You are on page 1of 5

Perbandingan Luaran Ibu dan Bayi Pada Penderita SLE

Dengan Berbagai Manifestasi Klinis Yang Berbeda


di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Tahun 2017
Harahap Rudy, Roziana, Rizka Aditya
Departmen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala,
RSUD Dr. Zainoel Abidin , Aceh-Indonesia

ABSTRAK
Latar belakng: Sistemik lupus eritematosus (SLE) adalah penyakit autoimun yang ditandai
dengan produksi antibodi terhadap nukleus sel. Berbagai sel tubuh kita diakui sebagai antigen
sehingga mengarah pada pembentukan kompleks imun yang akan disimpan dalam organ dan
akhirnya menyebabkan radang. Proses yang mempengaruhi plasenta dikenal sebagai deciduas
vasculitis. Komplikasi seperti kematian janin, prematuritas dan pertumbuhan terbatas bisa
terjadi. Komplikasi kehamilan dengan SLE yang mempengaruhi janin ditandai dengan blok
jantung bawaan, lesi kulit, sitopenia, kelainan hati dan manifestasi sistemik lainnya.
Patogenesis blok jantung janin tidak dipahami dengan baik, namun mekanisme tersebut
tampaknya merupakan transfer antibodi melalui plasenta pada trimester kedua yang kemudian
akan menyebabkan trauma imunologi pada jantung dan sistem konduksi yang akan terwujud
saat melahirkan. Ada dua hal penting yang harus dipertimbangkan dalam pengelolaan SLE
pada kehamilan; Kehamilan dapat mempengaruhi jalannya SLE dan janin bisa menjadi sasaran
auto antibody yang akan menyebabkan kegagalan kehamilan itu sendiri. Kortikosteroid
memiliki efek yang signifikan dan biasanya dapat ditoleransi dengan dapat dipertimbangkan.
konsentrasi estrogen 20-30 dapat memperparah SLE dan akan meningkatkan risiko
tromboembolik, oleh karena itu progesteron yang mengandung alat kontrasepsi sangat
dianjurkan.

Tujuan: Penelitian ini merupakanSerial kasus untuk melihatperbandingan luaran ibu dan bayi
pada penderita SLE dengan berbagai manifestasi klinis yang berbeda
Metode: Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah case report series.

Serial kasus:
- G1 hamil 13-14 minggu Janin tunggal hidup intra uterine dengan dyspnoe ec supc.
Pleuritis, Supc perikarditis, Supc. Paten Ductus arteriosus, Malnutrisi (BMI 16)
- ttG3P2A0 Hamil 16-17 minggu janin tunggal hidup intra uterin dengan Nefritis Lupus.
- G2P1A0 Hamil 36-37 minggu janin presentasi kepala tunggal hidup, suspek IUGR, ibu
dengan Sistemik Lupus Eritematous tidak dalam terapi delivery, Anemia Mikrositik
hipokrom

Hasil : Pada penelitian ini, terdapat 3 sampel dengan klinis SLE yang berbeda – beda untuk
sehingga dapat memperoleh gambaran terapi yang tepat serta alur pemeriksaan pada pasien
SLE. Serta memberikan informasi supaya dapat dilakukan perencanaan yang lebih baik bagi
pasien SLE. Kasus pertama dalam penelitian ini ialah Ny. DN usia 21 tahun dengan diagnosa
G1 hamil 33-34 minggu, Janin Presentasi Kepala Tunggal Hidup, KPD 1 hari (ICA 1), inpartu,
Fetal Distress, Ibu dengan Sistema Lupus Eritematous dalam Terapi. Pada pasien ini dilakukan
tindakan seksio sesarea a.i fetal distress. Dari hasil luaran pada bayi didapatkan dari bagian
anak di diagnosa dengan Preterem Neonatus, Low APGAR SCORE, Berat Badan Lahir
Rendah dengan asfixia berat serta perawatan bayi di NICU. SLE merupakan suatu penyakit
autoimun yang menyerang wanita muda. Kehamilan pada wanita dengan SLE merupakan suatu
keadaan dengan risiko mortalitas dan morbiditas yang tinggi terhadap ibu maupun janin yang
dikandungnya. Walaupun ibu dengan SLE dapat melahirkan janin yang dikandungnya, namun
risiko risko terhadap komplikasi SLE terhadap janin sulit untuk dihindari. Risiko akan
kematian janin, persalinan preterm, IUGR, dan sindrom lupus neonatal merupakan menjadi
masalah utama terhadap janin dengan ibu yang mempunyai SLE.7

Selama kehamilan, Ny. DN rutin mengkomsumsi Metil Prednisolon dan asam folat.
Pada kasus ini, pasien mengalami persalinan preterm dengan tindakan seksio sesarea dengan
indikasi fetal distress. Berdasarkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lateef pada tahun
2014 disebutkan bahwa kehamilan dengan SLE berhubungan dengan risiko komplikasi yang
tinggi dibandingkan dengan wanita normal. Berdasarkan data base national dari penelitiannya
yang mencatat 16,7 juta persalinan, dilaporkan tingginya peningkatan risiko kematian ibu,
preeklampsia, dan persalinan preterm terhadap ibu dengan SLE. Persalinan preterm merupakan
permasalahan yang paling sering ditemukan dalam kehamilan dengan SLE. Kelainan thyroid
juga merupakan salah satu variabel yang berhubungan dengan peningkatan risiko kelahiran
preterm terhadap ibu dengan SLE. Pada penelitian yang dilakukan oleh Moroni pada tahun
2016 menyebutkan dari 61 wanita yang menjadi sampel penelitiannya, 21 kehamilan (28,2%)
yang mengalami persalinan preterm dengan rata – rata usia kehamilan berupa 35 minggu.
Seluruh bayi yang lahir dengan keadaan prematur mempunyai BBL rata – rata 2786 ± 2932 gr,
namun ditemukan 5 bayi dengan BBL dibawah 2500 gr. Indikasi kelahiran preterm pada kasus
ini terjadi dengan preterm spontan sebanyak 4 kasus,9 kasus mengalami renal flare, 5 kasus
dengan preeklampsi, dan 2 kasus dengan IUGR. Berdasarkan data yang diterima, peningkatan
skor dari SLE disease activity index (SLEDAI) (P=0.027), proteinuria (P= 0.045), riwayat
gangguan renal (P=0.004), dan hipertensi arterial (P= 0.009) dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya persalinan preterm. Lateef juga menyebutkan, pemberian terapihydroxychloroquine
dapat menurunkan risko IUGR sebesar 85% (P= 0.023). 7,8

Kasus kedua dalam penelitian ini ialah Ny. ES usia 31 tahun dengan diagnosa P3 post
sectio caesarea 7 hari yang lalu a.i IUFD, PEB dengan permasalahan: (1) DD/ 1. Nefritis lupus,
2. GNA, dan 3. Sindroma nefrotik, (2) leukositosis ec dd/ infeksi, (3) hipoalbuminemia, dan
(4) imbalance elektrolit. Luaran pada bayi didapatkan kematian janin dalam kandungan pada
usia kehamilan 7 bulan. Selama bertahun – tahun, kehamilan terhadap wanita dnegan lupus
dan kelainan ginjal tidak didukung dikarenakan oleh risiko komplikasi yang tinggi terhadap
ibu dan janin yang dikandungkan. Namun, dalam 40 tahun terakhir ini angka kematian janin
telah mengalami penurunan yang signifikan. Angka kematian janin akibat kehamilan denagn
lupus mengalami penurunan dari 43% pada tahun 1960 menjadi 17% pada tahun 2000.
Berdasarkan dengan sistemik review dari 37 penelitian yang telah dilakukan, 2751 kehamilan,
1842 diantara mengalami lupus nephritis, dilaporkan mengalami abortus (5,9%), miscarriages
(16.0%), stillbirth (3.6%), neonatal deaths (2.5%), dan IUGR (12,7%). Pada penelitian Lateef,
disebutkan bahwa dalam penelitiannya ditemukan 38% mengalami kematian janin dengan
pasien yang mempunyai SLE dibandingkan dengan 1,7% kematian janin terhadap pasien yang
tidak mempunyai SLE. Seluruh kematian janin, 1 pasien dengan kematian janin mempunyai
aPL, 5 pasien positif mempunyai lupus anticogulant , 3 pasien mempunyai anti – cardiolipin
igG antibodi, dan 3 pasien mempunyai anti – beta 2 igG antibodi. Selain aPL, prediktor lain
yang dapat menyebabkan kematian janin pada penelitian ini ialah hipertensi arterial. Faktor ini
dapat menyebabkan disfungsi plasenta yang menyebabkan sintesis faktor seperti endotel,
oksigen reaktif, dan peningkatan sensitivitas vaskular terhadap angiotensin II. Sebaliknya,
angiotensin II dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan kerusakan plasenta yang
dapat mempengaruhi fetal outcome. 8

Kasus terakhir dalam penelitian ini ialah Ny. RFY usia 26 tahun dengan diagnosa
G2P1hamil 36-37 minggu janin presentasi kepala tunggal hidup, Susp IUGR, FDJP 2, Ibu
dengan Sistema Lupus Eritematous Tidak dalam Terapi SLE, Anemia mikrositik hipokrom.
Ketika bayi nya telah dilahirkan, kondisi bayi didiagnosa dengan kelainan lobster
clowsyndrom,susp infection of newborn. Pada penelitian yang dilakukan oleh Jakobsen,
didapatkan hasil berupa adanya kongenital anomali pada anak yang lahir dari ibu dengan SLE.
Pada penelitiannya ditemukan 6 bayi (9,7%) mempunyai kelainan katup jantung. 1 bayi
mengalami Atrial Septum Defect (ASD), 2 bayi mengalami ASD dengan non - Unspecified
Cardiac Defect (non CHB), 1 bayi mempunyai ASD dan Ventricular Septum Defect (VSD), 1
bayi mengalami VSD, dan 1 bayi mempunyai unspecified ductus problem. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Vinet, dikatakan 507 wanita dengan SLE mempunyai 712 anak dengan
kelompok kontrol sebanyak 5862 wanita mempunyai 8561 anak. Dibandingkan dengan
kelompok kontrolnya, wanita dengan SLE melahirkan anak dengan kongenital anomali
sebanyak (13.6% (95% CI = 11.3 to 16.3) vs. 10.4% (95% CI = 9.7 to 11.1)). Berdasarkan
dengan analisis multivariat, disimpulan anak yang lahir dari ibu dengan SLE mempunyai risiko
terjadinya kongenital anomali adjusted OR = 1.28, 95% CI = 1.01 to 1.62). Pada penelitian
yang dilakukan oleh Vinet, paparan pengobatan SLE tidak mempengaruhi timbulnya
kongenital anomali. Tatalaksana SLE menggunakanhydroxychloroquine, azathioprine, aspirin
dosis rendag dan low-molecular-weight heparin selama kehamilan aman bagi ibu maupun
janinnya.9,10

Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian ini dengan menilai 3 kasus SLE dan
pembahasannya didapatkan kesimpulan bahwa terdapat perbandingan luaran ibu dan janin
yang berbeda antara ketiga kasus SLE dengan manifestasi klinis yang berbeda – beda sehingga
tatalaksana SLE selama kehamilan juga berbeda berdasarkan dengan klinis dari SLE yang
dimiliki oleh ibu.

Kata Kunci Sistemik lupus eritematosus, Kehamilan, Managemen.

DAFTAR PUSTAKA

1. Albar Z. Lupus eritematosussistemik. Dalam: Noer MS, editor kepala.


Ilmupenyakitdalam. Edisi 3. Jakarta: BalaiPenerbit FKUI; 2010. h: 150-9.
2. Tutuncu ZN, Kalunian KC. The De•inition and clasi•ication of systemic lupus
erythematosus. In: Wallace DJ, Hahn BH, editors. Duboi’s lupus erythematosus. 7th
ed. Philadelphia. Lippincott William & Wilkins; 2010:16-19
3. Lahita RG. The clinical presentation of systemic lupus erythematosus. In:Lahita RG,
Tsokos G, Buyon J, Koike T. Editors. Systemic Lupus erythematosus, 5th ed. San
Diego. Elsevier; 2011: 525-540
4. Schur P, ed. The clinical management of systemic lupus erythematosus, 2nd ed.
Philadelphia:Lippincott-Raven, 2010
5. Petri MA, Systemic lupus erythematosus: Clinical aspects. In: Koopman WJ. Editor.
Arthritis and Allied conditions. 15th ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
2005: 1473- 1474
6. Vasudevan AR, Ginzler EM. Clinical features of systemic lupus erythematosus. In:
Hochberg MC, Silman AJ, Smolen JS, Weinblatt ME, Weisman MH. Editors.
Rheumatology 5th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier. 2011:1229-1246
7. Tassiulas IO, Boumpas DT. Clinical features and treatment of SLE. In: Firestein GS,
Budd RC, Harris ED, McInnes IB, Ruddy S, Sergent JS. Editors. Kelley’s Textbook of
rheumatology. 8th ed. Philadelphia. WB Saunders Elsevier. 2009:1263-1300
8. Rubin E, editor. In: Essential pathology: Lupus eritematosussistemik. 3th edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2012. p: 86-8,468-9,650.
9. Lehman TJA. Sistemic Lupus Erythematosus. 2014 August 15. Available: URL:
http://goldscout.com/page2.html. Accesed: 2014 September 17.
10. Kalim H, Handono K. Gambaran klinik dan harapan hidup penderita lupus
Eryhematosus sistemik (SLE) pada orang jawa di RSUD Dr. saiful anwar Malang,
1985-1994. Simposium Nasional I Sistemic Lupus Erythematosus Jakarta,1995
11. Isbagio, Harry; Albar, Zuljasri; Kasjmir, Yoga I; Setiyohadi, Bambang. Lupus
Eritematosus Sistemik. In: Sudoyo, Aru W, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006. hal 1224 – 1231
12. NasutionAR, Kasjmir YI, masalah penyakit lupus eritematosus sistemik (LES) si
RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Simposium Nasional I Sistemic lupus
Eryhematosus. Jakarta 1995
13. Setyohadi B. Penatalaksanaan lupus eritematosus sistemik. Temu ilmiah Rematologi,
2003;154-8.
14. Sumaryono. Spektrum auto antibodi pada LES dan hubungannya dengan gambaran
klinik. Temu Ilmiah Rematologi 2003;149-53
15. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD, editors.
In: Williams obstetrics: medical and surgical complications in pregnancy. 21st edition.
New York, Chicago: McGraw-Hill Medical Publishing Division; 2001. p:1389-1394.

Nama lengkap :Rudy Setiawan Harahap


Judul Makalah bebas : Perbandingan Luaran Ibu dan Bayi Pada Penderita SLE Dengan
Berbagai Manifestasi Klinis Yang Berbeda di RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda AcehTahun 2017
Nama Institusi :Medical Faculty of Syiah Kuala University
Alamat Institusi :Jl. TeukuTanoh Abee, Kopelma Darussalam, Syiah Kuala,
Banda Aceh City, Aceh 23111
NomerHandphonepresenter : 081263300025
Email presenter : rudysetiawanhrp@gmail.com

You might also like