Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR
A. DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
di sebabkan oleh ruda paksa ( Arif Mansjoer, 2000 )
Fraktur adalah kerusakan pada kontinuitas tulang ( Sandra M, 2001 )
E. PATOFISIOLOGI
Fraktur terjadi bila ada interupsi dari kontinuitas tulang. Biasanya, fraktur di sertai cidera
jaringan di sekitar yaitu ligament, otot, tendon, pembuluh darah dan persarafan.Fraktur bisa
juga di sebabkan karena trauma ataupun karena suatu penyakit, missal osteoporosis. Trauma
yang terjadi pada tulang dapat menyebabkan fraktur dan akan mengakibatkan seseorang
memiliki keterbatasan gerak, ketidakseimbangan dan nyeri pergerakan jaringan lunak yang
terdapat di sekitar fraktur, missal pembuluh darah, saraf, dan otot serta organ lainnya yang
berdekatan dapat di rusak. Pada waktu trauma ataupun karena mencuatnya tulang yang patah,
apabila kulit sampai robek akan mengakibatkan luka terbuka dan akan mengakibatkan
seseorang beresiko terkena infeksi.
Tulang memiliki banyak pembuluh darah ked lam jaringan lunak atau luka yang terbuka.
Luka dan keluarnya darah dapat mempercepat pertumbuhan bakteri.
Pada osteoporosis secara tidak langsung mengalami penurunan kadar kalsium dalam tulang.
Dengan berkurangnya kadar kalsium dalam tulang lama – kelamaan tulang menjadi rapuh
sehingga hanya trauma minimal saja atau tanpa trauma sedikitpun akan mengakibatkan
terputusnya kontinuitas tulang yang di sebut fraktur.
Tingkatan pertumbuhan tulang :
1) Hematoma Formation ( Pembentukan Hematoma )
Karena pembulih darah cedera maka terjadi pada daerah fraktur dan kedalam jaringan di
sekitar tulang tersebut. Reaksi peradangan hebat timbul setelah fraktur. Sel – sel darah putih
dan sel most terakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat tersebut. Darah
menumpuk dan mengeratkna ujung – ujung tulang yang patah dan fagositosis dan
pembersihan sisa –sisa sel mati dimulai.
F. PATHWAY
Pathway Fraktur klik disini.
G. PROSEDUR DIAGNOSTIK
1) Pemeriksaan Laboratorium
Hb, Hct sedikit rendah, di sebabkan perdarahan.
akan jaringan emak sangat luas.
Peningkatan jumlah leukosit adalah respon stress norma; setelah trauma.
2) Pemeriksaan Penunjang
mbaan fraktur deformitas
CT – Scan untuk mmperlihatkan fraktur atau mendeteksi struktur fraktur
Venogram untuk menggambarkan arus vaskularisasi
Radiograf, untuk menentukan integritas tulang
Antroskopi, untuk mendeteksi keterlibatan sendi
Angiografi, bila dikaitkan dengan cedera pembuluh darah
Konduksi saraf dan elektromiogram, untuk mendeteksi cedera saraf
H. KOMPLIKASI
1) Sindrom Kompartemen
Komplikasi inin terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruangan tertutup di otot
yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan hambatan aliran
darah yang berat sehingga menyebabkan keusakan otot.
2) Trombo Embolic Complication
Terjadi pada individu yang mobil dalam waktu yang lama.
3) Infeksi
Paling sering menyertai fraktur terbuka dan dapat di sebabakan melalui logam bidai.
4) Mal Union
Suatu keadaan di mana tulang yang patah telah embuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
5) Osteomyelitis
Infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum atau korteks tulang dapat terbuka, luka
tembus atau selama operasi.
I. PENATALAKSANAAN
Fraktur biasanya menyertai trauma, untuk itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan
terhadap jalan napas ( airway ), proses pernapasan ( breathing ) dan sirkulasi apakah terjadi
syok atau tidak.
a. Intervensi Terapeutik
Penatalaksanaan kadaruratan meliputi :
Pembebatan fraktur di atas dan di bawah sisi cenderung sebelum memindahkan pasien.
Pembebatan / pembidaian mencegah luka dan nyeri yang lebih jauh dan mengurangi
komplikasi.
Memberikan kompres dingin, untuk menekan perdarahan, edema dan nyeri.
Meninggikan tungkai untuk menurunkan edema dan nyeri.
Kontrol perdarahan dan memberikan penggantian cairan untuk mencegah syok.
Fiksasi eksternal untuk menstabilkan fraktur komplek dan terbuka.
Pemasangan traksi untuk tulang panjang.
Traksi kulit : Kekuatan di berikan pada kulit dengan busa karet
Traksi skelet : Kekuatan yang di berikan pada tulang skelet secara langsung dengan
menggunakan kawat pen.
b. Intervensi Farmakologis.
Anestesi local, analgetik narkotik, relaksan otot, atau di berikanuntuk membantu pasien
selama prosedur reduksi tertutup. Imobilisasi di lakukan dengan jangka waktu yang berbeda –
beda. Fisioterapi untuk mempertahankan otot yang luka bila tidak dipakai dapat mengecil
secara cepat. Setelah fraktur sembuh,mobilisasi sendi dapat dimulai sampai ekstremitas betul
– betul telah kembali normal. Fungsi penyangga badan ( weight bearing) diperbolehkan
setelah terbentuk cukup callus.
G CARE PLAN
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
- Perawat perlu menentukan data biografi, riwayat terjadinya trauma
- Obat – obatan yang sering di gunakan
- Kebiasaan minum – minuman keras
- Nutrisi, hoby, pekerjaan
b. Pemeriksaan Fisik
- Kaji seluruh system tubuh yang besar : kepala, dada, abdomen.
- Inspeksi perubahan bentuk tulang, lokasi fraktur, gerakan pasien.
- Integrasi kulit ( laserasi kulit, perubahan warna, perdarahan )
- Nyeri, Neurosensasi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut ybd. agen injuri fisik.
Definisi : Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional
yang muncul secara actual / potensial kerusakan jaringan atau
menggambarkan adanya kerusakan serangan mendadak atau perlahan dari
intensitas ringan sampai berat yang dapat di antisipasi atau di prediksi durasi
kurang dari 6 bulan.
Tujuan : Nyeri dapat di minimalkan setelah di lakukan tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil
Tidak
Indikator Selalu Sering Kadangkadang Jarang
pernah
Melaporkan nyeri 1 2 3 4 5
Mempengaruhi kondisi tubuh 1 2 3 4 5
Melaporkan frekuensi nyeri 1 2 3 4 5
Menunjukkan ekspresi nyeri 1 2 3 4 5
Menjaga posisi tubuh 1 2 3 4 5
Menunjukkan tekanan otot 1 2 3 4 5
Menunjukkan perubahan RR 1 2 3 4 5
Menunjukkan perubahan TD 1 2 3 4 5
Menunjukkan perubahan pupil 1 2 3 4 5
Berkeringat saat nyeri 1 2 3 4 5
Intervensi
- Kaji ulang nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi
- Observasi TTV per 8 jam
- Berikan posisi nyaman ke klien
- Observasi respon verbal dan non verbal tentang ketidaknyamanan
- Ajarkan tekhnik relaksasi ( ex: napas dalam )
- Laksanakan pemberian terapi analgesik
b. Kerusakan Mobilitas Fisik ybd. kerusakan musculoskeletal.
Definisi : Keterbatasan dalam kebebasan untuk pergerakan fisik tertentu pada bagian tubuh
atau satu atau lebihekstremitas.
Tujuan : Kerusakan mobilitas fisik dapat di minimalkan setelah di lakukan tindakan
keperawatan.
Kriteria Hasil :
Mandiri
Perlu
dengan
bantuan Perlu
Indikator Tergantung bantuan Mandiri
orang pengawasan
orang
lain
lain
Menunjukkan keseimbangna berdiri 1 2 3 4 5
Posisi tubuh saat berdiri 1 2 3 4 5
Melakukan pergerakan otot 1 2 3 4 5
Menunjukkan pergantian posisi 1 2 3 4 5
Ambulasi : berjalan 1 2 3 4 5
Ambulasi : kursi roda 1 2 3 4 5
Intervensi :
- Observasi tingkat pergerakan klien
- Awasi TD perhatikan keluhan pusing
- Instruksikan klien dalam rentang gerak aktif pasif
- Berikan bantuan dalam mobilisasi
- Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
c. Resiko Infeksi ybd. kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan.
Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme patogen
Tujuan : Infeksi tidak terjadi setelah di lakukan tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil :
Tidak
Indikator Selalu Sering Kadangkadang Jarang
pernah
Menunjukkan bentuk penularan 1 2 3 4 5
Menunjukkan faktor penyebab 1 2 3 4 5
penularan
Menunjukkan pengurangan penularan 1 2 3 4 5
Menunjukkan tanda dan gejala 1 2 3 4 5
Menunjukkan prosedur screening 1 2 3 4 5
Menunjukkan peningkatan aktivitas 1 2 3 4 5
resisten
Intervensi :
- Observasi TTV / 8 jam
- Inspeksi kulit adanya eritema, drainage.
- Jaga balutan tetap kering dan bersih
- Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic.
- Anjurkan pada klien dan keluarga untuk tidak memegangi luka.
- Kolaborasi untuk pemberian anibiotik.
Intervensi :
- Kaji pola tidur klien
- Observasi TTV / 8 jam
- Kurangi kebisingan saat klien mau tidur
DAFTAR PUSTAKA