You are on page 1of 18

Paper Teori Akuntansi

“Sewa Guna Usaha (Leasing)”

Oleh :

ATIKA TRI NINGSIH

14043102

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan serta pertumbuhan dunia bisnis perusahaan akhir-akhir ini mulai

banyak diperbincangkan oleh khalayak ramai. Perusahaan dalam perjalanan bisnisnya

memiliki opsi menggunakan asetnya sendiri atau memilih menyewa peralatan untuk

menjalankan operasinya daripada harus membeli peralatan yang baru dengan maksud

meminimalkan biaya. Oleh karena itu banyak perusahaan yang mulai menyewakan aktiva

tetapnya sebagai sumber pendapatan, dan disisi lain banyak juga perusahaan memilih

menyewa aktiva dari perusahaan lain untuk kegiatan operasionalnya.

Aktiva tetap termasuk kekayaan terpenting suatu perusahaan, berupa tanah,

bangunan,perlengkapan, mesin, dan lain sebagainya. Untuk pengembangan perusahaan,

biasanya perusahaan ingin selalu berusaha untuk mengembangkannya dengan mengganti

aktiva tetap yang sudah lama atau ketinggalan dengan yang baru yang lebih modern atau

menyewanya dari perusahaan lain.

Kegiatan sewa-menyewa harus memiliki ketentuan dalam setiap proses transaksi

sewanya. Hal itu dibutuhkan agar perusahaan dapat mencatat dan melaporkan transaksi

sewa dalam laporan keuangan, sehingga akan dihasilkan suatu laporan keuangan yang

wajar dan dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan.

Meningkatnya kegiatan sewa guna usaha, maka perlu adanya suatu standar

akuntansi keuangan yang mengatur tentang sewa guna usaha yang dapat dijadikan

pedoman untuk mencatat dan melaporkan transaksi sewa guna usaha dalam pelaporan,

sehingga dapat menghasilkan suatu laporan keuangan yang wajar dan berguna bagi para

pemakai laporan keuangan.


Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyusun Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) No. 30 yaitu tentang sewa. Dalam PSAK No. 30 dijelaskan tentang

kriteria pengelompokan transaksi sewa, perlakuan akuntansi oleh perusahaan sewa

(lessor), perlakuan akuntansi penyewa (lessee), pelaporan dan pengungkapan transaksi

sewa oleh perusahaan sewa, serta pelaporan dan pengungkapan transaksi sewa oleh

perusahaan penyewa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis merumuskan masalah ini sebagai

berikut :

1. Apa pengertian sewa guna usaha (leasing) ?

2. Siapa saja pihak yang terlibat dalam kegiatan sewa guna usaha (leasing) ?

3. Apa saja jenis sewa guna usaha (leasing) ?

4. Apa saja penggolongan perusahaan sewa guna usaha (leasing) ?

5. Bagaimana proses dan mekanisme transaksi sewa guna usaha (leasing) ?

6. Apa saja kelebihan dan kerugian dari sewa guna usaha (leasing) ?

7. Bagaimana perlakuan akuntansi terhadap sewa guna usaha (leasing) ?

C. Tujuan penulisan

Tujuan penulisan paper ini adalah selain untuk memenuhi tugas dari dosen mata

kuliah Teori Akuntansi juga sebagai tambahan referensi dan wacana bagi teman-teman

yang ingin mencari informasi tambahan mengenai materi Sewa Guna Usaha (leasing) .
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sewa Guna Usaha (leasing)

Menurut Zaki Baridwan (1981:1), leasing adalah suatu perjanjian yang

memberikan hak untuk menggunakan harta, pabrik atau alat-alat (tanah atau aktiva

didepresiasi atau kedua-duanya) umumnya punya jangka waktu tertentu.

Menurut Kieso, Leasing adalah perjanjian kontraktual antara lessor (pemilik) dan

lessee (penyewa) yang memberikan hak pada lessee untuk menggunakan properti

tertentu,yang dimiliki lessor, selama periode waktu tertentu dengan membayar uang sewa

yang ditentukan,umumnya secara periodik.

Sedangkan menurut PSAK 30, Leasing adalah suatu perjanjian dimana lessor

memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode yang

disepakati dan sebagai imbalannya lessee melakukan pembayaran atas sewanya kepada

lessor.

Dari defenisi-defenisi tersebut diatas, dapat disebutkan bahwa yang menjadi

elemen-elemen dari suatu leasing adalah sebagai berikut:

1. Suatu Pembiayaan Perusahaan

Awal mulanya leasing memang dimaksudkan sebagai usaha memberikan

kemudahan pembiayaan kepada perusahaan tertentu yang memerlukannya. Tetapi

dalam perkembangan kemudian, bahkan leasing dapat juga diberikan kepada

individu dengan peruntukan barang belum tentu untuk kegiatan usaha.

2. Penyediaan Barang Modal

Unsur selanjutnya dari leasing adalah adanya penyediaan barang modal,

biasanya oleh pihak supplier atas biaya dari lessor. Barang modal tersebut akan
dipergunakan oleh lessee umumnya untuk kepentingan bisninya. Barang modal itu

sangat berfariasi. Dapat misalnya mesin-mesin,pesawat terbang, peralatan kantor

seperti komputer,mesin foto copy dll sebagainya.

Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tersebut

diatas, maka yang dimaksud barang modal adalah : Setiap aktiva tetap yang

berwujud termasuk tanah sepanjang di atas tanah tersebut melekat aktiva tetap

berupa bangunan (plant), dan tanah serta aktifa dimaksud berupa satu kesatuan

kepemilikan, yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dan digunakan

secara langsung untuk menghasilkan atau meningkatkan ataupun memperlancar

produksi barang atau jasa oleh lessee.

3. Keterbatasan Jangka Waktu

Salah satu unsur penting dari lembaga leasing adalah adanya jangka waktu yang

terbatas. Sehingga, apabila ada deal-deal yang tidak terbatas jangka waktunya, ini

belumlah dapat dikatakan leasing, melainka sewa menyewa biasa.

Dalam hubungan dengan leasing dengan hak opsi, maka oleh Keputusan

Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991, tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha

(leasing) ditentukan bahwa jangka waktu leasing ditetapkan dalam tiga kategori

sebagai berikut:

a. Jangka singkat, yaitu minimal dua tahun, dan berlaku bagi barang modal

golongan I

b. Jangka menengah, yaitu minimal tiga tahun, dan berlaku bagi barang modal

golongan II dan III

c. Jangka panjang, yaitu minimal tujuh tahun, dan berlaku bagi golongan

bangunan. Pengolongan barang modal kepada golongan I, II, dan III tersebut

sesuai penggolongan dalam undang-undang Pajak Penghasilan.


4. Pembayaran Kembali Secara Berkala

Karena lessor telah membayar lunas harga barang modal kepada pihak

penjual/supplier, maka adalah kewajiban lesssee kemudian untuk mengansur

pembayaran kembali harga barang modal kepada lessor. Besarnya dan lamanya

ansuran sesuai dengan kesepakatan yang telah dituangkan dalam kontrak leasing.

Dilihat dari segi angsuran pembayaran ini maka leasing mirip dengan suatu kredit

bank, dengan barang modal itu sendiri sebagai angunannya.

B. Pihak yang Terlibat Dalam Kegiatan Sewa Guna Usaha (leasing)

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemberian fasilitas leasing adalah

sebagai berikut:

1. Lessor

Merupakan perusahaan leasing yang membiayai keinginan nasabahnya untuk

memperoleh barang-barang modal. Lessor dalam financial lease bertujuan untuk

mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai barang

modal dengan mendapatkan keuntungan.

2. Lessee

Adalah nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada lessor untuk

memperoleh barang modal yang diinginkan.

3. Supplier

Yaitu pedagang yang menyediakan barang yang akan dileasing sesuai

perjanjian antara lessors dengan lessee dan dalam hal ini suplier juga dapat

bertindak sebagai lessor. Dalam mekanisme financial lease, suplier langsung

menyerahkan barang kepada lease tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang

memberikan pembiayaan.
4. Bank dan kreditur

Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditur lain tidak

terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank memegang

peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor.

C. Jenis-Jenis Sewa Guna Usaha (leasing)

1. Finance Leasing (sewa guna usaha pembiayaan)

Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah pihak

yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lessee) biasanya

memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan sewa guna

usaha, sebagai pemilik barng modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan

dan pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi leasing.

Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang tersebut kepada

supplier dan kemudian barang tersebut diserahkan kepada lessee. Sebagai imblan

atau jasa penggunaan barang tersebut lessee akan membayar secara berkala kepada

lessor sejumlah uang yang beruba uang rental untuk jangka waktu tertentu yang

telah disepakati bersama.

Jumlah rental ini secar keseluruhan akan meliputi harga barang yang dibayar

oleh lessor ditambah fktor bunga serta keuntungan pihak lessor. Selanjutnya

capital atau finance lease masih bias dibedakan menjadi 2, yaitu :

a. Direct finance lease

Transaksi ini terjadi jika lessee sebelumny belum pernah memilike barang

yang dijadikan objek lease. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa lessor

membeli suatu barang atas permintaan lessee dan akan dipergunakan oleh

lessee.
b. Sale and lease back

Dalam transaksi ini lessee menjual barang yang telah dimilikinya kepada

lessor. Atas barang yang sama ini kemudian dilakukan uatu konrak leasing

antara lessee dengan lessor. Dengan memperhatikan mekanisme ini, maka

perjanjian ini memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan direct finance

lease. Di sini lesse memerlukan cash yang bisa dipergunakan untuk tambahan

modal kerja atau untuk kepentingan lainnya. Bisa dikatakan bahwa dengan

sistem sale and lease back memungkinkan lessor memberikan dana untuk

keperluan apa saja kepada kliennya dan tentu saja dana yang dibutuhkan

sesuai dengan nilai objek barang lease.

2. Operating lease (sewa menyewa biasa)

Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang

modal dan selanjutnya di sewa guna kan kepada penyewa guna usaha. Berbeda

dengan finance lease, jumlah seluruh pembayaran sewa guna usaha berkala dalam

operating lease tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh

barang modal tersebut berikut dengan bunganya. Perbedaan ini disebabkan

perusahaan sewa guna usaha mengharapkan keuntungan justru dari penjualan

barang modal yang disewa guna usahakan atau melalui beberapa kontrak sewa

guna usaha lainnya.

Perusahaan sewa guna usaha dalam operating lease biasanya bertanggung jawab

atas biaya – biaya pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi, pajak maupun

pemeliharaan barang modal yang bersangkutan.


3. Sales – Typed Lease (sewa guna usaha penjualan)

Suatu transaksi sewa guna usaha, dimana produsen atau pabrikan juga berperan

sebagai perusahaan sewa guna usaha sehingga jumlah traksaksi termasuk bagian

laba sudah diperhitungkan oleh produsen atau pabrikan.

4. Leveraged Lease

Suatu transaksi sewa guna usaha, selain melibatkan lessor dan lessee juga

melibatkan bank atau kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar

transaksi.

5. Cross Border Lease

Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang dilakukan

dengan melewati batas suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan lessee

yang dilakukan dengan melewati batas suatu negara. Dengan demikian antara

lessor dan lessee terletak pada dua negara berbeda.

D. Penggolongan Perusahaan Sewa Guna Usaha (leasing)

Jenis-jenis perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatannya dibagi kedalam tiga

3 (tiga) kelompok yaitu :

1. independent leasing.

Merupakan perusahaan leasing yang berdiri sendiri dapat/sekaligus sebagai

supplier atau membeli barang-barang modal dari supplier lain untuk disewakan.

2. Captive lessor.

Dalam perusahaan leasing jenis ini, produsen atau supplier mendirikan

perusahaan leasing dan yang mereka sewakan adalah barang-barang milik mereka

sendiri. Tujuan utamanya adalah untuk dapat meningkatkan penjualan, sehingga

mengurangi penumpukan barang digudang/toko.


3. Lease broker.

Perusahaan jenis ini kerjanya hanyalah mempertemukan keinginan-keinginan

lessee untuk memperoleh barang modal kepada pihak lessor untuk disewakan.

E. Proses dan Mekanisme Sewa Guna Usaha (leasing)

1. Lessee menghubungi supplier untuk pemilihan dan penentuan jenis barang,

spesifikasi, harga, jangka waktu pengiriman, jaminan purnajual atas barang yang

akan di-lease

2. Lessee melakukan negoasiasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan

barang modal. Pada tahap awal ini, lessee dapat meminta lease quotation yang tidak

mengikat dari lessor. Dalam lease quotation ini dimuat mengenai syarat-syarat

pokok pembiayaan leasing antara lain: keterangan barang, cash security deposit,

residual value, asuransi, biaya administrasi, jaminan uang sewa dan persyaratan-

persyaratan lainnya.

3. Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepada lessee yang

berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modal yang

dibutuhkan lessee tersebut. Apabila lessee menyetujui semua ketentuan dan

persyaratan dalam letter of offer, kemudian lessee menandatangani dan

mengembalikannya kepada lessor.


4. Penandatanganan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lessee.

Kontrak leasing tersebut sekurang-kurangnya mencakup hal-hal antara lain :

pihak-pihak yang terlibat, hak milik, jangka waktu, jasa leasing, opsi bagi lessee,

penutupan asuransi, tanggung jawab atas objek leasing, perpajakan, jadwal

pembayaran angsuran sewa dan sebagainya.

5. Pengiriman order beli kepada supplier disertai instruksi pengiriman barang kepada

lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang telah disetujui

6. Pengriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan. Selanjutnya

lessee menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar dan diserahkan

kepada supplier

7. Penyerahan dokumen oleh supplier kepada lessor termasuk faktur dan bukti-bukti

kepemilikan barang lainnya.

8. Pembayaran oleh lessor kepada supplier

9. Pembayaran angsuran (lease payment) secara berkala oleh lessee kepada lessor

selama masa sewa guna usaha yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah

yang dibiayai serta bungannya.

F. Keuntungan dan Kerugian dari Sewa Guna Usaha (leasing)

1. Keuntungan sewa guna usaha (leasing)

a. Penghematan modal, yaitu tidak perlu menyediakan dana yang besar,

maksimum hanya untuk “down payment” yang jumlahnya biasanya tidak

besar. Hal ini merupakan penghematan modal bagi lessee, sehingga lessee

dapat menggunakan modal yang tersedia untuk keperluan lainnya, karena

leasing umumnya membiayai 100% barang modal yang dibutuhkan.

b. Sangat Fleksibel, yaitu bersifat sangat luas yang merupakan ciri utama bagi

kelebihan leasing dibanding dengan kredit dari bank. Fleksibelitas meliputi


struktur kontaknya, besarnya pembayaran renta, jangka waktu pembayaran

serta nilai sisanya.

c. Sebagai Sumber Dana, Leasing merupakan salah satu sumber dana bagi

perusahan-perusahaan industri maupun perusahaan komersil lainnya.

Mekanisme untuk memperoleh dana yaitu dengan melalui sales dan

leaseback atas asset yang sudah dimiliki oleh lessee. Sementara itu credit line

atau fasilitas kredit yang sudah ada dari bank masih tetap tidak terganggu dan

siap digunakan setiap saat.

d. On atau Off Balance Sheet, Leasing sesuai dengan kebutuhannya bisa

dibukukan dengan menggunakan on atau off balance sheet. Di Indonesia,

untuk keperluan perhitungan pajak digunakan off balance sheet.

e. Menguntungkan cash flow

Fleksibelitas dari penentuan besarnya rental sangat menguntungkan

cash flow. Untuk suatu investasi dimana pendapat penjualan diperoleh secara

musiman atau juga dimana keuntungan baru bisa diperoleh pada masa-masa

akhir investasi maka besarnya rental juga bisa disesuaikan dengan

kemampuan cash flow yang ada. Pengaturan seperti ini bisa mencegah

timbulnya gejolak-gejolak kekosongan dana di dalam kas perusahaan. Dilain

pihak jika keadaan keuangan cukup longgar maka besarnya rental bisa

diperbesar untuk mempercepat amotisasi principalnya. Ini semua bisa diatur

dengan menyusun struktur rental yang baik disesuaikan dengan proyeksi cash

flownya.

f. Menahan pengaruh inflasi

Dalam keadaan inflasi, lessee mengeluarkan biaya rental yaang sama.

Dengan demikian nilai riil dari rental tersebut telah berkurang. Atau bisa
dikatakan bahwa lessee membayar hari ini dengan perhitungan nilai mata

uang kemarin.

g. Sarana Kredit Jangka menengah dan jangka Panjang

Terutama sekali di Indonesia, saat ini dirasakan sangat sulit sekali untuk

mendapatkan dana pinjaman rupiah untuk jangka menengah dan jangka

panjang. Untuk mengatasi hal tersebut, leasing merupakan salah satu

alternatif yang bisa memenuhi kebutuhan ini. Melalui sales and leaseback

maka lesseee akan bisa mendapatkan dana yang diperlukan dengan masa

pengembalian jangka menengah atau jangka panjang. Bahkan leasing juga

bisa melakukan bullet repayment seperti pada longterm bank loan dimana

rental yang dilakukan tiap bulan hanyalah merupakan pembayaran interest

saja.

h. Dokumentasinya sangat sederhana, biasanya sudah standard sehingga lebih

simpel bagi lessee untuk memperpanjang transaksi leasing daripada

merundingkan perjanjian baru dengan pihak bank. Selanjutnya

pengelompokkan berbagai biaya dalam satu paket kemudian bisa

digabungkan menjadi satu dengan harga barang untuk kemudian

diamortisasikan sepanjang masa leasing.

2. Kerugian sewa guna usaha (leasing)

a. Pembiayaan secara leasing merupakan sumber pembiayaan yang relatif

mahal bila dibandingkan dengan kredit investasi dari bank. Hal ini terjadi

karena sumber dana lessor pada umumnya dari bank atau lembaga keuangan

bukan bank.

b. Barang modal yang dilease tidak dapat dicantumkan sebagai unsur aktiva

lesee untuk tujuan “Collateral Credit” dari Bank, yaitu “Trade Creditor”
mungkin akan menilai perusahaan tersebut memiliki posisi keuangan yang

lemah.

c. Bagi para perusahaan tertentu kadang-kadang timbul masalah prestise antara

memiliki barang modal sendiri atau lease.

d. Resiko yang lebih besarpada lessor, artinya adanya tanggung jawab yang

menuntut pihak ketiga jika terjadi kecelakaan atau kerusakan atas barang

orang lain yang disebabkan oleh “lease property” tersebut, dan juga lessor

belum tentu yakin bahwa barang lease tersebut bebas dari berbagai ikatan

seperti “liens” (gadai) “preferences”, “priorities”, charges” atau kepentingan-

kepentingan lainnya.

G. Perlakuan Akuntansi Terhadap Sewa Guna Usaha (leasing)

1. Sewa dalam laporan Keuangan Lessee

a. Sewa pembiayaan

Dalam sewa ini, lessee mengakui barang modal yang disewanya sebagai

aset dan pembayaran sewanya liabilitas dalam laporan posisi keuangan

lessee. Nilai yang diakui sebesar Nilai Wajar aset atau nilai kini (Present

Value) yang disepakati pilih mana yang kecil.Tingkat bunganya implisit,

baik jika ditentikan. Jika tidak, gunakan sukubunga pinjaman inkremental

lessee.

PSAK 30 juga memberikan pernyataan bahwa jika dalam sewa

pembiayaan akan muncul beban penyusutan dan beban bunga dalam sewa

guna yang dilakukan pada laporan labarugi kompherenshif. Kebijakan

penyusutan yang dilakukan harus konsisten dengan kebijakan harus sesuai

dengan PSAK 16 Aset Tetap dan PSAK 19 tentang Aset tak berwujud.
b. Sewa operasi

Pembayaran sewa dalam sewa operasi diakui lessee sebagai beban sewa

dibebankan dengan dasar garis lurus selama masa sewa kecuali terdapat dasar

sistematis lain dapat lebih mencerminkan pola waktu dari manfaat aset yang

dinikmati oleh lessee.

2. Sewa dalam laporan keuangan lessor

a. Sewa pembiayaan

Lessor mengakui piutang sewa pada bagian aset dalam laporan posisi

keuangannya sebesar jumlah yang sama dengan investasi sewa bersih yang

disepakati. Selain itu, lessor juga mengakui pendapatan keuangan berupa

pendapatan bunga dari sewa pembiayaan yang dilakukan.

b. Sewa operasi

Lessor menyajikan aset yang disewakan dalam laporan posisi keuangan

sesuai dengan sifat aset tersebut. Selain itu juga mengakui pendapatan sewa

diakui dengan garis lurus selama waktu sewa kecuali ada terkecualinya. Pada

sewa operasi tetap mengakui aset yang disewakannya dalam laporan posisi

keuangan. Maka aset tersebut harus disusutkan dengan konsisten sesuai

kebijakan penyusutan aset normal.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan semakin berkembangya dunia bisnis, maka semakin banyak perusahaan

yang terjun ke dunia bisnis. Dengan semakin banyaknyaperusahaan yang terjun ke dunia

bisnis, maka semakin banyak kebutuhan dana dan modal yang harus dipenuhi oleh

berbagai perusahaan. Hal tersebut mendorong industry bisnis yang bergerak dalam

bidangpembiayaan yang disebut lembaga pembiayaan.

Leasing termasuk ke dalam salah satu bentuk lembaga pembiayaan karenayang

dikatakan dengan lembaga pembiayaan adalah suatu badan usahayang di dalam melakukan

kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaandana atau barang modal dengan tidak

menarik dana secara langsung dari masyarakat. Sedangkan leasing adalah setiap kegiatan

pembiayaanperusahaan dalam bentuk penyediaan barang – barang modal untuk digunakan

oleh suatu perusahaan, untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran secara

berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagiperusahaan tersebut untuk membeli barang -

barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan

nilaisisa yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu, leasing termasuk salahsatu jenis

lembaga pembiayaan karena leasing membiayai perusahaan dalam bentuk penyediaan

barang modal.

Perjanjian sewa guna usaha yang lahir pada prosedur mekanisme leasing terdiri

dari ketentuan-ketentuan yang salah satunya adalah ketentuan mengenai tanggung jawab

para pihak terhadap obyek leasing. pemabagian dan pengaturan mengenai tanggung jawab

para pihak terhadap obyek leasing tersebut pada umumnya dipengaruhi dan ditentukan

oleh jenis pembiayaan yang terdapat dalam perjanjian leasing itu sendiri, namun secara
khusus pembagian dan pengaturan tersebut pada dasranya harus didasarkan pada

kesepakatan para pihak dalam perjanjian. sedangkan untuk pelaksanaannya harus

dilakukan berdasarkan undang-undang.

You might also like