You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa masyarakat masih merupakan salah satu masalah dari sekian
masalah kesehatan yang ada di dunia, begitu pula dengan di Indonesia. Oleh karena itu,
masalah tersebut mendapat perhatian pula bagi pemerintah dalam pelaksanaan
pembangunan kesehatan.
Sebagai petugas kesehatan maupun sebagai masyarakat kita perlu memahami konsep
kesehatan jiwa masyarakat dengan harapan dapat membantu dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada di masyarakat.
Angka kejadian kesehatan jiwa masih terbilang tinggi. Berdasarkan data WHO tahun
2016, terdapat 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta
terkena skizofrenia serta 47,5 juta orang terkena demensia. (Sumber: depkes.go.id).
Di Indonesia sendiri, karena pengaruh faktor biologis, psikologis dan sosial, penderita
gangguan kesehatan jiwa terus mengalami perkembangan.
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, menunjukan prevalensi gangguan mental
emosional yang ditunjukan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan pada usia 15
tahun keatas mencapai angka 14 juta orang atau sekitar 6% dari jumlah penduduk
Indonesia. Sedangkan untuk gangguan jiwa berat seperti skizoprenia mencapai 400 ribu
orang atau 1,7 per 1.000 penduduk.
Walaupun masalah gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung,
namun tidak dipungkiri bahwa permasalahan tersebut dapat menyebabkan beban baik
bagi keluarga, masyarakat lingkungan sekitarnya maupun bagi pemerintah.
Dari adanya kesulitan-kesulitan kehidupan dapat memperparah permasalahan yang
berdmpak pada kejadian bunuh diri dan tindakan-tindakan brutal yang dilakukan oleh
penderita.
Sangat beralasan jika masalah kesehatan jiwa masyarakat mendapat perhatian dalam
pembangunan kesehatan.
B. TUJUAN
 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas pada matakuliah Keperawatan Komunitas III dan untuk
mengetahui Konsep Kesehatan Jiwa Masyarakat
 Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui Pengertian kesehatan jiwa masyarakat
 Untuk mengetahui Faktor- factor yang mempengaruhi Konsep Kesehatan Jiwa
Masyarakat
1
 Untuk mengetahui masalah- masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan Konsep
Kesehatan Jiwa Masyarakat
 Untuk mengetahui upaya pemecahan masalah dalam pelaksanaan Konsep Kesehatan
Jiwa Mayarakat

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kesehatan Jiwa Masyarakat


Undang-Undang nomor 23 tahun 1996 memberikan definisi tentang kesehatan jiwa
sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan
emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan secara selaras
dengan keadaan orang lain.
Selain dengan itu pakar lain mengemukakan bahwa kesehatan jiwa merupakan
suatu kondisi mental yang sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkan hidup
harmonis dan produktif, sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup seseorang dengan
memperhatikan semua segi kehidupan manusia. Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan
sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh
semua orang, mempunyai perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Sumiati dkk, 2009)
Kesehatan jiwa meliputi :
 Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri
 Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain
 Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari – hari

Kesehatan Jiwa Masyarakat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial
yang berorientasi kepada masyarakat dengan mengutamakan pendekatan masyarakat.
Pelayanan keperawatan yang komprehensif; holistik & paripurna berfokus pada
masyarakat yang sehat, rentan terhadap stress & dalam tahap pemulihan serta
pencegahan kekambuhan

Pelayanan Keperawatan yang komprehensif yaitu pelayanan yang difokuskan pada:


a. Pencegahan primer pada anggota masyarakat yang sehat.
b. Pencegahan sekunder pada anggota masyarakat yang mengalami masalah psikososial &
gangguan jiwa.
c. Pencegahan tersier pada klien gangguan jiwa dengan proses pemulihan

Pelayanan keperawatan yang holistic yaitu pelayanan yang difokuskan pada


aspek bio-psiko-sosio-kultural & spiritual. Perawatan mandiri Individu dan keluarga :
3
a. Masyarakat baik individu maupun keluarga diharapkan dapat secara mandiri memelihara
kesehatan jiwanya.
b. Pada saat ini sangat penting pemberdayaan keluarga
c. Perawat dan petugas kesehatan lain dapat mengelompokkan masyarakat dalam
masyarakat sehat jiwa, masyarakat yang mempunyai masalah psikososial, masyarakat
yang mengalami gangguan jiwa

Konsep Kesehatan Jiwa Masyarakat merupakan suatu orientasi kesehatan jiwa yang
mencakup semua kegiatan kesehatan jiwa yang dilaksanakan di masyarakat dengan
menitik beratkan pada upaya promotif dan preventif tanpa melupakan upaya kuratif dan
rehabilitative
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa masyarakat
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa masyarakat adalah sebagai
berikut:
 Faktor kesadaran masyarakat
Pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah tidak akan tercapai tanpa
adanya dukungan masyarakat. Kesadaran masyarakat yang tidak akan timbul dari
orang lain melainkan dari masyarakat dan individu itu sendiri. Sehingga untuk
meningkatkan penanganan masalah kesehatan jiwa dibutuhkan kesadaran
masyarakat untuk bergandeng tangan, bahu membahu dalam mengatasi
permasalahan kesehatan jiwa yang sangat kompleks.

 Faktor pendidikan
Kenyataan membuktikan bahwa masyarakat dengan tingkat pendidikan yang tinggi
memiliki partisipasi dan motivasi yang tinggi pula dalam hal pembangunan
kesehatan dan sebaliknya. Oleh karena itu, pendidikan masyarakat juga sangat
mempengaruhi dalam pembangunan kesehatan khususnya kesehatan jiwa yang
memang membutuhkan keterlibatan lingkungan sekitar.
 Faktor pelayanan kesehatan
Akses pelayanan kesehatan yang terjangkau sangat mempengaruhi terjadinya
gangguan jiwa, yang mana pelayanan kesehatan jiwa di titik beratkan pada upaya
promotif dan preventif dengan harapan bahwa upaya pelayanan kesehatan tersebut
dapat menekan prevalensi gangguan jiwa yang terjadi pada masyarakat.
 Lingkungan sosial dan ekonomi
Lingkungan sosial dan ekonomi turut mempengaruhi kesehatan jiwa masyarakat.
Pengetahuan masyarakat dan dan perilaku hidup sehat yang tidak baik, ketersediaan
fasilitas-fasilitas pendukung termasuk akses untuk meningkatkan taraf hidup

4
masyarakat mempengaruhi kesehatan jiwa masyarakat. Tingkat ekonomi yang tidak
memadai serta hal-hal yang menghambat pertumbuhan ekonomi juga sebagai faktor
yang turut berpengaruh.

C. Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan konsep kesehatan jiwa pada masyarakat
 Kurangnya pengetahuan masyarakat
Keberadaan pasien gangguan jiwa di tengah- tengah masyarakat sampai saat ini masih
belum mendapat tempat seperti orang normal . penderita gangguan jiwa sering
dianggap mengganggu keberadaan orang lain . kondisi tersebut dapat disebabkan
karena masih kurangnya pengetahuan serta sikap individu maupun masyarakat dalam
menilai pasien gangguan jiwa . Akibatnya keterlambatan dalam penanganan pasien
gangguan jiwa terjadi dan menyebabkan bertambahnya jumlah penderita sakit jiwa
dimasyarakat

 Minimnya fasilitas penunjang kesehatan


Kesehatan jiwa masih menjadi persoalan serius di Indonesia . data riset kesehatan
2013 mencatat prevelensi gangguan jwa berat di Indonesia mencapai 1,7 miliar .
artinya 1-2 orang dari 1000 penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa berat . hal
ini diperburuk dengan minimnya pelayanan kesehatan jiwa di Negara Indonesia
sehingga banyak penderita gangguan kesehatan mental yang belum tertangani dengan
baik .
 Fasilitas kesehatan yang tidak terjangkau
Keterjangkauan fasilitas kesehatan atau pelayanan kesehatan dan jaringannya di
daerah terpencil masih rendah meskipun pemerintah telah berupaya melakukan
pemenuhan sarana prasarana . Masalahnya berada pada jarak tempat tinggal pengguna
dari tempat pelayanan, kekurangan alat- alat dan persediaan di tempat pelayanan ,
kekurangan dana dan biaya transportasi dan kekurangan dana untuk biaya pengobatan
D. Upaya-upaya penanggulangan kesehatan jiwa masyarakat
Upaya-upaya yang perlu dilaksanakan untuk menekan prevalensi gangguan jiwa yang
terus bertambah dapat dilakukan dengan beberapa upaya yaitu:
a. Pemberdayaan masyarakat
Dengan adanya pemberdayaan masyarakat diharapkan masyarakat mampu
menolong dirinya sendiri pada kondisi tertentu. Termasuk deteksi dini gangguan
jiwa, pertolongan pertama pada kejadian gangguan jiwa serta melakukan konseling
pada keluarga dan penderita gangguan jiwa.
5
b. Pelatihan bagi petugas kesehatan jiwa
Pelatihan bagi petugas kesehatan jiwa diharapkan mampu mencetak petugas-petugas
yang profesional dalam melakukan tugasnya. Mengingat, masalah kesehatan jiwa
bukan sekedar masalah sehat sakit melainkan suatu permasalahan yang kompleks
serta butuh penanganan yang serius.

6
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. D

DENGAN ISOLASI SOSIAL

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Desember 20010 pukul 10.00 WIB di

1. Identitas

a. Identitas Pasien

Nama :Sdr. D

Umur : 30 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : tidak bekerja

Agama : Islam

Alamat : Semarang

Suku / bangsa : Jawa, Indonesia

Status perkawinan : Belum kawin

No. RM : 074151

Tanggal pengkajian : 8 Desember 2010

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. R

Umur :-

Pekerjaan : buruh

Alamat : Semarang

Hubungan dengan pasien : ibu kandung


7
2. Alasan masuk

Tidak pernah masuk Rumah Sakit Jiwa.

3. Faktor predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Ya Tidak
2 Pengobatan sebelumnya
Berhasil Kurang Berhasil Tidak Berhasil
3. Trauma
Keluarga klien dan klien mengatakan tidak pernah mengalami tindakan aniaya
fisik, seksual,penolakan, tindakan kriminal dan kekerasan dalam
keluarganya,
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa :
Keluarga klien dan pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang mengalami
gangguan jiwa
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
Keluarga klien dan klien mengatakan tidak pernah mempunyai tunangan dan
klien tidak pernah menikah

4. pemeriksaan fisik
 Tanda vital: TD: 140/100 mmHg N: 88 S: - P: 20 x/menit
 Antropometri : TB: 158 Cm, BB: Turun Naik
 Keluhan fisik : klien mengatakan kakinya gatal-gatal sejak dua tahun
yang lalu, pernah berobat tetapi tidak sembuh.

5. PSIKOSOSIAL
1. Genogram :

Ny.R

Sdr. D

8
30 tahun

Keterangan :

: laki-laki

: Perempuan

: Klien

: yang tinggal serumah

klien mengatakan bahwa beliau merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara, klien


berumur 30 tahun tetapi klien tidak pernah bertunangan dan tidak pernah menikah,
klien tinggal bersama ibu

b. Konsep diri

1. Citra tubuh : klien mengatakan merasa malu dengan keadaan kakinya


2. Identitas diri : klien mengatakan bernama Tn. S dan klien dapat mengenal
dirinya sendiri.
3. Peran : klien mengatakan tidak berkerja, klien hanya bekerja mencari
rumput buat makanan sapi
4. Ideal diri : klien mengatakan ingin cepat sembuh dan cepat beaktifitas
normal seperti dulu.
5. Harga diri : klien mengatakan cemas dengan keadaannya saat ini
karena mengalami sakit yang lama dan tidak sembuh-sembuh.
Masalah keperawatan :
· Ansietas.

b. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti :
Menurut klien, orang yang paling berarti dalam hidupnya saat ini adalah
ibunya.

9
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
klien tidak pernah terlibat dalam kegiatan kelompok atau sosial di rumah
maupun di masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan sulit berbincang – bincang dengan teman lainnya, terkait
kondisi klien yang kesulitan untuk berjalan sehingga klien lebih senang
menarik diri.
Masalah Keperawatan :
Isolasi sosial

d. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : klien mengatakan beragama Islam
b. Kegiatan ibadah : klien tidak pernah melakukan sholat 5 waktu, klien tidak
merasa berdosa
Masalah keperawatan :
Distress spiritual

e. Status mental

1. Penampilan : Penampilan klien secara keseluruhan tidak rapi, rambut klien

kusam, klien jarang mandi, kulit klien terdapat tinea – tinea disekitar leher dan

wajah, kuku klien panjang dan kotor serta tubuh klien berbau khas, gigi klien

kotor dan ada sisa – sisa makanan, kaki klien kotor, tebal, kemerahan.

Masalah Keperawatan: -

Defisit perawatan diri

2. Pembicaraan : berkomunikasi dengan perawat kurang fokus dan tremor dan

gagap

Masalah Keperawatan: kerusakan komunikasi

3. Aktivitas Motorik : klien tidak bekerja, klien hanya mencari rumput buat

makanan sapi.

Masalah Keperawatan:

10
4. Afek /emosi : Afek klien labil, tergantung suasana hati klien

Masalah Keperawatan:

Interaksi Selama Wawancara : Klien saat menjawab pertanyaan pengkaji dengan

singkat, dan agak sedikit bingung, klien sesekali terlihat tidak fokus terhadap

pembicaraan dan bicara ngelantur, jika ditanya klien kontak mata dengan

mahasiswa kurang, lebih sering menunduk.

Masalah Keperawatan: -

5. Persepsi: klien mengatakan cemas dengan keadaannya saat ini.

Masalah Keperawatan:

Ansietas

6. Proses Pikir :

Bentuk : realistik.

Arus :

Masalah Keperawatan: -

Isi Pikir : Klien merasa terisolasi, terkucilkan dari lingkungan dan masyarakat

akibat penyakit yang diderita

Masalah Keperawatan: -

7. Tingkat Kesadaran :Orientasi kurang baik terhadap waktu, tempat dan orang.

Masalah keperawatan : -

8. Memori : Klien lupa tanggal lahirnya.

Masalah Keperawatan:

Gangguan proses pikir

9. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung : mudah beralih, berhitung…..

Masalah Kepercayaan: Gangguan proses pikir

10.Kemampuan Penilaian : Klien masih dapat membedakan antara yang bersih dan

kotor.

11
Masalah Keperawatan: -

11.Daya Tilik Diri : Klien mengatakan dirinya sakit karena cobaan dari tuhan

Masalah Keperawatan: -

f. MEKANISME KOPING
Adatif Maladatif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebihan
Teknik Relokasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruksi Menghindar
Olah raga Mencederai diri
Lainnya: Giat dalam kegiatan Lainnya , kadang menyendiri
Dan diam.
Masalah keperawatan : -

g. masalah psikososial dan lingkungan


 masalah dengan dukungan kelompok: klien mengatakan keluarga mendukung
proses pengobatan.
 masalah berhubungan dengan lingkungan : klien mengatakan tidak pernah
mengikuti kegiatan sosial dan lingkungan.
 masalah dengan pendidikan : klien mengatakan, tidak pernah sekolah
 masalah dengan pekerjaan : klien tidak bekerja hanya mencari rumput untuk
makanan sapi
 masalah dengan perumahan : tidak ada, klien mengatakan tinggal serumah
dengan ibu dan kakak perempuannya.
 masalah dengan ekonomi : klien termasuk golongan ekonomi lemah.
 masalah dengan pelayanan kesehatan : jika klien sakit pernah berobat ke pak
mantri tetapi tidak sembuh dan tidak pernah diobati lagi.
 kurang pengetahuan tentang : penyakit jiwa, faktor presipitasi, koping, sistem
pendukung, penyakit fisik, obat-obatan

h. aspek pengetahuan
 klien mengatakan tahu bahwa klien mempunyai penyakit gangguan jiwa.
i. aspek medis
diagnosa medis :-
terapi medis : -

j. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


12
1. Ansietas
2. Isolasi sosial
3. Distress spiritual
4. Defisit perawatan diri
5. Gangguan proses pikir

NO PENGELOMPOKAN DATA MASALAH

1. DS: klien mengatakan tidak begitu suka Isolasi sosial


bergaul dengan teman yang lain yang bisa
berjalan dengan tegak, klien merasa tidak
sama dengan teman lainnya, sehingga klien
lebih suka menyendiri dan jarang
berkomunikasi dengan temannya
DO: klien tampak terlihat lesu dan wajahnya
murung seperti ada yang dipikirkan
- Klien selalu berapa ditempat ruang tamu
dan tidak pernah mengobrol dengan tetangga
lain, terkait dengan kondisinya yang tidak
bisa berjalan dengan leluasa
- Klien tidak mau memulai pembicaraan
jika tidak dimulai ditanya oleh perawat
- Klien sering terlihat murung dan
menyendiri

2. DS: - Defisit perawatan diri


DO: Penampilan klien secara keseluruhan
tidak rapi, rambut klien kusam, klien jarang
mandi, kulit klien terdapat tinea – tinea
disekitar leher dan wajah, kuku klien panjang
dan kotor serta tubuh klien berbau khas, gigi
klien kotor dan ada sisa – sisa makanan, kaki
klien kotor, tebal, kemerahan
3. DS: klien mengatakan kakinya gatal-gatal Kerusakan mobilitas
sejak dua tahun yang lalu, kakinya klien tebal fisik
dan bengkak, pernah berobat tetapi tidak
sembuh
13
DO: kaki bengkak, kemerahan, kotor. ADL
dibantu sebagian

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Isolasi sosial
2. Defisit perawatan diri
3. Kerusakan mobilitas fisik

C. Pohon Masalah

Isolasi sosial

Defisit perawatan diri

Kerusakan mobilitas fisik

D. Rencana Tindakan Keperawatan


Isolasi sosial: menarik diri
1. Tujuan umum: klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
2. Tujuan khusus:
a. TUK I
Klien dapat membina hubungan saling percaya
1) Kriteria evaluasi
- Klien dapat menunjukkan wajah bersahabat
- Menunjukkan rasa senag
- Ada kontak mata

14
- Mau berjabat tangan
- Mau menyebutkan nama
- Mau menjawab salam
- Mau mengutarakanmasalah yang dihadapinya
2) Intervensi
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g) Beri perhatian kepada klien dan perhatika kebutuhan dasar klien

b. TUK II
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
1) Kriteria evaluasi
- Klien dapat menunjukkan ekspresi wajah bersahabat
- Ada kontak mata
- Mau duduk berhadapan
- Mengungkapkan perasaannya
2) Intervensi
- Kaji pengalaman klien tentang prilaku menarik diri dan tanda – tandanya
- Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri/ tidak mau bergaul
- Diskusikan bersama klien tentang prilaku menarik diri, tanda – tanda
serta penyebab yang muncul
- Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

c. TUK III
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
1) kriteria evaluasi:
klien dapat menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diberikan
2) intervensi:
 kaji pengetahuan klien tentang keuntungan dan kerugian jika tidak
berhubungan dengan orang lain
15
 beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain
 diskusikan bersama dengan klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain dan kerugian akibat tidak berhubungan dengan orang lain

d. TUK IV
Klien dapat melaksanakan hubungan dengan orang lain
1) Kriteria evaluasi:
 Klien memiliki banyak teman dan bisa bercakap – cakap dengan orang
lain, klien dapat mengungkapkan perasaannya
 Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu luang
2) Intervensi:
 Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain
 Kaji kemampuan membina hubungan dengan orang lain
 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
 Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang telah dicapai

e. TUK V
Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
1) Kriteria evaluasi:
 Klien mau berkenalan dengan orang lain
 Klien mampu menerapkan cara berkenalan dengan orang lain
 Klien merasa senang dengan perkenalannya dengan orang lain
 Klien lebih percaya diri dalam bergaul dengan orang lain

2) Intervensi:
 Dorong klien mengungkapkan tentang perasaannya setelah berkenalan
dengan orang lain
 Ajak klien berkenalan dengan orang lain
 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya setelah berkenalan dengan klien

f. TUK VI

16
Klien mampu menyebutkan obat dan cara menggunakan obat secara benar dan
tepat
1) Kriteria evaluasi:
 Klien dapat menyebutkan nama, warna, jumlah dan cara meminum obat
 Klien meminum obat secara teratur
2) Intervensi:
 Anjurkan klien untuk minum obat secara teratur
 Diskusikan cara menggunakan obat dan cara menyebutkan obat secara
benar dan tepat

E. Implementasi dan Evaluasi

TGL DIAGNOSA TINDAKAN EVALUASI


KEPERAWATAN

27-07- Pertemuan I S: klien hanya diam saja, beberapa


2012
Diagnosa I: 1. BHSP menit klien mengatakan namanya
Isolasi sosial Memperkenalkan Bapak S, usia 42 tahun, asalnya
diri dengan sopan, dari Mojan.
menyapa klien
dengan ramah, O: klien belum mau berjabat
menanyakan nama tangan, ekspresi wajah sedih, afek
lengkap klien, datar, klien banyak diam dan
menjelaskan tujuan jawaban singkat atas pertanyaan
pertemuan, jujur mahasiswa, klien sering menunduk
dan menepati janji, jika diajak bicara.
menunjukkan sikap
empati dan A: klien kurang mampu membina
menerima klien apa hubungan saling percaya dengan
adanya. mahasiswa

P: bantu klien untuk membina


hubungan saling percaya,
menganjurkan klien untuk menyapa
saat bertemu mahasiswa.

28- 07- Diagnosa I: Pertemuan II S: klien menyebutkan namanya


2012
Isolasi sosial 1. BHSP Bapak S, klien tersenyum melihat
17
Memperkenalkan mahasiswa
diri dengan sopan,
menyapa klien O: ekspresi wajah kelelahan dan
dengan ramah, mengantuk, klien menyebutkan
menanyakan nama nama, kontak mata sedikit,
lengkap klien, memandang mahasiswa kemudian
menjelaskan tujuan menunduk.
pertemuan, jujur
dan menepati janji, A: klien sudah mampu membina
menunjukkan sikap hubungan saling percaya dengan
empati dan mahasiswa
menerima klien apa
adanya. P: bantu klien untuk menyapa saat
bertemu mahasiswa.

29-07- Pertemuan III S: klien mengatakan namanya


2012
Diagnosa I: 1. BHSP Bapak S, klien mengatakan alamat
Issolasi sosial Memperkenalkan rumahnya di Mojan, klien sering
diri dengan sopan, bertanya soal penyakit gatal-
menyapa klien gatalnya.
dengan ramah,
menanyakan nama O: ekspresi wajah mulai
lengkap klien, bersahabat, kontak mata positif,
menjelaskan tujuan klien mulai percaya dengan
pertemuan, jujur mahasiswa, klien mulai hafal
dan menepati janji, dengan nama mahasiswa, klien
menunjukkan sikap mulai bisa bercerita dengan
empati dan mahasiswa, klien bisa menyebutkan
menerima klien apa nama dan alamat klien
adanya.
A: klien mulai mampu membina
hubungan saling percaya dengan
mahasiswa

P: bantu klien untuk membina


hubungan saling percaya,

18
menganjurkan klien untuk menyapa
saat bertemu mahasiswa.

2. Mengkaji S: klien mengatakan dirumah


dan tinggal dengan kakak perempuan
mengindentifikasi dan ibunya, klien mengatakan
klien tentang paling dekat dengan ibunya, klien
menarik diri dan mengatakan ibunya sangat baik,
tanda – tandanya, klien mengatakan sering berselisih
dirumah tinggal pendapat dengan ibunya dulu, klien
dengan siapa, siapa mengatakan tentang prilaku
orang paling dekat menarik diri
dengan anda, apa
yang membuat O: ekspresi wajah bersahabat,
anda dekat kontak mata positif, klien mulai
dengannya, dengan terbuka dan bercerita dengan
siapa anda tidak perawat, klien mulai mempercayai
dekat, apa yang mahasiswa, klien ingat nama
harus dilakukan perawat, klien belum bisa
agar dekat, menyebutkan tanda – tanda
memberi menarik diri dan penyebabnya.
kesempatan
mengungkapkan A: klien sudah mampu membina
perasaan penyebab hubungan saling percaya dengan
menarik diri, mahasiswa
memberi pujian
kemampuan klien, P: bantu klien menyebutkan
mendiskusikan keuntungan berhubungan dengan
bersama – sama orang lain dan dapat menyebutkan
tentang penyebab kerugian bila tidak berhubungan
yang muncul. dengan orang lain.

30-07- Pertemuan IV: S: klien belum dapat mengatakan


2012
1.Menyebutkan beberapa keuntungan dan kerugian
keuntungan berhubungan dengan orang lain,
berhubungan klien mengatakan malu dengan

19
dengan orang lain kondisinya
dan dapat
menyebutkan O:ekspresi wajah bersahabat, tetapi
kerugian bila tidak terkadang menyeringai, kontak
berhubungan mata positif kadang menunduk,
dengan orang lain klien mampu menyebutkan
2. Mengkaji klien beberapa keuntungan dan kerugian
tentang keuntungan tidak memiliki teman, klien tampak
dan kerugian tersenyum jika diberi pujian, klien
berhubungan tampak lesu, klien bisa
dengan orang lain, menyebutkan nama mahasiswa
member
kesempatan klien
untuk A: klien mulai mampu
mengungkapkan menyebutkan keuntungan dan
perasaan, kerugian jika tidak berhubungan
mendiskusikan dengan orang lain
bersama dengan
klien tentang P: mengulang kembali manfaat dan
manfaat kerugian jika tidak berhubungan
berhubungan dengan orang lain, bantu klien
dengan orang lain, berinteraksi dengan tetangga klien
member pujian
positif terhadap
kemampuan klien.

31-07- Pertemuan V: S: klien tidak dapat mereview


2012
1. Klien dapat kembali keuntungan berhubungan
mereview dengan orang lain, klien
keuntungan mengatakan sudah kenal dengan
berhubungan tetangganya
dengan orang lain
dan dapat O: ekspresi wajah bersahabat,
menyebutkan kontak mata positif, sering
kerugian bila tidak menguap, klien tersenyum jika
berhubungan diberi pujian.

20
dengan orang lain
2. Mengajarkan A: klien mulai mampu
klien berkenalan berhubungan dengan teman sebelah
rumahnya

P: bantu klien berinteraksi dengan


tetangganya

Program kesehatan jiwa berbasis masyarakat adalah salah satu program rintisan Pusat Rehabilitasi YAKKUM
yang berlangsung selama 4 tahun dan ditujukan bagi Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang berada di 3
wilayah yaitu:
Puskesmas Godean 1, Sleman
Puskesmas Temon 1, Kulon Progo
Puskesmas Wonosari 1, Gunungkidul

Program ini diinisiasi untuk memberikan pendampingan kepada ODGJ agar dapat meningkatkan kualitas hidup
mereka dan agar mereka terintegrasi dalam sistem di masyarakat.
Layanan yang kami berikan
Program kesehatan jiwa berbasis masyarakat ini berawal dari masih tingginya stigma negatif yang ditujukan
kepada ODGJ dari masyarakat. Selain itu, banyak ODGJ yang belum memiliki kepatuhan dalam mengkonsumsi
obat secara rutin. Mereja pun masih belum mengakses fasilitasi kesehatan setempat (Puskesmas) karena belum
adanya sistem rujukan yang efektif untuk kasus kesehatan jiwa di dalam masyarakat. Peningkatan kualitas hidup
ODGJ juga semakin sulit dilakukan karena masih rendahnya pengetahuan ODGJ, keluarga dan masyarakat

21
mengenai isu kesehatan jiwa. Antar stakeholder pun belum ada koordinasi dalam penanganan kasus gangguan
jiwa.

Melalui program kesehatan jiwa berbasis masyarakat, kami berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan berikut ini:
Mengingkatnya kualitas hidup ODGJ
Terwujudnya masyarakat yang berkontribusi secara pro-aktif kepada berbagai usaha kesehatan jiwa berbasis
masyarakat yang menyeluruh dan berbasis hak asasi

Secara umum, kami melakukan pendampingan kepada ODGJ dan keluarganya, masyarakat dan pemerintah
terkait melalui:
Kunjungan rumah
Terapi Aktivitas Kelompok bagi ODGJ
Support Help Group atau kelompok swabantu bagi keluarga atau pendamping ODGJ
Pendampingan kepada ODGJ untuk mengakses layanan kesehatan, meningkatkan keterampilan dan aktivitas
produktif
Edukasi kepada keluarga atau pendamping ODGJ mengenai kesehatan jiwa
Sosialisasi isu kesehatan jiwa kepada masyarakat
Peningkatan kapasitas kader kesehatan jiwa dan petugas kesehatan di Puskesmas
Pembentukan sistem untuk pemberian layanan kepada ODGJ dari beberapa stakeholder terkait
Bagaimana program ini membantu penyandang disabilitas?
Program ini berpedoman pada Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas (CRPD) Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB), terutama pada Pasal 19 - Hidup mandiri dan termasuk dalam masyarakat yang menekankan pada “Hidup
secara mandiri dan diikutsertakan di dalam masyarakat.”
Melalui program ini, kami membantu penyandang disabilitas melalui pendampingan individu kepada ODGJ
agar dapat mengakses fasilitas medis secara mandiri, memiliki kepatuhan minum obat dan memiliki kegiatan
produktif. Pendampingan ini dapat membantu pemulihan ODGJ dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Kami
juga membantu dalam peningkatan kapasitas keluarga, kader dan petugas Puskesmas di dalam mendampingi
ODGJ. Melalui koordinasi antar stakeholder terkait, kami juga membantu dalam menyediakan layanan-layanan
terintegrasi untuk ODGJ.
Yang telah dicapai
Hingga akhir tahun 2017 ini, kami telah mendampingi 103 ODGJ dan keluarganya yang tersebar di 3 wilayah
dampingan. Kami juga telah memberikan pendampingan berupa pelatihan-pelatihan, koordinasi rutin ataupun
kerjasama dengan 219 pekerja sosial & petugas medis (termasuk dokter dan perawat), 56 pegawai pemerintah
dan 9 pegawai non-pemerintah.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

 Konsep Kesehatan Jiwa Masyarakat merupakan suatu orientasi kesehatan jiwa


yang mencakup semua kegiatan kesehatan jiwa yang dilaksanakan di masyarakat
dengan menitik beratkan pada upaya promotif dan preventif tanpa melupakan
upaya kuratif dan rehabilitative

22
 Faktor- factor yang mempangaruhi pelaksanaan konsep kesehatan jiwa
masyarakat yaitu
- Factor kesadaran masyarakat
- Factor pendidikan
- Factor pelayanan kesehatan
- Faktor keadaan social
 Masalah – masalah yang dihadapi pada pelaksanaan konsep kesehatan jiwa
masyarakat
- Kurangnya pengetahuan masyarakat
- Minimnya fasilitas penunjang pengobatan
- Fasilitas kesehatan yang tidak terjangkau
 Upaya pemecahan masalah pada pelaksanaan konsep kesehatan jiwa Masyarakat
- Pemberdayaan masyarakat
- Pelatihan kesehatan jiwa bagi tenaga kesehatan masyarakat

B. Saran

1. Untuk mahasiswa diharapkan bisa menguasai materi tentang konsep kesehatan jiwa
masyarakat
2. Untuk institusi
3. Untuk pemerintah melalui tenaga ahlinya diharapkan tidak hanya membuat
programnya tetapi harus ada realisasi yang benar- benar nyata transparan dantepat
sasaran
4. Untuk dosen mata kuliah kiranya dapat selalu membimbing mahasiwa dalam
pembelajaran mengenai mutu kesehatan jiwa pada masyarakat

23

You might also like