Professional Documents
Culture Documents
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan
teratur setelah lahir (Winkjosastro,2007).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur ,sehingga dapat
menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih
lanjut (Manuaba,1998).
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi
dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah
yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal,
2007).
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis
anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin.
Hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi
turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan
tanda bahaya.
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin
menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada
presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan
dengan mudah.
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala
janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan
turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat
janin mungkin disertai asfiksia.
Pucat
Tidak ada
<100x/menit
>100x/menit
Tidak ada
Menangis, batuk/bersin
Lumpuh
Gerakan aktif
Tidak ada
Menangis kuat
Klasifikasi klinik nilai apgar :
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali. Karena selalu disertai
asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonas 7,5% dengan dosis 2,4ml /kg BB, dan cairan glukosa
40% 1-2ml/kg BB, diberikan via vena umbilikus.
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas normal kembali.
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap
pakai, yaitu :
Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi
5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
2. Mencuci tangan pada air mengalir dan memakai sarung tangan steril.
3. Mencegah kehilangan panas pada bayi dengan cara mengeringkan tubuh bayi dan membungkus bayi
dengan kain yang bersih dan kering kecuali muka dan dada.
4. Mengatur posisi bayi sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu bayi dengan kain.
5. Membersihkan jalan nafas dengan mengisap lendir menggunakan Dee-Lee, masukkan Dee-Lee 3-5
cm pada bagian mulut dan 2-3 cm pada bagian hidung.
6. Berikan asuhan bayi baru lahir normal.
2. Mencuci tangan pada air mengalir dan memakai sarung tangan steril.
3. Mencegah kehilangan panas pada bayi dengan cara mengeringkan tubuh bayi dan membungkus
bayi dengan kain yang bersih dan kering kecuali muka dan dada.
4. Mengatur posisi bayi sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu bayi dengan kain.
5. Membersihkan jalan nafas dengan mengisap lendir menggunakan Dee-Lee, masukkan Dee-Lee 3-5
cm pada bagian mulut dan 2-3 cm pada bagian hidung.
7. Berikan rangsangan taktil dengan cara menggosok punggung bayi dan menepuk telapak kaki bayi.
2. Mencuci tangan pada air mengalir dan memakai sarung tangan steril.
3. Mencegah kehilangan panas pada bayi dengan cara mengeringkan tubuh bayi dan membungkus
bayi dengan kain yang bersih dan kering kecuali muka dan dada.
4. Mengatur posisi bayi sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu bayi dengan kain.
5. Membersihkan jalan nafas dengan mengisap lendir menggunakan Dee-Lee, masukkan Dee-Lee 3-5
cm pada bagian mulut dan 2-3 cm pada bagian hidung.
7. Berikan rangsangan taktil dengan cara menggosok punggung bayi dan menepuk telapak kaki bayi.
13. Tekan balon ambubag. Lakukan sebanyak 2x dan periksa gerakan dinding dada.
16. Lakukan ventilasi selama 2-3 menit, jika belum membaik lakukan perujukan.
17. Jika setelah 20 menit dilakukan ventilasi keadaan bayi belum membaik hentikan ventilasi
(Purnamaningrum,2010).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi. 2010. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : Rineka cipta.
Budiarto,Eko. 2001. Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta : EGC.
Fadila,Atika. 2012. Karya Tulis Ilmiah : perawatan bayi baru lahir menurut persepsi suku jawa.
Hidayat. 2009. Metode Penelitian kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
Maryanti,Dwi.dkk. 2011. Buku ajar neonatus bayi dan balita. Jakarta : Trans info media.
Notoatmodjo,Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat ilmu dan seni. Jakarta : Rineka Cipta.
Rukiyah,A dan Yulianti,L. 2010. Asuhan neonatus bayi dan anak balita. Jakarta : Trans info media.
Salim. 2012. pengaruh karakteristik individu motivasi terhadap kompetensi bidan dalam manajemen
asfiksia bayi baru lahir. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30984/4/Chapter
%201.pdf.html. Diakses pada tanggal 12-06-2012.Pukul 12.20wib.
Sofyan,Mustika.dkk. 2007. Bidan menyongsong masa depan. Jakarta : Ikatan Bidan Indonesia.
Sujianti dan Kusumawati,D. Panduan Praktek Klinik Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.