklinik Paru

RSUD Kabupaten Buleleng

Dilihat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai motivasi

mayoritas memiliki kategori kurang yaitu sebanyak 16 orang (38,1%),

kategori sedang sebanyak 9 orang (21,4%) dan kategori tinggi sebanyak 17

orang (40,5%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki motivasi

kesembuhan yang tinggi yaitu 12 orang (67%). Menurut George Terry

(dalam Mamik, 2010) Motivasi adalah keinginan yang ada dalam diri

seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sejumlah tindakan.

Sesuai dengan teori Peterson dan Plowman (dalam Hasibuan, 2008), yang

mengatakan bahwa faktor penggerak motivasi seseorang adalah keinginan

untuk hidup. Keinginan untuk hidup merupakan keinginan utama dari

setiap orang, manusia bekerja untuk dapat makan dan makan dapat

melanjutkan hidupannya. Dalam penelitian ini responden yang mempunyai

motivasi kesembuhan kuat, sebagian besar adalah responden yang

mempunyai keinginan hidup dan keinginan sembuh yang cukup tinggi.

3. Gambaran Nilai Kontrol Pada Pasien TB Paru di Poliklinik Paru

RSUD Kabupaten Buleleng


Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Nilai

Kontrol Pada Pasien TB Paru di Poliklinik Paru RSUD Kabupaten


66

Buleleng memiliki frekuensi yang sama antara kategori rendah sebanyak

12 orang (28,6%), sedang sebanyak 11 orang (26,2%), dan tinggi yaitu

sebanyak 19 orang (45,2%).


4. Gambaran Kekambuhan Pada Pasien TB Paru di Poliklinik Paru

RSUD Kabupaten Buleleng


Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi

Kekambuhan Pada Pasien TB Paru di Poliklinik Paru RSUD Kabupaten

Buleleng yang mengalami kekambuhan sebanyak 10 orang (23,8%) dan

yang tidak mengalami kekambuhan sebanyak 32 orang (76,2%).

5. Analisis Hubungan Motivasi dengan Kontrol Pada Pasien TB Paru di

Poliklinik Paru RSUD Kabupaten Buleleng


Dari hasil uji spearman rank menunjukkan bahwa nilai correlation

coefficient sebesar 0,379 yang berarti antara Motivasi dan Kontrol

memiliki hubungan yang sangat kuat, correlation coefficient yang bernilai

positif menandakan sifat hubungan yang searah yang berarti jika semakin

tinggi motivasi maka kontrol akan semakin baik. Dari hasil uji statistik

didapatkan nilai p value 0,013 yang berarti < 0,05 sehingga antara

motivasi dan kontrol Pada Pasien TB Paru di Poliklinik Paru RSUD

Kabupaten Buleleng memiliki hubungan yang signifikan.


6. Analisis Hubungan Motivasi dan Kekambuhan Pada Pasien TB Paru

di Poliklinik Paru RSUD Kabupaten Buleleng


Dilihat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis

hubungan antara Motivasi dengan Kekambuhan diperoleh bahwa ada

sebanyak 9 (56,3%) responden yang memiliki motivasi kurang, 7 (77,8%)

memiliki motivasi sedang dan 16 (94,1%) memiliki motivasi tinggi yang

tidak mengalami kekambuhan. Sedangkan diantara responden yang


67

mengalami kekambuhan terdapat 7 (43,8%) memiliki motivasi kurang, 2

(22,2%) memiliki motivasi sedang dan 1 (5,9%) memiliki motivasi tinggi.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,038 maka dapat disimpulkan

ada perbedaan proporsi kekambuhan kategori Tidak mengalami

kekambuhan yang memiliki motivasi tinggi, sedang dan kurang ( ada

hubungan yang signifikan antara motivasi dengan Kekambuhan).

Sejalan dengan apa yang dilakukan oleh Nurwidji (2013) dengan

judul Hubungan Motivasi Kesembuhan Dengan Kepatuhan

Penatalaksanaan Pengobatan Pada Pasien Tb Paru Di Wilayah Kerja

Puskesmas Mojosari Mojokerto. Didapatkan hasil dari 12 orang yang

motivasi kesembuhannya kuat, didapatkan 9 orang patuh terhadap

penatalaksanaan pengobatan, dan dari 6 orang yang motivasi

kesembuhannya sedang, didapatkan 5 orang tidak patuh terhadap

penatalaksanaan pengobatan. Sedangkan dari 10 orang yang patuh

terhadap penatalaksanaan pengobatan, didapatkan 9 orang mempunyai

motivasi kuat, dan dari 8 orang yang tidak patuh terhadap penatalaksanaan

pengobatan, didapatkan 5 orang mempunyai motivasi sedang. Sesuai

dengan uji statistik Fisher Probability Exact Test didapatkan nilai koefisien

p = 0,032. Hal ini menunjukkan nilai p < 0,05, dengan demikian H0

ditolak. Artinya ada hubungan antara motivasi dengan kepatuhan.


7. Analisis Simultan Motivasi dan Kontrol dengan Kekambuhan Pada

Pasien TB Paru di Poliklinik Paru RSUD Kabupaten Buleleng


Dilihat dari hasil poenelitian menunjukkan bahwa dari analisis

multivariat ternyata variabel yang berhubungan bermakna dengan


68

kekambuhan adalah variabel kontrol. Sedangkan variabel motivasi sebagai

variabel konfounding. Hasil analisis didapatkan Odds Ratio (OR) dari

variabel kontrol adalah 3,1 yang artinya responden yang memiliki tingkat

kontrol yang baik pasti tidaka akan mengalami kekambuhan sebesar 3 kali

lebih tinggi dibandingkan responden yang memiliki motivasi yang baik.


Untuk melihat variabel mana yang paling besar pengaruhnya

terhadap variabel dependen, dilihat dari semakin besar nilai Exp (B) atau

OR, berarti semakin besar pengaruhnya terhadap variabel dependen yang

telah dianalisis. Dalam data ini berarti kontrol yang paling besar

pengaruhnya terhadap kejadian kekambuhan.


69

C. Keterbatasan Penelitian
1. Peneliti hanya meneliti beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi

dan kontrol dengan kekambuhan pada penderita Tuberkulosis paru seperti

motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik, motivasi individu, klien.

2. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yang

menekankan waktu pengukuran data variabel independen dan dependen

hanya satu kali pengukuran pada saat yang bersamaan. Kelemahan dari

penelitian ini yaitu sulit menentukan sebab dan akibat karena pengambilan

data risiko dan efek dilakukan pada saat bersamaan, akibatnya sering tidak

mungkin ditentukan mana yang sebab dan mana akibat.

You might also like