You are on page 1of 10

a.

Pengertian Budaya Organisasi


Dalam budaya organisasi ditandai adanya sharing atau berbagi nilai dan
keyakinan yang sama dengan seluruh anggota organisasi. Misalnya berbagi nilai dan
keyakinan yang sama melalui pakaian seragam. Namun menerima dan memakai seragam
saja tidaklah cukup. Pemakaian seragam haruslah membawa rasa bangga, menjadi alat
kontrol dan membentuk citra organisasi. Dengan demikian, nilai pakaian seragam
tertanam menjadi basic. Menurut Sathe dalam Taliziduhu Ndraha (1997) bahwa shared
basic assumptions meliputi : (1) shared things; (2) shared saying, (3) shared doing; dan
(4) shared feelings.
Budaya organisasi dapat dipandang sebagai sebuah sistem. Mc Namara (2002)
mengemukakan bahwa dilihat dari sisi in put, budaya organisasi mencakup umpan balik
(feed back) dari masyarakat, profesi, hukum, kompetisi dan sebagainya. Sedangkan
dilihat dari proses, budaya organisasi mengacu kepada asumsi, nilai dan norma, misalnya
nilai tentang : uang, waktu, manusia, fasilitas dan ruang. Sementara dilihat dari out put,
berhubungan dengan pengaruh budaya organisasi terhadap perilaku organisasi, teknologi,
strategi, image, produk dan sebagainya.
Budaya yang strategis cocok secara eksplisit menyatakan bahwa arah budaya
harus menyelaraskan dan memotivasi anggota, jika ingin meningkatkan kinerja
organisasi. Konsep utama yang digunakan di sini adalah “kecocokan”. Jadi, sebuah
budaya dianggap baik apabila cocok dengan konteksnya. Adapun yang dimaksud dengan
konteks bisa berupa kondisi obyektif dari organisasinya atau strategi usahanya.
b. Pengembangan Budaya Organisasi Di Sekolah
Secara umum, penerapan konsep budaya organisasi di sekolah sebenarnya tidak
jauh berbeda dengan penerapan konsep budaya organisasi lainnya. Kalaupun terdapat
perbedaan mungkin hanya terletak pada jenis nilai dominan yang dikembangkannya dan
karakateristik dari para pendukungnya.
Nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah, tentunya tidak dapat dilepaskan dari
keberadaan sekolah itu sendiri sebagai organisasi pendidikan, yang memiliki peran dan
fungsi untuk berusaha mengembangkan, melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya
kepada para siswanya. Dalam hal ini, Larry Lashway (1996) menyebutkan bahwa
“schools are moral institutions, designed to promote social norms,…” .
Nilai-nilai yang mungkin dikembangkan di sekolah tentunya sangat beragam. Jika
merujuk pada pemikiran Spranger sebagaimana disampaikan oleh Sumadi Suryabrata
(1990), maka setidaknya terdapat enam jenis nilai yang seyogyanya dikembangkan di
sekolah. Dalam tabel 1 berikut ini dikemukakan keenam jenis nilai dari Spranger beserta
perilaku dasarnya.

Tabel 1. Jenis Nilai dan Perilaku Dasarnya menurut Spranger


No Nilai Perilaku Dasar
1 Ilmu Pengetahuan Berfikir
2 Ekonomi Bekerja
3 Kesenian Menikmati keindahan
4 Keagamaan Memuja
5 Kemasyarakatan Berbakti/berkorban
6 Politik/kenegaraan Berkuasa/memerintah

Sumber : Modifikasi dari Sumadi Suryabrata. 1990. Psikologi Kepribadian. Jakarta:


Rajawali
Sebagaimana telah digambarkan dalam pengetian di atas bahwa budaya sekolah
terdiri dari sejumlah norma-norma, ritual, keyakinan, nilai-nilai, sikap dan kebiasaan
yang terbentuk dalam sekolah. Bentuk budaya sekolah secara intrinsik muncul sebagai
suatu fenomena yang unik dan menarik, karena pandangan sikap, perilaku yang hidup
dan berkembang dalam sekolah pada dasarnya mencerminkan kepercayaan dan
keyakinan yang mendalam dan khas dari warga sekolah.
Lebih khusus lagi Hedley Beare mendeskripsikan unsur-unsur budaya sekolah
dalam dua kategori, yakni unsur kasat mata dan unsur yang tidak kasat mata. Unsur yang
kasat mata mempunyai makna kalau barkaitan atau mencerminkan apa yang tidak kasata
mata. Yang tidak kasat mata itu adalah filsafat atau pandangan dasar sekolah mengenai
kenyataan yang luas, makna hidup atau yang di anggap penting dan harus diperjuangkan
oleh sekolah. Dan itu harus dinyatakan secara konseptual dalam rumusan visi, misi,
tujuan dan sasaran yang lebih kongkrit yang akan di capai oleh sekolah. Sedangkan unsur
yang kasat mata dapat termenifestasi secara konseptual yang meliputi : 1) visi,misi,
tujuan dan sasaran, 2) kurikulum, 3) bahasa komunikasi, 4) narasi sekolah, 5) narasi
tokoh-tokoh, 6) struktur organisasi, 7) ritual, 8) upacara, 9) prosedur belajar mengajar,
10)peraturan sistem ganjaran/ hukuman, 11) layanan psikologi sosial, 12) pola interaksi
sekolah dengan orang tua, masyarakat dan yang meteriil dapat berupa : fasilitas dan
peralatan, artifiak dan tanda kenangan serta pakaian seragam.

Djemari Mardapi (2003) membagi unsur-unsur budaya sekolah jika ditinjau dari usaha
peningkatan kualitas pendidikan sebagai berikut :
a. Kultur sekolah yang positif
Kultur sekolah yang positif adalah kegiatan-kegiatan yang mendukung
peningkatan kualitas pendidikan, misalnya kerjasama dalam mencapai prestasi,
penghargaan terhadap prestasi, dan komitmen terhadap belajar.
b. Kultur sekolah yang negatif
Kultur sekolah yang negatif adalah kultur yang kontra terhadap peningkatan
mutu pendidikan. Artinya resisten terhadap perubahan, misalnya dapat berupa:
siswa takut salah, siswa takut bertanya, dan siswa jarang melakukan kerja sama
dalam memecahkan masalah.
c. Kultur sekolah yang netral
Yaitu kultur yang tidak berfokus pada satu sisi namun dapat memberikan
konstribusi positif tehadap perkembangan peningkatan mutu pendidikan. Hal ini
bisa berupa arisan keluarga sekolah, seragam guru, seragam siswa dan lain-lain.
a. Pengertian Penilaian
Penilaian (assesment) adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Wiggins (dalam Materi
Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013, 2013) mendefinisikan penilaian
autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan
prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran.
Penilaian autentik mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta
didik, baik dalam rangka mengobservasi, menanya, menalar, mencoba, dan
membangun jejaring. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks
atau kontekstual, memungkinkan peserta didik menunjukkan kompetensi mereka
yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam kehidupan nyata (real
life). Karenanya, penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan ilmiah
(scientific approach) dalam pembelajaran di SMA. Hasil penilaian autentik dapat
digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program perbaikan (remedial),
pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian
autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran
yang memenuhi Standar Penilaian Pendidikan.
b. Ruang Lingkup Penilaian
Pada Kurikulum 2013 kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas
yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran. Kompetensi Inti
(KI) menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, artinya
semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai
kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti. Kompetensi dasar (KD)
dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced)
dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan.
c. Teknik dan Instrumen Penilaian
1) Penilaian kompetensi sikap
Sikap dalam mata pelajaran berkaitan dengan nilai atau norma yang
berhubungan dengan materi pembelajaran. Secara umum, objek sikap yang
perlu dinilai dalam mata pelajaran adalah sikap terhadap: materi pelajaran,
guru/pengajar, dan proses pembelajaran.Pendidik melakukan penilaian
kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri (self assessment),
penilaian teman sejawat/antarpeserta didik (peer assessment), dan jurnal.
Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian
antarpeserta didik adalah lembar pengamatan berupa daftar cek (checklist)
atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada
jurnal berupa catatan pendidik. Penilaian sikap dinyatakan secara kualitatif
dengan kriteria Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K).
2) Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan. Instrumen tes tulis dapat berupa soal pilihan ganda, isian,
jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian
dilengkapi pedoman penskoran. Bentuk soal yang sering digunakan di SMA
adalah pilihan ganda dan uraian. Butir soal pilihan ganda terdiri atas pokok
soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Untuk tingkat SMA biasanya
digunakan 5 (lima) pilihan jawaban. Dari kelima pilihan jawaban tersebut,
salah satu adalah kunci (key) yaitu jawaban yang benar, dan lainnya disebut
pengecoh (distractor).
3) Penilaian Kompetensi Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan penilaian portofolio.
Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating
scale) yang dilengkapi rubrik
a. JOHANN KEPLER (1571-1630).
Copernicus, Tycho Brahe, Galileo dan Kepler adalah peletak dasar
astronomi modern. Copernicus adalah seorang biarawan (Katolik). Galileo adalah
juga seorang Kristen (Katolik) yang sungguh-sungguh walaupun pernah ada
masalah soal "Teori Heliosentris versus Teori Geosentris". Kepler telah
mendapatkan rumus-rumus yang masih dipakai sampai sekarang untuk
meramalkan gerakan planet-planet. Kepler mula-mula belajar teologi. Tetapi
setelah 2 tahun ia pindah jurusan dan mempelajari astronomi. Pengaruh studi
teologinya besar dalam pernyataan- pernyataannya dibidang astronomi. Ia
berkata bahwa ia selalu berusaha memikirkan "Pikiran Allah" ("thinking God's
thoughts after Him"). Ia percaya secara harafiah Kitab Kejadian 1,2 mengenai
Penciptaan alam semesta dalam waktu enam hari. Dalam salah satu bukunya ia
menulis : "Since we astronomers are priests of the highest God in regard to the
book of nature, it befit us to be thoughtful, not of the glory of our own minds, but
rather, above all else, of the glory of God."( Terjemahan bebasnya adalah sbb :
"Karena kami, ahli astronomi adalah imam Allah yang Maha Tinggi tentang buku
alam semesta, sepatutnyalah kami memuliakan Allah, dan bukan pikiran kami
sendiri".)

b. FRANCIS BACON (1561-1626)


Bacon peletak dasar "metode ilmiah" modern yang pertama. Ia tekankan
percobaan (experiments) dan metode induksi. Hal ini berlawanan dengan metode
deduksi Aristoteles. Bacon percaya betul akan Alkitab. Ia menulis :"There are
two books laid before us to study, to prevent our falling into error ; first, the
volume of the Scriptures, which reveal the will of God ; then the volume of the
Creatures, which express His power."("Dihadapan kita ada dua buku yang harus
kita pelajari, untuk mencegah kita jatuh dalam kesalahan ; pertama Alkitab, yang
menunjukkan kehendak Allah ; lalu buku alam semesta, yang menunjukkan
KuasaNya.")
c. WERNHER VON BRAUN (1912-1977).
Von Braun mengembangkan rocket V-2 sewaktu perang dunia ke-II. Pada
tahun 1945 ia beremigrasi ke-Amerika Serikat. Pada tahun 1960 ia menjadi
direktur NASA. Ia sangat berjasa akan kemajuan Amerika Serikat dibidang
satelit dan teknologi ruang angkasa.Von Braun adalah anggota gereja Lutheran
yang aktip. Ia menulis :"Manned space flight is an amazing achievement, but it
has opened for mankind thus far only a tiny door for viewing the awesome
reaches of space. An outlook through this peephole at the vast mysteries of the
universe should only confirm our belief in the certainty of its Creator. I find it as
difficult to understand a scientist who does not acknowledge the presence of a
superior rationality behind the existence of the universe as it is to comprehend a
theologian who would deny the advances of science."("Penerbangan ruang
angkasa yang berawak adalah suatu prestasi yang menakjubkan, tetapi sampai
sekarang ia hanya membuka pintu yang kecil untuk melihat ruang angkasa yang
sangat luas. Suatu pengamatan dari lubang intip ini, seharusnya meneguhkan
iman kita akan kepastian ada nya Penciptanya. Saya merasa sama sulitnya untuk
mengerti seorang ilmuwan yang tidak mengakui adanya Allah yang Maha Tahu
dibelakang alam semesta ini, seperti seorang teolog yang menyangkal adanya
kema juan dalam ilmu pengetahuan alam.)

d. THALES (Yunani, 624-546 SM)


Thales adalah seorang ahli filsafat. Pada zamannya seorang ahli filsafat
mempelajari matematika, astronomi, fisika dan ilmu pengetahuan alam. Thales
lahir di Yunani kemudian pergi ke Mesir untuk belajar. Ia mengukur tinggi
piramida dengan menggunakan pengertian kesebangunan dan meramalkan waktu
peredaran matahari. Tak heran jika ia disebut sebagai Bapak Awal Ilmu
Matematika dan Astronomi.
e. PHYTAGORAS (Yunani, 582-493 SM)
Meskipun Phytagoras adalah seorang ahli filsafat namun ia juga
mempelajari musik dan ilmu-ilmu lain. Ia lahir di Yunani dan kemudian ke Mesir
dan Babylonia untuk belajar.Phytagoras terkenal dengan dalilnya yang
menerangkan bahwa dalam suatu segitiga siku-siku, kuadrat sisi miring sama
dengan jumlah kuadrat sisi-sisi lainnya. Segitiga siku-siku yang sisi-sisinya
berbanding 3 : 4 : 5 merupakan dasar dari dalil matematika untuk perhitungan
sudut-sudut dalam segitiga a2 + b2 = c2 dan pertama kali digunakan oleh para
perentang tali di Mesir untuk tanah dengan tali-tali bersimpul. Menurut hikayat,
ia menemukan dalil itu ketika ia sedang mengamati susunan lantai bersegitiga di
rumah salah seorang temannya. Di lain cerita, ketika ia sedang melewati bengkel
pandai besi ia mendapat ide dari berbagai jenis suara yang dihasilkan oleh
pukulan martil. Bahwa semakin pendek pegangan martil semakin tinggi frekuensi
nada yang dihasilkan. Dengan menggunakan ide ini ia menciptakan jenis-jenis
kecapi dan seruling.

f. EUCLIDES (Yunani, Kira-kira 300 SM)


Euclides menulis 13 jilid buku tentang geometri. Dalam buku-bukunya ia
menyatakan aksioma (pernyataan-pernyataan sederhana) dan membangun semua
dalil tentang geometri berdasarkan aksioma-aksioma tersebut. Contoh dari
aksioma Euclides adalah, "Ada satu dan hanya satu garis lurus garis lurus, di
mana garis lurus tersebut melewati dua titik". Buku-buku karangannya menjadi
hasil karya yang sangat penting dan menjadi acuan dalam pembelajaran Ilmu
Geometri. Bagi Euclides, matematika itu penting sebagai bahan studi dan bukan
sekedar alat untuk mencari nafkah. Ketika ia memberi kuliah geometri pada raja,
baginda bertanya, "Tak adakah cara yang lebih mudah bagi saya untuk mengerti
dalam mempelajari geometri?". Euclides menjawab, "Bagi raja tak ada jalan yang
mudah untuk mengerti geometri. Setiap orang harus berpikir ke depan tentang
dirinya apabila ia sedang belajar".
g. ARCHIMEDES (Yunani, 287-212 SM)
Archimedes mempelajari matematika, fisika dan membuat banyak
penemuan. Ia menemukan prinsip tuas yang dapat menggerakkan benda berat
hanya dengan sedikit usaha. Ia memperagakan prinsip ini dengan menggerakkan
kapal dengan memakai tuas. Eucildes pun berkata, "Bila saya diberi sebuah tuas
yang cukup panjang dan titik penumpu, saya dapat menggerakkan bumi".
Euclides menggunakan pengetahuan tentang kepadatan untuk menemukan bahwa
mahkota yang dibuat untuk raja tak dibuat dengan emas murni. Ia juga
mempelajari lingkaran dan menemukan rumus untuk keliling lingkaran (2πr) dan
luas lingkaran (πr^2). Dalam hikayat ketika Archimedes sudah tua, Yunani
dikalahkan oleh Romawi. Sewaktu serdadu musuh masuk ke dalam rumahnya
dan di kamar ia sedang mempelajari sebuah lingkaran yang digambarnya di
lantai, ia berteriak, "Jangan injak lingkaran saya!" Tapi serdadu itu tak
memperdulikan teriakan Archimedes malah menikammya sampai mati.

h. ALI BIN ABI THALIB (Arab Saudi, 658-695 Masehi)


Sejak kecil Ali bin Abi Thalib menyukai berbagai ilmu dan ikut dengan
Nabi Muhammad SAW. Kelak Ali dinikahkan dengan putri Rasul, Fatimah R.A.
dan hidup dalam kesederhanaan yang teramat sangat. Meskipun hidup dalam
kesederhanaan Ali tidak surut dalam mencari ilmu pengetahuan, tak heran bila
Rasul pernah bersabda, "Apabila aku kota ilmu maka Ali adalah gerbangnya".
Ketika awal lambang bilangan dalam matematika menggunakan huruf-huruf
seperti yang pernah diajarkan oleh bangsa Romawi tergolong rumit, Ali
mempopulerkan lambang bilangan dalam huruf Arab dengan angka 1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8, 9 dan 0. Ali juga yang menyederhanakan penulisan lambang bilangan
Romawi di mana sepuluh dengan "X", seratus dengan "C", seribu dengan "M"
dan seterusnya dipermudah dengan menambahkan angka nol di belakang angka
puluhan, ribuan dan satuan dengan bilangan 10, 100, 1000 dan seterusnya, di
mana angka "0" dalam bilangan Arab diwakili dengan titik.
i. BLAISE PASCAL (Perancis, 1623-1662)
Blaise Pascal adalah seorang ahli matematika, fisika, teologi sekaligus
pujangga. Pascal menjadi sangat tertarik pada matematika khususnya geometri
ketika berumur 6 atau 7 tahun. Ketika itu ayahnya menyingkirkan buku-buku
matematikanya karena ia percaya bahwa anak kecil seharusnya tidak mempelajari
buku yang sedemikian sukar. Namun Pascal tetap saja mempelajarinya secara
sembunyi-sembunyi.
Saat berusia 12 tahun tanpa memperoleh bantuan orang lain ia menemukan
bahwa jumlah semua sudut-sudut pada suatu segitiga selalu 180º. Ia
memperlihatkan hal tersebut kepada ayahnya dan menerangkannya dengan jelas.
Ayahnya demikian tertegun sampai akhirnya mengizinkan anaknya terus belajar
matematika dengan bebas. Di saat berusia 19 tahun Pascal sudah menemukan
suatu mesin hitung yang menggunakan roda-roda gigi. Dalam bidang fisika ia
menemukan prinsip tentang tekanan dalam zat cair yang kemudian prinsip ini
diabadikan sesuai dengan namanya. Ia juga meninggalkan suatu ungkapan yang
terkenal, "Manusia adalah lalang yang lemah, akan tetapi ia adalah lalang yang
berpikir".

Kebijakan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, Kompetensi Guru, Organisasi Sekolah, Penilaian
Hasil Belajar Matematika, Materi Pendalaman Matematika

You might also like