You are on page 1of 16

SINERGITAS ELEMEN

KEPEMERINTAHAN DALAM
MENGATASI MASALAH ROKOK DI
INDONESIA
Published August 18, 2016 / by Pringadi As / 1 Commenton SINERGITAS ELEMEN KEPEMERINTAHAN
DALAM MENGATASI MASALAH ROKOK DI INDONESIA

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 109 tahun 2012 tentang Pengamanan


Bahan yang Mengandung Zat Aditif berupa Produk Tembakau bagi
Kesehatan, rokok adalah salah satu Produk Tembakau yang dimaksudkan
untuk dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kr:etek,
rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicationa
tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya
mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan. Rokok
biasanva berbentuk silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga
120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang
berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah.

Produk tembakau adalah suatu produk yang secara keseluruhan atau


sebagian terbuat dari daun tembakau sebagai bahan bakunya yang diolah
untuk digunakan dengan cara dibakar, dihisap, dan dihirup atau dikunyah (PP
No. 109 tahun 2012). Produk tembakau yang dimaksud mengandung zat aditif
dan bahan lainnya yang berbahaya bagi kesehatan baik secara langsung
maupun tidak langsung.

Menurut The Tobacco Atlas 3rd edition, 2009 terkait persentase penduduk
dunia yang mengkonsumsi tembakau didapatkan sebanyak 57% pada
penduduk Asia dan Australia, 14% pada penduduk Eropa Timur dan pecahan
Uni Soviet, 12% penduduk Amerika, 9% penduduk Eropa Barat, dan 8% pada
penduduk Timur Tengah serta Afrika. Sementara itu ASEAN merupakan
sebuah kawasan dengan 10% dari seluruh perokok dunia dan 20% penyebab
kematian global akibat tembakau. Persentase perokok.pada penduduk di
negara ASEAN tersebar di Indonesia (46,16%), Filipina (16,62%), Vietnam
(14,11%), Myanmar (8,73%), Thailand (7,74%), Malaysia (2,90%), Kamboja
(2,07%), Laos (l,23%), Singapura (0,39%), dan Brunei (0,04%).
Pengkonsumsian produk tembakau pada satu sisi adalah hak pribadi masing-
masing warga negara. Namun di sisi lain, ada ruang publik yang mesti
dihormati. Hak masvarakat untuk menghirup udasa segar bebas dari asap
rokok, harus mendapat perhatian. Ketika penggunaan produk tembakau telah
menganggu ketertiban dan meresahkan orang lain, maka saat itu hak
seseorang akan udara bersih yang sehat mulai terabaikan. Walaupun sudah
jelas dalam pasal 2 ayat 1dan 2: PP No. 109 tahun 2012 diatur tentang
penyelenggaraan pengamanan penggunaan produk tembakau agar tidak
membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga, masvarakat, dan
lingkungan.

Biaya ekonomi dan sosial yang ditimbulkan akibat konsumsi tembakau terus
meningkat dan beban peningkatan ini sebagian besar ditanggung oleh
masyarakat miskin. Angka kerugian akibat rokok setiap tahun mencapai US$
200 juta dolar, sedangkan angka kematian akibat penyakit yang diakibatkan
merokok terus meningkat. Di Indonesia, jumlah biaya konsumsi tembakau
tahun 2005 yang meliputi biaya langsung di tingkat rumah tangga dan biaya
tidak langsung karena hilangnya produktivitas akibat kematian dini, sakit dan
kecacatan adalah US$ 18,5 Milvar atau Rp 167,1 Triliun (Kosen. S, 2007).
Jumlah tersebut adalah sekitar 5 kali lipat lebih tinggi dari pemasukan cukai
sebesar Rp32,6 Triliun atau US$ 3,62 Milvartahun 2005 (lUS$ = Rp 8.500,-).
Jumlah perokok di seluruh dunia kini mencapai 1,2 milyar orang dan 800 juta
di antaranva berada di negara berkembang. Menurut data WHO, lndonesia
merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah
Cina dan India. Peningkatan konsumsi rokok berdampak pada makin tingginya
beban penyakit akibat rokok dan bertambahnya angka kematian akibat rokok.
Tahun 2030 diperkirakan angka kematian perokok di dunia akan mencapai 10
juta jiwa, dan 70% di antaranya berasal dari negara berkembang. Saat ini 50%
kematian akibat rokok berada di negara berkembang. Bila kecenderungan ini
terus berlanjut, sekitar 650 juta orang akan terbunuh oleh rokok, yang
setengahnya berusia produktif dan akan kehilangan umur hidup (lost life)
sebesar 20 sampai 25 tahun (World Bank).

Merokok menimbulkan beban kesehatan, sosial, ekonomi dan lingkungan


tidak saja bagi perokok tetapi juga bagi orang lain. Perokok pasif terutama
bayi dan anak-anak perlu dilindungi haknya dari kerugian akibat paparan asap
rokok. Keluarga miskin yang tidak berdaya melawan adiksinya dan
mengalihkan belanja makanan keluarganya serta biaya sekolah dan
pendidikan anak-anaknya untuk membeli rokok, sebagaimana ditampilkan
pada gambar di bawah ini.

Rokok berbahaya

TEORI PERMAINAN DAN PERILAKU STRATEGIS DI DALAM OLIGOPOLI

A. Perilaku Strategis Dan Teori Permainan

Perilaku strategis mengacu kepada rencana kerja atau perilaku oligopolis,


setelah mempertimbangkan semua reaksi yang mungkin dilakukan oleh para
pesaing selama masih ada pesaing di antara mereka untuk memperoleh laba
dan keuntungan lainnya. Karena hanya terdapat sedikit perusahaan dalam
industri tersebut, tindakan dari perusahaan satu akan berpengaruh terhadap
lainnya, dan rekasi dari perusahaan lain harus diperhitungkan oleh yang
pertama dalam menentukan tindakan mana yang paling baik. Jadi, setiap
oligopoli mengubah-ubah harga produk, atau kuantitas produk yang dijualnya,
atau tingkat pemasangan iklan dan sebagainya, dengan tujuan
memaksimumkan laba. Pengubahan tersebut dilakukan setelah perusahaan
oligopoli memperhitungkan semua kemungkinan reaksi yang akan dilancarkan
pesaing, berkaitan dengan setiap tindakan yang diambilnya. Pengkajian atas
perilaku strategis tersebut merupakan materi teori permainan.

Teori permainan (game theory) dipelopori oleh ahli matematika John Von
Neumann dan ekonom Oskar Morgenstem pada tahun 1944 dan tidak lama
kemudian teori ini diakui sebagai terobosan baru dalam penelitian tentang
oligopoli. Secara umum, teori permainan berkaitan dengan strategi terbaik
atau optimum dalam berbagai situasi konflik. Misalnya, teori permainan bias
membantu sebuah perusahaan ketika menurunkan harga tidak akan terjadi
perang harga yang mematikan atau menentukan apakah perusahaan harus
menambah kapasitas untuk mencegah pemain baru masuk dalam industri
meskipun hal ini mengurangi laba jangka pendek perusahaan, dan mengapa
kecurangan dalam kartel akan menyebabkan keruntuhan perusahaan.
Singkatnya, teori permainan ini memperlihatkan bagaimana perusahaan
oligopolistik membuat keputusan secara strategis untuk memperoleh
keunggulan kompetitif atas pesaingnya, atau bagaimana perusahaan
oligopolistik bisa memperkecil ancaman potensial akibat langkah strategis
pesaingnya.
Setiap model teori permainan terdiri atas pemain, strategi, dan ganjaran.
Pemain adalah para pembuat kepuusan yang perilakunya akan berusaha kita
jelaskan dan ramalkan. Strategi adalah pilihan untuk mengubah harga,
mengembangkan produk baru, melakukan kampanye iklan, membangun
kapasitas baru, dan tindakan serupa lainnya yang mempengaruhi penjualan
dan tingkat laba perusahaan serta pesaingnya. Ganjaran adalah hasil atau
konsekuensi dari setiap pilihan strategi. Untuk setiap strategi yang diterapkan
oleh sebuah perusahaan, biasanya terdapat strategi-strategi (reaksi) yang
bisa dilakukan oleh pesaing. Ganjaran adalah hasil atau konsekuensi dari
setiap kombinasi strategi yang dilakukan kedua perusahaan. Ganjaran
biasanya dinyatakan dalam bentuk laba atau rugi perusahaan yang kita kaji,
akibat strategi perusahaan itu atau reaksi pesaingnya. Tabel yang
mencantumkan ganjaran dari semua strategi yang dilakukan suatu
perusahaan dan reaksi yang mungkin diberikan pesaing disebut matriks
ganjaran.
Kita harus membedakan antara pemain berjumlah nol dan permainan tidak
berjumlah nol. Permainan berjumlah nol (zero-sum game) adalah permainan
di mana keuntungan salah satu pemain merupakan akibat dari pengeluaran
dan keuntungan ini secara persis seimbang dengan kerugian pemain lainnya.
Sebagai contoh hal ini terjadi jika perusahaan A meningkatkan pangsa
pasamya sebesar biaya yang dikeluarkan perusahaan B dengan
meningkatkan pengeluaran iklannya (perusahaan B tidak melakukan
perubahan iklan). Pada satu sisi, jika perusahaan B juga meningkatkan
pengeluaran iklannya, perusahaan A mungkin tidak akan memperoleh pangsa
pasar sama sekali. Di sisi lain, jika perusahaan meningkatkan harganya dan
perusahaan B tidak melakukannya, perusahaan A mungkin akan kehilangan
pasamya yang beralih ke pasar B. pemain dalam sifat ini, di mana keuntungan
satu pemain sama dengan kerugian pemain lainnya (sehingga total
keuntungan ditambah dengan total kerugian sama dengan nol) disebut
permainan berjumlah nol. Namun jika keuntungan atau kerugian salah satu
perusahaan tidak diakibatkan oleh biaya atau memberikan keuntungan dalam
jumlah sama pada perusahaan lain, kita melakukan permainan berjumlah nol.
B. Strategi Dominan Dan Keseimbangan Nash
Untuk melihat bagaimana para pemain memilih strategi yang
memaksimumkan ganjaran mereka, marilah kita mulai dengan permainan
paling sederhana dalam suatu industri yang terdiri atas dua perusahaan
(duopoli), perusahaan A dan B. masing-masing perusahaan mempunyai dua
pilihan strategi, yaitu memasang iklan atau tidak. Perusahaan A, tentu saja
mengharapkan laba yang lebih tinggi jika dia memasang iklan disbanding jika
tidak memasang iklan. Tetapi tingkat laba perusahaan A sebenamya, juga
tergantung dari apakah perusahaan B mesang atau tidak iklan. Dengan
begitu, setiap strategi yang dilakukan oleh perusahaan A yaitu memasang
iklan atau tidak) bisa dihubungkan dengan setiap strategi perusaaan B (juga
memasang atau tidak iklan).
Perusahaan B
Pasang iklan Tidak pasang iklan
Perusahaan A Pasang iklan (4,3) (5,1)
Tidak pasang iklan (2,5) (3,2)

Empat hasil yang mungkin diperoleh dari permainan sederhana ini


digambarkan dalam tabel di atas. Nomer pertama dari setiap elemen dalam
table mengacu pada ganjaran (laba) bagi perusahaan A, sementara nomor
kedua adalah ganjaran (laba) bagi perusahaan B. Dari tabel di atas, kita
melihat bahwa jika kedua perusahaan memasang iklan, perusahaan A akan
memperoleh laba sebesar 4, dan perusahaan B akan memperoleh laba
sebesar 3 (sel kiri atas dalam matisk ganjaran). Sebaliknya, elemen kiri bawah
dalam matriks ganjaran menunjukkan akan memperoleh laba sebesar 2, dan
perusahaan B memperoleh laba sebesar 5. Ganjaran lain dalam kolom kedua
tabel tersebut diartikan dengan cara yang sama.
Strategi manakah yang harus dipilih ? Pertama-tama mari kita pertimbangkan
perusahaan A. jika perusahaan B memasang iklan (yaitu bergerak ke kolom
kiri dari tabel), kita lihat bahwa perusahaan A akan memperoleh laba sebesar
4 jika dia juga memasang iklan dan hanya 2 jika dia memasang iklan. Dengan
demikian, perusahaan A harus memasang iklan jika perusahaan B
memasangnya. Jika perusahan B tidak memasang iklan yaitu bergerak ke
kolom kanan dalam tabel), perusahaan A akan memperoleh laba 5 jika dia
memasang iklan, dan 3 jika ia tidak memasang iklan. Dengan demikian,
perusahaan A harus memasang iklan tidak peduli apakah perusahaan B
memasang atau tidak. Laba perusahaan A akan lebih besar jika ia memasang
iklan dibanding jika ia tidak memasangnya, tanpa peduli apa yang dilakukan
perusahaan B. Sengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa memasang
iklan adalah strategi yang dominan bagi perusahaaan A. Strategi dominan
adalah pilihan yang optimum bagi seorang pemain, apapun reaksi yang akan
dilakukan oleh lawannya.
Hal yang sama juga berlaku bagi perusahaan B. apapun yang dilakukan
perusahaan A (yaitu apakah perusahaan A memasang atau tidak iklan), akan
lebih menguntungkan bagi perusahaan B untuk memasang iklan. Kita bisa
melihat itu dengan berpindah-pindah baris pada table. Taptnya, jika
perusahaan A memasang iklan, laba perusahaan B menjadi 5 jika memasang
iklan dan 2 jika tidak. Dengan demikian, strategi yang dominan bagi
perusahaan B adalah juga memasang iklan.
Dalam kasus ini, kedua perusahaan memiliki strategi dominan memasang
iklan, dan oleh karena itu, akan menjadi keseimbangan akhir. Kedua
perusahaan akan memasang iklan tanpa perlu mempertimbangkan apa yang
akan dilakukan oleh perusahaan lain dan akan memperoleh laba berturut-turut
sebesar 4 dan 3 (sel kiri atas dalam matriks ganjaran pada table). Perhatikan
dalam kasus ini, solusi memasang iklan atau keseimbangan akhir bagi kedua
perusahaan akan tetap dipertahankan, apakah perusahaan A dan B yang
mula-mula memilih strateginya, atau apakah kedua perusahaan memutuskan
strategi terbaik mereka secara bersamaan.
Tidak semua permainan menyediakan strategi dominan bagi setiap pemain.
Bahkan dalam dunia sesungguhnya, sangat mungkin bahwa satu atau kedua
pemain tidak memiliki strategi dominan. Contohnya adalah ditunjukkan dalam
matriks ganjaran pada tabel. Ini adalah matriks ganjaran yang sama dengan
table sebelumnya, kecuali angka pertama dalam elemen kanan bawah diubah
dari 3 menjadi 6. Sekarang perusahaaan B mempunyai strategi yang
dominan, tetapi perusahaan A tidak. Startegi dominan bagi perusahaan B
adalah memasang iklan, tidak peduli apakah perusahaan A memasang atau
tidak, yaitu sama persis dengan kasus sebelumnya, karena ganjaran bagi
perusahaan B sama dengan yang ada dalam table sebelumnya. Namun
perusahaan A sekarang tidak memiliki strategi yang dominan. Alasannya
bahwa jika perusahaan B memasang iklan, perusahaan A akan memperoleh
laba 4 jika memasang iklan dan 2 jika tidak. Jadi, jika perusahaan B
memasang iklan, perusahaan A juga harus memasang iklan. Di sisi lain jika
perusahaan B tidak beriklan, laba perusahaan A adalah 5 jika memasang iklan
dan 6 jika tidak. Jadi, perusahaan A harus memasang iklan jika perusahaan B
memasang iklan dan tidak memasangnya jika perusahaan B tidak.
Perusahaan A tidak lagi memiliki strategi dominan. Apa yang harus dilakukan
oleh perusahaan A tergantung dari apa yang dilakukan oleh perusahaan B.
Agar perusahaan A bisa menentukan memasang iklan atau tidak, pertama-
tama perusahaan A harus menentukan apa yang dilakukan oleh perusahaan
B, dan memasang iklan jika perusahaan B memasangnya dan tidak
memasang iklan jika perusahaan B tidak. Karena perusahaan mengetahui isi
ganjaran, maka perusahaan mengetahui bahwa strategi dominan perusahaan
B adalah memasang iklan. Karena itu strategi optimum bagi perusahaan A
adalah juga memasang iklan (karena perusahaan A akan memperoleh laba 4
jika memasang iklan dan hanya 2 jika tidak). Inilah keseimbangan Nash, yang
namnya diambil dari John Nash, ahli matematika dari universitas Princeton
dan pemegang hadiah nobel tahun 1994 yang meresmikan konsep tersebut
pada tahun 1951.
Keseimbangan nash (nash equilibrium) adalah sebuah situasi ketika setiap
pemain memilih strategi optimumnya, untuk menghadapi strategi yang telah
dilakukan oleh pemain lainnya. Dalam contoh di atas , strategi pemasangan
iklan yang gencar untuk perusahaan A dan perusahaan B adalah
keseimbangan nash, anggaplah bahwa perusahaan B memilih beriklan
sebagai strategi dominanya, strategi optimum untuk perusahaan A adalah
juga memasang iklan. Perhatikan bahwa ketika kedua perusahaan memiliki
strategi dominan, masing-masing perusahaan dapat memilih startegi optimum
tanpa peduli strategi apa yang dipilih oleh pesaingnya. Di sini, hanya
perusahaan B yang memiliki strategi dominan. Perusahaan tidak memilikinya.
Sebagai akibatnya perusahaan A tidak bisa memilih strategi optimumnya
tanpa terlepas dari perusahaan B. hanya ketika setiap pemain telah memilih
strategi optimumnya berdasarkan strategi yang telah dipilih oleh pemain
lainnya, maka kita akan berada dalam keseimbangan Nash., tetapi
keseimbangan Nash tidak memerlukan keseimbangan strategi dominan.
Dilema Narapidana (Prisoners Dilemma)
Perusahaan oligopolistic sering menghadapi masalah yang disebut dilema
tahanan (prisoners dilemma). Istilah ini mengacu pada sebuah situasi di mana
setiap perusahaan melaksanankan strategi dominannya, tetapi masing-
masing bisa bertindak lebih baik (artinya, memperoleh laba yang lebih besar)
dengan melakukan kerja sama. Untuk memahami hal ini, perhatikan situasi
berikut. Dua orang tersangka ditangkap atas tuduhan perampokan senjata,
dan jika terbukti salah, masing-masing harus menerima hukuman maksimum
10 tahun penjara. Namun demikian, jika kedua tersangka tidak mengakui,
mereka hanya akan dituntut satu tahun penjara atas tuduhan menyimpan
barang-barang curian. Setiap tersangka diintrograsi secara terpisah, dan
keduanya tidak diizinkan berkomunikasi. Jaksa wilayah berjanji kepada
masing-masing tersangka jika mereka mengaku, tersangka tersebut akan
dibebaskan sementara temannya (yang tidak mengaku) akan menerima
hukuman 10 tahun penjara. Jika kedua tersangka mengaku, masing-masing
akan memperoleh hukuman yang lebih ringan 5 tahun penjara. Matriks
ganjaran (negative) dalam hal masa hukuman yang harus dijalani, disajikan
dalam table berikut.

Matrik ganjaran negative (masa tahanan) untuk tersangka A dan B


Individu B
Mengaku Tidak mengaku
Individu A Mengaku (5,5) (0,10)
Tidak mengaku (10,0) (1,1)

Dari table diatas, kita melihat bahwa mengaku adalah adalah strategi dominan
atau terbaik bagi tersangka A, apa pun yang dilakukan oleh tersangka B.
alasannya adalah, jika tersangka B mengaku, maka tersangka A menerima
hukuman 5 tahun jika mengaku dan 10 tahun jika tidak. Demikian pula jika
tersangka B mengaku, tersangka A bebas jika dia mengaku dan menerima
hukuman 1 tahun ika tidak. Jadi strategi dominan bagi tersangka A adalah
mengaku. Mengaku juga merupakan strategi dominan atau terbaik bagi
tersangka B. alasannya adalah bahwa jika tersangka A mengaku, tersangka B
menerima hukuman 5 tahun jika mengaku dan 10 tahun jika tidak. Demikian
pula jika tersangka A tidak mengaku, tersangka B bebas jika dia mengaku dan
menerima hukuman 1 tahun jika tidak. Jadi, strategi dominan bagi tersangka B
adalah juga mengaku.
Jika setiap tersangka melakukan strategi dominan dengan mengaku, masing-
masing akan menerima 5 tahun hukuman penjara. Tetapi, jika masing-masing
tersangka tidak mengaku, masing-masing hanya akan diganjar 1 tahun
hukuman. Tetapi masing-masing tersangka merasa takut, seandainya dia
tidak mengaku, maka keduanya hanya akan memperoleh hukuman 1 tahun
penjara. Karena tidak mungkin melakukan kesepakatan untuk tidak mengaku
(harap diingat bahwa kedua tersangka berada terpisah di penjara dan tidak
bisa berkomunikasi), kedua tersangka akan melakukan strategi dominannya
untuk mengaku dan memperoleh tuntutan hukuman 5 tahun penjara.
Perhatikan bahwa meskipun berhasil dicapai kesepakatan untuk tidak
mengaku, kesepakatan tersebut tidak bisa dipastikan untuk berlaku. Karena
itu, setiap tersangka akhimya akan mengaku dan menerima hukuman 5 tahun
penjara.
PEMERINTAH SEBAGAI PEMAIN DALAM MENGURANGI PEROKOK DI
INDONESIA
WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2030, dari 70% kematian yang
disebabkan oleh rokok akan terjadi di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, Riset Kesehatan Dasar 2010
menyebutkan prevalensi perokok saat ini sebesar 34,7%; artinya lebih dari
sepertiga penduduk merupakan perokok. Untuk itu, pengembangan Pedoman
Kawasan Tanpa Rokok sangatlah tepat dan harus menjadi agenda
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Pertama, pemerintah harus mengidentifikasi para pemainnya sendiri:
1. Kementerian Keuangan
2. Kementerian Kesehatan
3. Kementerian Dalam Negeri
4. Kementerian Pendidikan
5. Kementerian Informasi dan Komunikasi
6. Kementerian Pemuda dan Olahraga
7. Kementerian Tenaga Kerja
8. Kementerian Sosial
Minimal kedelapan kementerian tersebut saling bersinergi untuk melakukan
teori permainan dalam mengurangi jumlah perokok di Indonesia.
Kedua, pemain yang tak kalah pentingnya adalah badan legislatif atau DPR
yang membuat undang-undang. Ketiga, organisasi kemasyarakatan.
Keempat, masyarakat itu sendiri (dibedakan menurut kelompok umur), dan
terakhir, industri rokok baik itu pengusaha rokoknya, pekerja di perusahaan
rokok tersebut, dan petani tembakau.
Yang sudah dilakukan pemerintah saat ini sejalan dengan pengendalian
tembakau dari WHO, di Indonesia menerapkan Kebijakan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) sebagai strategi intervensi utama pengendalian rokok. Kebijakan
ini diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 188/MENKES/PB/I/2011 Nomor 7 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok, bahwa dalam rangka
melindungi individu, masyarakat, dan lingkungan terhadap paparan asap
rokok, pemerintah daerah perlu menetapkan kawasan tanpa rokok.
Sejalan dengan ketentuan Pasal 140 dan Pasal 141 Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, melalui hak inisiatifnya. Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Palembang menyampaikan Rancangan
Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok dan kemudian ditetapkan
Peraturan Daerah Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Perda sudah diterbitkan
adalah Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 7 Tahun 2009 Tentang
Kawasan Tanpa Rokok.
Berikut adalah landasan Hukum Kawasan Tanpa Rokok:
1. Instruksi Menteri Kesehatan Nomor 84/Menkes/Inst/II/2002 tentang
Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan
2. Instruksi Menteri Pedidikan dan Kebudayaan RI Nomor 4/U/1997tentang
Lingkungan Sekolah Bebas Rokok
3. Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
161/Menkes/Inst/III/1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap Rokok.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 113 sampai dengan 116
6. Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
7. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak
8. Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 39 Tahun 1999 tentang
HakAsasi Manusia
9. Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup
11. Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia No. 19 Tahun 2003
tentangPengamanan Rokok bagi Kesehatan
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencema Udara.
Dengan diterapkannya KTR di setiap daerah diharapkan lingkungan yang
sehat dapat terwujud di Fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar
mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja
dan tempat umum serta tempat-tempat lain yang ditetapkan.
Kawasan yang tidak boleh ada orang merokok, memproduksi dan promosi
rokok. Kawasan Tanpa Rokok, yang selanjutnya disingkat KTR, adalah
ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau
kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan
produk tembakau.
Manfaat KTR antara lain: menghargai dan melindungi hak bukan perokok
untuk bebas dari paparan asap rokok yang berbahaya untuk kesehatan,
mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok,
memberikan citra positif bagi fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses
belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum,
tempat kerja dan tempat umum serta tempat-tempat lain yang ditetapkan,
membatasi ruang gerak perokok untuk menyebarkan paparan asap kepada
bukan perokok dan menurunkan angka perokok dan mencegah meningkatnya
angka perokok pemula. Tujuan pengaplikasian KTR adalah menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat rokok, mengubah perilaku masyarakat
untuk hidup sehat, mengoptimalkan produktivitas kerja, mewujudkan kualitas
udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok, menurunkan angka
perokok dan mencegah perokok pemula, mewujudkan generasi muda yang
sehat, memberikan acuan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan KTR,
memberikan pelindungan dari bahaya asap rokok, memberikan ruang dan
lingkungan yang bagi masyarakat dan menurunkan angka kejadian akibat
dampak buruk merokok baik langsung maupun tidak langsung.

Pembagian Kawasan Tanpa Rokok


Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 7 Tahun 2009
Tentang Kawasan Tanpa Rokok menetapkan kawasan tanpa rokok meliputi
berikut sasaran setiap tempat KTR:
1. Tempat Umum
Tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah, swasta
atas perorangan berupa ruang tertutup yang digunakan untuk kegiatan bagi
masyarakat termasuk tempat umum milik pemerintah, pemerintah provinsi,
pemerintah kota, gedung perkantoran umum, tempat pelayanan umum antara
lain terminal, termasuk terminal bus, bandara, stasiun kereta api, mall, pusat
perbelanjaan hotel, restoran dan sejenisnya. Sasaran KTR pada tempat
umum adalah pimpinan/penanggung jawab/ pengelola sarana penunjang di
tempat umum (restoran, hiburan, dsb), karyawan dan pengunjung/pengguna
tempat umum.
2. Tempat Kerja
Tempat kerja adalah ruangan tertutup bergerak atau tidak bergerak dimana
tenaga kerja bekerja atau tempat yang sering dimasuki tenaga kerja dan
tempat tempat sumber bahaya termasuk kawasan pabrik, perkantoran ruang
rapat, ruang sidang/seminar dan sejenisnya. Sasaran pada tempat kerja
adalah pimpinan/penanggung jawab/ pengelola sarana penunjang di tempat
kerja (kantin, toko, dsb), staf/pegawai/karyawan dan tamu.
3. Tempat Ibadah
Tempat ibadah adalah bangunan atau tempat tertutup yang memiliki ciri-ciri
tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadah bagi para pemeluk
masing-masing agama secara permanen tidak termasuk tempat ibadah
keluarga. Sasaran pada tempat kerja adalah pimpinan/penanggung jawab/
pengelola tempat ibadah, jemaah dan masyarakat di sekitar tempat ibadah.
4. Arena Kegiatan Anak
Arena kegiatan anak adalah tempat tertutup yang diperuntukan untuk kegiatan
anak-anak, seperti tempat penitipan anak, tempat pengasuhan anak, arena
bermain anak-anak dan sejenisnya. Sasaranya adalah pimpinan/penanggung
jawab/ pengelola tempat anak bermain dan pengguna/pengunjung tempat
anak bermain
5. Angkutan Umum
Angkutan umum adalah alat angkutan bagi masyarakat berupa kendaraan
darat, air dan udara yang merupakan ruang tertutup, termasuk di dalamnya
taksi, bus umum, angkutan kota, dan sebagainya. Sasaran KTR pada
angkutan umum adalah pengelola sarana penunjang di angkutan umum
(kantin, hiburan, dsb), karyawan, pengemudi dan awak angkutan dan
penumpang.
6. Kawasan Proses Belajar Mengajar
Kawasan Proses Belajar Mengajar adalah tempat yang dimanfaatkan untuk
kegiatan belajar dan mengajar atau pendidikan dan pelatihan. Sasaran pada
tempat proses belajar mengajar adalah pimpinan/penanggung jawab/
pengelola tempat proses belajar mengajar, peserta didik/siswa, tenaga
kependidikan (guru) dan unsur sekolah lainnya (tenagaadministrasi, pegawai
di sekolah).
7. Tempat Pelayanan Kesehatan
Tempat Pelayanan Kesehatan adalah tempat tertutup yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan
masyarakat seperti rumah sakit, puskesmas, tempat praktik dokter, tempat
praktik bidan toko obat/apotek, laboraturium, dan tempat kesehatan lainnya
antara lain balai pengobatan. Sasaran pada tempat pelayanan kesehatan
meliputi : pimpinan/penanggung jawab/ pengelola fasilitas pelayanan
kesehatan, pasien, pengunjung, tenaga medis dan non medis.

Metode, Prinsip dan Intervensi Menciptakan Kawasan Tanpa Rokok


Berbagai metode promosi tentang kawasan tanpa rokok. Pusat pengendalian
tembakau, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, merumuskan
sosialisasi Kawasan Tanpa Rokok dapat dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain
1. Dukungan Masyarakat, Pemahaman dan partisipasi masyarakat tentang
bahaya asap rokok bagi diri sendiri dan orang lain dan agar pentaatan
peraturan didasari oleh kesadaran bukan keterpaksaan karena adanya sanksi
peraturan.
2. Fase Kampanye Publik Dan Sosialisasi Masyarakat, Pra peraturan daerah
dengan tujuan meningkatkan kesadaran dan penerimaan masyarakat dan
pasca peraturan daerah dengan tujuan mendapatkan kesamaan pemahaman
tentang isi peraturan serta meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan.
3. Kerjasama dengan MEDIA, Media massa merupakan kekuatan yang dapat
mempengaruhi opini masyarakat dengan menampilkan dampak negatif akibat
rokok yang sebelumnya belum diketahui oleh masyarakat banyak.

Berikut ini adalah prinsip kebijakan Kawasan Tanpa Rokok


1. Prinsip 1 , Mengeliminasi total asap tembakau di ruangan dan
100%lingkungan tanpa asap rokok.
2. Prinsip 2, Semua orang harus terlindung dari paparan asap rokok baik
indoor maupun outdoor.
3. Prinsip 3, Peraturan bersifat mengikat secara hukum dan dibuat
sederhana,jelas dan dapat dilaksanakan secara hukum.
4. Prinsip 4, Perencanaan yang baik dan sumber daya yang cukup
dalampelaksanaan dan penegakan hukum.
5. Prinsip 5, adanya mitra dan partisipasi Lembaga-lembaga
kemasyarakatantermasuk lembaga swadaya masyarakat dan organisasi
profesidalam proses pengembangan, pelaksanaan dan penegakan hukum.
6. Prinsip 6, Pelaksanaan dimonitoring berkala.
7. Prinsip 7, Amandemen dan perbaikan peraturan dalam penegakan hukum
atau kebijakan lain menampung perkembangan bukti ilmiah dan pengalaman
berdasarkan studi kasus.

Peran Khusus Kementerian


Pertama, naikkan cukai rokok sehingga harga rokok akan lebih tinggi.
Kenaikan cukai rokok ini pula akan berefek pada pabrik-pabrik rokok. Sejak
tahun 2009, cukai rokok sudah dinaikkan dan terbukti telah membuat banyak
pabrik rokok tutup. Namun, pabrik yang tutup masihlah pabrik-pabrik yang
kecil. Kebijakan menaikkan cukai rokok ini menaikkan pendapatan dari cukai
rokok. Namun, persepsi yang harus disepakati bersama adalah fungsi cukai
bukanlah fungsi pendapatan melainkan fungsi barrier. Ketika pendapatan
cukai naik, kita tidak boleh mengklaimnya sebagai sebuah prestasi. Tapi, kita
harus membedah terlebih dahulu, apakah kenaikan pendapatan cukai adalah
kenaikan dari tarif dikalikan jumlah rokok terjual, ataukah jumlah rokok terjual
juga mengalami kenaikan. Jika hal kedua yang terjadi, maka fungsi cukai tidak
berjalan. Dan ada indikasi, bahwa kenaikan cukai malah membantu
perusahaan-perusahaan rokok yang besar, dan mematikan pabrik rokok yang
kecil saja.
Di sisi Kementerian Pemuda dan Olahraga, hendaknya mengadopsi sistem
yang digunakan oleh badan olahraga khususnya di Eropa dan Amerika, yakni
melarang rokok mensponsori kegiatan olahraga. Kita sendiri tahu, di
Indonesia, rokok menjadi sponsor utama kegiatan-kegiatan keolahragaan
seperti bulu tangkis dan sepak bola. Lebih jauh, atlet yang tertangkap basah
mengonsumsi rokok pun biasanya dikenakan denda oleh klub. Hal ini
dikarenakan ada kesadaran bahwa rokok dapat mengganggu performa
seorang atlet di lapangan. Rokok berbahaya bagi kesehatan.
Kementerian Informasi dan Komunikasi, jika tak bisa melarang iklan rokok, hal
yang dilakukan adalah membatasi jadwal tayang iklan rokok. Iklan rokok dapat
diiklankan kalau sudah melewati jam malam anak-anak (misal di atas pukul
09.00 malam). Selain itu, konten rokok di dalam iklan-iklan media cetak juga
harus dibatasi.
Kementerian Kesehatan, selain terus menerus mensosialisasikan kampanye
anti rokok, juga bersama-sama dengan Kementerian Perdagangan membatasi
penjual rokok. Rokok tidak bisa dijual bebas di pasar. Mereka yang menjual
rokok harus mendapatkan izin dari pemerintah secara resmi. Dan meniru
Amerika, rokok hanya dijual di apotek dan gerai-gerai tertentu.
Sellanjutnya, pemerintah dapat mengadopsi dari pendekatan yang digunakan
Pusat pengendalian penyakit dunia (CDC) dalam upaya mengendalikan
tembakau (smoking cessation). Intervensi program ini diberikan kepada
semua anggota rumah tangga terpilih yaitu orang tua dan anak. Intervensi
program yang akan dilakukan pada penelitian ini antara lain:
a. Brief clinical intervention
Pada tahap ini akan dipilih 2 orang tenaga kesehatan atau kader dari setiap
desa untuk pelatihan (training) mengenai rumah tangga tanpa asap rokok.
Training terhadap tenaga kesehatan atau kader bertujuan agar dapat
memberikan konseling seputar rokok dan pentingnya rumah tangga tanpa
asap rokok. Hal ini dilakukan oleh tenaga kesehatan di desa baik bidan
maupun kader puskesmas.
Pelatihan tenaga kesehatan atau kader akan dilakukan oleh peneliti bersama
anggota peneliti. Pelatihan akan diberikan sebanyak satu (1) kali selama dua
hari kepada tenaga kesehatan atau kader. Materi pelatihan yang diberikan
meliputi bahaya rokok dan pentingnya kawasan tanpa asap rokok. Tenaga
kesehatan juga akan diberikan flipchart yang mempermudah mereka
melakukan konseling tentang rokok.
b. Konseling terpadu
Konseling yang akan diberikan mengenai kawasan rumah tangga tanpa asap
rokok. Konseling ini akan diberikan oleh tenaga kesehatan atau kader yang
telah di training mengenai substansi materi yang harus disampaikan kepada
klien. Responden yang akan menjadi target konseling terpadu ini adalah
kepala rumah tangga (ayah). Responden dimotivasi untuk merokok tidak di
dalam ruangan tertutup, seperti rumah. Jika mereka ingin merokok, mereka
disarankan untuk merokok di ruangan terbuka, seperti halaman rumah dan
tidak merokok di depan anak-anak. Konsep ini dilakukan untuk mengurangi
dampak buruk dari asap rokok bagi perokok pasif di tingkat rumah tangga.
Konseling terpadu akan diberikan sebanyak satu (1) kali hingga dua kali
dalam satu bulan oleh tenaga kesehatan yang telah dilatih. Konseling ini akan
diberikan secara individual dengan cara datang ke rumah tangga yang terpilih
menjadi responden ataupun kelompok. Waktu pemberian konseling akan
dilakukan secara terpadu pada waktu sore hari pada hari-hari libur seperti
sabtu dan minggu.
c. SMS gaul promosi kesehatan
Sasaran program SMS gaul ini adalah remaja. Apabila di rumah tangga
terpilih ada anggota rumah tangga yang berstatus remaja maka sms gaul
akan diberikan sebagai penguat program intervensi kawasan rumah tangga
tanpa asap rokok yang diberikan kepada kepala keluarga. SMS gaul adalah
salah satu cara yang dipilih sebagai sarana promosi kesehatan melalui mobile
phone (handphone). Melalui sms gaul diharapkan promosi kesehatan dapat
diberikan secara kontinu dan tepat sasaran. Hal ini dikarenakan banyaknya
masyarakat yang telah menggunakan handphone terutama kalangan remaja,
sehingga dianggap handphone sebagai salah media yang dapat efektif dalam
penyebaran informasi kesehatan. SMS gaul akan diberikan secara rutin setiap
hari selama satu bulan (30 hari) kepada remaja oleh tim.
SMS gaul akan berisi pesan edukasi terhadap remaja mengenai bahaya rokok
dan ajakan untuk tidak merokok di dalam ruang tertutup dalam hal ini rumah.
Untuk remaja yang bukan perokok, sms ini akan memotivasi mereka untuk
tidak akan mencoba merokok pada usia muda. Remaja yang menjadi target
sasaran akan dimotivasi untuk meneruskan pesan singkat ini kepada peer
mereka atau teman sebaya mereka sehingga upaya promosi kesehatan bisa
meningkatkan pengetahuan remaja tentang bahaya rokok.
d. Intervensi Pemberian Permen Herbal Pengganti Rokok
Sasaran program ini adalah remaja dan orang tua. Intervensi pemberian
permen ini dilakukan setelah konseling diberikan. Diharapkan melalui
pemberian permen herbal seperti aroma jahe, cengkeh dan mint ini dapat
meminimalisir perilaku merokok di dalam rumah. Apabila saat berada di dalam
rumah responden ingin merokok dapat diganti dengan permen herbal yang
diberikan. Pemberian permen akan diberikan selama satu bulan. Jumlah
permen yang diberikan oleh tim adalah sebanyak 1 paket per responden per
minggu selama satu bulan.
e. Celengan Sehat
Responden dimotivasi untuk mengurangi kebiasaan merokok dengan
mengalokasikan sebagian uang rokok ke dalam celengan. Sehingga
responden bisa memperhitungkan keuntungan secara ekonomi ketika mereka
bisa mengurangi kebiasaan merokok. Setiap rumah tangga terpilih akan
diberikan celengan sebanyak satu (1) buah. Pada akhir intervensi akan
dihitung berapa banyak uang alokasi untuk rokok yang telah ditabung oleh
responden.
f. Rokok Elektronik
Peralatan elektronik bertenaga baterai yang dirancang menyerupai rokok, dan
dipasarkan sebagai alat bantu untuk berhenti merokok. Alat ini memungkinkan
penggunanya menikmati uap saripati nikotin. Mekanisme kerja sebagai alat
penyemprot dan menguap cairan nikotin dalam cartridge. Cairan nikotin ini
hanya mengandung nikotin, propilen glikol, penyedap (untuk mensimulasikan
rasa tembakau), dan air, tanpa tar berbahaya dan aditif kimia beracun.
g. Membungkus Rokok
Pat Owens di New York membungkus rokok-rokoknya dengan kantung plastik
dan mengubumya di dalam pot tanaman. Jika ingin merokok sebatang ia
harus menggali, mengambil 1 dan mengubur kembali sisanya. Ini
membuatnya malas merokok karena harus menggali dan mengubur berulang-
ulang. Saat ini dia sudah berhenti merokok selama 18 tahun.
h. Totok rokok
Metode ini menggunakan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)
yangmenggabungkan teori akupuntur dan sisi kerohanian.
i. Permen jahe
Orang sering merasa mual ketika harus berhenti merokok karena nikotin
menimbulkan reaksi penarikan atau sakau. Permen jahe dapat mengatasi
rasa mual dan mengurangi kecanduan nikotin.
j. Metode pendekatan farmakologi dan non-farmakologi
Terapi kombinasi melalui farmakologi (Vareniklin Tartrat/VT) dan non-
farmakologi (hipnosis kedokteran). Penelitian yang dilakukan dokter
kesehatan jiwa, dr Dharmady Agus, menunjukkan terapi kombinasi VT
ditambah hipnosis kedokteran terbukti efektif membantu berhenti merokok.
Terapi ini memiliki tingkat keberhasilan jangka pendek dan jangka panjang
yang lebih baik, dalam jangka panjang, sugesti yang ditanamkan akan
mengendap menjadi suatu nilai yang diterima dan akan menjadi kebiasaan
yang dilakukan tanpa disadari, serta membentuk suatu perilaku baru yang
mengubah perilaku sebelumnya.
k. Cold Turkey
Metode dengan memutus seluruh asupan nikotin masuk ke dalam tubuh
dalam bentuk apapun. Tidak ada koyo, permen karet, obat hisap, e-cig, atau
tembakau kunyah dan seluruh jenis asupan nikotin baru lainnya. Tujuan
dipotongnya asupan nikotin secara total untuk mengurangi ketagihan
merokok.
l. Handphone kesehatan (mHealth)
WHO melakukan pengawasan dan pemantauan tembakau dengan
meningkatkan ketersediaan data surveilans pada penggunaan tembakau,
paparan dan hasil kesehatan yang terkait didalam handphone. WHO bekerja
dengan negara-negara anggota dan mitra lainnya untuk:
1. Mendorong penggunaan standar dan protokol ilmiah dan berbasis bukti
untuk survei tembakau
2. Membangun kapasitas dalam melakukan dan melaksanakan survei, serta
diseminasi dan menggunakan hasil mereka
3. Mengembangkan, memelihara dan melaporkan data untuk memantau
kebijakan pengendalian tembakau
4. Mengembangkan, memelihara dan melaporkan data pada hasil kesehatan
yang berkaitan dengan penggunaan tembakau dan paparan.
m. Program Tembakau Global Leadership
Merupakan dasar untuk membentuk persepsi dan pandangan untuk
melakukan pengendalian rokok secara up-to-date intelijen, keahlian taktis dan
puluhan sekutu. Program kepemimpinan adalah salah satu dari beberapa
upaya sekolah untuk membuat kampanye pengendalian tembakau global.

Hal penting lainnya adalah ketika tujuan kampanye antirokok itu tercapai, dan
pabrik rokok tercapai, pemerintah harus memikirkan pekerja yang kehilangan
lapangan pekerjaannya di pabrik rokok, juga para petani tembakau—yang
harus dibimbing dengan baik oleh pemerintah untuk mengalihkan lahannya
dari tembakau ke produk pertanian lain.

DAFTAR PUSTAKA

Salvator, Dominick.2010. Manajerial Economics Buku 2 Edisi ke-5,


diterjemahkan oleh:Budi, Ihsan Setyo. Jakarta:Salemba Empat.

TEMPO.CO , Jakarta:Pemerintah Indonesia membuat tujuh program


penanggulangan tentang rokok. Bertepatan dengan peringatan Hari Tanpa
Tembakau Sedunia yang jatuh pada 31 Mei 2015, Tjandra Yoga Aditama
mengirimkan surat elektroniknya pada Sabtu, 30 Mei 2015 tentang ketujuh
program tersebut.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes)
Kementerian Kesehatan RI menerangkan tentang ketujuh program itu
sebagai berikut :
1. Peraturan Perundang-undangan.
Indonesia memiliki UU 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang ada pasal-
pasal yang mengatur kebiasaan merokok, juga ada PP 109 tahun 2012 yang
mengatur lebih rinci tentang isi UU 36 tahun 2009 di bidand penanggulangan
merokok, dan juga ada Peraturan Menteri Kesehatan, Peraturan Ka Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan juga berbagai Peraturan
Daerah serta Aturan (SK) Gubernur, Bupati dan Walikota.
2. Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
Tentang dampak merokok bagi kesehatan. Hal ini dilakukan melalui berbagai
media yang ada, baik di tempat sarana pelayanan kesehatan maupun juga
tempat-tempat umum
3. Peringatan kesehatan dalam bentuk gambar.
Untuk Indonesia, mulai 24 Juni 2014 maka semua rokok yang dijual harus
mencantumkan satu dari lima pilihan gambar peringatan kesehatan.
4. Pengaturan iklan rokok.
Harus diakui bahwa iklan berperan penting dalam pembentukan opini
masyarakat, termasuk mau merokok atau tidak. Dalam aturan yang ada di
Indonesia maka sudah ada semacam aturan tentang hal ini, walau memang
belum dalam bentuk pelarangan total.
5. Terwujudnya Kawasan Tanpa asap Rokok (KTR).
Hal ini untuk menjamin bahwa warga masyarakat ,setidaknya di tempat-
tempat umum, dapat menghirup udara bersih sehat dan bebas dari asap
rokok. Dari waktu ke waktu kita lihat bahwa di sekitar kita makin banyak
ruangan bebas asap rokok ini, termasuk di bioskop dan mal-mal besar.
6. Terselenggaranya pelayanan kesehatan untuk bantuan orang yang ingin
berhenti merokok.
7. Untuk mereka yang akhirnya jatuh sakit karena rokok akan segera
ditangani melalui program Jaminan Kesehatan Nasional.
HADRIANI P.

Read more at https://gaya.tempo.co/read/670950/ada-7-program-


penanggulangan-rokok-di-indonesia#i653Z5BPTEkJk6El.99
mencegah
Upaya
1. menanggulangi
Pemerintah rokok dan
Berbagai
dilakukan
menanggulangi
merokok
mengurangi
berhenti upaya
pemerintah
merokok.
agar bahaya
merokokyangUpaya
masyarakat dalam
telah
bahkan
tersebut
a.
Pendidikan
Menengah
Instruksiantara lain : dan Jenderal
Departemen
Direktorat
Dasar
Pendidikan
091/C/I/Inst/1978,
larangan
membawa bagi
dan pelajar
rokok. Kebudayaan
tentang No.
b.
dan
tentang
Instruksi
sekolah Kebudayaan
lingkungan
bebas Menteri
asap No.4/U/1997
Pendidikan
rokok.
c.
Perhubungan,
merokok
rokokIntruksi
merokok
pelayanan pada atau
dan Departemen
umum, tentang
mengurangi
tempat-tem
memasang
seperti larangan
pat
iklan
tempat
tunggu
angkutan
d.
No.
tentang penjualan
penumpang
Instruksi umum. karcis,
dan
84/MenKes/Inst/II/2002,
kawasan
Menteri tanpa sarana
ruang
Kesehatan
rokok
kesehatan.
2. di tempat
Masyarakat kerja dan sarana

Berbagai
dilakukan
Kampanye
Masyarakat
mengenai
tujuan
upaya
masyarakat
yang telah
antimerokok
bahaya
melakukan
:
merokok kampanye
dengan
sasaran
merokok
merokok. dapat
Kampanye
bahkan
mengurangi
berhenti
 Lingkungan
dapat
diantaranya
dilakukan: terdekat
diberbagai tempat,
(keluarga)
3.Lingkungan
Masyarakat
Diri sendiri
kelompok
a. Agama
Untuk
rokok,
kepada menghindari
yakni
Allah. mendekatkan
dari ketagihan
diri
(membaca
berdoa,
momentum
untuk Ramadhan/puasa
Al-Quran,
penting
berhentiperilaku
merokok).sholat,
sbg
b.
dan Kesadaran
Pengetahuan
menjadi
kesadaran
dasar akan
perilaku
bahaya akanmerokok
untuk
menjauhi
dilakukan
memasang
negative
ingin merubah
diubah, merokok.
dengan
dengan
stimulus perilaku
Dapat
perilaku
atau dalam
masukan
yang
contohnya
sampai
agar
dapat rokok
muntah,
terlihatmerokokhal ini
sangat terus-menerus
dilakukan
negative.
dengan
c.
Obatan
Mengandalkan
Terapi
Nikotin
dari Penggantian
rokokyangdidapat
Terapi
diganti
dan Obat-
Nikotin
biasanya
sumbernya
didapat
nikotin
(susuk
nicotine),
nikotin
yang atau transedental
dari kulit
Download
of 3

All materials on our website are shared by users. If you have any questions about copyright issues, please report us to resolve
them. We are always happy to assist you.

UPAYA MENANGGULANGI DAN MENCEGAH ROKOK


by lisaroyanimita
on Nov 30, 2015
Report
Category:

DOCUMENTS
Download: 0

Comment: 0
98

views

Comments
Description
Download Upaya Menanggulangi Dan Mencegah Rokok

Transcript
Upaya menanggulangi dan mencegah rokok 1. Pemerintah Berbagai upaya yang telah dilakukan
pemerintah dalam menanggulangi bahaya merokok agar masyarakat mengurangi merokok bahkan
berhenti merokok. Upaya tersebut antara lain : a. Instruksi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan No. 091/C/I/Inst/1978, tentang larangan bagi
pelajar membawa rokok. b. Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.4/U/1997 tentang
lingkungan sekolah bebas asap rokok. c. Intruksi Departemen Perhubungan, tentang larangan merokok
atau mengurangi merokok dan memasang iklan rokok pada tempat-tem pat pelayanan umum, seperti
tempat penjualan karcis, ruang tunggu penumpang dan sarana angkutan umum. d. Instruksi Menteri
Kesehatan No. 84/MenKes/Inst/II/2002, tentang kawasan tanpa rokok di tempat kerja dan sarana
kesehatan. 2. Masyarakat Berbagai upaya yang telah dilakukan masyarakat : · Kampanye antimerokok
Masyarakat melakukan kampanye mengenai bahaya merokok dengan tujuan sasaran dapat mengurangi
merokok bahkan berhenti merokok. Kampanye dapat dilakukan diberbagai tempat, diantaranya : ·
Lingkungan terdekat (keluarga) · Lingkungan kelompok · Masyarakat 3. Diri sendiri a. Agama Untuk
menghindari dari ketagihan rokok, yakni mendekatkan diri kepada Allah. (membaca Al-Quran, sholat,
berdoa, Ramadhan/puasa sbg momentum penting untuk berhenti merokok). b. Kesadaran perilaku
Pengetahuan akan bahaya merokok dan kesadaran perilaku akan menjadi dasar untuk merubah perilaku
dalam menjauhi merokok. Dapat dilakukan dengan memasang stimulus atau masukan negative dengan
perilaku yang ingin diubah, contohnya merokok terus-menerus sampai muntah, hal ini dilakukan agar
rokok dapat terlihat sangat negative. c. Mengandalkan Terapi dan Obat-Obatan · Terapi Penggantian
Nikotin Nikotin yang biasanya didapat dari rokok diganti sumbernya dengan nikotin yang didapat dari
kulit (susuk nikotin atau transedental nicotine), mukosa hidung (nikotin sedot hidung), dan mukosa
mulut (permen karet nikotin). · Pemberian obat-obatan bukan nikotin · Metode Akupuntur · Metode
Hipnotis Hipnotis digunakan karena mampu merubah perilaku orang secara setengah sadar tetapi
sukarela. Artinya, jika pada saat trance dia diberi intervensi oleh penghipnotis bahwa merokok itu buruk
dan dia harus berhenti, maka pada saat dia sadar kembali, besar kemungkinan dia akan berhenti,
sekalipun dia tidak tahu siapa yang menyuruhnya berhenti. 4. Cara mencegah merokok a. Tidak membeli
rokok b. Melakukan hobi yang menyenangkan setiap kali teringat atau merokok c. Meminta keluarga
atau teman yang tidak merokok untuk mengingatkan agar tidak merokok setiap kali kita akan mulai
merokok d. Setiap ada perasaan ingin merokok agar ditunggu 10 menit, tarik nafas dalam-dalam atau
genggam kepalan tangan erat-erat dan coba untuk santai, dorongan merokok akan hilang. e. Apabila
jenuh, tangani pekerjaan yang sudah lama tertunda f. Apabila konsentrasi, kunyah permen atau apel g.
Luangkan lebih banyak waktu dengan orang yang tidak merokok dan mendiskusikan masalah menarik
yang sedang terjadi h. Setelah makan, jalan-jalan atau membaca buku

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk mengurangi prevalensi merokok di Indonesia


antara lain :
 Melakukan KIE melalui media masa, antara lain : melalui leaflet, poster, seminar,
talkshow, workshop, filler TV, dll.
 Secara teratur melaksanakan kampanye Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
 Melaksanakan jejaring kerja dengan berbagai lembaga swadaya masyarakat, Universitas
& masyarakat madani dalam pengendalian tembakau.
 Mengembangkan kawasan tanpa rokok di berbagai daerah, untuk melindungi masyarat
dari bahaya rokok, sampai saat ini telah ada 25 kabupaten/kota yang memiliki kebijakan
daerah mengenai Kawasan Tanpa Rokok.
 Melaksanakan berbagai capacity building tingkat nasional & lokal mengenai pengendalian
tembakau, round table diskusi yang menghasilkan deklarasi perlindungan anak dari bahaya
rokok, seminar, talkshow, dll.
 Menyusun dan memproses Peraturan Pemerintah (RPP) tentang pengamanan bahan
yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan, sesuai dengan
pasal 113 & 116 Undang Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
 Mengembangkan strategi nasional pengendalian tembakau yang komprehensif.
 Membuat baseline data prevalensi rokok serta melakukan pemantauan prevalensi dan
kecenderungan konsumsi tembakau di masyarakat dengan berbagai survei, seperti
RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar), Susenas, survey lain seperti Global Youth Tobacco
Survey, Global Adult Tobacco Survey, dll dan membuat sistim informasi untuk memonitor
masalah kesehatan akibat tembakau/rokok ini.

Prof dr Tjandra Yoga Aditama


SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)
Kementerian Kesehatan RI

You might also like