Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
HIV dan AIDS merupakan penyakit yang menjadi momok paling
menakutkan dikalangan remaja dewasa ini. Dengan terjangkitnya
penyakit HIV maupun AIDS, masadepan para remaja akan suram
karena menyebabkan kematian. Salah satu penyebab dari
terjangkitnya atau penularan HIV dan AIDS adalah karena pergaulan
bebas. Dalam pergaulan bebas tentunya para remaja melakukan apa
saja tanpa pengawasan dari orangtua. Maka dari itu, para remaja
hendaknya diberikan bekal yang cukup dan mendalam tentang akibat
dari pergaulan bebas itu sendiri. Karena sering kali pergaulan bebas
memberikan dampak yang negative bagi remaja baik dari segi jasmani
maupun rohani.
Penyebab HIV dan AIDS bisa dari terjangkit secara langsung
maupun dari segi penularan. Jika ditinjau dari sudut pergaulan bebas,
maka banyak yang bisa ditelaah lebih dalam lagi. Terutama di
kalangan remaja. Remaja merupakan usia yang sangat rentan
menyangkut pergaulan bebas serta dampak atau akibat yang
ditimbulkan dari pergaulan bebas itu sendiri (Cohen, 2005).
Untuk meminimalisir akibat yang negatif dari penyakit HIV dan
AIDS maka remaja perlu mengetahui lebih dalam tentang HIV dan
AIDS dari segi penyebab maupun dari segi dampak yang ditimbulkan.
Dengan mengetahuinya, kemungkinan besar para remaja akan berfikir
dua kali untuk melakukan penyimpangan sosial yang berstatus
pergaulan bebas dan menyebabkan suatu hal yang merugikan
(Rahyani, 2014).
Estimasi dari badan kesehatan dunia atau World Health
Organization (WHO) bahwa sekitar 350 juta orang di seluruh dunia
mendertita HIV, sekitar 1,1 juta orang di Amerika Serikat menderita HIV
walaupun mereka tidak menyadarinya. Sampai saat ini, strategi untuk
pencegahan penularan penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS
dirancang melalui pendekatan pada populasi yang spesifik atau
kelompok berisiko tinggi. kelompok berisiko tinggi yang dimaksud
adalah mencakup pekerja seks komersial bersama pasangannya atau
pelanggannya, salah satu pasangan seksual aktif dengan positif HIV
atau keduanya dengan status HIV yang tidak diketahui, laki-laki yang
berhubungan seksual dengan sesama jenis kelamin yang menderita
HIV/AIDS (Cohen, 2005).
Sesuai dengan laporan sebelumnya tahun 2004 mengenai Risk
and Protection: Youth and HIV/AIDS in Sub-Saharan Africa, bahwa
remaja dan orang dewasa muda yang telah berhubungan seksual aktif
mengalami risiko lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa
untuk terpapar HIV, sebagian karena rendahnya pengetahuan,
rangsangan berhubungan seksual, serta penggunaan kondom yang
sangat rendah termasuk penggunaan kondom yang tidak benar serta
tidak konsisten, selain hambatan dari sarana pelayanan kesehatan
reproduksi dan seksual bagi remaja (AGI, 2004). Begitu pula
pandangan mengenai pelayanan kontrasepsi bagi remaja yang telah
menjadi seksual aktif di Indonesia masih dianggap ilegal (SKRRI, 2007
dan 2012).
Berdasarkan hasil studi sebelumnya tahun 2011 sampai 2013 di
Kota Denpasar pada siswa di sekolah menengah atas (SMA) yang
duduk di tingkat 10 dan 11, diperoleh bahwa sebanyak 8,9% remaja
laki-laki dan perempuan berusia antara 15 sampai 18 tahun telah
melakukan inisiasi hubungan seks pranikah selama periode follow-up.
Sebanyak 58,2% remaja laki-laki telah tidak perjaka lagi sampai usia
18,5 tahun, dan pada remaja perempuan menjadi tidak perawan lagi
sebanyak 14,2%. Sebagian remaja perempuan mengaku tidak
menggunakan alat kontrasepsi termasuk kondom saat inisiasi
hubungan seks pranikah dengan pacar, karena mereka dipaksa atau
diancam untuk berhubungan seks pranikah (Rahyani, 2014).
Data dari Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Provinsi
Aceh sampai Oktober 2014 tercatat ada 303 kasus HIV/AIDS di Aceh,
tersebar di 23 kabupaten/kota. Sebanyak 94 penderita di antaranya
dilaporkan meninggal dunia. Hasil analisis data KPA Provinsi
menunjukkan, ada kencenderungan jumlah penderita dan wilayah
sebaran virus HIV/AIDS meningkat 100 persen dari tahun ke tahun.
Dari data yang diberikan terlihat bahwa Aceh Utara menempati urutan
teratas dari segi jumlah penderita yang mencapai 33 kasus.
Dalam sepuluh tahun terakhir sejak 2004 hingga Oktober 2014,
total data kasus virus HIV/AIDS di Aceh mencapai 303 kasus. Dari
jumlah tersebut, 94 penderitanya meninggal dunia. Sedangkan
kabupaten/kota tertinggi terjangkitnya virus itu adalah Aceh Utara
dengan 33 kasus, disusul Aceh Tamiang 32 kasus, Bireuen dan Banda
Aceh masing-masing 27 kasus, dan Lhokseumawe 23 kasus.
Kota/kabupaten lainnya seperti: Aceh Besar 21 kasus, Aceh Tenggara
21 kasus, Aceh Timur 19 kasus, Pidie 21 kasus, Langsa 15 kasus,
Simeuleu 8 kasus, Aceh Barat 8 kasus, Bener meriah 8 kasus, Aceh
Tengah 7 kasus, Aceh Selatan 7 kasus, Gayo Lues 5 kasus, Pidie Jaya
5 kasus, Aceh Singkil 4 kasus, Aceh Barat Daya 4 kasus,
Subulussalam 3 kasus, Nagan Raya 3 kasus, Sabang 3 kasus dan
Aceh Jaya 2 kasus.
Menurut perwakilan Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA)
Provinsi Aceh maka Kasus virus HIV/AIDS mula-mula terdeteksi sejak
tahun 2004 dan sekarang sudah sepuluh tahun berlalu, ada 303 kasus
diseluruh Aceh dan sudah 94 orang meninggal dunia. Dari 303 kasus
virus HIV/AIDS maka ada 103 orang wanita (35%) dan 197 orang pria
(65%).
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian HIV/AIDS.
2. Mengetahui penyebab HIV/AIDS pada remaja.
3. Mengetahui tanda dan gejala HIV/AIDS pada remaja.
4. Mengetahui cara penularan HIV/AIDS pada remaja.
5. Mengetahui program pemerintah dalam pencegahan HIV/AIDS
pada remaja.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian HIV/AIDS
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang
menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang
mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Orang yang dalam
darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum
membutuhkan pengobatan. Namun orang tersebut dapat menularkan
virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan seks berisiko
dan berbagi alat suntik dengan orang lain (Rahyani, 2014).
AIDS merupakan singkatan dari “Acquired Immune Deficiency
Syndrome” adalah wabah penyakit yang terjangkit diakhir pertengahan
abad ke dua puluh. AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang
timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh infeksi
HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang maka orang
tersebut sangat mudah terkena penyakit seperti TBC, berbagai radang
pada kulit, paru, otak dan kanker. Stadium AIDS membutuhkan
pengobatan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan jumlah virus HIV di
dalam tubuh (AGI, 2004).
Sementara perbedaan antara HIV dan AIDS adalah bahwa
setiap orang penderita AIDS pasti terinfeksi HIV, namun tidak semua
orang dengan infeksi HIV menderita AIDS (Cohen, 2005).
A. Kesimpulan
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang
menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang
mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah
sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan
tubuh. AIDS disebabkan oleh infeksi HIV. Penyakit ini disebabkan oleh
virus HIV yang menyerang dan memusnahkan daya ketahanan badan.
Tanda dan gejala penyakit HIV/AIDS yaitu panas lebih dari 1
bulan, batuk-batuk, sariawan dan nyeri menelan, badan menjadi kurus
sekali, diare, sesak napas, pembesaran kelenjar getah bening,
kesadaran menurun, penurunan ketajaman penglihatan, bercak ungu
kehitaman di kulit. Fase HIV/AIDS dibagi menjadi 3 yaitu fase primer
akut yang lamanya 1-2 minggu, fase supresi imun simptomatik (3
tahun), dan fase infeksi HIV menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari
pertama penentuan kondisi AIDS).
Penularan HIV/AIDS pada remaja yaitu melalui hubungan sex
bebas, melalui jarum suntik, melalui tranfusi darah. Program
pemerintah dalam pencegahan hiv/aids pada remaja yaitu membentuk
perundang-undangan mengenai HIV/AIDS, melakukan penyuluhan
secara rutin mengenai HIV/AIDS, dan pemerintah menyediakan alat
pengaman secara gratis.
B. Saran
1. Bagi Penderita
Diharapakan mampu mengetahui cara beradaptasi dengan
keadaannya saat ini.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan mampu mengetahui cara pencegahan HIV/AIDS dan
tidak mendescriminasikan penderita.
3. Penulis
Diharapakan mampu memahami lebih dalam tentang program
penderita HIV/AIDS
DAFTAR PUSTAKA