You are on page 1of 59

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini memicu terjadinya perubahan gaya hidup pada masyarakat,

seiring dengan semakin canggihnya teknologi, diantaranya pola hidup yang

kurang sehat, kurang aktivitas, merokok dan tingkat stress yang sangat tinggi. Hal

ini tentunya terjadi pada setiap kalangan baik remaja, dewasa dan lansia, sehingga

banyak penyakit-penyakit yang muncul pada masyarakat kita salah satunya adalah

penyakit hipertensi.

Hipertensi merupakan penyakit yang makin banyak dijumpai di indonesia.

Hipertensi merupakan faktor risiko langsung terhadap timbulnya infark miokard

dan CVA(cerebrovascular accidents) (Tambayong, 2014). Hipertensi adalah suatu

keadaan tanpa gejala, di mana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri

jantung mempengaruhi kerja jantung terutama di tentukan oleh besarnya curah

jantung dan tahanan perifer. Curah jantung pada penderita hipertensi umunya

normal. Adanya kelainan terutama pada peninggian tahanan perifer. Kelaiann

tahanan perifer ini di seabkan oleh karena vasokontriksi arteriol akibat naiknya

tonus otot polos pada pembuluh darah tersebut. Bila hipertensi sudah berjalan

cukup lama yang akan dijumpai adalah adanya perubahan-perubahan struktutral

pada pembuluh darah arteriol berupa penebalan pada tunika interna dan adanya

hipertropi pada tunika media. Dengan adanya hipertropi dan hiperplasi, maka

sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi singga terjadi anoksia

relatif. Keadaan ini dapat di perkuat dengan adanaya sklerosis koroner, Apabila
klien dan keluarga kesulitan memasukkan regimen yang ditetapkan atau gagal

melakukan tindakan mengurangi faktor resiko maka akan timbul masalah

keperawatan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan.

Penyakit hipertensi merupakan masalah yang sedang dialami oleh seluruh

dunia. Berdasarkan data WHO (2008), sebesar 40% penduduk usia dewasa

menderita hipertensi. Prevalensi di Amerika sebesar 35%, dikawasan Eropa

sebesar 41%, dan Australia sebesar 31,8%. Prevalensi hipertensi pada kawasan

Asia Tenggara adalah sebesar 37%, Thailand sebesar 34,2%, Brunei Darusalam

34,4%, Singapura 34,6% dan Malaysia 38% (Estiningsih, 2012).

Prevelansi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran menurut

usia >18 tahun sebesar 25,8%. Prevelensi hipertensi di Indonesia yang di peroleh

melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan adalah 9,4% yang di diagnosis

tenaga kesehatan sebesar atau sedang minum obat sebesar 9,5%. Jadi terdapat

0,1% yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah

normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0,7%. Jadi prevelensi

hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% (Kemenkes RI, 2013).

Menurut Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso bahwa penyakit

Hipertensi merupakan urutan ke 1 dari 10 penyakit terbanyak di wilayah

Bondowoso terhitung dari bulan Januari sampai Desember 2017 dengan jumlah

kunjungan laki-laki sebanyak 21.108 orang dan perempuan sebanyak 29.309

orang. Pada kasus baru ditemukan laki-laki sebanyak 8.272 orang dan perempuan

sebanyak 10.198 orang, sedangkan jumlah orang meninggal akibat penyakit

hipertensi ini sebanyak 39 orang terdiri dari laki-laki 15 orang dan perempuan 24

orang. Kurun waktu jumlah penderita hipertensi usia >15 tahun sampai 70 tahun
dua besar di Kabupaten Bondowoso adalah di Puskesmas Nangkaan dengan

jumlah laki-laki sebanyak 1.454 orang dan perempuan 2.285 orang, Total

keseluruhan yaitu 3.739 orang.

Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang ditandai

dengan peningkatan tekanan darah yang melebihi normal. Hipertensi sering

mengakibatkan keadaan yang berbahaya karena keberadaannya sering kali tidak

disadari dan kerap tidak menimbulkan keluhan yang berarti; sampai suatu waktu

terjadi komplikasi jantung, otak, ginjal, mata, pembuluh darah, atau organ-organ

vital lainnya. Namun demikian penyakit hipertensi sangat di pengaruhi oleh pola

hidup yang kurang sehat, kurang aktivitas, merokok dan tingkat stress yang sangat

tinggi, sehingga apabila klien dan keluarga gagal dalam melakukan tindakan

untuk mengurangi faktor risiko dan memilih pilihan yang tidak efektif dalam

kehidupan sehari-hari untuk memenuhi tujuan kesehatannya maka akan muncul

masalah keperawatan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan.

Maka solusi dari ketidakefektifan manajemen kesehatan adalah modifikasi

perilaku, fasilitasi pembelajaran, peningkatan koping, bantuan modifikasi diri,

menjelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana hubungannya dengan anatomi

dan fisiologi, sesuai kebutuhan, menjelaskan tanda dan gejala yang umun dari

penyakit, sesuai kebutuhan, diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin

diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan atau

mengontrol proses penyakit.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diasumsikan bahwa Hipertensi

merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat Indonesia.

Maka penulis tertarik untuk lebih mengenal, menangani dan memberi asuhan
keperawatan kepada keluarga dengan salah satu dari anggota keluarga yang

menderita hipertensi dalam karya tulis ilmiah berjudul “Asuhan Keperawatan

Keluarga pada pasien yang mengalami Hipertensi dengan Ketidakefektifan

Manajemen Kesehatan di desa Tegal Batu Rt 08 kecamatan Nangkaan Kabupaten

Bondowoso.

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan keluarga

pada klien yang mengalami Hipertensi dengan Ketidakefektifan Manajemen

Kesehatan di desa Tegal Batu Rt 08 kecamatan Nangkaan kabupaten Bondowoso.

1.3 Rumusan masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan keluarga pada klien yang mengalami

Hipertensi dengan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan di desa Tegal Batu Rt

08 kecamatan Nangkaan kabupaten Bondowoso.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum:

Melaksanakan asuhan keperawatan keluarga pada klien yang mengalami

Hipertensi dengan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan di desa Tegal

Batu Rt 08 kecamatan Nangkaan kabupaten Bondowoso.


1.4.2 Tujuan Khusus:

1 Melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada klien yang mengalami

Hiertensi dengan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan di desa Tegal

Batu Rt 08 kecamatan Nangkaan kabupaten Bondowoso.

2 Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga pada klien yang mengalami

Hipertensi dengan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan di desa Tegal

Batu Rt 08 kecamatan Nangkaan kabupaten Bondowoso.

3 Menyusun intervensi keperawatan keluarga pada klien yang mengalami

Hipertensi dengan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan di desa Tegal

Batu Rt 08 kecamatan Nangkaan kabupaten Bondowoso.

4 Melaksanakan tindakan keperawatan keluarga pada klien yang mengalami

Hipertensi dengan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan di desa Tegal

Batu Rt 08 kecamatan Nangkaan kabupaten Bondowoso.

5 Melakukan evaluasi keperawatan keluarga pada klien yang mengalami

Hipertensi dengan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan di desa Tegal

Batu Rt 08 kecamatan Nangkaan kabupaten Bondowoso.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Sebagai bentuk penerapan konsep pengetahuan ilmu keperawatan atau teori

dari mata kuliah Keperawatan keluarga tentangasuhan keperawatan pada keluarga

yang mengalami Hipertensi dengan ketidakefektifan manajemen kesehatan.


1.5.2 Manfaat Praktis

1.5.2.1 Manfaat bagi Puskesmas

Membantu pihak puskesmas dalam proses perawatan pada klien yang

mengalami Hipertensi dengan ketidakefektifan manajemen kesehatan.

1.5.2.2 Manfaat bagi Perawat

Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada klien yang mengalami

Hipertensi dengan ketidakefektifan manajemen kesehatan.

1.5.2.3 Manfaat bagi Keluarga

Keluarga mendapatkan informasi dan pengetahuan cara mengontrol

hipertensi.

1.5.2.4 Manfaat bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Memberikan tambahan informasi kepada mahasiswa tentang asuhan

keperawatan pada keluarga yang mengalami Hipertensi dengan

ketidakefektifan manjemen kesehatan.

1.5.2.5 Manfaat bagi Mahasiswa Keperawatan

Mendapatkan tambahan informasi tentang asuhan keperawatan pada

keluarga yang mengalami Hipertensi dengan ketidakefektifan manjemen

kesehatan.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Pengertian

Hipertensi adalah suatu penekanan darah sistolik dan diastolik yang tidak

normal,batas yang tepat dari kelainan ini tidak pasti. Nilai yang dapat diterima

berbeda sesuai dengan usia dan jenis kelamin, namun pada umumnya sistolik

yang berkisar antara 140-199 mmHg dan diastolik antara 90-95 mmHg dianggap

merupakan garis batas dari hipertensi (Riyadi Sujono, 2011).

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg

dan tekanan diastolik lebihb dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua kali

pengukuran atau lebih (Brunner & Suddarth, 2015). Hipertensi adalah tekana

darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (Sari

Wijayaningsih Kartika, 2013).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan

konsisten si atas 140/90 mmHg (Baradero Mary dan kawan-kawan, 2008).

Hiprtensi adalah peningkatan tekanan distole, yang tingginya tergantung umur

individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu,

tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stress yang di alami. Hipertensi ringan

bila tekanan darah diastole 95-104 mmHg, hipertensi sedang tekanan diastolenya

105-114 mmHg, sedangkan hipertensi berat tekanan diastolenya > 115 mmHg

(Tambayong Jan, 2013).


Hipertensi adalah sebagian peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya

140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya

beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain

seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah makin tinggi tekanan darah,

makin besar resikonya (Huda Nurarif Amin dan Hardhi Kusuma, 2015).

Hipertensi adalah tekanan di dalam pembuluh darah melebihi 140 mmHg

(sistol) dan 90 mmHg (diastol) pada lebih dari satu kejadian akibat penyakit

promer atau penyebab yang tidak diketahui (Digiulio Mary dan Donna Jackson,

2007).

2.1.2 Etiologi

1. Usia

Insidens hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Hipertensi

pada yang berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insidens penyakit

arteri koroner dan kematian prematur.

2. Kelamin

Pada umunya insidens pada pria lebih tinggi dari pada wanita, namun pada

usia pertengahan dan lebih tua, insidens pada wanita mulai meningkat singga pada

usia di atas 65 tahun, insidens pada wanita lebih tinggi.

3. Ras

Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada yang

berkulit putih. Akibat dari penyakit ini umumnya lebih berat pada ras kulit hitam.

Misalnya mortalitas pasien pria hitam dengan diastole 115 mmHg atau lebih, 3,3

kali lebih tinggi dari pada pria berkulit putih, dan 5,6 kali bagi wanita putih.
4. Pola Hidup

Faktor seperti pendidikan,penghasilan, dan faktor pola hidup lain telah di

teliti tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah, dan

kehidupan atau pekerjaan yang penuh stress agaknya berhubungan dengan

insidens hipertensi yang lebih tinggi. Obesitas di pandang sebagai faktor resiko

utama. Bila berat badannya turun, teaknan darahnya sering turun menjadi normal.

Merokok di pangdang sebagai faktor resiko tinggi bagi hipertensi dan penyakit

arteri koroner. Hiperkolesterolemia dan hiperglikemia adalah faktor-faktor utama

untuk perkembangan arteroskelosis yang berhubungan erat dengan hipertensi

(Tambayong Jan, 2013).

2.1.3 Klasifikasi (Rini Sulistyowati dan Awan Hariyanto, 2015).

Tingkat Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99

Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109

Stadium 3 (berat) 180-209 110-119

Stadium 4 (sangat ≥ 210 ≥ 210

berat)

2.1.4 Patofisologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar

dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan di abdomen.


Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang

bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simapatis. Pada titik

ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan di lepaskannya

norepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti

kecemasan dan ketakukan dapat memengaruhi respon pembuluh darah terhadap

rangsang vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa

terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi

epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol

dan steroid lainnya. Yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh

darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,

menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron dan kortes adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan

keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan gerontologi. Perubahan structural dan

fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggungjawab pada perubahan

tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi

oto polos pembuluh darah yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi

dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya. Aorta dan arteri besar

berkurang kemapuannya dalam mengakomodasi volume darah yang di pompa

oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penelusuran curah jantung dan

peningkatan tahanan perifer (Padila, 2013).

2.1.5 Gambaran Klinis

1. Pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan bahwa tidak ada abnormalitas lain

selain tekanan darah tinggi.

2. Perubahan pada retina disertai dengan hemoragi, eksudat, prnyempitan

arteirol, dan bintik katun-wol (cotton-wol spots) (infarksio kecil), dan

papiledema dapat terlihat pada kasus hipertensi berat.

3. Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskular yang berhubungan

dengan sistem organ yang dialiri oleh pembuluh darah yang terganggu .

4. Penyakit arteri koroner dengan angina atau infark miokardium adalah

dampak yang paling sering terjadi.

5. Hipertrofi ventrikel diri dapat terjadi; berikutnya akan terjadi gagal jantung.

6. Perubahan patologis dapat terjadi di ginjal (nokturia dan peningkatan BUN

dan kadar kreatinin).

7. Dapat terjadi gangguan serebrovaskular (stroke atau serangan iskemik

transien [TIA] [yi, perubahan dalam penglihatan atau kemampuan bicara,

pening, kelemahan, jatuh mendadak, atau hemiplegia transien atau

permanel]) (Brunner & Suddarth, 2015).


2.1.6 Komplikasi

1. Transien iskemik attack

2. Stroke/CVA

3. Gagal jantung

4. Gagal ginjal

5. Infark miokard

6. Disritmia jantung (Rini Sulistyowati dan Awan Hariyanto, 2015).

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh

2. Pemeriksaan retina

3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal

dan jantung

4. Ekg untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,

pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.

7. Foto dada dan CT scan (Padila, 2013).

2.1.8 Penatalaksaan

a. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Modifikasi diet

1) Pembatasan natrium.

2) Penurunan masukan kolestrol dan lemak jenuh


3) Penurunan masukan kalori untuk mengontrol berat badan, Mengganti

makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayuran dan buah-

buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan

darah,seperti menghindari diabetes dan dislipidemia.

4) Menurunkan masukan minuman ber alkohol, Walaupun konsumsi alcohol

belum menjadi pola hidup yang umum di negara kita, namun konsumsi

alcohol semakin hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan

pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alcohol lebih

dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat

meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian membatasi atau

menghentikan konsumsi alcohol sangat membantu dalam penurunan

tekanan darah.

5) Menghentikan merokok, Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti

ber efek langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok

merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan

pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.

2. Pentalaksanaan stress.

3. Program latihal regular untuk menurunkan berat badan.

4. Olah raga, olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit/

hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah.

Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara

khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai

sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya.
b. Penatalaksanaan Medis

1. Farmakoterapi bila tindakan-tindakan konservatif gagal untuk mengontrol

tekanan darah secara adekuat. Salah satu dari berikut ini dapat di gunakan.

1) Diuretik.

2) Penyekat beta adrenergik.

3) Penyekat saluran kalsium.

4) Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE).

2. Dosis obat dapat di kurangi, obat kedua dari kelas yang berbeda dapat di

tambahankan atau penggantian obat lainnya dari kelas yang berbeda.

3. Obat ketiga dapat di tambahnkan atau obat kedua dapat di gantikan yang

lain dari kelas yang berbeda.

4. Evaluasi lanjut atau rujukan pada spesialis atau keempat dapat di tambahkan

masing-masing dari kelas yang berbeda (Sari Wijayaningsih Kartika, 2013).

2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Definisi Keluarga

Keluarga telah didefinisikan dalam berbagai hal. Perbedaan definisi

keluarga bergantung pada orientasi teoritis yang digunakan oleh “pendefinisi”-

yaitu, menurut jenis penjelasan yang dibuat oleh profesional mengenai keluarga.

Sebagai contoh, penulis yang mengikuti orientasi teoritis para ahli interaksi

keluarga, memandang keluarga sebagai sebuah arena interaksi kepribadian

sehingga penekanan diberikan kepada karakteristik tradisional dinamis keluarga.

Oleh karena itu, terdapat banyak definisi, dengan berbagi teori yang membentuk
definisi tersebut dan harapan kita akan kehidupan keluarga (Smith, 1995 dalam

Friedman, 2010).

U.S Bureau Of the Cencus menggunakan definisi keluarga yang berorientasi

tradisional, yaitu sebagai berikut: keluarga terdiri atas individu yang bergabung

bersama oleh ikatan pernikahan, darah, atau adopsi dan tinggal didalam suatu

rumah tangga yang sama. Saat ini definisi keluarga tradisional terbatas, baik

dalam hal penerapannya maupun inklusivitasnya. Whall (1986), dalam analisa

konsepnya mengenai keluarga sebagai unit asuhan dalam keperawatan,

mendefinisikan keluarga sebagai “sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri

dan terdiri atas dua individu atan lebih yang memiliki hubungan khusus, yang

dapat terkait dengan hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun

berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap dirinya sebagai

keluarga”.

Definisi tambahan keluarga dibawah ini disajikan untuk memfasilitasi

pemahaman mengenai kepustakaan keluarga

1. Keluarga inti (terkait dengan pernikahan) keluarga yang terbentuk kerena

pernikahan, peran sebagi orang tua, atau kelahiran; terdiri atas suami istri,

anak-anak mereka- biologis, adopsi, atau keduanya.

2. Keluarga orientasi (keluarga asal) unit keluarga tepat seseorang dilahirkan

3. Extended family – keluarga inti dari individu terkait lainya (oleh hubungan

darah), yang bisanya merupakan anggota keluarga asal dari salah satu

pasangan keluarga inti. Keluarga ini terdiri atas “sanak saudara” dan dapat

mencakup nenek/kakek, bibi, paman, keponakan, dan sepupu (Friedman,

2010).
2.2.2 Ciri – Ciri Keluarga

Menurut Robert Mac Iverdan Charles Horton (Setiadi, 2008):

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan

perkawinan yang sengaja dibentuk atau di pelihara.

3. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Nomen Clatur) termasuk

perhitungan garis keturunan.

4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-

anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan

membesarkan anak.

5. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.

2.2.3 Tipe Keluarga

Pembagian tipe ini bergantung kepada konteks keilmuan dan orang yang

mengelompokkan (Setiadi, 2008) :

1. Secara Tradisional

Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

a. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu

dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.

b. Keluarga Besar (extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota

keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek,

paman-bibi).

2. Secara Modern (berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa

individualism maka pengelompokan tipe keluarga selain di atas adalah:


a. Tradisional Nuclear

Keluarga inti (ayah, ibu, dananak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh

sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya

dapat bekerja di luar rumah.

b. Reconstituid Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami

atau istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya,

baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru,

satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

c. Niddle Age (Aging Couple)

Suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-duanya bekerja di

rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah, perkawinan,

atau meniti karier.

d. Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya

atau salah satu bekerja di luar rumah.

e. Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan

anak-anaknyadapat tinggal dirumah atau di luar rumah.

f. Dual Carrier

Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.

g. Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak

tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

h. Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan

untuk kawin.

i. Three Generation

Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

j. Institusional

Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam satu panti-panti.

k. Comunal

Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami

dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

l. Group Marriage

Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya tinggal di

dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang

lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.

m. Unmarried Parent and Child

Yaitu ibu dan anak dimana perwakilan tidak dikehendaki, anak diadopsi.

n. Cohibing Couple

Yaitu dua orange atau pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

o. Gay and Lesbian Family

Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama

Gambaran tentang bentuk keluarga di atas ini melukiskan banyaknya bentuk

struktur yang menonjol dalam keluarga saat ini, yang penting adalah keluarga
harus dipahami dalam konteknya, lebel dan jenisnya hanya berfungsi sebagai

refrensi bagi penataan kehidupan keluarga dan sebuah kerangka kerja. Dan setiap

upaya perlu memperhatiakan keunikan dari setiap keluarga. Untuk itu keluarga

profesionalis dalam bidang kesehatan yang melayani keluarga harus bersifat

toleran dan sensitive terhadap perbedaan gaya hidup keluarga.

2.2.4 Struktur Keluarga

Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan

fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,

diantaranya adalah:

1. Patrilineal

Adalah keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara sederhana dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2. Matrilineal

Adalah keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara sederhana dalam

beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

4. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

5. Keluarga Kawin

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan

beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya

hubungan dengan suami atau istri.


2.2.5 Fungsi Pokok Keluarga

Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman 1998 dalam setiadi 2008

adalah sebagai berikut :

1. Fungsi afektif : adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan

segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan

dengan orang lain .

2. Fungsi sosialisasi : adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih

anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk

berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

3. Fungsi reproduksi : adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan

menjaga kelangsungan keluarga.

4. Fungsi ekonomi : adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan

keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan

individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

5. Fungsi perawatan pemeliharaan kesehatan: yaitu fungsi untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggita keluarga agar tetap memiliki

produktifitas tinggi.

2.2.6 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas

dibidang kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan. Friedman (1981)

membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak

langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila

menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa

yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan

yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara

keluarga yang mempunyai kemampuan untuk memputuskan untuk menentukan

tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah

kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai

keterbatasan seyoganya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar

keluarga.

3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau tidak dapat membantu

dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.

Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki

kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau pelayanan

kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah

tidak terjadi.

4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antar keluarga dan lembaga

kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada). (Setiadi, 2008).


2.2.7 Peranan Keluarga

Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seseorang dalam

situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan – harapan. Peran keluarga

adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks

keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,

sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi

tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku

dari keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Dalam UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan “Setiap

orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan peroangan, keluarga, dan lingkungan”. Dari pasal di atas jelas bahwa

keluarga berkewajiban menciptakan dan memelihara kesehatan dalam upaya

meningkatkan tingkat derajat kesehatan yang optimal.

Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing – masing, antara lain adalah:

1. Ayah

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah,

pendidik, pelindung / pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga

dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.

2. Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak – anak,

pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga

sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.


3. Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan

fisik, mental, sosial dan spiritual (Setiadi, 2008).

2.2.8 Tahap Perkembangan Keluarga

Menurut Duvall (1985) dalam setiadi, 2008:

Membagi keluarga dalam 8 tahap perkembangan, yaitu:

1. Keluarga baru (Berganning family)

Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan

keluarga tahap ini antara lain adalah:

1) Membina hubungan intim yang memuaskan.

2) Menetapkan tujuan bersama.

3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.

4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.

5) Persiapan menjadi orang tua.

6) Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi

orang tua).

2. Keluarga dengan anak pertama <30 bulan (child bearing)

Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan

krisis keluarga. Studi Klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17 %

tidak bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :

1) Suami merasa diabaikan.

2) Peningkatan perselisihan dan argumen.

3) Interupsi dalam jadwal kontinu.


4) Kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun.

Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah:

1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan

kegiatan).

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap

bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan.

4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.

5) Konseling KB post partum 6 minggu.

6) Menata ruang untuk anak.

7) Biaya atau dana Child Bearing.

8) Memfasilitasi role learing anggota keluarga.

9) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

3. Keluarga dengan anak pra sekolah

Tugas perkebangan adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra

sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak sosial) dan

merencanakan kelahiran berikutnya.

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:

1) Pemenuhan kebutuhan anggota

2) Membantu anak bersosialisasi

3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi.

4) Mempertahankan hubungan didalam maupun diluar keluarga.

5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.

6) Pembagian tanggung jawab.


7) Merencanakan tanggung jawab dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang

anak.

4. Keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:

1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan

lingkungan lebih luas.

2) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.

3) Menyediakan aktivitas untuk anak.

4) Menyediakan pada aktivitas komuniti dengan mengikutsertakan anak.

5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan

kesehatan anggota keluarga.

5. Keluarga dengan anak remaja ( 13-20 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:

1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang

dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa

muda dan mulai memiliki otonomi.

2) Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi)

3) Memelihara hubungan intim dalam keluargaMempersiapkan perubahan

system peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan

tumbuh kembang anggota keluarga.

6. Keluarga dengan anak dewasa (anak I meninggalkan rumah)


Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri

dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitasi dan sumber yang ada

dalam keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek.

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

2) Mempertahankan keintiman

3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat

4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian

anaknya

5) Menata kemballi fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga

6) Berperan suami isrti kakek dan nenek

7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-

anaknya

7. Keluarga usia pertengahan (Midle age family)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat

sosial dan waktu santai

2) Memulihkan hubungan anatara generasi muda tua

3) Keakrapan dengan pasangan

4) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga

5) Persiapan masa tua/pensiun.

8. Keluarga lanjut usia

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup


2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian

3) Mempertahan keakraban pasangan dan saling merawat

4) Melakukan life review masa lalu.

2.3 Asuhan keperawatan

2.3.1 Pegkajian

Pengkajian Keperawatan Keluarga terdiri dari

1. Data keluarga

2. Data anggota keluarga

3. Tahap dan riwayat perkembangan keluarga

4. Fungsi keluarga

5. Pola koping keluarga

6. Data penunjang keluarga

7. Kemampuan keluarga melakukan tugas pemeliharaan kesehantan anggota

keluarga ( Friedman, 2010).

A. Data Keluarga

a) Pengkajian

Tabel 2.1 contoh format pengisian identitas

Nama Puskesmas No. Register

Nama Perawat Tanggal Pengkajian

1. Nama puskesmas

Di isi dengan nama pusksmas terdekat.


Contohnya: puskesmas nangkaan

2. Nama perawat

Diisi dengan nama perawat yang melakukan pengakajian atau nama perawat

yang bertanggung jawab.

Contohnya: perawat Rifa

3. No. Register

Contohnya: 01. 01. 18. 118 (sesuai dengan rumah sakit / puskesmas)

4. Tanggal pegakajian

Diisi dengan tanggal, bulan, tahun dilakukannya pengkajian

Contoh : 20-01-2018

Tabel 2.2 contoh format kepala keluarga

Nama Kepala Keluarga Bahasa sehari-hari

Alamat Rumah & Telp Yankes terdekat, Jarak

Pekerjaan Alat transportasi

Agama & Suku Status KelasSosial

1. Nama kepala keluarga

Di isi dengan nama kepala keluarga sesuai dengan kartu keluarga yang

ditulis dengan nama inisial dan diikuti dengan lebel status klien.

Contohnya: Tn. S (Tn. Tuan)

2. Alamat Rumah & Telp

Diisi dengan alamat rumah lengkap dengan no RT/RW dan nomer

telpom klien

Contohnya: Desa Nogosari RT 12 / RW 03 Kecamatan Sukosari


3. Pekerjaan

Diisi dengan pekerjaan, profesi, status, atau sesuai dengan pekerjaan

klien.

Contohnya: dokter/perawat/wiraswasta/PNS

4. Agama & Suku

Agama= islam, kristen, hindu, uda, katolik

Suku= jawa, madura, batak, dll/WNI,WNA

Contohnya: islam, jawa/WNI

5. Bahasa Sehari-hari.

Di isi bahasa sehari hari individu di keluarga tersebut.

Contoh : Madura, Indonesia, Inggris, Jawa.

6. Alat Transportasi

Di isi dengan alat transportasi sehari-hari keluarga tersebut

Contoh: Mobil, sepeda Motor, Sepeda.

7. Status kelas sosial

Diisi dengan keadaan status sosial klien

Contohnya: menengah kebawah/ menengah keatas

Tabel 2.3 contoh format data anggota keluarga

No Nam H Umur J Su Pen Pekerj Status TTV Status Imunisasi


a ub K ku didi aan Gizi (TD, N, S, Dasar
dg kan Saat (TB, P)
n Tera Ini BB,
K khir BMI)
K
1. Tn.k Su 50 L M SM PNS TB: TD: Lengkap
a Thn ad P 170 120/90
mi ur Cm mmHg
a BB: N: 98
75 Kg x/mnt
BMI: S: 36,7 0C
26 P: 23
x/menit

1. Nama

Diisi dengan nama anggota keluarga

2. Hubungan dengan kepala keluarga

Diisi dengan hbungan anggota keluatga dengan kepala keluarga

Contohnya: istri, anak, kakak, mertua, orang tua, dll

3. Umur

Diisi dengan umur setiap aggota keluarga dalam tahun

Contohnya 28 tahun

4. Jk

Di isi dengan jenis kelamin

contohnya: Laki Laki(L) / Perempuan (P)

5. Suku

Contohnya: madura, jawa, batak, dll

6. Pendidikan terakhir

Contohnya: SD, SMP, SMA, dll

7. Pekerjaan saat ini

Diisi sesuai dengan pekerjaan anggota keluarga saat ini

Contohnya: siswa, mahasiswa, PNS, wiraswasta, petani, dll.


8. Status gizi (TB, BB, BMI)

Diisi sesuai dengan TB, BB, BMI masing-masing anggota keluarga

Contoh: TB : 165 cm, BB : 56 kg

9. TTV (TD, S, N, RR)

Diisi sesuai dengan TTV masing-masing anggota keluarga

Contoh: TD : 120 / 90 mm / Hg, N :98x / menit, S: 36,8 C, RR : 19x /

menit

10. Status imunisasi dasar

Diisi dengan imunisasi apa yang sudah di berikan.

Contoh : ((BCG/Polio/DPT/HB/Campak)

11. Alat Bantu

Di isi dengan alat bantu apa pun dalam menunjang ke seharian setiap

individu di keluarga tersebut.

Contoh : Tn.K menggunakan alat bantu pendengaran.

b) Komposisi keluarga

Komposisi ini biasanya terdiri dari nama, jenis kelamin, hubungan

dengan KK (kepala keluarga), umur, pendidikan dan status imunisasi

dari masing-masing anggota keluarga yang dibuat dalam bentuk tabel

untuk memudahkanpengamatan.

c) Genogram

Adalah simbol-simbol yang dipakai dalam pembuatan genogram untuk

menggambarkan susunan keluarga. Aturan pembuatan genogram yaitu :

1. Anggota keluarga yang lebih tua berada disebelah kiri

2. Umur anggota keluarga ditulis pada simbol laki-laki atau perempuan


3. Tahun dan penyebab kematian ditulis disebelah simbol laki-laki atau

perempuan

4. Paling sedikit disusun tiga generasi

5. Aturan simbol

d) Tipe Keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah

yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

e) Suku bangsa (Etnis)

1. Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarg, dikaji asal suku

bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa

tersebut terkait dengan kesehatan.

2. Tempat tinggal keluarga ( bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnis

bersifat homogen).

3. Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi, pendidikan

(apakah kegiatan-kegiatan ini berada dalam kelompok kultur / budaya

keluarga).

4. Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana (tradisional atau modern).

5. Struktur kekuasaan keluarga tradisional atau ‘modern’.

6. Penggunaan jasa-jasa perawat kesehatan keluarga dan praktisi. Dikaji

apakah keluarga mengunjungi pelayanan praktis, terlibat dalam praktik-

praktik pelayanan kesehatan tradisional, atau memiliki kepercayaan

tradisional asli dalam bidang kesehatan.

7. Pengunaan bahasa sehari-hari di rumah.


f) Agama dan Kepercayaan

a. Apakah anggota keluarga berada dalam praktik keyakinan beragama

mereka.

b. Seberapa aktif keluarga tersebut terliabat dalam kegiatan agama atau

organisasi-organisasi keagamaan lain.

c. Keluarga menganut agama apa.

d. Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang dianut dalam

kehidupan keluargaterutama dalam hal kesehatan

g) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari

kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial

ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yag

dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

h) Aktivitas rekreasi keluarga

Reaksi keluarga tidak hanya untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu

namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan

aktivitas rekreasi.

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini.

Tahap perkembangan keluarga adalah mengkaji keluarga berdasarkan Tahap

kehidupan keluarga berdasarkan Duvall, ditentukan dnegan anak tertua dari

keluarga inti dan mengkaji sejauhmana keluarga melaksanakan tugas sesuai

tahapan perkembangan.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.

Tahap ini ditentukan sampai dimana perkembangan keluarga saat ini dan

tahap apa yang belum dilakukan oleh keluarga serta kendalannya.

C. Riwayat Kesehatan Keluarga

1. Riwayat keluarga sebelumnya

Disini diuraikan riwayat keluarga kepala keluarga sebelum membentuk

keluarga sampai saat ini.

2. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga saat ini menjelaskan

mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat

penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing, anggota dan sumber

pelayanan yang digunakan keluarga.

D. Pengkajian Lingkungan

1. Karakteristik rumah

a. Gambar tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar dan lain

lain). Apakah keluarga memiliki sendiri atau menyewa rumah ini.

b. Gambarkan kondisi rumah (baik interior maupun eksterior rumah).nterior

rumah meliputi , jumlah kamar dan tipe kamar (kamar tamu, kamar tidur

dan lain-lain), pengunaan-penggunaan kamar tersebut dan bagaimana

kamar tersebut diatur. Bagaimana kondisi dan kecukupan prabot. Apakah

penerangan fentilasi, pemanasan. Apakah lanitai, tangga, susunan dan

bangunan yang laindalam kondisi yang adekuat.

c. Di dapur, amati suplai air minum, penggunaan alat-alat masak,

pengamanan untuk kebakaran.


E. Struktur Keluarga

1. Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga, bahasa apa yang

digunakan dalam keluarg, bagaimana frekuensi dan kualitas komunikasi

yang berlangsung dalam keluarga, dan adakah hal-hal/masalah dalam

keluarga yang tertutup untuk didiskusikan.

2. Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan keluarga mmengendalikan dan mempengaruhi orang

lain/anggota keluarga untuk merubah perilaku. Sistem kekuatan yang

digunakan dalam mengambil keputusan, yang berperan mengambil

keputusan, bagaimana pentingnya keluarga terhadap putusan tersebut.

3. Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal

maupun informal dan siapa yang menjadi model peran dalam keluarga dan

apakah ada konflik dalam pengaturan peran yang selama ini dijalani.

4. Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga yang berhubungan

dengan kesehatan.

F. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif

Mengkaji gambaran diri keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki keluarga,

dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan kepada

keluarga dan keluarga mengembangkan sikap saling menghargai

2. Fungsi sosialisasi
Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauh mana

anggota keluarga belajar disiplin, norma, tahu budaya dan perilaku.

3. Fungsi perawatan kesehatan

Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta

merawat anggota keluarga yang sakit. Pengetahuan keluargamengenai

sehat-sakit. Kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan

keluarga yaitu :

a. mengenal masalah kesehatan, sejauh mana keluarga mengetahui mengenai

fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan

gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi

keluarga terhadap masalah

b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat

c. Sejauhmana kemampua keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

d. sejauhmana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah sehat

e. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga mengunakan fasilitas

kesehatan/ pelayanan kesehatan di masyarakat.

4. Fungsi reproduktif

Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga,

metode apa yang digunakan keluarga dalam mengendaliakn jumlah anggota

keluarga.

5. Fungsi ekonomi

Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan

papan, daan memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya

meningkatkan status kesehatan.


G. Stress dan Koping Keluarga

1. Stressor jangka pendek

Stressor jangka pendek yaitu yang dialami keluarga yang memerlukan

penyelesaian dalam waktu ±6 bulan dan jangka panjang yaitu yang

memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.

2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor mengkaji

sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi atau stressor

3. Strategi koping yang digunakan strategi koping apa yang digunakan

keluarga bila menghadapi masalah

4. Strategi adaptasi disfungsional dijelaskan mengenai adaptasi disfungsional

yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan

H. Pemeriksaan Fisik

Diperiksa persistem sesuai keadaan klien

I. Prioritas Diagnosa Keperawatan

Cara memprioritaskan masalah keperawatan keluarga adalah dengan

menggunakan skoring. Komponen dari prioritas masalah keperawatan keluarga

adalah kriteria, bobot, dan pembenaran.

Kriteria prioritas masalah keperawatan keluarga adalah berikut ini.

1. Sifat masalah. Kriteria sifat masalah ini dapat ditentukan dengan melihat

katagori diagnosis keperawatan. Adapun skornya adalah, diagnosis

keperawatan potensial skor 1, diagnosis keperawatan risiko skor 2, dan

diagnosis keperawatan aktual dengan skor 3.

2. Kriteria kedua, adalah kemungkinan untuk diubah. Kriteria ini dapat

ditentukan dengan melihat pengetahuan, sumber daya keluarga, sumber


daya perawatan yang tersedia, dan dukungan masyarakatnya. Kriteria

kemungkinan untuk diubah ini skornya terdiri atas, mudah dengan skor 2,

sebagian dengan skor 1, dan tidak dapat dengan skor nol.

3. Kriteria ketiga, adalah potensial untuk dicegah. Kriteria ini dapat ditentukan

dengan melihat kepelikan masalah, lamanya masalah, dan tindakan yang

sedang dilakukan. Skor dari kriteria ini terdiri atas, tinggi dengan skor 3,

cukup dengan skor 2, dan rendah dengan skor 1.

4. Kriteria terakhir adalah menonjolnya masalah. Kriteria ini dapat ditentukan

berdasarkan persepsi keluarga dalam melihat masalah. Penilaian dari kriteria

ini terdiri atas, segera dengan skor 2, tidak perlu segera skornya 1, dan tidak

dirasakan dengan skor nol 0.

Cara perhitungannya sebagai berikut.

1. Tentukan skor dari masing-masing kriteria untuk setiap masalah

keperawatan yang terjadi. Skor yang ditentukan akan dibagi dengan nilai

tertinggi, kemudian dikalikan bobot dari masing-masing kriteria. Bobot

merupakan nilai konstanta dari tiap kriteria dan tidak bisa diubah

(Skor/angka tertinggi x bobot).

2. Jumlahkan skor dari masing-masing kriteria untuk tiap diagnosis

keperawatan keluarga.

3. Skor tertinggi yang diperoleh adalah diagnosis keperawatan keluarga yang

prioritas.

Skoring yang dilakukan di tiap-tiap kriteria harus diberikan pembenaran

sebagai justifikasi dari skor yang telah ditentukan oleh perawat, Justifikasi

yang diberikan berdasarkan data yang ditemukan dari klien dan keluarga.
Contoh skoring prioritas masalah pada penderita diabetes mellitus (DM).

Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada Ibu P yang

merupakan keluarga Bapak J, berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

dalam merawat anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus. Hal

tersebut dapat kita lihat pada matriks di bawah ini.

Tabel 2.3 Skoring diagnosa keperawatan

NO KRITERIA Skor BOBOT

1. Sifat Masalah

Skala :

Tidak/kurang sehat 3 1

Ancaman kesehatan 2

Keadaan sejahtera 1

2. Kemungkinan masalah dapat diubah

Skala :

Mudah 3

Sebagian 2 2

Tidak dapat 1

3. Potensial masalah untuk dicegah

Skala :

Tinggi 3

Cukup 2 1

Rendah 1

4. Menonjolnya masalah
Skala :

Masalah berat, harus segera ditangani 2 1

Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani 1

Masalah tidak dirasakan 0

JUMLAH

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Ketidakefektifan manajemen kesehatan

1. Definisi

Pola pengaturan dan pengintegrasian ke dalam kebiasaan terapeutik hidup

sehari-hari untuk pengobatan penyakit dan sekuelanya yang tidak

memuaskan untuk memenuhi tujuan kesehatan spesifik.

2. Outcome Untuk Mengukur Penyelesaian dari Diagnosis :

Manajemen Diri: Penyakit Kronik

3. Outcome Tambahan Untuk Mengukur Batasan Karakteristik

a. Perilaku patuh: Diet yang sehat

b. Perilaku patuh: Aktifitas yang Disarankan

c. Partisipasi latihan

d. Motivasi

e. Manajemen Diri: Hipertensi

4. Outcome yang Berkaitan dengan Faktor yang Berhubungan atau Outcome

Menengah

a. Kepercayaan Mengenai Kesehatan: Merasakan Kemampuan Melakukan

b. Kepercayaan Mengenai Kesehatan: Kontrol yang diterima


c. Kepercayaan Mengenai Kesehatan: Ancaman yang dirasakan

d. Pengetahuan: Manajemen Hipertensi

Batasan Karakteristik

1) Kegagalan melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko

2) Kegagalan memasukkan regimen pengobatan kehidupan sehari-hari

3) Kesulitan dengan regimen yang diprogramkan

4) Pilihan yang tidak efektif dalam hidup sehari-hari untuk memenuhi tujuan

kesehatan.

Faktor yang Berhubungan

1) Kesulitan ekonomi

2) Ketidakberdayaan

3) Ketidakcukupan petunjuk untuk bertindak

4) Kompleksitas regimen terapeutik

5) Kompleksitas sistem pelayanan kesehatan

6) Konflik keluarga

7) Konflik pengambilan keputusan

8) Kurang dukungan sosial

9) Kurang pengetahuan sosial

10) Kurang pengetahuan tentang program terapeutik

11) Persepsi hambatan

12) Persepsi kerentanan

13) Persepsi keseriusan kondisi

14) Persepsi keuntungan

15) Tuntunan berlebihan


2.3.3 Intervensi

Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses

keperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujuan perawatan (jangka panjang

atau pendek), penetapan standart dan kriteria serta menentukan perencanaan untuk

mengatasi masalah keluarga.

Tabel 2.4 Intervensi keperawatan (NIC) Ketidakefektifan manajemen kesehatan.

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

Ketidakefektifan Tujuan: 1. Modifikasi perilaku


Manajemen Kriteria Hasil: a. Identifikasi masalah
Kesehatan 1. Monitor tanda dan gejala pasien terkait dengan
penyakit skor 5 (secara dengan istilah perilaku
konsisten menunjukkan) b. Tentukan apakah target
2. Patuhi peringatan yang perilaku yang telah di
di rekomendasikan skor indentifikasi perlu untuk
5 (secara konsisten di tingkatkan atau
menunjukkan) diturunkan atau di pelajari
3. Lakukan prosedur yang c. Fasilitasi keterlibatan
direkomendasikan skor 5 keluarga dalam proses
(secara konsisten modifikasi (perilaku)
menunjukkan) dengan cara yang tepat
4. Menghindari kebiasaan 2. Fasilitasi Pembelajaran
yang dapat memicu sakit a. Berikan informasi sesuai
skor 5 (secara konsisten dengan tingkat
menunjukkan perkembangan pasien
5. Mengikuti diit yang b. Gunakan bahasa yang
direkomendasikan skor 5 umum digunakan
(secara konsisten c. Gunakan kata-kata yang
menunjukkan) mudah di ingat
6. Berpartisipasi d. Ciptakan lingkungan
dalam aktivitas fisik yang kondusif untuk
sehari-hari yang belajar
ditentukan skor 5 (secara e. Berikan informasi
konsisten menunjukkan) dengan cara yang tepat,
7. Menggunakan strategi seperti mulai dari (hal
manajemen stress skor 5 yang) sederhana kepada
(secara konsisten (informasi) yang (lebih)
menunjukkan) kompleks, dari
8. Mennggunakan strategi (informasi) yang
untuk mengalokasikan diketahui terlebih
waktu untuk aktivitas dahulu, dari (informasi)
fisik skor 5 (secara yang konkrit ke
konsisten menunjukkan) (informasi) yang abstrak
9. Berpartisipasi dalam f. Sesuaikan informasi
aktivitas fisik sehari-hari dengan gaya hidup dan
yang ditentukan skor 5 rutinitas pasien,
(secara konsisten sehingga dapat dipatuhi
menunjukkan) (pasien)
10. Memilih makanan dan g. Mulai tindakan hanya
cairan yang jika pasien memang
11. sesuai dengan diet yang sudah siap untuk
ditentukan skor 5 (secara menerima proses
konsisten menunjukkan) pembelajaran
12. Memakan makanan yang h. buat isi pendidikan
sesuai dengan diet yang kesehatan sesuai dengan
ditentukan pengampuan kognitif,
13. Meminum minuman psikomotor, dan afektif
yang sesuai dengan diet pasien, ciptakan
yang ditentukan lingkungan yang
kondusif untuk belajar
i. Berikan informasi
dengan urutan yang
logis, buat perpedaan
antara materi yang
penting untuk di ketahui
dan materi yang ingin
diketahui,
j. Tunjukkan perilaku yang
mendukung pasien.
3. Peningkatan Koping
a. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
memberi jaminan
b. Instruksikan pasien
untuk menggunakan
tehnik relaksasi sesuai
dengan kebutuhan
c. Evaluasi kemampuan
pasien dalam membuat
keputusan
4. Bantuan Modifikasi Diri
a. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi tujuan
spesifik untuk berubah
b. Bantu pasien untuk
mengidentifikasin
perilaku-perilaku
sasaran yang perlu di
ubah serta untuk
mencapai tujuan yang
di inginkan
c. Puji alasan klien untuk
berubah
d. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi tujuan
spesifik untuk berubah
e. Identifikasi bersama
pasien mengenai
strategi paling efektif
terkait dengan
perubahan perilaku
f. Jelaskan kepada pasien
mengenai pentingnya
monitor diri dalam
berusaha untuk
merubah perilaku
5. Dukungan Keluarga
a. Yakinkan keluarga
bahwa pasien sedang
dibertikan perawatan
terbaik
b. Tingkatkan hubungan
saling percaya dengan
dengan keluarga

6. Pengaturan Tujuan Saling


Menguntungkan
a. Identifikasi bersama
pasien mengenai tujuan
dari perawatan
b. Jelaskan kepada pasien
bahwa hannya satu
tingkah laku yang perlu
di modifikasi pada suatu
waktu tertentu
c. Bantu pasien
mengembangkan
rencana untuk mencapai
tujuan
d. Evaluasi kembali tujuan
dan rencana dengan cara
yang tepat.
2.3.4 Implementasi

Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini,

perawat mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu

melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan

kesehatan dirumah.

Ada 3 tahap dalam tindakan keperawatan keluarga, yaitu :

1. Tahap 1 : persiapan

Persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan :

a. Kontrak dengan keluarga ( kapan dilaksanakan, berapa lama waktunya,

materi yang akan didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota

keluarga yang perlu mendapatkan informasi).

b. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.

Mempersiapkan lingkungan yang kondusif.

c. Mengindentifikasi aspek-aspek hukum dan etik.

Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan

secara fisik dan psikis pada saat implemantasi.

2. Tahap 2 : Intervensi

Tindakan keperawatan keluarga berdasarkan kewenangan dan tanggung

jawab perawat secara professional adalah :

a. Independent

Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan

kompetensi keperawatan tanpa petunjuk dan perintah dari tenaga

kesehatan lainnya.
Lingkup tindakan independent ini adalah :

1) Mengkaji terhadap klien dan keluarga melalui riwayat keperawatan

dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui status kesehatan klien.

2) Merumuskan diagnosa keperawatan.

3) Mengindentifikasi tindakan keperawatan.

4) Melaksanakan rencana pengukuran.

5) Merujuk kepada tenaga kesehatan lain.

6) Mengevaluasi respon klien.

7) Partisipasi dengan konsumen atau tenaga kesehatan lainnya dalam

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Tipe tindakan independent keperawatan dapat dikatagorikan menjadi 4,

yaitu :

1) Tindakan diagnostik

a) Wawancara dengan klien.

b) Observasi dan pemeriksaan fisik

c) Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana, misalnya (Hb)

dan membaca hasil pemeriksaan laboratorium tersebut.

2) Tindakan terapeutik

Tindakan untuk mencegah mengurangi dan mengatasi masalah klien.

3) Tindakan edukatif

Tindakan untuk merubah perilaku klien melalui promosi kesehatan

dan pendidikan kesehatan kepada klien.

4) Tindakan merujuk

Tindakan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.


b. Interdependent

Yaitu suatu kegiatan yang memerluka suatu kerja sama dengan tenaga

kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan

dokter yang lainnya.

c. Dependent

Yaitu pelaksanaan rencaa tindakan medis. Misalnya dokter menuliskan

“perawatan kolostomy”. Tindakan keperawatan adalah mendefinisikan

perawatan kolostomi berdasarkan kebutuhan individu dari klien.

3. Tahap 3 : Dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang

lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan (Setiadi,

2008).
Contoh format pelaksanaan tindakan keperawatan. (Rohmah, Nikmatur dan Saiful

Walid. 2012)

Tabel 2.3 Format Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

No. Diagnosa/ Tanggal/Pukul Tindakan Paraf

masalah Kolaboratif

1. Nomor Diagnosa Keperawatan / Masalah Kolaborasi

Tuliskan nomor diagnosa keperawatan/masalah kolaboratif sesuai dengan

masalah yang sudah teridentifikasi dalam format diagnosis keperawatan.

2. Tanggal/jam

Tuliskan tanggal, bulan, tahun, dan jam pelaksanaan tindakan keperawatan.

3. Tindakan

a. Tuliskan nomor urut tindakan

b. Tindakan dituliskan yang dilakukan beserta hasil/respon pasien dengan

jelas

c. Jangan lupa menuliskan nama/jenis obat, dosis, cara memberikan, dan

instruksi medis yang lain dengan jelas.

d. Jangan menuliskan istilah sering, kecil, besar, atau istilah lain yang dapat

menimbulkan persepsi yang berbeda atau masih menimbulkan

pertanyaan. Contoh: “memberikan makan lebih sering dari biasanya”.


Lebih baik tuliskan pada jam berapa saja memberikan makan dan dalam

berapa porsi makanan diberikan.

e. Untuk tindakan pendidikan kesehatan, tuliskan “melakukan penkes

tentang….., laporan penkess terlampir

f. Bila penkes dilakukan secara singkat, tuliskan tindakan dan respon pasien

setelah penkes dengan jelas.

4. Paraf

Tuliskan paraf dan nama terang.

2.3.5 Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan

terencana tenntang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan,

dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga

kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemamuan keluarga

dalam mencapai tujuan.

Evaluasi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu :

1. Evaluasi berjalan (sumatif)

Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan

perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh keluarga.

Format yang dipakai adalah format SOAP (Setiadi, 2008).

a. Komponen SOAP/SOAPIER

Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau perkembangan

klien, digunakan komponen SOAP/SOAPIE/SOAPIER. Penggunaanya tergantung

dari kebijakan setempat. Pengertian SOAPIER adalah sebagai berikut ;


1) S : Data Subjektif

Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan

tindakan keperawatan.

2) O : Data Objektif

Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat

secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah dilakukan

tindakan keperawatan.

3) Analisis

Interprestasi dari data subjektif dan data objektif. Analisis merupakan suatu

masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat

dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status

kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan

objektif.

4) P : Planning

Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau

ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan

sebelumnya. Tindakan yang telah menunjukkan hasil yang memuaskan dan

tidak memerlukan tindakan ulang pada umunya dihentikan. Tindakan yang

perlu dilanjutkan adalah tindakan yang masih kompeten untuk menyelesaikan

masalah klien dan membutuhkan waktu untuk mencapai keberhasilanya.

Tindakan yang perlu dimodifikasi adalah tindakan yang dirasa dapat membantu

menyelesaikan masalah klien, tetapi perlu ditingkatkan kualitasnya atau

mempunyai alternatif pilihan yang lain yang diduga dapat membantu

mempercepat proses penyembuhan. Sedangkan, rencana tindakan yang


baru/sebelumnya tidak dapat ditentukan bila timbul masalah baru atau rencana

tindakan yang ada sudah tidak kompeten lagi untuk menyelesaikan masalah

yang ada.

5) I : Implementasi

Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan

intruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen P (perencanaan). Jangan

lupa menuliskan tanggal dan jam pelaksanaan.

6) E : Evaluasi

Evaluasi adalah respons klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.

7) R : Reassesment

Reassessment adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap perencanaan

setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana tindakan perlu

dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan (Rohmah, 2014).

2. Evaluasi akhir (formatif)

Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan

yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya, mungkin semua

tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat data-data,

masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi. (Setiadi, 2008).

a. Metode Evaluasi

Metode yang dipakai dalam evaluasi antara lain adalah :

a) Observasi langsung

b) Wawancara

c) Memeriksa laporan

d) Latihan stimulasi
b. Mengukur pencapaian keluarga

Faktor yang dievaluasi ada beberapa komponen, meliputi :

a) Kognitif

Lingkup evaluasi kognitif adalah :

1) Pengetahuan keluarga mengenai penyakitnya.

2) Mengontrol gejala-gejalanya.

3) Pengobatan.

4) Diet, aktivitas, persediaan alat-alat.

5) Risiko komplikasi.

6) Gejala yang harus dilaporkan.

7) Pencegahan.

Informasi ini dapat diperoleh dengan cara :

1. Interview , dengan cara :

a. Menanyakan kepada keluarga untuk mengingat beberapa fakta yang

sudah diajarkan.

b. Menanyakan kepada keluarga untuk menyatakan informasi yang

spesifik dengan kata-kata keluarga sendiri (pendapat keluarga sendiri).

c. Mengajak keluarga pada situasi hipotesa dan tanyakan tindakan yang

tepat terhadap apa yang ditanyakan.

2. Kertas dan pensil

Perawat menggunakan kertas dan pensil untuk mengevaluasi

pengetahuan keluarga terhadap hal-hal yang telah diajarkan.


b) Afektif

Dengan cara observasi langsung, yaitu dengan cara observasi wajah, postur

tubuh, nada suara, isi pesan verbal pada waktu melkukan wawanncara.

c) Psikomotor

Dengan cara melihat apa yang dilakukan keluarga sesuai dengan yang

diharapkan.

c. Penentuan keputusan pada tahap evaluasi

Ada tiga kemungkinan pada tahap ini, yaitu :

1. Keluarga telah mecapai hasil yang ditentukan dalam tujuan, sehingga

rencana mungkin dihentikan.

2. Keluarga masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan, sehingga

perlu penambahan waktu, reseources, intervensi sebelum tujuan berhasil.

3. Keluarga tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan, sehingga

perlu:

a. Mengkaji ulang masalah atau respon yang lebih akurat.

b. Membuat outcome yang baru, mungkin outcome pertama tidak realistis

atau mungkin keluarga tidak menghendaki terhada tujuan yang disusun

oleh perawat

c. Intervensi keperawatan harus dievaluasi dalam hal ketepatan untuk

mencapai tujuan sebelumnya (Setiadi, 2008).


Contoh format evaluasi.

Tabel 2.4 Format Evaluasi

MasalahKep/Kolaboratif Tanggal/Jam CatatanPerkembangan Paraf

Pedoman pengisian format evaluasi/catatan perkembangan

1. Masalah Keperawatan/Masalah Kolaboratif

Tulislah masalah keperawatan/masalah kolaboratif (hanya problem saja).

2. Tanggal/Jam

Tulislah tanggal, bulan, tahun, dan jam waktu evaluasi dilakukan.

3. Catatan Perkembangan (Menggunakan SOAP)

a. Tulislah data perkembangan yang diperoleh dari catatan tindakan

keperawatan.

b. Tulislah data dalam kelompok data subjektif dan objektif (S-O).

c. Tulislah data perkembangan hanya data yang bersesuaian dengan kriteria

hasil, jadi jangan menuliskan data yang tidak perlu atau meniadakan data

yang diperlukan.

d. Tulislah masalah keperawatan/kondisi masalah keperawatan dalam analisis

(A) untuk evaluasi proses. Contoh : nyeriakut/nyeri akut berlanjut/nyeri akut

masiht erjadi.

e. Tulislah dalam analisis (A) tujuan teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi

untuk evaluasi hasil.


f. Bila ditemukan masalah yang baru, tuliskan masalah dalam bentuk

diagnosis keperawatan dengan formulasi yang tepat.

g. Tulislah dalam perencanaan (P) nomor dari rencana tindakan keperawatan

untuk rencana tindakan yang dikehendaki untuk dilanjutkan/dipertahankan

atau dihentikan.

h. Tulislah rencana tindakan baru bila dikehendaki sebagaimana teknik

penulisan rencana tindakan.

i. Bila menggunakan SOAPIE atau SOAPIER, tulislah pelaksanaan tindakan

dalam item I/implementasi dan respons klien dituliskan dalam item

E/evaluasi, kemudian tentukan rencana berikutnya pada item

R/reassessment.

4. Paraf

Tulislah paraf dan nama terang (Rohmah, 2014).


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penulisan

Studi kasus dalam karya tulis ini adalah untuk mengeksplorasi masalah

asuhan keperawatan keluarga pada klien yang mengalami Hipertensi dengan

Ketidakefektifan manajemen kesehatan di Puskesmas Nangkaan.

3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah dalah studi kasus ini adalah asuhan keperawatan Keluarga

pada klien yang mengalami Hipertensi dengan ketidakefektifan manajemen

kesehatan di Puskesmas Nangkaan.

3.3 Partisipan

Partisipan dalam penyususnan studi kasus ini adalah 1 keluarga dengan

Hipertensi.

3.4 Lokasi dan Waktu

Pada studi kasus ini dilakukan asuhan keperawatan kelurga pada klien yang

mengalami Hipertensi dengan ketidakefektifan manajemen kesehatan di desa

......... kabupaten Bondowoso.


3.5 Pengumpulan Data

Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang di

gunakan

1. Wawancara ( hasil anamnesa berita tentang identitas klien. Keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang – dahulu – dll ). Sumber data dari klien, keluarga

dan perawat lainnya

2. Observasi dan pemeriksaan fisik ( dengan pendekatan IPPA inpeksi, palpasi,

perkusi, auskultasi ) pada system tubuh klien

3. Studi dukumentasi dan angket ( hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data

lain yang revelan ).

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data/nformasi yang

di peroleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping

intergritas penuliis ( karena penulis menjadi instrument utama ), uji keabsahan

data dilakukan yaitu dengan : 1 ) memperpanjang waktu pengamatan / tindakan

dan 2 ) sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber

data utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah

yang akan diteliti.

3.7 Analisis Data

Analisis data dilakukan penulis di lapangan, sewaktu pengumpulan data

sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta, selanjutkan membandingkan dengan teori yang ada dan


selanjutnya di tuangkan dalam opini pembahasa. Teknik analisis yang di gunakan

dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang di peroleh dari hasil intrepetasi

wawancara mendalamyang akan di lakukan untuk menjawab rumusan masalah.

Teknis analisis digunakan dengan caraobservasi oleh penulis dan studi

dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diitrepretasikan dan

dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi

dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah :

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil WHO ( wawancara, observasi, dan dokumen ).

Hasil di tulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian di salin dalam

bentuk transkrip ( catatan terstruktur )

2. Mereduksi data

Dari hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data

subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik

kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, gambar, bagan dan teks

naratif.Kerahasian klien dijaga dengan mengaburkan identitas dari klien.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajiakan, kemudian data dibahas dan di bandingkan dengan

hasil-hasil penulisan terdahulu dan secara teontis dengan perilaku kesehatan.

Penarikan kesimpulan ddilakukan dengan cara indikasi. Data yang


dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,

tindakan dan evaluasi.

3.8 Etika Penulisan

Dicantumkan etika yang mendasar penyusunan studi kasus, terdiri dari :

1. Informed consent ( persetujuan menjadi klien )

Informed consent diberikan kepada responden yang diteliti. Peneliti

memberi penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian pada

responden, jika responden bersedia maka harus menandatangani lembar

persetujuan dan apabila responden menolak, peneliti tidak akan memaksa

dan tetap menghormati haknya.

2. Anonymity ( tanpa nama )

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang didapat untuk

disembunyikan yaitu bisa dengan tanpa nama atau inisial ( Nursallam,

2008).

3. Confidentiality ( kerahasian )

Subjek berhak untuk meminta bahwa data yang diberikan untuk

dirahasiakan ( Nursallam, 2008 ).

You might also like