Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
a. Anatomi Prostat
yang sering disebut sebagai otot dasar panggul. Gambar letak prostat
b. Fisiologi prostat
mengenasi fat endokrin ini masih belum pasti. Bagian yang peka
terhadap androgen. Oleh karena itu pada orang tua bagian tengahlah
dapat membentuk enzim asam fosfatase yang paling aktif bepkerja ada
pH 5.
Prostat bersifat difus dan bermuara ke dalam pelksus santorini.
Persarafan prostat terutama berasal dari simpatis pleksus hipoglaktikus dan
serabut yang berasal dari nervus sakralis ketiga dan keempat melalui pleksus
sakralis. Drainase limfe prostat ke nodi limfatisi obturatoria, iliaka eksterna
dan pre sakralis, serta sangat penting dalam mengevaluasi luas penyebaran
penyakit dari prostat (Andra Yessie, 2013). Sedangkan menurut Smeltzer
(2005), sewaktu perangsangan seksual, prostat mengeluarkan cairan encer
seperti susu yang mengandung berbagai enzim dan ion ke dalam duktus
ejakulatorius. Cairan ini menambah volume cairan vesikula seminalis dan
sperma. cairan prostat bersifat basa (alkalis). Sewaktu mengendap di cairan
vagina wanita, bersama ejakulat yang lain, cairan ini dibutuhkan karena
motilitas sperma akan berkurang dalam lingkungan dengan pH rendah.
3. Etiologi
pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan
ada pada pria usia 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50%, dan pada usia
80 tahun 80%. Sekitar 50% dari angka tersebut menyebabkan gejala dan
tanda klinis.
d. Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem
4. Pathofisiologi
pengeluaran urin.
secara efektif. Karena terdapat sisa urin, maka terdapat peningkatan infeksi
destrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat destrusor ke dalam
5
tojolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sekula dan apabila besar
terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi
buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tekanan itu. Kontraksi
pasien dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau
lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala
5. Manifestasi Klinik
berbagai macam tanda dan gejala. Gejala BPH berganti-ganti dari waktu-
kewaktu dan mungkin dapat semakin parah, menjadi stabil, atau semaki
otot buli-buli untuk untuk mengeluarkan urine. Pada suatu saat, otot buli-
Adapun gejala dan tanda yang nampak pada pasien dengan BPH:
Retensi urine
mengeluarkan urin)
Kolik renal
6. Klasifikasi BPH
dibedakan menjadi 4 tingkat seperti terlihat dalam tabel 2.1 yang dinilai
volume urin/atau residu urin yang ada di kandung kemih setelah pasien
tur).
prostate sudah cukup besar, reseksi tidak cukup 1 jam sebaiknya dengan
7. Pemeriksaan Penunjang
dinilai:
9
b. Laboratorium
(normal sisa urin kosong dan batas intervensi urin lebih dari 100 cc).
d. Pemeriksaan lain
dibuat foto stelah miksi, dapat dilihat sisa urin. Pembesaran prostat dapat
dilihat sebagai lesi defek isian kontras pada dasar kandung kemih. Secara
membelok ke atas berbentuk seperti mata kail. Apabila fungsi ginjal buruk
sehingga ekskresi ginjal kurang baik atau penderita sudah dipasang kateter
8. Penatalaksanaan Medis
yaitu :
a. Stadium I
alfa seperti alfazosin dan terazosin. Keuntungan obat ini adalah efek
b. Stadium II
(trans uretra).
11
c. Stadium III
dan perineal.
d. Stadium IV
penderita dari retensi urin total dengan memasang kateter atau sistotomi.
a. Observasi
b. Medikamentosa
4) Fisioterapi
c. Terapi Bedah
(Carpenito, 2010)
kandung kemih.
kemih.
kateter.
5) Stent Prostat
14
a. Ukuran kelenjar
b. Keparahan obstruksi
9. Komplikasi
miksi.
c. Hernia/hemoroid
d. Hematuria.
hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan membentuk batu endapan
yang menambah keluhan iritasi dan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam
dalam usaha untuk memperbaiki dan melihat pasien sampai ketaraf optimum
1. Fokus Pengkajian
a) Sirkulasi
b) Integritas Ego
c) Eliminasi
konstipasi.
punggung bawah.
f) Keselamatan/ keamanan
keselamatan tidak luput dari pengkajian perawat karena hal ini sangat
juga adanya tanda-tanda infeksi baik pada luka bedah maupun pada
saluran perkemihannya.
g) Seksualitas
h) Laboratorium
maupun post operasi BPH. Pada pre operasi perlu dikaji, antara lain urin
analisa, kultur urin, urologi urin, BUN/kreatinin, asam fosfat serum, sel
2. Pathway Keperawatan
Resiko Infeksi
Kurang pengetahuan
Resiko ketidakseimbangan
volume cairan
BPH
Gangguan
Pembedahan Mobilitas Fisik
Adanya media masuk kuman
Resiko
Resiko Kerusakan
Nyeri Akut
Kekurangan
penurunan Hb
Resiko Infeksi
ketidakefektifan Perfusi
Jaringan perifer
pada pasien dengan BPH menurut Doengoes, dkk (2006) dan NANDA
(2007), adalah :
a. Pre operasi
prosedur operasi).
vesiko ureter.
b. Pasca operasi
neurovakuler (nyeri).
invasif).
(NIC & NOC) (2007), yaitu pada tabel 2.3 tentang intervensi pre operasi
melaksanakan
prosedur yang telah
dijelaskan
Keterangan :
1. Ekstrim 4. Ringan
2. Berat 5. Tidak ada
3. Sedang