Professional Documents
Culture Documents
Fasilitator :
Membantu
mengarahk
an peserta
untuk
bergerak
secara aktif
dalam
diskusi
Observer :
Mengamati
dan
mencatat
proses
jalannya
penyuluhan
,
mengevalu
asi
jalannya
penyuluhan
VII. Kegiatan Penyuluhan
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1 5 menit Pembukaan Mendengarkan pembukaan
a) membuka kegiatan yang disampaikan oleh
dengan mengucapkan salam moderator.
b) Memperkenalkan diri
c) Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
d) Menyebutkan materi yang
akan diberikan
e) Menyampaikan kontrak
waktu
2 15 menit Pelaksanaan Mendengarkan dan
Penyampaian materi oleh pemateri: memberikan umpan balik
a) Menggali pengetahuan peserta tehadap materi yang
tentang kanker serviks disampaikan.
kanker serviks
3 20 menit Tanya jawab Mengajukan pertanyaan
Memberikan kesempatan kepada peserta
untuk bertanya tentang materi yang
kurang dipahami
3 15 menit Evaluasi Menjawab pertanyaan
Menanyakan kembali kepada peserta
tentang materi yang telah diberikan dan
reinforcement kepada peserta yang dapat
menjawab pertanyaan
4 5 menit Penutup Mendengarkan Dengan
d) Salam penutup
1. Evaluasi Struktur
3. Evaluasi Hasil
KANKER SERVIK
MATERI
PENGERTIAN
Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang paling umum yang mengenai organ
reproduksi wanita. Beberapa jenis human papilloma virus, suatu infeksi menular seksual,
mempunyai peran penting dalam kebanyakan kasus kanker serviks
Kanker leher rahim ( kanker servik ) adalah kanker yang terjadi pada servik uterus,
suatu daerah pada organ reproduksi wanita yg merupakan pintu masuk ke arah rahim yang
terletak antara uterus ( rahim ) dengan liang vagina.
PENYEBAB
Pada umumnya, kanker bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi genetic yang
mengubahnya dari sel normal menjadi sel abnormal. Sel sehat tumbuh dan berkembang dengan
kecepatan yang teratur. Sel kanker tumbuh dan bertambah banyak tanpa control dan mereka
tidak mati. Adanya akumulasi sel abnormal akan membentuk suatu massa (tumor). Sel kanker
menginvasi jaringan sekitar dan dapat berkembang dan tersebar di tempat lain di dalam tubuh
(metastasis).
Penyebab langsung dari karsinoma serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang
diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks adalah infeksi virus Huma Papilloma
Virus (HPV). Lebih dari 95 % kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV ditularkan
melalui aktivitas seksual. HPV tipe resiko rendah (tipe 6 & 11) hampir tak berisiko menjadi Ca
Serviks, tapi menimbulkan genital warts. Infeksi tipe risiko tinggi (tipe 16 & 18) mengarah
pada Ca Serviks (Hartono, 2000).
Faktor risiko kanker leher rahim :
Dari berbagai penelitian di negara - negara maju telah di temukan bahan konstituen
rokok di dalam sel - sel epitel leher rahim.
4. Faktor Genetik ( Faktor Keturunan)
Faktor ini sangat memegang peranan seorang bisa mengalami kanker jenis ini atau
tidak. Jika ibu Anda atau saudara perempuan dari pihak ibu atau ayah menderita kanker
leher rahim, maka Anda mempunyai resiko 2x lebih banyak menderita penyakit yang
sama
5. Sistem imun yang menurun juga dapat meningkatkan terjadinya kanker karena
kebanyakan wanita yang terinfeksi HPV tidak terkena kanker serviks. Namun, jika
seseorang tekena infeksi HPV dan sistem imunnya menurun akibat keadaan medis
lainnya, maka kecenderungan untuk berkembangnya kanker serviks semakin besar.
6. pencucian vagina dengan antiseptik atau deodoran yang terlalu sering
Pasien mungkin saja tidak mengalami gejala kanker serviks apapun. Kanker serviks dini
biasanya tidak memberikan gejala dan tanda. Semakin kanker berkembang, semakin terlihatlah
tanda dan gejala dari kanker serviks. Gejala tersebut dapat berupa
1. Perdarahan vagina setelah berhubungan sex, atau diantara dua periode menstruasi, atau
setelah menopause.
2. Sekret encer disertai darah dapat berat dan keputihan yang memiliki bau yang busuk.
– leher sempit dari uterus- dan mengirim sample tersebut ke lab. Sel ini kemudian diperiksa ada
tidaknya abnormalitas. Pemeriksaan Pap Test dapat mendeteksi sel abnormal pada serviks. Stadium
prekanker terjadi pada saat sel abnormal terdapat hanya pada lapisan luar dari serviks dan tidak
menginvasi bagian lebih dalam. Jika tidak ditangani, sel abnormal ini dapat berubah menjadi sel
kanker, dimana dapat menyebar pada beberapa tempat sekitar serviks, vagina bagian atas, area pelvis,
dan bagian lain dari tubuh. Kanker atau prekanker yang ditemukan pada stadium preinvasif jarang
membahayakan nyawa dan biasanya hanya membutuhkan pengobatan rawat jalan.
2) Tes HPV DNA. Terdapat juga pemeriksaan HPV DNA untuk menentukan apakah seseorang
terinfeksi salah satu dari 13 jenis HPV yang sepertinya paling mungkin menyebabkan kanker serviks.
Seperti pada Pap tes, tes HPV DNA mengambil jaringan dari serviks untuk diperiksa di lab.
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi strain resiko tinggi HPV pada DNA sel sebelum perubahan pada
sel serviks dapat terlihat.
Pemeriksaan HPV DNA bukan merupakan pengganti skrining Pap dan tidak digunakan untuk
wanita lebih muda dari 20 tahun dengan hasil Pap yang normal, kebanyakan infeksi HPV pada
wanita pada kelompok ini sembuh sendiri dan tidak dikaitkan dengan kanker serviks.
DIAGNOSIS
Jika seseorang mengalami tanda dan gejala kanker serviks atau jika hasil pemeriksaan Pap Smear
memperlihatkan sel kanker, pasien dapat menjalani pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan
diagnosis. Untuk menegakkan diagnosis, dokter dapat melakukan :
1. Memeriksa serviks. Selama pemeriksaan yang disebut kolposkopi, dokter dapat menggunakan
mikroskop khusus (colposcope) untuk memeriksa serviks dari sel abnormal. Jika terlihat area
yang tidak biasanya, dapat diambil sample sel untuk analisis (biopsy). Gambar 1. Colposcopy
untuk mengambil jaringan yang abnormal
2. Mengambil sample sel serviks. Selama prosedur biopsy dokter mengambil sample dari sel
abnormal dari serviks dengan menggunakan alat khusus. Pada punch out biopsy, dokter
menggunakan pisau sirkuler khusus untuk mengambil sebagian kecil dari
serviks. Biopsi jenis lainnya dapat digunakan tergantung dari lokasi dan ukuran dari
area yang abnormal.
STADIUM
Jika kanker serviks telah ditentukan, maka pasien akan manjalani pemeriksaan lebih jauh
lagi untuk menentukan apakah kanker telah menyebar dan sampai dimana penyebarannya
suatu proses yang disebut stadium kanker. Stadium kanker merupakan faktor kunci yang
menentukan pengobatan. Pemeriksaan untuk menentukan stadium dapat berupa :
· Gambaran Radiologi. Pemerksaan seperti X-Ray, computerized tomography (CT) Scan
atau MRI dapat membantu untuk menentukan apakah kanker telah menyebar disekitar
serviks.
· Pemeriksaan visual pada kandung kemih atau rektal. Dokter dapt menggunakan alat
khusus untuk melihat kandung kemih secara langsung (cystoscopy) dan rektum
(proctoskopi).
Stadium II. Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus, namun
belum menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina..
Stadium III. Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks dan uterus
ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
Stadium IV. Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ terdekat,
seperti kandung kemih atau rectum, atau telah menyebar ke daerah lain didalam
tubuh, seperti paru-paru, hati, atau tulang.
PENATALAKSANAAN
· Biopsi Cone. Selama operasi ini, dokter menggunakan scalpel untuk mengambil selembar
jaringan serviks berbentuk cone dimana abnormalitas ditemukan.
· Operasi Laser. Operasi ini menggunakan gelombang sempit pada cahaya laser untuk
membunuh sel kanker dan sel pre-kanker.
· Loop electrosurgical excision procedure (LEEP). Teknik ini menggunakan lintasan
kabel untuk memberikan arus listrik, yang memotong seperti pisau bedah , dan mengambil
sel dari mulut serviks.
· Cryosurgery. Teknik yaitu dengan membekukan dan membunuh sel kanker dan
prekanker..
· Hysterectomy. Operasi besar ini termasuk membuang jaringan dari area kanker dan
prekanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya dilakukan pada kasus yang dipilih
dari kasus kanker servikal noninvasif.
Kanker invasif
Kanker servikal yang menginvasi lebih dalam dari lapisan luar sel pada serviks disebut
sebagai kanker invasive dan membutuhkan lebih banyk penanganan. Penanganan untuk
kanker serviks bergantung pada beberapa faktor, termasuk stadium kanker, permasalahan
medis lain yang mungkin dimiliki, dan pilihan pasien sendiri. Opsi penatalakasanaan terdiri
dari
1) Operasi.
Operasi untuk mengambil uterus biasanya dilakukan untuk mengatasi stadium dini
dari kanker serviks. Hysterectomy sederhana yaitu dengan membuang jaringan kanker,
serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya pilihan hanya jika kanker dalam stadium yang
dini – Invasi kurang dari 3 milimeter (mm) ke dalam serviks. Hysterectomy radikal –
Membuang serviks, uterus, bagian vagina, dan nodus limfe pada area tersebut – merupakan
operasi standar dimana terdapat invasi lebih besar dari 3 mm kedalam serviks dan tidak ada
bukti adanya tumor pada dinding pelvis.Hysterectoy dapat mengobati kanker serviks
stadium dini dan mencegah kanker kembali lagi, namun membuang uterus membuat pasien
tidak mungkin hamil lagi. Efek samping sementara dari hysterectomy termasuk nyeri pelvis,
dan kesulitan dalam pencernaan, dan urinasi
2) Radiasi.
Terapi radiasi menggunakan energi tinggi untuk membunuh sel kanker. Terapi
radiasi dapat diberikan secara eksternal atau internally (brachytherapy) dengan
menempatkan alat diisi dengan material radioaktif yang akan ditempatkan di serviks. Terapi
radiasi sama efektifnya dengan operasi pada kanker serviks stadium dini. Bagi wanita
dengan kanker serviks yang lebih berat, radiasi merupakan penatalaksaanaan terbaik. Kedua
metode terapi radiasi ini dapat dikombinasi. Terapi radiasi dapat digunakan sendiri, dengan
kemoterapi, sebelum operasi untuk mengecilkan tumor atau setelah operasi untuk
membunuh sel kanker lainnya yang masih hidup. Efek samping dari radiasi terhadap area
pelvis termasuk nyeri lambung, nausea, diare, iritasi kandung kemih, dan penyempitan
vagina, dimana akan menyebabkan hubungan seks
lebih sulit dilakukan. Wanita premenopausal dapat berhenti menstruasi sebagai akibat dari terapi radiasi.
3) Kemoterapi.
Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani pasien dengan metastasis
extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor rekurren yang sebelum telah ditangani dengan
operasi atau radiasi dan bukan merupakan calon exenterasi. Cisplatin telah menjadi agen yang paling
banyak diteliti dan telah memperlihatkan respon klinis yang paling konsisten. Walaupun ada beberapa
penilitan yang bervariasi, terapi cisplatin agen tunggal memberikan hasil dengan respon sempurna pada
24% kasus, dengan tambahan 16% dari terapi ini memperlihatkan respon parsial. Ifosfamide, agen
alkylating yang mirip dengan cyclophosphamide, telah memberikan respon total hingga 29% pada pasien
kanker serviks; namun, efektivitas belum dapat dikonfirmasi oleh semua peneliti. Agen lainnya yang
memberikan paling tidak aktivitas parsial terjadap kanker serviks termasuk carboplatin, doxorubicin
hydrochloride, vinblastine sulfate, vincristine sulfate, 5-fluorouracil, methotrexate sodium, dan
hexamethyl melamine. Kombinasi paling aktif yang digunakan untuk mengatasi kanker serviks
semuanya mengandung cisplatin. Agen tersebut paling sering digunakan bersama bleomycin, 5-
fluorouracil, mitomycin C, methotrexate, cyclophosphamide, dan doxorubicin. Penelitian National
Cancer Institute Gynecologic Oncology Group sedang dikerjakan untuk membandingkan kemampuan
dari berbagai kombinasi kemoterapi
Efek samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun secara umum dapat
menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok. Beberapa obat kemoterapi dapat mengakibatkan
infertilitas dan menopause dini pada wanita premenopause.
4) Kemoradiasi.
Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas memberikan harapan hidup lebih tinggi
dibandingkan pemberian radiasi saja pada penanganan kanker serviks. Kombinasi antara kemoterapi dan
terapi radiasi berdasarkan teori dari pembunuhan sel sinergis – efek terapeutik dari dua modalitas terapi
digunakan bersamaan lebih besar dibandingkan jika 2 modalitas tersebut digunakan tidak bersamaan.
Bila dikombinasikan dengan radiasi, penggunaan mingguan cisplatin mengurangi resiko progresi selama
2 tahun sebesar 43% ( harapan hidup 2 tahun = 70%) untuk stadium II B sampai stadium IV A. Pada
keadaan ini, cisplatin sepertinya bekerja sebagai radiosensitizer, dapat menurunkan kemungkinan dari
rekurensi lokal dan lebih mengurangi jumlah kejadian metastasis jauh.
PENCEGAHAN
Resiko terjadinya kanker serviks dapat dilakukan dengan menghindari infeksi HPV. HPV menyebar
melalui kontak kulit dengan bagian badan yang terinfeksi, tidak hanya dengan hubungan seks.
Menggunakan kondom setiap melakukan hubungan dapat mengurangi resiko terkena infeksi HPV.
Sebagai tambahan dari penggunaan kondom, cara terbaik untuk mencegah kanker serviks yaitu :
· Menghindari hubungan sex pada umur muda.
· Menghindari merokok
Vaksniasi HPV. Suatu vaksin baru disebut Gardasil memberikan perlindungan dari tipe HPV yang
paling berbahaya. The national Advisory Committee on Immunization Practices merekomendasikan
vaksinasi pada wanita umur 11 dan 12 tahun, sebagaimanapula pada wanita umur 13 hingga 26 tahun
jika mereka belum menerima vaksin. Vaksin ini paling efektif diberikan sebelum wanita aktif secara
seksual. Vaksin ini diberikan selama tiga kali. Penyuntikan kedua berselang dua bulan sejak vaksin
pertama diberikan dan vaksin ketiga disuntikkan pada bulan keenam. Dosis vaksin 0,5 cc disuntikkan
intra muscular pada lengan atas.
Walaupun vaksin dapat mencegah hingga 70 % kasus kanker serviks, vaksin ini tidak dapat mencegah
infeksi dari virus lain yang dapat juga menyebabkan kanker serviks selain itu membutuhkan biaya yang
mahal Rp 4 juta untuk tiga dosis tersebut. Pap Smear secara rutin untuk skrining kanker serviks lah yang
paling penting.
Pemeriksaan Pap Rutin. Pemeriksaan Pap Smear secara rutin adalah cara paling efektif untuk
mendeteksi kanker serviks pada stadium yang lebih dini. Panduan jadwal Pap rutin adalah sebagai
berikut :
· Pap Smear pertama dilakukan pada 3 tahun pertama setelah hubungan sex pertama atau pada umur 21
tahun (lakukan yang mana terjadi duluan)
· Dari umur 21 hingga 29 tahun, lakukan pemeriksaan Pap rutin setiap satu atau 2 tahun sekali.
· Dari umur 30 hingga 69 tahun, Pemeriksaan Pap setiap 2 atau 3 tahun jika pasien memiliki 3 kali
berurutan pemeriksaan Pap yang normal.
· Umur 70 keatas, jika 3 pemeriksaan Pap Smear negative maka Pap smear sudah dapat dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Poedjo (2000). Kanker Serviks & Masalah Skrinning di Indonesia. Kursus pada Pra Kongres
KOGI I & Pasar Mimbar. Volume 5 No.2. Yogyakarta : Salemba medika
Neville, Hacker (2001). Esensial Obstetri & Ginekologi Edisi 2. Jakarta: EGC
No
. Nama Tanda Tangan
1 1.
2 2.
3 3.
4 4.
5 5.
6 6.
7 7.
8 8.
9 9.
10 10.
11 11.
12 12.
13 13.
14 14.
15 15.
16 16.
17 17.
18 18.
19 19.
20 20.
OLEH:
· Sesuai/tepat waktu ( )
c. Fasilitator
· membantu menyiapkan
perlengkapan penyuluhan
()
penyuluhan selesai( )