Professional Documents
Culture Documents
NPM: 1510201098
UNIVERSITAS TIDAR
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
Bencana merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dihindari begitu saja
oleh manusia. Fenomena tersebut dapat terjadi setiap saat, secara tiba-tiba atau
melalui proses yang berlangsung secara perlahan dimanapun dan kapanpun. Bencana
dibagi menjadi tiga yaitu bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.
Bencana alam merupakan suatu peristiwa yang berada di luar kontrol manusia dan
datang tanpa diduga kapan, dimana, dan bagaimana bencana tersebut terjadi.
Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Magelang dan sekitarnya pada Sabtu
(29/4/2017) siang mengakibatkan bencana banjir bandang dan tanah longsor di dusun
Nipis, Desa Sambingrejo dan Dusun Pringapus, Desa Sambungrejo, Kecamatan
Grabag, Magelang. Bencana tersebut menimbulkan banyak korban jiwa. Hingga
pukul 20.00 WIB, tercatat ada 12 korban meninggal dunia sudah ditemukan oleh Tim
SAR yang dibantu oleh kepolisian, TNI dan relawan melakukan evakuasi di lokasi
kejadian.
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang dapat disusun antara lain:
1. Sebagai salah satu tugas akhir semester mata kuliah methodology penelitian
administrasi Negara
2. Dapat menjadi referensi dan memberikan landasan pijak untuk penelitian
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Longsor adalah gejala alami yaitu proses perpindahan massa tanah atau
batuan penyusun atau gabungan keduanya dengan arah miring dari kedudukan
semula, dikarenakan adanya pengaruh gravitasi. Secara singkat proses terjadinya
longsor adalah sebagai berikut: air meresap dan menambah beban tanah, air membus
bidang kedap yang berfungsi sebagi bidang gelincir, tanah menjadi licin, kemudian
tanah bagian atas bergerak mengikuti lereng.
1. Hujan
Penguapan air tanah dalam jumlah besar pada musim kemarau yang
panjang. Tanah kering akan menyusut volumenya sehingga munculrongga
tanah, menyebabkan rekahan tanah. Melalui retakan tanah air hujan akan
masuk dan terakumulasi dibagian dasar lereng (bidang gelincir) sehingga
menimbulkan gerakan lateral.
2. Membesarnya gaya pendorong akibat lereng terjal. Lereng terjal terjadi akibat
pengikisan oleh air dan angin. Kelerangan yang sering menyebabkan longsor
adalah kemiringan 180, apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsoran
mendatar.
3. Tanah yang kurang padat (kompak) dan tebal.
Tanah yang kurang padat
adalah tanah liat atau lempung dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan
kelerengan lebih dari 220. Tanah jenis ini berpotensi menyebabkan terjadinya
longsor, terlebih bila terjadi hujan. Tanah liat juga
rawan dengan gerakan
tanah karena lembek saat terkena air dan pecah saat suhu terlalu panas.
4. Batuan yang kurang kuat
Batuan endapan dari gunung berapi dan batuan
sedimen pasir dan campuran kerikil, lempung, dan pasir biasanya kurang kuat.
Batuan tersebut mudah lapuk dan bila terdapat pada lereng terjal rawan
terhadap tanah longsor.
5. Jenis Tata Guna Lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah lahan
persawahan, perladangan dan penggunaan lahan yang menyebabkan adaya
genangan air di lerengterjal. Pada persawahan, akar padi tidak cukup kuat
mengikat butir tanah dan tanah menjadi lembek, sehingga mudah menjadi
longsor. Sedangkan di daerah perladangan, penyebabnya adalah akar tanaman
semusim tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam.
6. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa
bumi,getaran lalu lintas kendaraan dan mesin, dan ledakan. Akibatnya adalah
tanah, badan jalan, lantai dan dinding bangunan menjadi retak.
7. Susut muka air pada danau atau bendungan
Gaya penahan lereng yang
hilang akibat susutnya air dengan cepat menjadi hilang.
8. Adanya beban tambahan
Membesarnya gaya pendorong akibat beban
tambahan, terutama di sekitar pada tikungan jalan pada daerah lembah.
9. Pengikisan / erosi
Pengikisanoleh aliran air sungai ke arah sungai. Selain
itu, penggundulan hutan (vegetasi) disekitar tikungan sungai akan
menyebabkan tebing menjadi lebih terjal.
10. Adanya material timbunan pada tebing.
Pemotongan tebing atau lembah
untuk pengembangan dan perluasan pemukiman. Tanah timbunan pada
lembah itu belum terpadatkan scara sempurna seperti tanah asli yang berada
dibawahnya. Akibatnya, ketika terjadi hujan akan terjadi penurunan tanah
yang diikuti dengan retakan tanah.
11. Bekas longsoran lama yang tidak segera ditangani
Longsoran lama biasanya
terjadi selama dan setelah terjadipengendapan material gunung berapi pada
lereng yang terjal ataupada saat atau sesudah terjadi patahan kulit bumi. Ciri-
ciri bekas longsoran lama, yaitu:
a. Tebing terjal yang panjang berbentuk tapal kuda.
b. Adanya mata air dengan pepohonan tebal karena tanahnya gembur dan
subur.
c. Daerah longsor bagian atas umumnya landai.
d. Adanya longsoran kecil pada tebing lembah.
e. Bekas longoran kecil pada longsoran lama berbentuk tebing-tebing
terjal.
Terdapat alur lembah dan pada tebingnya terdapat retakan dan
longosran kecil.
f. Longsoran lama yang cukup luas.
12. Adanya bidang diskontinuitas.
Bidang ini memiliki ciri:
a. Bidang perlapisan batuan .
b. Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar
c. Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang
kuat.
d. Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air.
13. Penggundulan hutan.
Tanah longsor sering terjadi di lahan gundul karena kurangnya pengikatan air
tanah.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif.
Untuk mendapatkan narasumber yang tepat dan sesuai tujuan, teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan sistem purposive sample. Pengumpulan data
dilakukan dengan meggunakan teknik wawancara, dokumentasi, studi pustaka dan
observasi.
Dalam penulisan laporan ini, terdapat 2 tipe data yang digunakan. Data-data
tersebut anatara lain:
1) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan narasumber,dan observasi.
Setelah semua data terkumpul, maka langka berikutnya adalah pengelolahan dan
analisa data. Yang di maksud dengan analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh dirinya sendiri atau orang lain.
Analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif, maka dalam
analisis data selama di lapangan peneliti menggunakan model spradley, yaitu tehnik
analisa data yang di sesuaikan dengan tahapan dalam penelitian, yaitu:
Pada tahap penjelajahan dengan tehnik pengumpulan data grand tour question,
yakni pertama dengan memilih situasi sosial (place, actor, activity),
Kemudian setelah memasuki lapangan, dimulai dengan menetapkan seseorang
informan “key informant” yang merupakan informan yang berwibawa dan dipercaya
mampu “membukakan pintu” kepada peneliti untuk memasuki obyek penelitian.
Setelah itu peneliti melakukan wawancara kepada informan tersebut, dan mencatat
hasil wawancara. Setelah itu perhatian peneliti pada obyek penelitian dan memulai
mengajukan pertanyaan deskriptif, dilanjutkan dengan analisis terhadap hasil
wawancara. Berdasarkan hasil dari analisis wawancara selanjutnya peneliti
melakukan analisis domain.
Pada tahap menentukan fokus (dilakukan dengan observasi terfokus) analisa data
dilakukan dengan analisis taksonomi.
Pada tahap selection (dilakukan dengan observasi terseleksi) selanjutnya peneliti
mengajukan pertanyaan kontras, yang dilakukan dengan analisis komponensial.
Hasil dari analisis komponensial, melalui analisis tema peneliti menemukan tema-
tema budaya. Berdasarkan temuan tersebut, selanjutnya peneliti menuliskan laporan
penelitian kualitatif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rincian nama dan luas tiap kecamatan serta jumlah desa pada tiap kecamatan
di dalam wilayah Kabupaten Magelang adalah sebagaimana data yang tertera
dalam table di bawah ini :
1 20 6.887 6,34
Salaman
3 8 2.244 2,07
Ngluwar
2,91
4 Salam 12 3.163
Srumbung
5 17 5.163 4,90
6 Dukun 15 5.430 5
Bandongan
15 14 4.579 4,22
3. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Strategi dan sasaran dalam penanggulangan bencana terdapat 6 strategi yang dibagi
dalam 2 kelompok, yaitu:
1. Strategi generik
1. Koordinasi
2. Komando
Dalam hal status keadaan darurat bencana, Bupati menunjuk seorang komandan
penanganan darurat bencana atas usulan Kepala BPBD. Komandan Penanganan
Darurat Bencana mengendalikan kegiatan operasional penanggulangan bencana dan
bertanggungjawab kepada Bupati. Komandan Penanganan Darurat Bencana memiliki
kewenangan komando memerintahkan instansi/lembaga terkait meliputi: pengerahan
sumber daya manusia, pengerahan peralatan, pengerahan logistik, dan penyelamatan.
Komandan Penanganan Darurat Bencana berwenang mengaktifkan dan meningkatkan
Pusat Pengendalian Operasi menjadi Pos Komando.
3. Pengendalian
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Magelang bertugas untuk
melakukan pengendalian dalam:
A. Internal
B. Eksternal
BAB V
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Perda No.5 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten
Magelang tahun 2010-2030
http://www.mongabay.co.id/2017/05/08/longsor-dan-banjir-bandang-magelang-
layakkah-wilayah-rawan-bencana-bagi-pemukiman/
https://www.esdm.go.id/assets/media/content/Pengenalan_Gerakan_Tanah.pdf
https://bnpb.go.id//publikasi/jurnal
http://sipd.bangda.kemendagri.go.id/dokumen/uploads/rpjmd_225_2016.pdf
http://bppgrabag.blogspot.co.id/p/profil-kecamatan-grabag.html