Professional Documents
Culture Documents
KEPEMERINTAHAN DALAM
MENGATASI MASALAH ROKOK DI
INDONESIA
Published August 18, 2016 / by Pringadi As / 1 Commenton SINERGITAS ELEMEN KEPEMERINTAHAN
DALAM MENGATASI MASALAH ROKOK DI INDONESIA
Menurut The Tobacco Atlas 3rd edition, 2009 terkait persentase penduduk
dunia yang mengkonsumsi tembakau didapatkan sebanyak 57% pada
penduduk Asia dan Australia, 14% pada penduduk Eropa Timur dan pecahan
Uni Soviet, 12% penduduk Amerika, 9% penduduk Eropa Barat, dan 8% pada
penduduk Timur Tengah serta Afrika. Sementara itu ASEAN merupakan
sebuah kawasan dengan 10% dari seluruh perokok dunia dan 20% penyebab
kematian global akibat tembakau. Persentase perokok.pada penduduk di
negara ASEAN tersebar di Indonesia (46,16%), Filipina (16,62%), Vietnam
(14,11%), Myanmar (8,73%), Thailand (7,74%), Malaysia (2,90%), Kamboja
(2,07%), Laos (l,23%), Singapura (0,39%), dan Brunei (0,04%).
Pengkonsumsian produk tembakau pada satu sisi adalah hak pribadi masing-
masing warga negara. Namun di sisi lain, ada ruang publik yang mesti
dihormati. Hak masvarakat untuk menghirup udasa segar bebas dari asap
rokok, harus mendapat perhatian. Ketika penggunaan produk tembakau telah
menganggu ketertiban dan meresahkan orang lain, maka saat itu hak
seseorang akan udara bersih yang sehat mulai terabaikan. Walaupun sudah
jelas dalam pasal 2 ayat 1dan 2: PP No. 109 tahun 2012 diatur tentang
penyelenggaraan pengamanan penggunaan produk tembakau agar tidak
membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga, masvarakat, dan
lingkungan.
Biaya ekonomi dan sosial yang ditimbulkan akibat konsumsi tembakau terus
meningkat dan beban peningkatan ini sebagian besar ditanggung oleh
masyarakat miskin. Angka kerugian akibat rokok setiap tahun mencapai US$
200 juta dolar, sedangkan angka kematian akibat penyakit yang diakibatkan
merokok terus meningkat. Di Indonesia, jumlah biaya konsumsi tembakau
tahun 2005 yang meliputi biaya langsung di tingkat rumah tangga dan biaya
tidak langsung karena hilangnya produktivitas akibat kematian dini, sakit dan
kecacatan adalah US$ 18,5 Milvar atau Rp 167,1 Triliun (Kosen. S, 2007).
Jumlah tersebut adalah sekitar 5 kali lipat lebih tinggi dari pemasukan cukai
sebesar Rp32,6 Triliun atau US$ 3,62 Milvartahun 2005 (lUS$ = Rp 8.500,-).
Jumlah perokok di seluruh dunia kini mencapai 1,2 milyar orang dan 800 juta
di antaranva berada di negara berkembang. Menurut data WHO, lndonesia
merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah
Cina dan India. Peningkatan konsumsi rokok berdampak pada makin tingginya
beban penyakit akibat rokok dan bertambahnya angka kematian akibat rokok.
Tahun 2030 diperkirakan angka kematian perokok di dunia akan mencapai 10
juta jiwa, dan 70% di antaranya berasal dari negara berkembang. Saat ini 50%
kematian akibat rokok berada di negara berkembang. Bila kecenderungan ini
terus berlanjut, sekitar 650 juta orang akan terbunuh oleh rokok, yang
setengahnya berusia produktif dan akan kehilangan umur hidup (lost life)
sebesar 20 sampai 25 tahun (World Bank).
Rokok berbahaya
Teori permainan (game theory) dipelopori oleh ahli matematika John Von
Neumann dan ekonom Oskar Morgenstem pada tahun 1944 dan tidak lama
kemudian teori ini diakui sebagai terobosan baru dalam penelitian tentang
oligopoli. Secara umum, teori permainan berkaitan dengan strategi terbaik
atau optimum dalam berbagai situasi konflik. Misalnya, teori permainan bias
membantu sebuah perusahaan ketika menurunkan harga tidak akan terjadi
perang harga yang mematikan atau menentukan apakah perusahaan harus
menambah kapasitas untuk mencegah pemain baru masuk dalam industri
meskipun hal ini mengurangi laba jangka pendek perusahaan, dan mengapa
kecurangan dalam kartel akan menyebabkan keruntuhan perusahaan.
Singkatnya, teori permainan ini memperlihatkan bagaimana perusahaan
oligopolistik membuat keputusan secara strategis untuk memperoleh
keunggulan kompetitif atas pesaingnya, atau bagaimana perusahaan
oligopolistik bisa memperkecil ancaman potensial akibat langkah strategis
pesaingnya.
Setiap model teori permainan terdiri atas pemain, strategi, dan ganjaran.
Pemain adalah para pembuat kepuusan yang perilakunya akan berusaha kita
jelaskan dan ramalkan. Strategi adalah pilihan untuk mengubah harga,
mengembangkan produk baru, melakukan kampanye iklan, membangun
kapasitas baru, dan tindakan serupa lainnya yang mempengaruhi penjualan
dan tingkat laba perusahaan serta pesaingnya. Ganjaran adalah hasil atau
konsekuensi dari setiap pilihan strategi. Untuk setiap strategi yang diterapkan
oleh sebuah perusahaan, biasanya terdapat strategi-strategi (reaksi) yang
bisa dilakukan oleh pesaing. Ganjaran adalah hasil atau konsekuensi dari
setiap kombinasi strategi yang dilakukan kedua perusahaan. Ganjaran
biasanya dinyatakan dalam bentuk laba atau rugi perusahaan yang kita kaji,
akibat strategi perusahaan itu atau reaksi pesaingnya. Tabel yang
mencantumkan ganjaran dari semua strategi yang dilakukan suatu
perusahaan dan reaksi yang mungkin diberikan pesaing disebut matriks
ganjaran.
Kita harus membedakan antara pemain berjumlah nol dan permainan tidak
berjumlah nol. Permainan berjumlah nol (zero-sum game) adalah permainan
di mana keuntungan salah satu pemain merupakan akibat dari pengeluaran
dan keuntungan ini secara persis seimbang dengan kerugian pemain lainnya.
Sebagai contoh hal ini terjadi jika perusahaan A meningkatkan pangsa
pasamya sebesar biaya yang dikeluarkan perusahaan B dengan
meningkatkan pengeluaran iklannya (perusahaan B tidak melakukan
perubahan iklan). Pada satu sisi, jika perusahaan B juga meningkatkan
pengeluaran iklannya, perusahaan A mungkin tidak akan memperoleh pangsa
pasar sama sekali. Di sisi lain, jika perusahaan meningkatkan harganya dan
perusahaan B tidak melakukannya, perusahaan A mungkin akan kehilangan
pasamya yang beralih ke pasar B. pemain dalam sifat ini, di mana keuntungan
satu pemain sama dengan kerugian pemain lainnya (sehingga total
keuntungan ditambah dengan total kerugian sama dengan nol) disebut
permainan berjumlah nol. Namun jika keuntungan atau kerugian salah satu
perusahaan tidak diakibatkan oleh biaya atau memberikan keuntungan dalam
jumlah sama pada perusahaan lain, kita melakukan permainan berjumlah nol.
B. Strategi Dominan Dan Keseimbangan Nash
Untuk melihat bagaimana para pemain memilih strategi yang
memaksimumkan ganjaran mereka, marilah kita mulai dengan permainan
paling sederhana dalam suatu industri yang terdiri atas dua perusahaan
(duopoli), perusahaan A dan B. masing-masing perusahaan mempunyai dua
pilihan strategi, yaitu memasang iklan atau tidak. Perusahaan A, tentu saja
mengharapkan laba yang lebih tinggi jika dia memasang iklan disbanding jika
tidak memasang iklan. Tetapi tingkat laba perusahaan A sebenamya, juga
tergantung dari apakah perusahaan B mesang atau tidak iklan. Dengan
begitu, setiap strategi yang dilakukan oleh perusahaan A yaitu memasang
iklan atau tidak) bisa dihubungkan dengan setiap strategi perusaaan B (juga
memasang atau tidak iklan).
Perusahaan B
Pasang iklan Tidak pasang iklan
Perusahaan A Pasang iklan (4,3) (5,1)
Tidak pasang iklan (2,5) (3,2)
Dari table diatas, kita melihat bahwa mengaku adalah adalah strategi dominan
atau terbaik bagi tersangka A, apa pun yang dilakukan oleh tersangka B.
alasannya adalah, jika tersangka B mengaku, maka tersangka A menerima
hukuman 5 tahun jika mengaku dan 10 tahun jika tidak. Demikian pula jika
tersangka B mengaku, tersangka A bebas jika dia mengaku dan menerima
hukuman 1 tahun ika tidak. Jadi strategi dominan bagi tersangka A adalah
mengaku. Mengaku juga merupakan strategi dominan atau terbaik bagi
tersangka B. alasannya adalah bahwa jika tersangka A mengaku, tersangka B
menerima hukuman 5 tahun jika mengaku dan 10 tahun jika tidak. Demikian
pula jika tersangka A tidak mengaku, tersangka B bebas jika dia mengaku dan
menerima hukuman 1 tahun jika tidak. Jadi, strategi dominan bagi tersangka B
adalah juga mengaku.
Jika setiap tersangka melakukan strategi dominan dengan mengaku, masing-
masing akan menerima 5 tahun hukuman penjara. Tetapi, jika masing-masing
tersangka tidak mengaku, masing-masing hanya akan diganjar 1 tahun
hukuman. Tetapi masing-masing tersangka merasa takut, seandainya dia
tidak mengaku, maka keduanya hanya akan memperoleh hukuman 1 tahun
penjara. Karena tidak mungkin melakukan kesepakatan untuk tidak mengaku
(harap diingat bahwa kedua tersangka berada terpisah di penjara dan tidak
bisa berkomunikasi), kedua tersangka akan melakukan strategi dominannya
untuk mengaku dan memperoleh tuntutan hukuman 5 tahun penjara.
Perhatikan bahwa meskipun berhasil dicapai kesepakatan untuk tidak
mengaku, kesepakatan tersebut tidak bisa dipastikan untuk berlaku. Karena
itu, setiap tersangka akhimya akan mengaku dan menerima hukuman 5 tahun
penjara.
PEMERINTAH SEBAGAI PEMAIN DALAM MENGURANGI PEROKOK DI
INDONESIA
WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2030, dari 70% kematian yang
disebabkan oleh rokok akan terjadi di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, Riset Kesehatan Dasar 2010
menyebutkan prevalensi perokok saat ini sebesar 34,7%; artinya lebih dari
sepertiga penduduk merupakan perokok. Untuk itu, pengembangan Pedoman
Kawasan Tanpa Rokok sangatlah tepat dan harus menjadi agenda
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Pertama, pemerintah harus mengidentifikasi para pemainnya sendiri:
1. Kementerian Keuangan
2. Kementerian Kesehatan
3. Kementerian Dalam Negeri
4. Kementerian Pendidikan
5. Kementerian Informasi dan Komunikasi
6. Kementerian Pemuda dan Olahraga
7. Kementerian Tenaga Kerja
8. Kementerian Sosial
Minimal kedelapan kementerian tersebut saling bersinergi untuk melakukan
teori permainan dalam mengurangi jumlah perokok di Indonesia.
Kedua, pemain yang tak kalah pentingnya adalah badan legislatif atau DPR
yang membuat undang-undang. Ketiga, organisasi kemasyarakatan.
Keempat, masyarakat itu sendiri (dibedakan menurut kelompok umur), dan
terakhir, industri rokok baik itu pengusaha rokoknya, pekerja di perusahaan
rokok tersebut, dan petani tembakau.
Yang sudah dilakukan pemerintah saat ini sejalan dengan pengendalian
tembakau dari WHO, di Indonesia menerapkan Kebijakan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) sebagai strategi intervensi utama pengendalian rokok. Kebijakan
ini diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 188/MENKES/PB/I/2011 Nomor 7 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok, bahwa dalam rangka
melindungi individu, masyarakat, dan lingkungan terhadap paparan asap
rokok, pemerintah daerah perlu menetapkan kawasan tanpa rokok.
Sejalan dengan ketentuan Pasal 140 dan Pasal 141 Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, melalui hak inisiatifnya. Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Palembang menyampaikan Rancangan
Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok dan kemudian ditetapkan
Peraturan Daerah Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Perda sudah diterbitkan
adalah Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 7 Tahun 2009 Tentang
Kawasan Tanpa Rokok.
Berikut adalah landasan Hukum Kawasan Tanpa Rokok:
1. Instruksi Menteri Kesehatan Nomor 84/Menkes/Inst/II/2002 tentang
Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan
2. Instruksi Menteri Pedidikan dan Kebudayaan RI Nomor 4/U/1997tentang
Lingkungan Sekolah Bebas Rokok
3. Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
161/Menkes/Inst/III/1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap Rokok.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 113 sampai dengan 116
6. Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
7. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak
8. Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 39 Tahun 1999 tentang
HakAsasi Manusia
9. Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup
11. Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia No. 19 Tahun 2003
tentangPengamanan Rokok bagi Kesehatan
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencema Udara.
Dengan diterapkannya KTR di setiap daerah diharapkan lingkungan yang
sehat dapat terwujud di Fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar
mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja
dan tempat umum serta tempat-tempat lain yang ditetapkan.
Kawasan yang tidak boleh ada orang merokok, memproduksi dan promosi
rokok. Kawasan Tanpa Rokok, yang selanjutnya disingkat KTR, adalah
ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau
kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan
produk tembakau.
Manfaat KTR antara lain: menghargai dan melindungi hak bukan perokok
untuk bebas dari paparan asap rokok yang berbahaya untuk kesehatan,
mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok,
memberikan citra positif bagi fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses
belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum,
tempat kerja dan tempat umum serta tempat-tempat lain yang ditetapkan,
membatasi ruang gerak perokok untuk menyebarkan paparan asap kepada
bukan perokok dan menurunkan angka perokok dan mencegah meningkatnya
angka perokok pemula. Tujuan pengaplikasian KTR adalah menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat rokok, mengubah perilaku masyarakat
untuk hidup sehat, mengoptimalkan produktivitas kerja, mewujudkan kualitas
udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok, menurunkan angka
perokok dan mencegah perokok pemula, mewujudkan generasi muda yang
sehat, memberikan acuan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan KTR,
memberikan pelindungan dari bahaya asap rokok, memberikan ruang dan
lingkungan yang bagi masyarakat dan menurunkan angka kejadian akibat
dampak buruk merokok baik langsung maupun tidak langsung.
Hal penting lainnya adalah ketika tujuan kampanye antirokok itu tercapai, dan
pabrik rokok tercapai, pemerintah harus memikirkan pekerja yang kehilangan
lapangan pekerjaannya di pabrik rokok, juga para petani tembakau—yang
harus dibimbing dengan baik oleh pemerintah untuk mengalihkan lahannya
dari tembakau ke produk pertanian lain.
DAFTAR PUSTAKA
All materials on our website are shared by users. If you have any questions about copyright issues, please report us to resolve
them. We are always happy to assist you.
DOCUMENTS
Download: 0
Comment: 0
98
views
Comments
Description
Download Upaya Menanggulangi Dan Mencegah Rokok
Transcript
Upaya menanggulangi dan mencegah rokok 1. Pemerintah Berbagai upaya yang telah dilakukan
pemerintah dalam menanggulangi bahaya merokok agar masyarakat mengurangi merokok bahkan
berhenti merokok. Upaya tersebut antara lain : a. Instruksi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan No. 091/C/I/Inst/1978, tentang larangan bagi
pelajar membawa rokok. b. Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.4/U/1997 tentang
lingkungan sekolah bebas asap rokok. c. Intruksi Departemen Perhubungan, tentang larangan merokok
atau mengurangi merokok dan memasang iklan rokok pada tempat-tem pat pelayanan umum, seperti
tempat penjualan karcis, ruang tunggu penumpang dan sarana angkutan umum. d. Instruksi Menteri
Kesehatan No. 84/MenKes/Inst/II/2002, tentang kawasan tanpa rokok di tempat kerja dan sarana
kesehatan. 2. Masyarakat Berbagai upaya yang telah dilakukan masyarakat : · Kampanye antimerokok
Masyarakat melakukan kampanye mengenai bahaya merokok dengan tujuan sasaran dapat mengurangi
merokok bahkan berhenti merokok. Kampanye dapat dilakukan diberbagai tempat, diantaranya : ·
Lingkungan terdekat (keluarga) · Lingkungan kelompok · Masyarakat 3. Diri sendiri a. Agama Untuk
menghindari dari ketagihan rokok, yakni mendekatkan diri kepada Allah. (membaca Al-Quran, sholat,
berdoa, Ramadhan/puasa sbg momentum penting untuk berhenti merokok). b. Kesadaran perilaku
Pengetahuan akan bahaya merokok dan kesadaran perilaku akan menjadi dasar untuk merubah perilaku
dalam menjauhi merokok. Dapat dilakukan dengan memasang stimulus atau masukan negative dengan
perilaku yang ingin diubah, contohnya merokok terus-menerus sampai muntah, hal ini dilakukan agar
rokok dapat terlihat sangat negative. c. Mengandalkan Terapi dan Obat-Obatan · Terapi Penggantian
Nikotin Nikotin yang biasanya didapat dari rokok diganti sumbernya dengan nikotin yang didapat dari
kulit (susuk nikotin atau transedental nicotine), mukosa hidung (nikotin sedot hidung), dan mukosa
mulut (permen karet nikotin). · Pemberian obat-obatan bukan nikotin · Metode Akupuntur · Metode
Hipnotis Hipnotis digunakan karena mampu merubah perilaku orang secara setengah sadar tetapi
sukarela. Artinya, jika pada saat trance dia diberi intervensi oleh penghipnotis bahwa merokok itu buruk
dan dia harus berhenti, maka pada saat dia sadar kembali, besar kemungkinan dia akan berhenti,
sekalipun dia tidak tahu siapa yang menyuruhnya berhenti. 4. Cara mencegah merokok a. Tidak membeli
rokok b. Melakukan hobi yang menyenangkan setiap kali teringat atau merokok c. Meminta keluarga
atau teman yang tidak merokok untuk mengingatkan agar tidak merokok setiap kali kita akan mulai
merokok d. Setiap ada perasaan ingin merokok agar ditunggu 10 menit, tarik nafas dalam-dalam atau
genggam kepalan tangan erat-erat dan coba untuk santai, dorongan merokok akan hilang. e. Apabila
jenuh, tangani pekerjaan yang sudah lama tertunda f. Apabila konsentrasi, kunyah permen atau apel g.
Luangkan lebih banyak waktu dengan orang yang tidak merokok dan mendiskusikan masalah menarik
yang sedang terjadi h. Setelah makan, jalan-jalan atau membaca buku
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------