You are on page 1of 6

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang pelaksanaan Asuhan

Keperawatan pada Ny.S dengan Diabetes Mellitus di ruang Cahaya

RS Hikari Semarang mulai pada tanggal 11-12 Mei 2007 dengan memperhatikan

proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi.

Berdasarkan hasil pengkajian yang penulis lakukan, penulis dapat menyimpulkan

bahwa diagnosa keperawatan yang ada pada Ny.S sudah sesuai dengan tinjauan

teori yang sudah ada. Adapun diagnosa yang muncul pada kasus ini adalah

sebagai berikut:

1. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan dieresis

osmotic,hiperglikemi. Defisit volume cairan adalah suatu keadaan dimana

seseorang yang tidak makan, minum peroral mempunyai resiko terjadinya

dehidrasi vaskuler, intersitial atau intraseluler (carpenito,2001).

Diagnosa ini penulis rimuskan karena pada Ny. S penulis menemukan data

8x,minum 6-7 gelas membran mukosa kering, Ht 37 %. MasalahBAK

keperawatan Resiko defisit volume cairan dijadikan prioritas pertama karena

sesuai dengan tingkatan kebutuhan Maslow yaitu tingkat kebutuhan fisiologis

( cairan ).
Selanjutnya untuk mengatasi masalah ini penulis membuat perencanaan

dengan tujuan agar kebutuhan volume cairan terpenuhi , dalam jangka waktu

2×24 jam dengan kriteria hasil tanda – tanda vital stabil (120/80 C RR:20

x/menit), turgor kulit baik,mmHg, Nadi :80 x/menit, suhu :36-37 2 detik. Setelah

dilakukan tindakanpengisian capilari reffil keperawatan. Adapun perencanaan

yang penulis rumuskan adalah sebagai berikut: Kaji tanda-tanda vital dan catat

perubahan ortostastik ini di gunakan untuk mengetahui terjadinya hipovolemi ini

dapat menimbulkan takhikardi dan hipotensi, Kaji nadi perifer,capilari

reffuil,turgor kulit, dan membran mukosa ini digunakan untuk mengetahui tingkat

dehidrasi dan sirkulasi yang tidak adekuat. Pantau pengeluaran dan pemasukan

cairan ini digunakan untuk memberikan perkiraan kebutuhan cairan pengganti dari

terapi yang diberikan, jadi diharapkan dengan tindakan tersebut dapat teratasi.

Selanjutnya motivasi pasien untuk minum banyak dan kolaborasi pemberian

cairan intravena sesuai indikasi ini digunakan untuk mempertahankan hidrasi atau

volume sirkulasi cairan didalam tubuh dan sebagai cairan pengganti dalam tubuh.

Dalam pelaksanaannya penulis dapat melaksanakan perencanaan yang ada karena

didukung adanya peran aktif pasien dan anggota keluarga dalam mengikuti proses

keperawatan dan keinginannya yang besar untuk sembuh dari penyakitnya tetapi

kurang efektif karena keterbatasan waktu yang ada. Berdasarkan respon

perkembangan pasien yang ditunjukkan oleh pasien masalah keperawatan dapat

teratasi sebagian dengan terpenuhinya kriteria hasil yang ada yaitu pasien

mengatakan kencing sudah berkurang tidak terasa haus , membran mukosa

lembab dan turgor kulit baik. Untuk ini penulis mempertahankan dan melanjutkan
perencanaan yaitu monitor tanda- tanda vital, cek capilari reffil, dan,

mempertahankan cairan intravena sesuai indikasi.

2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake tidak adekuat. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu

keadaan tubuh dimana individu yang tidak puasa mengalami atau yang beresiko

mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan pemasukan yang

tidak adekuat atau metabolisme nutrien yang tidak adekuat untuk kebutuhan

metabolik (carpenito, 2001 ). Diagnosa ini penulis rumuskan karena penulis

menemukan data yaitu pasien mengatakan nafsu makan menurun, mulut pahit,

porsi makan tidak habis kurang dari ½ porsi LILA 25 cm berat badan 62

kg.Dalam hal ini pengukuran tinggi badan tidak dilakukan karena pasien masih

dalam keadaan lemas, dan pemeriksaan laboratorium untuk hasil albumin tidak

dilakukan Masalah keperawatan resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh sebagai prioritas kedua karena dilihat dari tingkat kebutuhan menurut

Maslow yaitu kebutuhan fisiologis. (nutrisi ). Selanjutnya untuk mengatasi

masalah ini penulis merumuskan perencanaan dengan tujuan agar kebutuhan

nutrisi terpenuhi dalam jangka waktu 1x 24 jam dengan kriteria hasil berat badan

meningkat, nafsu makan meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Adapun perencanaan yang penulis rumuskan adalah: Kaji berat badan tiap hari ini

digunakan untuk mengetahui peningkatan pemasukan yang adekuat. Auskultasi

bunyi usus, catat adanya nyeri abdomen, mual dan muntah ini digunakan untuk

mengetahui bahwa hiperglikemi dapat menurunkan motilitas usus dan turasi

lambung. Libatkan keluarga dalam perencanaan diit sesuai indikasi ini dipakai
untuk memberitahukan tentang cara pemahaman kebutuhan kalori dalam tubuh.

Ini diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi. Selanjutnya kolaborasi dengan ahli

gizi mengenai diit yang diberikan ini digunakan untuk mengetahui cara

penghitungan dan penyesuaian diit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien

sehingga tidak terjadi kekurangan nuterisi dalam tubuh.

Dalam pelaksanaannya penulis dapat melaksanakan sesuai kriteria hasil yang telah

ada karena didukung adanya peran aktif pasien dan anggota keluarga dalam

mengikuti proses keperawatan dan pasien berkeinginan agar lekas sembuh dari

penyakitnya namun ini kurang efektif karena keterbatasan waktu yang ada.

Berdasarkan respon perkembangan yang ditunjukkan oleh pasien masalah

keperawatan dapat teratasi sebagian dengan terpenuhinya sebagian kriteria hasil

yang ada yaitu pasien mengatakan nafsu makan meningkat, mulut tidak pahit,

porsi makan habis. Untuk itu penulis mempertahankan menimbang berat badan

tiap hari dan motivasi pasien untuk menghabiskan makan dan menjaga kebersihan

mulut.

3. Kelemahan fisik berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme tubuh.

Kelemahan adalah suatu keadaan dimana menunjukkan perilaku destruktif dalam

berespon terhadap ketidakmampuan untuk mengatasi stessor internal atau

eksternal dalam ketidak adekuatan sumber (fisik, psikologis, kognitif ) (carpenito,

2001 ). Diagnosa ini penulis rumuskan karena didapatkan data pasien merasa

lemes, seperti tidak bertenaga aktifitas klien dibantu anggota keluarga, dan

ditunjang adanya pemasangan infus disebelah kanan , hasil laboratorium

menunjukkan GDS 207 mg/dl GD PP 304 mg/dl. Masalah keperawatan dijadikan


prioritas ketiga karena dilihat dari keadaan umum pasien ,jika masalah ini tidak

teratasi maka ini akan memperburuk keadaan umum pasien dan timbul masalah

yang baru seperti kebersihan diri pasien terganggu. Selanjutnya untuk mengatasi

masalah ini penulis membuat perencanaan yang bertujuan agar ADL/ kebutuhan

sehari- hari tidak terganggu dalam jangka waktu 1x 24 jam dengan kriteria hasil

dapat melaksanakan aktifitas ringan dengan mandiri dan menunjukkan perbaikan

kemampuan untuk berpartisipasi aktif dalam aktifitas misalnya dapat makan

sendiri, menyisir rambut sendiri, dan berlatih turun dari tempat tidur sendiri.

Adapun perencanaan yang telah penulis rumuskan adalah : diskusikan dengan

klien kebutuhan aktivitas dan mengidentifikasi aktivitas yang menimbulkan

kelelahan ini dilakukan untuk mempermudah pasien untuk melakukan aktivitas

dan memotivasi untuk meningkatkan aktivitas meskipun pasien lelah. Berikan

latihan alternatif dengan periodik istirahat yang cukup ini dilakukan untuk

mencegah kebosanan dalam melakukan latihan aktivitas dan agar masalah

kelemahan tidak bertambah buruk dengan diselingi istirahat. Pantau tanda – tanda

vital sebelum dan sesudah latihan aktifitas ini digunakan untuk mengetahui

keadaan umum pasien. Diskusikan dengan anggota keluarga cara menghemat

energi dalam beraktifitas ini gunakan untuk mengetahui seberapa jumlah kalori

atau energi yang dibutuhkan oleh tubuh selanjutnya tingkatkan partisipasi klien

untuk melakukan aktivitas sesuai toleransi ini digunakan untuk meningkatkan

kepercayaan diri, harga diri yang positif yang sesuai tingkat aktivitas yang dapat

ditoleransi pasien diharapkan dengan adanya partisipasi dapat membuat percaya

diri dalam melakukan aktivitas.


Dalam pelaksanaannya penulis melakukan perencanaan yang telah dibuat

dan sesuai kriteria hasil yang ada karena didukung oleh peran aktif pasien dan

anggota keluarga dalam mengikuti proses keperawatan dan keinginannya besar

untuk sembuh dari penyakitnya. Berdasarkan respon perkembangan pasien yang

ditunjukkan oleh pasien masalah keperawatan dapat teratasi sebagian sesuai

kriteria hasil yang ada, aktivitas tidak terganggu lagi meskipun pasien masih

lemes pasien sudah melakukan aktivitas ringan seperti makan sendiri, berlatih

turun dari tempat tidur sendiri .Untuk itu penulis mempertahankan keadaan

tersebut dan melanjutkan perencanaan yaitu berikan latihan alternatif dengan

periodik istirahat yang cukup dan tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan

aktivitas sehari- hari sesuai dengan toleransi. Selain diagnosa diatas terdapat

diagnosa yang tidak muncul karena tidak ada data yang menunjang untuk

menegakkan diagnosa tersebut antara lain : Resiko onfeksi berhubungan dengan

penurunan leukosit, perubahan sirkulasi darah, resiko perubahan persepsi sensori

berhubungan denganperubahan zat kimia andogen , ketidakseimbangan elektrolit,

glukosa dan insulin, ini tidak didapatkan karena pandangan pasien masih 2 meter,

sehingga resiko terjadinya cidera tidakjelas dalam jarak terjadi. gangguan

perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah vena atau

arteri keperifer,ketidakberdayaan berhunungan dengan penyakit jangka panjang

atau progresifyang tidak diobati.Selain itu juga diagnosa kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan penurunan suplai darah dan nutrisi keperifer tidak terjadi

karena pada pasien ini tidak terdapat ulkus pada daerah perifer.

You might also like