Professional Documents
Culture Documents
A. Pendahuluan
Asuransi pada dasarnya merupakan persiapan yang dibuat oleh
sekelompok orang yang masing-masing menghadapi kerugian kecil sebagai
sesuatu yang tidak dapat diduga. Apabila kerugian itu menimpa salah seorang
anggota dari perkumpulan tersebut, maka kerugian itu akan ditanggung bersama.
Dalam setiap kehidupan manusia senantiasa menghadapi kemungkinan terjadinya
suatu malapetaka, musibah dan bencana yang dapat melenyapkan dirinya atau
berkurangnya nilai ekonomi seseorang baik terhadap diri sendiri, keluarga, atau
perusahaannya yang diakibatkan oleh meninggal dunia, kecelakaan, sakit, ataupun
lanjut usia. Kehilangn fungsi dari pada suatu benda, seperti kecelakaan,
kehilangan akan barang dan juga kebakaran.
Masyarakat muslim sekarang sangat memerlukan asuransi untuk
melindungi harta dan keluarga mereka dari akibat musibah. Usaha yang sudah
maju dan menguntungkan mungkin bisa bangkrut dalam seketika ketika
kebakaran melanda tempat usahanya. Keluarga yang terlantar ditinggal pemberi
nafkah, dan usaha yang bangkrut karena kebakaran sebenarnya tidak perlu terjadi
kalau saja ada perlindungan dari asuransi. Asuransi memang tidak bisa mencegah
musibah, tapi setidaknya bisa menanggulangi akibat keuangan yang terjadi.
Kegiatan bisnis asuransi kini makin berkembang, yang membawa konsekuensi
berkembang pula hukum bisnis asuransi. Salah satu kegiatan bisnis asuransi yang
muncul dalam masyarakat adalah bisnis asuransi syariah. Dalam undang-undang
yang mengatur tentang bisnis perasuransian, belum diatur tentang asuransi
syariah. Namun, dalam praktik perasuransian ternyata bisnis asuransi syari’ah
sudah banyak dikenal masyarakat.
Asuransi syariah merupakan bidang bisnis asuransi yang cukup
memperoleh perhatian besar di kalangan masyarakat Indonesia. Sebagai bisnis
asuransi alternatif, asuransi syriah boleh dikatakan relatif baru dibandingkan
dengan bidang bisnis asuransi konvensional. Kebaruan bisnis asuransi syariah
adalah pengoperasian kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang
1
2
bersumber dari alquran dan hadis serta fatwa para ulama terutama yang terhimpun
dalam majelis ulama Indonesia (MUI).
Pada prinsipnya, yang membedakan asuransi syariah dengan asuransi
konvensional adalah asuransi syariah menghapuskan unsur ketidakpastan (gharar),
unsur spekulasi alias perjudian (maisir), dan unsur bunga uang (riba) dalam
kegiatan bisnisnya sehingga peserta asuransi (tertanggung) merasa terbebas dari
praktik kezaliman yang merugikan nya. Agar masyarakat dapat memahami
konsep asuransi syariah secara wajar, perlu dilakukan penyuluhan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan melaui publikasi yang lebih luas.
B. Pembahasan
Kata asuransi berasal dari bahasa inggris , insurance, yang dalam bahasa
indonesia telah populer dan diadopsi dalam kamus besar bahasa indonesia dengan
padanan kata ‘’pertanggungan’’ atau “saling menanggung”. Echols dan shadilly
memaknai kata asuransi dengan (a) asuransi, dan (b) jaminan. Dalam bahasa
Belanda biasa disebut dengan istilah assurantie (asuransi) dan verzekering
(pertanggungan).1
Dalam ensiklopedia hukum islam disebutkan bahwa asuransi adalah
transaksi perjanjian antara dua belah pihak , pihak yang satu berkewajiban
membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan
sepenuhnya kepada si pembayar iuran jika sesuatu yang menimpa pihak pertama
sesuai dengan perjanjian yang dibuat.
Pada kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) pasal 246 dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah suatu
perjanjian timbal balik antara seorang penanggung mengikatkan diri kepada
seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan
penggantian kepadanya, karena suatu kerugian kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan , yang mungkin akan di deritanya , karena suatu
peristiwa yang tak tentu.
1
Abdul Manan,Hukum Ekonomi Syariah Kencana, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Gruop, 2012), hlm.237
3
2
Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika,Hukum Asuransi Indonesia, (Jakarta : Kencana
Prenada Media Group 2012), hlm.237
5
2. Al-Hadis
Hadis riwayat muslim dari Abu hurairah r.a yang artinya : “ barang siapa
yang melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah SWT akan
melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat, dan Allah SWT senantiasa
menolong hambanya selama ia (suka) menolong saudaranya”.
Dalam hadis tersebut tersirat adanya anjuran untuk saling membantu
antara sesama muslim didunia ini dengan menghilangkan kesukaran hidup yang
dideritanya. Bagi yang berkelibahan hartanya di anjurkan untuk saling membantu
orang-orang yang berada dalam kesulitan dan apabila ini dilakukan , maka Allah
SWT akan mempermudah urusan dunia dan akhirat baginya. Dalam kaitan dengan
asuransi hadis ini terlihat adanya anjuran agar melaksanakan pembayaran premi
asuransi dalam bentuk dana sosial (tabarru’) yang akan di gunakan untuk
3
Hardijan Rusli,Hukum perjanjian indonesia, (Bandung : Pustaka Sinar Harapan. 1993),
hlm. 240
7
4
AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta : Prenada Media.
2001), hlm 141
8
5
Sri Rejeki Hartono, Hukum Perusahaan Asuransi, (Jambi : Sinar Grafika, 1987), Hlm.
154
11
4. Premi Reasuransi
Dalam asuransi jiwa untuk penentuan premi harus diperhatikan ialah
penentuan tarif (rate making), karena hal tersebut akan menentukan besarnya
premi yang akan diterima.Tarif atau premi yang ditetapkan harus bisa menutupi
claim (risiko) serta biaya-biaya asuransi, dan sebagian dari jumlah penerimaan
perusahaan (keuntungan).
5. Klaim Reasuransi
Bagian penting dalam administrasi reasuransi adalah menangani klaim.
Suatu perusahaan asuransi membeli reasuransi untuk mendapat penggantian atas
klaim yang ditanggung pada saat klaim tersebut jatuh tempo. Untuk memastikan
bahwa klaim yang sah dibayar tepat pada waktunya, setipa perjanjian reasuransi
mencantumkan ketentuan klaim.
6. Jenis Reasuransi
Ditinjau dari ruang lingkup pada dasarnya ada 2 jenis reasuransi, yaitu:
1. Specific/Facultative Reinsurance, yaitu aktivitas penempatan
reasuransi yang didasarkan pada kepentingan masing-masing pihak.
Perusahaan asuransi boleh menawarkan atau tidak menawarkan risiko
yang di luar batas kemampuan membayar kepada reasuransi,
sebaliknya reasuransi boleh menerima atau menolak apabila ditawari
risiko tersebut.
12
6. Takaful-re Bahrain
7. Milea Retakaful Singapor
H. Penutup
Kata asuransi berasal dari bahasa inggris , insurance, yang dalam bahasa
indonesia telah populer dan diadopsi dalam kamus besar bahasa indonesia dengan
padanan kata ‘’pertanggungan’’ atau “saling menanggung”. Echols dan shadilly
memaknai kata asuransi dengan (a) asuransi, dan (b) jaminan. Dalam bahasa
Belanda biasa disebut dengan istilah assurantie (asuransi) dan verzekering
(pertanggungan).
Dalam ensiklopedia hukum islam disebutkan bahwa asuransi adalah
transaksi perjanjian antara dua belah pihak , pihak yang satu berkewajiban
membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan
sepenuhnya kepada si pembayar iuran jika sesuatu yang menimpa pihak pertama
sesuai dengan perjanjian yang dibuat.
Pada kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) pasal 246 dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah suatu
perjanjian timbal balik antara seorang penanggung mengikatkan diri kepada
seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan
penggantian kepadanya, karena suatu kerugian kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan , yang mungkin akan di deritanya , karena suatu
peristiwa yang tak tentu.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, Kencana Prenada Media Gruop, Jakarta.
2012
AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, Prenada Media, Jakarta.
2004
Hardijan Rusli, Hukum perjanjian indonesia, Bandung : Pustaka Sinar Harapan. 1993
Sri Rejeki Hartono, Hukum Perusahaan Asuransi, Jambi : Sinar Grafika. 1987