You are on page 1of 6

2.1.

3 Defenisi Asfiksia Neonatorum

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan
teratur setelah lahir (Winkjosastro,2007).

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur ,sehingga dapat
menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih
lanjut (Manuaba,1998).

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi
dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah
yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal,
2007).

2.1.4 Diagnosis Asfiksia Neonatorum

Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis
anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin.
Hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :

- Denyut jantung janin

Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi
turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan
tanda bahaya.

- Mekonium dalam air ketuban

Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin
menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada
presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan
dengan mudah.

- Pemeriksaan pH darah janin

Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala
janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan
turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat
janin mungkin disertai asfiksia.

2.1.5 Penilaian Apgar Skor

Tabel 2.1 Penilaian Apgar Skor


Skor

Appearence (warna kulit)

Pucat

Badan merah, ekstremitas biru

Seluruh tubuh kemerah-merahan

Pulse (frekuensi jantung)

Tidak ada

<100x/menit

>100x/menit

Grimace (reaksi terhadap rangsangan)

Tidak ada

Sedikit gerakan mimik

Menangis, batuk/bersin

Activity (tonus oto)

Lumpuh

Ekstremitas dalam fleksi sedikit

Gerakan aktif

Respiration (usaha nafas)

Tidak ada

Lemah, tidak teratur

Menangis kuat
Klasifikasi klinik nilai apgar :

- Asfiksia berat (nilai apgar 0-3).

Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali. Karena selalu disertai
asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonas 7,5% dengan dosis 2,4ml /kg BB, dan cairan glukosa
40% 1-2ml/kg BB, diberikan via vena umbilikus.

- Asfiksia ringan sedang (nilai apgar 4-6).

Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas normal kembali.

- Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai apgar 7-9).

- Bayi normal dengan nilai apgar 10 (Mochtar,1998).

2.1.6 Persiapan Alat Resusitasi

Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap
pakai, yaitu :

2 helai kain / handuk.

Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi
5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.

Alat penghisap lendir Dee Lee atau bola karet.

Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.

Kotak alat resusitasi.

Jam atau pencatat waktu (Wiknjosastro, 2007).

2.1.7 Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Penanganan asfiksia ringan :

1. Nilai keadaan bayi.

2. Mencuci tangan pada air mengalir dan memakai sarung tangan steril.

3. Mencegah kehilangan panas pada bayi dengan cara mengeringkan tubuh bayi dan membungkus bayi
dengan kain yang bersih dan kering kecuali muka dan dada.

4. Mengatur posisi bayi sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu bayi dengan kain.

5. Membersihkan jalan nafas dengan mengisap lendir menggunakan Dee-Lee, masukkan Dee-Lee 3-5
cm pada bagian mulut dan 2-3 cm pada bagian hidung.
6. Berikan asuhan bayi baru lahir normal.

Penanganan asfiksia sedang :

1. Nilai keadaan bayi.

2. Mencuci tangan pada air mengalir dan memakai sarung tangan steril.

3. Mencegah kehilangan panas pada bayi dengan cara mengeringkan tubuh bayi dan membungkus
bayi dengan kain yang bersih dan kering kecuali muka dan dada.

4. Mengatur posisi bayi sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu bayi dengan kain.

5. Membersihkan jalan nafas dengan mengisap lendir menggunakan Dee-Lee, masukkan Dee-Lee 3-5
cm pada bagian mulut dan 2-3 cm pada bagian hidung.

6. Nilai keadaan bayi.

7. Berikan rangsangan taktil dengan cara menggosok punggung bayi dan menepuk telapak kaki bayi.

8. Berikan oksigen 1-2 liter/menit.

9. Nilai kembali keadaan bayi.

10. Berikan asuhan bayi baru lahir normal.

Penanganan asfiksia berat :

1. Nilai keadaan bayi.

2. Mencuci tangan pada air mengalir dan memakai sarung tangan steril.

3. Mencegah kehilangan panas pada bayi dengan cara mengeringkan tubuh bayi dan membungkus
bayi dengan kain yang bersih dan kering kecuali muka dan dada.

4. Mengatur posisi bayi sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu bayi dengan kain.

5. Membersihkan jalan nafas dengan mengisap lendir menggunakan Dee-Lee, masukkan Dee-Lee 3-5
cm pada bagian mulut dan 2-3 cm pada bagian hidung.

6. Nilai keadaan bayi.

7. Berikan rangsangan taktil dengan cara menggosok punggung bayi dan menepuk telapak kaki bayi.

8. Berikan oksigen 1-2 liter/menit.

9. Nilai kembali keadaan bayi.

10. Periksa alat – alat resusitasi.


11. Atur kembali posisi bayi.

12. Pasang sungkup menutupi dagu, hidung dan mulut.

13. Tekan balon ambubag. Lakukan sebanyak 2x dan periksa gerakan dinding dada.

14. Lanjutkan ventilasi sebanyak 20x/30 detik.

15. Nilai frekuensi pernafasan bayi dan warna kulit bayi.

16. Lakukan ventilasi selama 2-3 menit, jika belum membaik lakukan perujukan.

17. Jika setelah 20 menit dilakukan ventilasi keadaan bayi belum membaik hentikan ventilasi
(Purnamaningrum,2010).

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi. 2010. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : Rineka cipta.

Budiarto,Eko. 2001. Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta : EGC.

Fadila,Atika. 2012. Karya Tulis Ilmiah : perawatan bayi baru lahir menurut persepsi suku jawa.

Gozali,Tri. 2009. Antara bakat pengetahuan dan keterampilan.


http//gozalionline.blogspot.com/2009/03/antara-bakat-pengetahuan-dan html.Diakses pada tanggal 18-
06-2012.Pukul 22.55wib.

Hidayat. 2009. Metode Penelitian kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.

JNPK-KR/POGI. 2007. Asuhan persalinan Normal. Jakarta : Ed.3 (Revisi).

Maryanti,Dwi.dkk. 2011. Buku ajar neonatus bayi dan balita. Jakarta : Trans info media.

Notoatmodjo,Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat ilmu dan seni. Jakarta : Rineka Cipta.

__________________.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.


Purnamaningrum. 2010. Penyakit Pada Neonatus,Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya.

Rukiyah,A dan Yulianti,L. 2010. Asuhan neonatus bayi dan anak balita. Jakarta : Trans info media.

Salam,Burhanuddin. 2011. Pengantar pedadogik. Jakarta : Rineka Cipta.

Salim. 2012. pengaruh karakteristik individu motivasi terhadap kompetensi bidan dalam manajemen
asfiksia bayi baru lahir. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30984/4/Chapter
%201.pdf.html. Diakses pada tanggal 12-06-2012.Pukul 12.20wib.

Sofyan,Mustika.dkk. 2007. Bidan menyongsong masa depan. Jakarta : Ikatan Bidan Indonesia.

Sujianti dan Kusumawati,D. Panduan Praktek Klinik Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Suprastyo. 2011. pengertian keterampilan/macam-macam keterampilan.


http//kangmr.blogspot.com/2011/08/pengertian-keterampilan macam-macam.html.Diakses pada
tanggal 18-06-2012.Pukul 21.04wib.

Uno,H,B. 2010. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara.

Winkjosastro,Hanifa.2007. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan


neonatal.Jakarta:YBPSP.

You might also like