You are on page 1of 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KETIDAKBERDAYAAN

Bencana adalah fenomena alam yang datang secara tiba-tiba dan sulit untuk di prediksikan.
Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai efek pada kehidupan manusia diantaranya adalah
respon kehilangan dan berduka. Kehilangan dan berduka dapat diwujudkan dalam bentuk
depresi, marah, apatis, dan kehilangan kontrol terhadap suatu keadaan atau kejadian.Kondisi i
nilah merupakan respon yang ditujukan oleh individu yang sedang mengalami keadaan yang
disebut dengan istilah ketidakberdayaan. Kebanyakan individu secara subyektif mengalami
ketidakberdayaan dalam bermacam-macam situasi.

1. PENGKAJIAN
A. Pengertian
Ketidakberdayaan adalah persepsi yang menggambarkan perilaku seseorang yang tidak akan
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil suatu keadaan di mana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan ( NANDA, 2008)
B. Tanda dan gejala dibedakan menjadi 3 :
1. Ringan
a) Mengekspresikan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energy
b) Pasif
2. Menengah
a) Marah
b) Tergantung pada orang lain
c) Menunjukan ketidakmauan untuk merawat diri
d) Tidak menunjukan kemajuan
e) Menunjukkan ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan dalam menyelesaikan pekerjaan
f) Mengungkapkan keraguan dalam penampilan peran
g) Ketakutan terhadap perawat yang dianggap sebagai orang asing
h) Merasa bersalah
i) Ketidakmampuan mencari informasi perawatan
j) Tidak adanya partisipasi dalam perawatan kesehatan
k) Pasif
3. Berat
a) Apatis
b) Depresi
c) Ekspresi marah

2. ANALISA DATA
Pengelompokan Data
A. Data Subyektif
1. Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan mengendalikan atau
mempengaruhi situasi.
2. Mengungkapakan tidak dapat menghasilkan sesuatu
3. Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk melakukan tugas
atau aktivitas sebelumnya.
4. Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran
5. engatakan ketidakmampuan perawatan diri
B. Data Obyektif
1. Ketidak mampuan untuk mencari informasi tentang perawatan
2. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan
3. Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya
4. Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas, ketidaksukaan,marah,
dan rasa bersalah
5. Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika
mendapat perlawanan
6. Apatis dan pasif
7. Ekspresi muka murung
8. Bicara dengan gerakan lambat
9. Tidur berlebihan
10. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan
11. Menghindari orang lain

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

KETIDAKBERDAYAAN

4. INTERVENSI KEPERAWATAN
A. Intervensi Untuk Klien
1. Tujuan umum
Klien mampu mengatasi rasa ketidakbeerdayaan yang dialaminyaa
2. Tujuan khusus
a) Membina hubungan saling percaya
b) Mengenali dan mengekspresikan emosinya
c) Modifikasi pola kognitif yang negative
d) Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenan dengan perawatanya sendiri
e) Klien termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis
B. Intervensi Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar klien merasa aman dan
nyaman saat berinteraksi
a) Mengucapkan salam terapiutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu dengan klien.
2. Bantu klien mengenali dan mengekspresikan emosinya
a) Lakukan pendekatan yang hangat, bersifat empati, tunjukan respons emosional dan menerima
klien apa adanya.
b) Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri (misalnya rasa
marah, frustasi, dan simpati )
c) Sediahkan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnyaa suportif, beri waktu klien
untuk berespon.
d) Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi, dan klarifikasi.
e) Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi area-area situasi kehidupannya
yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrol.
f) Bantu klien untuk mengidentifikasi factor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap
ketidakberdayaan.
g) Diskusi tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya untuk menyimpulkan.
3. Bantu klien memodifikasi pola kognitif yang negative
a) Identifikasi pemikiran yang negative dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi atau
substitusi
b) Bantu klien untuk meningkatkan pemikiran yang positif
c) Efaluasi ketepatan persepsi, logika, dan kesimpulan yang dibuat klien
d) Identifikasi persepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan pendapatannya yang tidak
rasional
e) Kurang penilaian klien yang negative terhadap dirinya
f) Bantu klien untuk menyadari nilai yang dimilikinya batu perilakunya atau perubahan yang terjadi
4. Bantu klien berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan keperawatanya
sendiri
a)
5. Memotivasi klien untuk aktif mencapai tujuan yang realistis
a) Diskusikan dengan klien pilihan yang realistis dalam perawaatan, berikan penjelasan untuk pilihan
ini. Bantu klien untuk menetapkan tujuan yang realistic. Fokuskan kegiatan pada saat ini bukan
pada kegiatan masa lalu.
b) Bantu klien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya. Dukung
kekuatan-kekuatan diri yang dapat diidentifikasi klien
c) Identifikasi Libatkan klien dalam menetapkan tujuan-tujuan perawatan yang ingin dicapai.
Motivasi klien untuk membuat jadwal aktifitas perawatan dirinya
b) Berikan klien prifasi sesuai yang dibutuhkan
c) Berikan reinforcement positif untuk keputusan yang dibuat dan jika klien berhasil melakukan
kegiatan atau penampilan yang bagus. Motivasi untuk mempertahankan penampilan/ kegiatan
tersebut.
cara-cara yang dapat dicapaai oleh klien. Dorong untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas
tersebut dan berikan penguatan positif untuk partisipasi dan pencapainnya.
d) Dorong kemandiria, tetapi bantu klien jika tidak melakukan. Libaatkan klien daalaam
membuatan keputusan tentang rutinitas keperawatan. Jelaskan alasan setiap perubahan
perencanaan perawatan kepada klien.
e) Adakan suatu konferensi multi disiplin untuk mendiskusikan dan mengembangkan perawatan
rutin klien.
C. Intervensi Untuk Keluarga
1. Tujuan
a. Keluarga mampu mengenal masalah ketidakberdayaan pada anggota keluarganya.
b. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ketidakberdayaan
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ketidakberdayaan
d. Keluarga mampu mempraktikkan cara merawat pasien dengan ketidakberdayaan
e. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ketidakberdayaan
2. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya
Dalam membeina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar keluarga merasa aman
dan nyaman saat berinteraksi.
1) Mengucapkan salam terapiutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu keluarga.
b. Bantu keluarga mengenal masalah ketidakberdayaan yang dialami oleh anggota keluarganya :
1) Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian ketidakberdayaan
2) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala ketidakberdayaan.
c. Diskusikan dan memotivasi keluarga cara merawat anggota keluarga dengan ketidakberdayaan
melalui aktivitas yang dapat meningkatkan kemampuan klien untuk mengatasi rasa
ketidakberdayaan:
1) Membuat klien mengekspresikan emosinya
2) Membantu klien memodifikasi pola kognitif yang negative
3) Membantu klien berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
4) Memotivasi klien untuk mencapai tujuan yang realistik
d. Diskusikan dengan keluarga tentang kondisi-kondisi dimana pasien harus dirujuk kefasilitas
kesehatan dan bagaimana cara merujuknya.

5. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan implementasi pada penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan
ketidakberdayaan ini selanjutnya dikembangkan dengan menggunakan pola strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan. Strategi ini disusun untuk memudahkan pelaksanaan asuhan klien dan
keluarga dengan ketidakberdayaan. Adapun strategi pelaksanaan yang digunakan adalah sebagai
berikut.

A. Latihan 1 : Interaksi Pertama


FASE ORIENTASI
“Selamat pagi ibu! Perkenalkan nama saya..panggil saja saya…saya suster yang akan
merawat ibu hari ini. Nama ibu siapa? Senangnya dipanggil apa?”Bagaimana
perasaan ibu pagi ini? Apa semalam tidurnya pulas? “Ibu bagaimana kalau kita
berbincang-bincang tentang perasaan ibu saat ini. Bagaimana kalau 20 menit di sini?
Ibu bersedia?
FASE KERJA
“Apa yang membuat ibu memiliki perasaan seperti itu?”
“Sejak kapan muncul perasaan seperti itu ibu?”
“Apa saja yang telah ibu lakukan untuk mengatasi perasaan tersebut?”
“Coba ibu ceritakan kegiatan apa saja yang biasanya ibu lakukan dirumah?”
“Apa ibu memiliki banyak teman?”
“Apa ibu pernah merasakan kehilangan yang teramat sangat?”
“Kehilangan apa ibu?”
“Sejak kapan ibu merasakan hal itu?”
“Apa sampai saat ini ibu merasakan hal yang sama?”
“Nah menurut ibu apakah baik jika perasaan kehilangan yang ibu rasakan terus ibu
alami sampai saat ini?”
“Menurut ibu sebaiknya apa yang harus dilakukan untuk menghilangkan perasaan ibu
tersebut?”
“Apa ibu pernah memiliki perasaan tidak puas dengan apa yang ibu miliki saat ini?”
“Apa kira-kira alasan ibu merasa tidak puas?”
“Apa harapan terbesar ibu dalam hidup ini?”
“Menurut ibu apa yang seharusnya dilakukan jika ada harapan dalam hidup yang
belum dapat terwujud?”
“Lalu menurut ibu apakah dengan merasa tidak puas dan mengalami kehilangan yang
teramat sangat sehingga ibu terus-menerus merasa tidak berdaya dalam hidup ibu?”
“Apa ibu tidak pernah berpikir bahwa ibu sedang menyia-nyiakan waktu hidup ibu
yang hanya sebentar?”
“Suster lihat ibu masih sangat mampu untuk dapat lepas dari perasaan ibu itu, coba
ibu lebih berpikir positif tentang diri ibu sendiri..
“Bagus ibu karena ibu telah berani mengungkapkan perasaan ibu kepada suster….”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
“Coba ibu ulangi apa yang menyebabkan ibu merasa tidak berdaya dan lemah saat
ini?”
“Baik ibu, coba ibu pikirkan kembali tentang hal-hal lain yang membuat ibu merasa
lemah dan tidak berdaya dalam hidup ini”
“Baiklah ibu, sekarang sudah 20 menit. Saya rasa pertemuan kita kali ini cukup sampai
disini. Nanti kira-kira jam 10 saya akan kembali lagi untuk membahas tentang hal-hal
lain yang membuat ibu merasa lemah dan tidak berdaya saat ini. Apakah ada yang
ingin ibu tanyakan sebelum saya pergi? Baiklah ibu,selamat pagi.”

6. EVALUASI
Untuk mengukur keberhasilan asuhan keperawatan yang kita lakukan,dapat dilakukan dengan
menilai kemampuan klien dan keluarga :
A. Kemampuan klien
1) Mampu menganal ketidakberdayaan dan yang dialami
2) Mampu mengekspresikan emosi terkait kondisi ketidakberdayaan
3) Mampu menyebutkan keputusan terkait rencana perawatanya
B. Kemampuan keluarga
1) Mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dari ketidakberdayaan
2) Menyebutkan cara merawat klien dengan ketidakberdayaan
3) Mampu mendukung klien berpartisipasi terhadap rencana perawatnya
4) Mampu memotivasi klien dalam mencapai tujuan yang realistis

DAFTAR PUSTAKA

M.Nancy, Panderiot. 2009. Modul Pembelajaran Asuhan Keperawatan Psikososial. Surabaya: Akademi
Keperawatan William Booth
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KETIDAKBERDAYAAN /
KETIDAKMAMPUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KETIDAKBERDAYAAN / KETIDAKMAMPUAN

Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan


mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi
tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.

1. PENGKAJIAN
Data-data yang biasa ditampilkan pada pasien dengan ketidakberdayaan adalah mengatakan
secara verbal ketidakmampuan mengendalikan atau memengaruhi situasi.
a. Menagatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu.
b. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
c. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat kesempatan diberikan.
d. Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya.
e. Apatis, pasif.
f. Ekspresi muka murung.
g. Bicara dengan lambat.
h. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan.
i. Tidur berlebihan.
j. Menghindari orang lain.

2. DIAGNOSA
Karena ketidakberdayaan dapat menyebabkan gangguan harga diri maka diagnose
keperawatan dapat dirumuskan:
1) Gangguan harga diri: harga diri rendah berhubungan dengan ketidakberadayaan.
2) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan perioperatif.
3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan hilangnya salah satu anggota badan akibat amputasi.

3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1) Gangguan harga diri: harga diri rendah berhubungan dengan ketidakberadayaan.
Tujuan umum:
Pasien dapat melakukan cara pengambilan keputusan yang efektif untuk mengendalikan situasi
kehidupannya dengan demikian menurunkan perasaan rendah diri.
Tujuan khusus:
Pasien dapat membina hubungan terapeutik dengan perawat.
Tindakan:
a. Lakukan pendekatan yang hangat, menerima pasien apa adanya dan bersifat empati.
b. Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri (misalnya rasa
marah, frustasi dan simpati).
c. Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya sportif.
d. Beri waktu untuk pasien berespons.
Pasien dapat mengenali dan mengekspresikan emosi.
Tindakan:
a. Tunjukkan respon emosional dan menerima pasien.
b. Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi, klarifikasi.
c. Bantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya.
d. Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam
kemampuannya untuk mengontrol.
e. Dorong untuk menyatakan secara verbal perasaan-perasaannya yang berhubungan dengan
ketidakmampuan.
Pasien dapat memodifikasi pola kognitif negative.
Tindakan:
a. Diskusikan tentang masalahyang dihadapi pasien tanpa memintanya untuk menyimpulkan.
b. Identifikasi pemikiran yang negative dan bantu untuk menurunkannya melalui interupsi atau
substitusi.
c. Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif.
d. Evaluasi ketepatan persepsi, logika dan kesimpulan yang dibuat pasien. Identifikasi persepsi
pasien yang tidak lengkap, penyimpangan dan pendapatnya yang tidak rasional.
e. Kurangi penilaian pasien yang negative terhadap dirinya.
f. Bantu pasien untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau perilakunya dan perubahan yang
terjadi.
Pasien dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perawatnya.
Tindakan:
a. Libatkan pasien dalam menetapkan tujuan-tujuan perawatannya yang ingin dicapai.
b. Motivasi pasien untuk membuat jadwal aktifitas perawatan dirinya.
c. Berikan pasien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan.
d. Berikan “reinforcement” positif untuk keputusan yang dibuat.
e. Beri pujian jika klien berhasil melakukan kegiatan atau penampilan yang bagus.
f. Motivasi pasien untuk mempertahankan penampilan sehari-hari.
Pasien dapat termotivasi aktif untuk mencapai tujuan yang realistis.
Tindakan:
a. Bantu pasien untuk menetapkan tujuan-tujuan yang realistik. Foskuskan kegiatan pada saat ini
bukan pada kegiatan masa lalu.
b. Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat dikontrol.
c. Identifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh pasien. Dorong untuk berpartisipasi dalam
aktivitas-aktivitas tersebut dan berikan penilaian positif untuk berpartisipasi dan pencapaiannya.
d. Motivasi keluarga untuk berperan aktif falam membantu pasien menurunkan perasaan
ketidakberdayaan.

2) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan perioperatif.


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan pasien mampu mengontrol
tingkat ansietasnya serta mampu mengkomunikasikan perasaan dengan tepat dengan kriteria
hasil:
- TTV normal
- Pasien tampak rileks.
Intervensi:
1. Memberikan bantuan secara fisik dan psikologis, memberikan dukungan moral.
2. Menerangkan prosedur operasi dengan sebaik-baiknya.
3. Mengatur waktu khusus dengan klien untuk berdiskusi tentang kecemasan klien.
4. Bina hubungan saling percaya dengan oasien dan keluarga pasien.
5. Kolaborasi: beri obat untuk mengurangi ansietas.

3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan hilangnya salah satu anggota badan akibat
amputasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan pasien dapat menerima
keadaan tubuhnya yang sekarang dengan kriteria hasil:
- Pasien tampak percaya diri.
- Pasien dapat menerima keadaan tubuhnya.
Intervensi:
1. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang dulu dan saat ini, perasaan dan harapan
yang dulu dan saat ini terhadap citra tubuhnya.
2. Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.
3. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.
4. Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
5. Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
6. Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah kepada pembentukan tubuh yang
ideal.
7. Lakukan interaksi secara bertahap.
8. Dorong melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam keluarga dan social.
9. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti atau mempunyai peran penting
baginya.
10. Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi.
DAFTAR PUSTAKA

Wahyu, Purwaningsih, Ina Karlina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

Press.

You might also like