You are on page 1of 16

Volume dan kapasitas paru : guyton

Metode yang paling sederhana untuk merekam volume udara yang masuk dan keluar
paru ialah dengan menggunakan spirometer.

Volume paru

1. Volume tidal merupakan volume yang diinspirasikan dan diekspirasikan di setiap


pernafasan normal. Jumlahnya kira-kira 500ml.
2. Volume cadangan inspirasi, merupakan volume tambahan udara yang dapat
diinspirasikan diatas volume tidal yang normal. Jumlahnya biasanya 3000ml.
3. Volume cadangan ekspirasi, merupakan volume tambahan udara yang masih dapat
dikeluarkan dengan ekspirasi setelah akhir dari suatu ekspirasi tidal yang normal.
Jumlahnya biasa kira-kira 1100ml.
4. Volume sisa adalah volume udara yang masih tersisa pada paru-paru setelah ekspirasi
kuat. Rata-rata jumlahnya 1200ml.

Kapasitas paru

Kombinasi dua atau lebih volume paru menghasilkan berbagai kapasitas paru.

1. Kapasitas inspirasi ialah volume tidal ditambahkan dengan volume cadangan


inspirasi. Jumlah udara kira-kira 3500ml.
2. Kapasitas sisa fungsional adalah volume cadangan ekspirasi ditambahkan dengan
volume sisa. Ini merupakan jumalh udara yang tersisa pada paru-paru sesudah
ekspirasi normal. Jumlahnya kira-kira 2300ml.
3. Kapasitas vital merupakan penjumlahan dari volume cadangan inspirasi, volume tidal
dan volume cadangan ekspirasi. Ini merupakan jumlah udara maksimum yang dapat
dikeluarkan seseorang setelah menghirup udara sampai batas maximum. Jumlahnya
kira-kira 4600ml.
4. Kapasitas total paru adalah volume maksimum pengembangan paru, dengan usaha
inspirasi yang sebesar-besarnya. Jumlahnya kira-kira 5800ml.

Tekanan : sherwood

Udara luar dapat mengalir masuk ke dalam paru selama tindakan bernafas dikarenakan
adanya perbedaan gradien tekanan antara alveolus dan atmosfer yang berbalik arah secara
bergantian oleh akitivitas otot-otot pernafasan.
1. Tekanan atmosfer adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer pada
benda yang ada di permukaan bumi. Pada ketinggian pada permukaan laut maka
tekanan ini sama dengan 760 mmHg. Tekanan ini dapat berkurang seiringan dengan
penambahan ketinggian diatas permukaan laut karena adanya lapisan-lapisan udara
diatas permukaan laut makin menipis.
2. Tekanan intra alveolus, yang sering disebut juga sebagai tekanan intrapulmo, adalah
tekanan yang beradaa didalam alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan
atmosfer dengan saluran udara penghantar maka, udara denga cepat mengalir
menuruni gradien tekanannya setiap tekana intra alveolus berbeda dari tekanan
atmosfer, udara akan terus mengalir sampai mencapai keadaan seimbang
(equilibrium).
3. Tekanan intrapleura merupakan tekanan yang berada dalam kantung pleura. Tekanan
ini biasanya lebih rendah dibandingkan dengan tekanan atmosfer, rata-rata 756mmHg
pada saat istirahat. Tekanan intrapleura tidak menyeimbangkan diri dengan tekanan
atmosfer maupun iintrapulmo karena tidak ada hubungan langsung antara rongga
pleura dan atmosfer atau paru. Karena kantung pleura merupakan kantung tertutup
tanpa lubang, sehingga udara tidak dapat keluar atau masuk.

Gradien tekanan transmural

Tekanan intrapulmo menyeimbangkan diri dengan tekanan atmosfer sementra tekanan


intrapleura lebih rendah dibandingkan dengan tekanan intrapulmo, maka tekanan yang
menekan keluar dinding paru lebih besar dibandingkan tekanan yang mendorong ke dalam.
Perbedaan netto tekanan ini diseut gradien tekanan transmural.

Terdapat tekanan gradien transmural yang serupa pada dinding toraks. Tekanan
atmosfer yang mendorng kearah dalam lebih kuat dibandingkan tekanan intrapleura yang
mendorong keluar pada dinding yang sama sehingga. Gradien transmural inilah yang
mengakibatkan paru dapat mengembang.

Pusat pernafasan

Otot –otot pernafasan hanya dapat berkontraksi jika dirangsang oleh saraf-saraf
mereka. Pola pernafasan yang ritmik dapat dihasilkan oleh aktivitas saraf yang siklik ke otot-
otot pernafasan. Jadi, Kontrol pernafasan bukan terletak pada otot-otot pernafasan maupun
paru-paru itu sendiri melainkan pada pusat kontrol pernafasan yang berada pada otak. Saraf-
saraf pernafasan sangatlah penting untuk mempertahankan proses bernafas, dan secara refleks
menyesuaikan tingkat ventilasi untuk memmenuhi kebutuhan oksigen dan pengeluaran
karbondioksida yang berubah-ubah. Aktivitas pernafasan dapat dimodifikasi sehingga dapat
dilakukan secara sadar, sehingga kita dapat bernyanyi, berbicara, bersiul, bermain alat musik
tiup atau menahan nafas saat berenang.

Komponen kontrol saraf pada respirasi

Kontrol saraf atas respirasi melibatkan tiga komponen berbeda yaitu faktor yang
menghasilkan irama inspirasi/ekspirasi bergantian, faktor yang mengatur besar ventilasi
untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan faktor yang memodifikasi aktivitas pernafasan untuk
tujuan lain. Modifikasi yang terakhir ini mungkin modifikasi yang bersifat volunter, misalnya
untuk mengatur nafas saat berbicara atau involunter misalnya maneuver pernafasan yang
berkaitan dengan dengan batuk dan bersin.

Pusat kontrol pernafasan primer terletak di batang otak yaitu pusat respirasi medulla,
merupakan badan sel saraf pada medulla yang mengirimkan sinyal ke otot-otot pernafasan.
Selain itu terdapat dua pusat pernafasan lain yang teletak lebih tinggi di batang otak setinggi
pons, yaitu pusat pneumotaksik dan apneustik.

Pusat respirasi medulla.

Saat bernafasan normal maka otot-otot inspirasi yaitu diafragma dan interkostal
eksternus akan berkontraksi. Kedua otot ini dipersarafi oleh nervus phrenicus dan nerbus
intercostal. Badan-badan sel saraf yang membentuk saraf ini terletak pada medulla spinalis.
Impuls yang berasal dari pusat di medulla berakhir di badan badan sel neuron motorik ini.
Ketika neuron motorik diaktifkan, maka neuron itu mengaktifkan otot pernafasan yang
menyebabkan inspirasi. Ketika neuron ini tidak menghasilkan impuls maka akan terjadi
ekspirasi.

Pusat respirasi medulla terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok respiratorik
dorsal dan kelompok respiratorik ventral.

1. Kelompok respiratorik dorsal

Terdiri dari neuron inspiratorik yang serat-serat desendennya berkahir pada neuron
motorik yang mensarafi otot inspirasi. Ketika neuron-neuro KRD ini melepaskan
muatannya maka akan terjadi inspirasi, dan ketika mereka tidak menghasilkan sinyal
maka akan terjadi ekspirasi. Ekspirasi diakhir karena neuron-neuron ini kembali
mencapai ambang dan melepaskan muatan.

2. kelompok respiratorik ventral

Terdiri dari neuron inspiratorik dan neuron ekspiratorik. Keduanya bersifat inaktif saat
respirasi tenang. KRV ini diaktifkan oleh KRD sebagai mekanisme penguat selama
periode saat kebutuhan ventilasi meningkat. Penting terutama pada saat ekspirasi aktif.
Selama pernafasan tenang tidak ada impuls yang dihasilkan di jalur desendens oleh
neuron ekspiratorik. Ketika ekspirasi aktif maka, neuron ekspiratorik ini akan merangsang
otot-otot ekspirasi aktif untuk berkontraksi. Semetara, KRD akan mengaktifkan KRV
neuron inspiratorik yang memacu aktivitas inspirasi akan kebutuhan ventilasi yang tinggi
yaitu dengan merangsang otot-otot inspirasi tambahan.

Pengaruh pusat pneumotaksik dan pusat apneustik

Pusat-pusat yeng terletak pada pons ini melakukan penyesuaian halus terhadap pusat
yang terlatak pada medulla untuk membantu dalam menghasilkan inspirasi dan ekspirasi
yang lancar dan mulus.

Pusat pneumotaksik (terletak di pons atas), merupakan pusat yang memberikan


hambatan dengan cara mengirimkan impuls ke KRD yang bersifat memadamkan neuron-
neuron inspiratorik sehingga durasi inspirasi dibatasi.

Sementara itu, pusat apneustik (terletak di pons bawah) merupakan pusat yang
mencegah pemadaman neuron-neuron inspiratorik. Dengan adanya sistem check and balance
ini, pusat pneumtaksik mendominasi pusat apneustik, membantu menghentikan inspirasi dan
membiarkan ekspirasi berjalan normal. Tanpa adanya rem dari pneumotaksik ini maka pola
pernafasan akan seperti sebuah tarikan nafas yang panjang yang terputus mendadak dan
dilanjutkan dengan ekspirasi yang singkat.

Spirometer

Peralatan medis yang digunakan untuk mengukur volume paru-paru, disebut sebagai
spirometer . Spirometer digunakan untuk mengukur aliran udara masuk dan keluar paru, dan
merekamnya ke dalam sebuah garfik volume versus waktu. Dalam prakteknya, peralatan ini
digunakan dengan cara pasien disuruh bernafas (menarik nafas dan menghembuskan). Air
digunakan sebagai penutup kedap udara agar udara tetap berada di drum penyeimbang. Udara
yang dihirup atau dihembuskan oleh pasien akan menyebabkan drum ini bergerak, dengan
adanya pengerrakan drum maka volume udara yang dihembuskan dapat terbaca.
Dengan mengunakan pemeriksaan spirometri dapat diketahui volume tidal, volume
cadangan inspirasi dan volume cadangan inspirasi. Dengan demikian maka didapatkan juga
kapasitas insiprasi, dan kapasitas vital.
Jenis spirometer yang digunakan pada penjelasan diatas merupakan jenis water sealed
spirometer. Ada pula yang disebut sebagai electronic spirometer, dimana alat ini berkerja
dengan menggunakan listrik, dan hasil dari pengukuran dapat langsung terekam.

Djojodibroto D. Respirologi. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC; 2007.h.221.

Pendit BU. Fisika tubuh manusia. Ed 2. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2006.h.142-
3.

Ruang rugi : Sherwood & guyton

Udara yang mengsi jalan nafas pada setiap kali bernafas dinamakan udara ruang rugi.
Pada inspirasi tidak semua udara yang dihirup masuk sampai pada alveolus, sebagai masih
tetap berada pada saluran nafas penghantar, dimana tidak terjadi pertukaran gas. Volume
ruang rugi ini pada orang dewasa rata-rata ialah 150ml. Ruang rugi ini sangat mempengaruhi
efesiensi ventilasi paru-paru. Meskipun 500ml udara masuk dan keluar setiap kali bernafas,
namun hanya 350ml yang benar-benar mengalami pertukaran antara atmosfer dan paru.

Ruang rugi anatomik terhadap ruang rugi fisiologik

Ruang rugi yang didiskusikan dinamai ruang rugi anatomik. Tetapi beberapa alveoli
terkadang tidak berfungsi atau hanya berfungsi sebagian atau karena jeleknya aliran
darahyang masuk ke kapiler paru yang berdekatan sehingga mereka juga harus
dipertimbangkan sebgai ruang rugi, tamabahan ruang rugi inilah yang disebut sebagai ruang
rugi fisiologik.

Ventilasi : sherwood

Yang dimaksudkan sebagai ventilasi merupakan proses pertukaran udara antara


alveolus dan udara luar. Dalam satu kali ventilasi terdapat satu kali menghirup (inspirasi) dan
satu kali menghembus (ekspirasi)

Inspirasi
Sebelum inspirasi dimulai maka otot-otot pernafasan dalam keadaan lemas, dimana
tidak ada aliran udara dan tekanan intra alveolus setara dengan tekanan atmosfer. Otot
inspirasi utama yang berkontraksi pada waktu inspirasi tenang adalah otot diafragma dan
interkostal eksternal. Pada awal inspirasi otot ini dirangsang sehingga rongga toraks
membesar. Otot inspirasi diafragma merupakan satu lembar otot rangka yang membentuk
lantai rongga toraks dan disyarfi oleh nervus phrenicus. Diafragma dalam keadaan lemas
berbentuk kubah yang menonjol ke atas. Ketika berkontraksi, diafragma ini turun
memperbesar volume rongga toraks. Tujuh puluh lima persen pembesaran rongga toraks
sewaktu bernafas tenang dilakukan oleh kontraksi diafragma.

Otot interkostal eksternal memiliki serat serat yang berjalan ke bawah dan depan
antara dua iga yang berdekatan, memperbesar rongga toraks dalam dimensi lateral dan
antero-posterior. Ketika berkontraksi otot interkostal ekternal ini mengangkat iga dan sternum
ke atas dan ke depan. Nervus interkostal mengaktifkan otot iterkostal eksternus ini.

Inspirasi dalam dimana lebih banyak udara dihirup dapat dilakukan dengan
mengkonraksikan diafragma dan otot interkostal secara lebih kuat dan dengan mengaktifkan
otot-otot inspirasi tambahan untuk semakin memperbesar rongga toraks. Otot-otot inspirasi
tambahan ini terletak pada leher, kontraksinya mengangkat sternum dan dua iga pertama
sehingga memperbesar rongga atas toraks. Dengan bertambah besarnya rongga toraks maka
paru juga semakin mengembang sehingga tekanan intraalveol semakin turun. Akibatnya
terjadi peningkatan aliran masuk udara sebelum tercapai keseimbangan dengan tekanan
atmosfer.

Ekspirasi

Pada akhir inspirasi, otot inspirasi ini melemas, diafragma mengambil posisi aslinya
yang seperti kubah ketika melemas. Ketika otot interkostal eksternal melemas, maka iga yang
terangkat sebelumnya turun akibat adanya gaya gravitasi. Dengan demikian dindidng dada
dan paru mengalami recoil ke ukuran semula. Sewaktu paru mengecil maka tekanan
intaalveol meningkat, pada ekspirasi biasa tekanan ini meningkat sebanyak 1 mmHg diatas
tekanan atmosfer dan menjadi 761mmHg. Sehingga, udara kini meninggalkan paru karena
perbedaan gradient tekanan. Aliran udara berhenti ketika tekanan intrapleura sudah sama
dengan tekanan atmosfer dan gardien tekanan sudah tidak ada lagi.
Selama pernafasan tenang, ekspirasi merupakan proses yang aktif dimana terjadi
tanapa adanya kontraksi otot atau pengeluaran energi. Sebaliknya inspirasi selalu bersifat
aktif karena memerlukan kontraksi otot-otot inspirasi. Ekspirasi dapat menjadi aktif untuk
mengosongkan paru secara lebih tuntas dan lebih cepat dari pernafasan tenang, misalnya pda
waktu olahraga. Sewaktu melakukan ekpirasi paksa maka dibutuhkan otot ekspirasi sehingga
volume rongga paru dan toraks menjadi lebih kecil lagi. Otot ekspirasi yang paling penting
ialah otot dinding abdomen, sewaktu otot abdomen berkontraksi makan terjadi peningkatkan
tekanan intra abdomen sehingga menimbulkan gaya ke atas pada diafragma. Otot ekspirasi
lain ialah otot interkostal internal yang berkontraksi dengan menarik iga turun, mendatarkan
dinding dada dan semakin mengurangi ukuran rongga toraks.

Pada saat otot ekspirasi berkontraksi, maka volume rongga toraks semakin berkurang
sehingga volume paru juga ikut berkrang dengan lebih mengempis lagi. Tekanan intra alveoli
semakin meningkat karena volume paru yang mengecil tersebut, maka perbedaan tekanan
semakin besar antara tekanan itra alveol dengan tekanan atmosfer. Sehingga, dengan adanya
perbedaan tekanan ini udara lebih banyak keluar menuruni gradien tekanan ini.

Tegangan permukaan alveolus : sherwood

Faktor yang sangat berpengaruh pada elastisitas paru ialah tegangan permukaan
alveolus. Tegangan ini ditimbulkan oleh lapisan tipis cairan, yang melapisi bagian dalam
alveolus. Pada permukaan anatar udara dan air. Molekul-molekul air di permukaan
memperlihatkan ikatan yang lebih kuat dengan molekul air sekitarnya dibandingkan dengan
udara diatar pemukaan tersebut. Adanya gaya tarik yang tidak seimbang ini, menghasilkan
gaya tegangan permukaan pada permukaan cairan tersebut.

Tegangan ini menimbulkan efek-efek yaitu, tengangan tersebut melawan ekspansi


alveoli karena molekul-molekul air pada permukaan alveoli menolak untuk direngangkan
satu sama lain, karena itu semakin besar tegangan permukaan maka semakin kecil
compliance paru. Tegangan ini juga menyebabkan luar permukaan cairan menciut sekecil
mungkin karena molekul ini saling tarik menarik mencoba untuk semakin dekat satu sama
lain. Hal ini mengakibatkan ukuran alveoli menjadi berkurang, dan memeras udara yang
berada didalamnya.

Surfaktan paru : guyton sherwood


Dalam alveoli terdapat suatu campuran lipoprotein yang disebut surfaktan yang
disekresikan oleh sel epitel alveolus tipe II. Campuran ini mengandung fosfolopid, dan
bersifat menurunkan tegangan permukaan yang ada pada alveoli. Surfaktan bekerja dengan
membentuk suatu lapisan antara cairan yang melapisi alveolus dengan udara yang ada dialam
alveoli. Surfaktan memiliki sifat khusus dimana lebih menurunkan tegangan permukaan
alveoli saat alveoli lebih mengempis. Dengan menurunkan tegangan permukaan alveolus,
surfaktan paru memberikan dua manfaat penting yaitu meningkatkan compliance paru dan
memperkecil kecenderungan paru untuk kolaps.

Daya recoil paru :guyton

Daya recoil paru merupakan kecenderungan paru yang bersifat elastik untuk
mengempis dan menjauhi dinding dada. Kecenderungan ini disebabkan oleh dua macam
faktor. Pertama, diseluruh paru terdapat banyak serabut elastin yang direngangkan oleh
pengembangan paru dan berusaha untuk kembali memendek. Kedua, adanya tegangan
permukaan yang terus menerus berusaha untuk mengempiskan alveol.

Compliance paru: guyton sherwood

Daya pengembangan paru dan toraks disebut sebagai daya compliance. Compliance
merujuk kepada upaya yang dibutuhkan untuk merengangkan paru. Hal ini menyatakan
adanya peningkatan volume didalam paru yang terjadi untuk setiap perubahan tekanan
transmural.

Saluran pernafasan

Secara makroanatomi dibagi menjadi :

Hidung

Hidung di lapisi oleh kulit dan pada bagian dalamnya terdapat otot, tulang dan tulang rawan.
Bagian luarnya terdapat dua lubang hidung (nares nasi) yang terbuka dimana udara dapat
masuk dan keluar dengan bebas. Terdapat bulu hidung (vibrassai) yang berfungsi sebagai
menahan dan menyaring partikel-partikel besar ketika inspirasi.

Kavum nasi

Kavum nasi dipisahkan oleh septum nasi. Pada bagian atas berbatasan dengan lamina cribosa
os ethmoidales dan bagian bawah berbatasan dngan palatum mole. Pada dinding lateralnya
terdapat 3 konka yaitu konka nasalis superior, media dan inferior. Pada konka nasalis ini
epitel mukosa menghangatkan udara inspirasi sesuai dengan temperature tubuh. Kavum nasi
berfungsi sebagai tempat menghangatkan udara dan menghantarkan udara ke paru.

Faring

Terletak pada posterior dari rongga mulut dan berada antara kavum nasi dan laring. faring
merupakan jalan masuk makanan dari rongga mulut ke eosophagus dan untuk jalan masuk
udara dari cavum nasi ke laring. Faring terbagi menjadi nasofaring, orofaring, dan
laringofaring.

Laring

Laring merupakan tabung yang tidak teratur yang menghubungkan trakea dan bronkus.
Terdapat 2 jenis tulang rawan yaitu hialin dan elastin. Tulang rawan hialin terdiri tiroid,
aretenoid dan krikoid manakala tulang rawan elastin korniform, epiglottis dan kornikulata.
Selain berfungsi sebagai penyokong ia juga bertindak sebagai katup untuk mencegah
masuknya makanan atau cairan yang ditelan ke trakea., dan juga untuk fonasi.

Trakea

Terdapat 16-20 cincin tulang rawan hialin berbentuk C yang menjaga trakea dari kolaps dan
memastikan lumen trakea tetap terbuka. Pada bagian posterior cincin trakea tidak sempurna
dan gap bagian antar ujung tulang rawan tersebut diisi dengan otot polos dan jaringan ikat.
dan terdapat kalenjar seromukosa yang menghasilkan cairan mukosa.
Bronkus
Trakea bercabang menjadi bronkus primer kanan dan kiri yang mulai bercabang pada
vertebra toracal yang kelima. Bronkus primer yang mulai bercabang ini dipisahkan oleh
cincin carina.

Cabang-cabang bronkus

Bronkus primer kemudian akan bercabang menjadi


1. Bronkus primer kanan dan kiri
2. Bronkus sekunder, lobar dan segmental . Menjadi tiga cabang dari bronkus primer
kanan dan dua cabang dari bronkus primer kiri.
3. Bronkus tersier atau segmental. Setiap bagian dari bronkus ini menuju ke bagian dari
paru yang disebut bronchopulmonary segment. Terdapat sepuluh segmen pada paru
kanan dan delapan segmen pada paru kiri.
4. Bronkiolus intralobular. Cabang-cabang kecil ini memasuki lobus-lobus paru.
5. Bronkiolus terminalis ialah bagian cabang bronkiolus yang berjumlah lima puluh
sampai delapan puluh cabang pada setiap lobus paru.
6. Bronkiolus respiratorik. Struktur ini disebut respiratori karena telah terdapat sakus
alveolus pada pinggiran-pinggirannya sehingga sudah ikut dalam proses pertukaran
gas.
7. Duktus alveolar, merupakan tempat masuk ke sakus alvelolus.
8. Sakus alvelolar. Sakus alvelolar berdinding tipis dan merupakan kumpulan dari
beberapa alveoli.
9. Alveoli, berdinding tipis dan terbuka ke sakus alveoli. Pada alvelolus inilah
pertukaran gas akan terjadi.

Secara mikroanatomi, pada saluran pernafasan terdapat :


Sistem pernapasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah utama:

1. Bagian konduksi, meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus,


bronkiolus dan bronkiolus terminalis
2. Bagian respirasi, meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus.

Epitel respirasi
Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaitu epitel bertingkat
silindris bersilia dengan sel goblet. Ada 5 macam sel epitel respirasi yaitu sel silindris
bersilia, sel goblet mukosa, sel sikat (brush cells), sel basal, dan sel granul kecil.

Rongga hidung
Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. Pada vestibulum di sekitar
nares terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di dalam vestibulum
merupakan epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis. Pada fosa nasalis (cavum nasi)
yang dibagi dua oleh septum nasi pada garis medial, terdapat konka (superior, media,
inferior) pada masing-masing dinding lateralnya. Konka media dan inferior ditutupi oleh
epitel respirasi, sedangkan konka superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk
fungsi menghidu/membaui. Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel
sustentakuler, sel olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di permukaan
epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan memiliki akson yang bersinaps
dengan neuron olfaktorius otak), sel basal (berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada
lamina propria. Kelenjar Bowman menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel
olfaktorius sehingga memudahkan akses neuron untuk membaui zat-zat. Adanya vibrisa,
konka dan vaskularisasi yang khas pada rongga hidung membuat setiap udara yang masuk
mengalami pembersihan, pelembapan dan penghangatan sebelum masuk lebih jauh.

Laring
Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea. Pada lamina
propria laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai katup yang
mencegah masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi fonasi. Pada
bagian bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam lumen
laring, pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari
epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentuk pita suara sejati yang
terdiri dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis
(otot rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi
yang berbeda-beda.

Trakea
Permukaan trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Terdapat kelenjar serosa pada lamina
propria dan tulang rawan hialin berbentuk C (tapal kuda), yang mana ujung bebasnya berada
di bagian posterior trakea. Pada bagian yang memiliki tulang rawan disebut pars kartilagenia
dan bagian yang tidak terdapat tulang rawan hialin disebut sebagai pars membranasea. Par
membranasea memiliki ligamentum fibroelastis dan berkas otot polos yang memungkinkan
pengaturan lumen dan mencegah distensi berlebihan. Cairan mukosa yang dihasilkan oleh sel
goblet dan sel kelenjar membentuk lapisan yang memungkinkan pergerakan silia untuk
mendorong partikel asing. Sedangkan tulang rawan hialin berfungsi untuk menjaga lumen
trakea tetap terbuka.

Bronkus
Mukosa bronkus secara struktural mirip dengan mukosa trakea, dengan lamina
propria yang mengandung kelenjar serosa , serat elastin, limfosit dan sel otot polos. Tulang
rawan pada bronkus lebih tidak teratur dibandingkan pada trakea; pada bagian bronkus yang
lebih besar, cincin tulang rawan mengelilingi seluruh lumen, dan sejalan dengan mengecilnya
garis tengah bronkus, cincin tulang rawan digantikan oleh pulau-pulau tulang rawan hialin.

Bronkiolus
Pada bronkiolus tidak terdapat tulang rawan dan kelenjar. Lamina propria
mengandung otot polos dan serat elastin. Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya adalah
epitel bertingkat silindris bersilia, yang makin memendek dan makin sederhana sampai
menjadi epitel selapis silindris bersilia atau selapis kuboid pada bronkiolus terminalisyang
lebih kecil. Terdapat sel Clara pada epitel bronkiolus terminalis, yaitu sel tidak bersilia yang
memiliki granul sekretori dan mensekresikan protein yang bersifat protektif. Terdapat juga
badan neuroepitel yang kemungkinan berfungsi sebagai kemoreseptor.

Bronkiolus respiratorius
Bagian bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan sel Clara, pada
tepi alveolus epitel bronkiolus menyatu dengan sel alveolus tipe 1. Semakin ke
distal alveolusnya semakin bertambah banyak dan silia semakin jarang/tidak dijumpai.
Terdapat otot polos dan jaringan ikat elastis di bawah epitel bronkiolus respiratorius.

Alveolus

Dalam alveolus terdapat septum interalveolar yang memisahkan dua alveolus yang
berdekatan, septum tersebut terdiri atas 2 lapis epitel gepeng tipis dengan kapiler, fibroblas,
serat elastin, retikulin, matriks dan sel jaringan ikat.
1. Sel alveolus tipe 1 yang melapisi 97% permukaan alveolus, berfungsi untuk
membentuk sawar dengan ketebalan yang dapat dilalui gas dengan mudah.

2. Sel alveolus tipe 2 tersebar di antara sel alveolus tipe 1, sel tipe 2 tersebut berada di
atas membran basal, berbentuk kuboid dan dapat bermitosis untuk mengganti dirinya
sendiri. Sel tipe 2 ini memiliki ciri mengandung badan lamela yang berfungsi
menghasilkan surfaktan paru yang menurunkan tegangan alveolus paru.

3. Sel debu, merupakan sel yang bersifat makrofag yang mengandung partikel-partikel
debu dalam sitoplasmanya.
Septum interalveolar mengandung pori-pori yang menghubungkan alveoli yang
bersebelahan, fungsinya untuk menyeimbangkan tekanan udara dalam alveoli dan
memudahkan sirkulasi kolateral udara bila sebuah bronkiolus tersumbat.

Tekanan parsial : Sherwood

Peristiwa difusi gas dalam tubuh dapat terjadi kerena gas tersebut berdifusi menuruni
gradien tekanan parsial. Udara pada atmosfer merupakan udara yang mengadung 79%
nitrogen, 21% oksigen dan presentasi gas-gas lain yang hampir bisa diabaikan. Tekanan total
dari gas ini pada atmosfer ialah 760mmHg. Tekanan total ini sama dengan tekanan yang
disumbangkan oleh masing-masing gas dalam campuran. Sementara tekanan yang
ditimbulkan secara independen oelh masing-masing gas dalam suatu campuran dikenal
sebagai tekanan parsial.

Difusi gas : guyton

Difusi oksigen dari alveolus paru ke kapiler paru dapat terjadi karena adanya gradien
tekanan yaitu PO2 ada alveoli paru lebih tinggi dari pada PO2 dalam kapiler. Kemudian darah
dari paru di tranpor melalui sirkulasi ke jaringan perifer. Disana, PO2 sel lebih rendah dari PO2
darah arteri sehingga oksigen berdifusi dari darah ke dalam sel. Kemudian oksigen akan
dipakai untuk metabolism dalam sel dan sel akan mengeluarkan hasil metabolismenya yang
berupa karbondioksida. PcO2 dalam sel meningkat yan menyebakan karbondioksida berdifusi
keluar dari sel ke kapiler jaringan. Setelah itu darah yang mengandung karbon dioksida ini
kembali ke paru dan berdifusi ke alveolus karena Pc O2 pada kapiler darah lebig tinggi
daripada PcO2 pada alveol.

Transport oksigen: guyton

Sebelum mencapai darah oksigen dari paru terlebih dulu harus melewati membrane respirasi
anatar alveoli dengan kapilaer paru membrane respirasi tersebut ialah

1. Lapisan cairan pada permukaan alveoli yang mengandung surfaktan

2. Selapis sel epitel alveoli


4. Membran basalis epitel alveoli

5. Ruang interstitial antara alveoli dan kapiler darah yang sangat tipis

6. Membran basalis kapiler darah

7. Membran entodel kapiler

Setelah oksigen berdifusi masuk kedalam darah kapiler selanjutnya, sebagian besar
oksigen diikat oleh zat warna darah atau pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-
sel jaringan tubuh. Hemoglobin yang terdapat dalam butir darah merah atau eritrosit ini
tersusun oleh senyawa heme yang mengandung unsur besi dan globin yang berupa protein.
Oksigen ini akan berikatan dengan Hb pada bagian Fe (besi)-nya. Setiap Fe dapat mengikat
sebanyak 4 molekul oksigen
Secara sederhana, pengikatan oksigen oleh hemoglobin dapat diperlihatkan menurut
persamaan reaksi bolak-balik berikut ini :
Hb4 + O2 ↔ 4 Hb O2
(oksihemoglobin) berwarna merah jernih

Difusi oksigen keluar dari darah dan masuk ke dalam cairan jaringan dapat terjadi,
karena tekanan oksigen di dalam cairan jaringan lebih rendah dibandingkan di dalam darah.

Transpor karbon dioksida

Karbon dioksida yang dihasilkan dalam sel akan masuk ke dalam darah untuk
keluarkan lewat paru-paru dengan beberapa cara angkutan berikut ini :

1. Sekitar 60–70% CO2 diangkut dalam bentuk ion bikarbonat (HCO3–) oleh plasma darah,
setelah asam karbonat yang terbentuk dalam darah terurai menjadi ion hidrogen (H+) dan ion
bikarbonat (HCO3–). Dengan persamaan reaksi :
C02 + H20 → (karbonat anhidrase) H2CO3 → H+ + HCO3-
Ion H+ segera diikat Hb, sedangkan ion HCO3– meninggalkan eritrosit masuk ke
plasma darah. Kedudukan ion HCO3– dalam eritrosit diganti oleh masuknya ion Cl kedalam
plasma hal ini lah yang disebut sebagai Chloride Shift.
2. Sekitar 25% CO2 diikat oleh Hb membentuk karboksihemoglobin (HbCO2). Dengan
persamaan reaksi :
Hb + CO2 ↔ Hb CO2
Karboksi-hemoglobin disebut juga karbominohemoglobin karena bagian dari
hemoblogin yang mengikat CO2 adalah gugus asam amino.

3) Sekitar 6–10% CO2 diangkut plasma darah dalam bentuk senyawa asam karbonat
(H2CO3). Dengan persamaan reaksi :
CO2 + H2O → H2CO3 → H+ + HCO3-

Ganong
Daftar pustaka

1. Mescher AL. Basic histology. USA: McGraw-Hill, 2010.p.298-303.


2. Eroschenko VP. Di fiore's atlas of histology with functional correlations.11 th Ed. USA:
Lippincott Williams & Wilkins; 2008.p. 334-48.
3. Sherwood Lauree. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Ed 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2009.h.502-25.
4. Shier D, Butler J, Lewis R. Human anatomy and physiology. 9 th Ed.USA: The
McGraw-Hill Companies; 2001.p. 789-90.

5. Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Ganong's Review of Medical
Physiology. 23th Ed. USA : The McGraw-Hill Companies, 2010.

6. Guyton AC.Textbook of medical physiology. Pennsylvania : Elsevier Inc; 2006.p.


473-9, 497-501.

You might also like