You are on page 1of 73

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hiperemesis Gravidarum

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin

mulai sejak konsepsi sampai permulaan persalinan. ( Ida Bagus Gde

Manuaba, 1998 : 4)

1. Pengertian

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan

pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan

umumnya menjadi buruk,karena terjadi dehidrasi (Mochtar,1998).

Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan

muntah lebih dari 10 kali dalam 24 jam,sehingga mengganggu kesehatan dan

pekerjaan sehari-hari (Arief.B, 2009).

Hiperemesis gravidarum adalah mual – muntah berlebihan sehingga

menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari dan bahkan memb ahayakan

hidupnya. (Manuaba, 2001)

2. Etiologi

Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secarapasti

Beberapa faktor predisposisi yang ditemukan :

a. Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan

ganda hal ini menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang

4
5

peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionik

gonadotropin dibentuk berlebihan

b. Faktor organik, karena masuknya vili khorialis dalam sirkulasi

maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang

menurun dari pihak ibu tehadap perubahan ini.Alergi juga disebut

sebagai salah satu faktor organik karena sebagai salah satu respon dari

jaringan.ibu terhadap anak

c. Faktor psikologi memegang peranan yang penting pada penyakit ini

walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum

belum diketahui dengan pasti,takut terhadap kehamilan dan persalinan,

takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan

konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah. Tidak

jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu

mengurangi frekwensi muntah klien

3. Patofisiologi

Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat

dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang

tak sempurna, terjadilah ketosis. Kekurangan cairan yang diminum dan

kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehmgga cairan

ekstraselurer dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun,

demikian pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan

hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini

5
6

menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula

dan tertimbunlah zat metabolik yang toksik. Kekurangan Kalium sebagai

akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya

frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati

4. Klasifikasi

Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi

dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu :

a. Tingkat I

1) Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :

a) Dehidrasi : turgor kulit turun

b) Nafsu makan berkurang

c) Berat badan turun

d) Mata cekung dan lidah kering

2) Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi

regurgitasi ke esofagus

a) Nadi meningkat dan tekanan darah turun

b) Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit

c) Tampak lemah dan lemas

b. Tingkat II

1) Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :

a) Turgor kulit makin turun

b) Lidah kering dan kotor

6
7

c) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris

2) Kardiovaskuler

a) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit

b) Nadi kecil karena volume darah turun

c) Suhu badan meningkat

d) Tekanan darah turun

3) Liver

Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus

4) Ginjal

Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang

menyebabkan :

a) Oliguria

b) Anuria

c) Terdapat timbunan benda keton aseton.Aseton dapat tercium

dalam hawa pernafasan

d) Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur

esofagus dan pecahnya mukosa lambung pada sindrom mallory

weiss.

c. Tingkat III

1) Keadaan umum lebih parah

2) Muntah berhenti

3) Sindrom mallory weiss

7
8

4) Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen

atau koma

5) Terdapat ensefalopati werniche :

a) Nistagmus

b) Diplopia

c) Gangguan mental

d) Kardiovaskuler

6) Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat

7) Gastrointestinal

a) Ikterus semakin berat

b) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang

makin tajam

8) Ginjal

Oliguria semakin parah dan menjadi anuria

5. Pencegahan

Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi

hiperemesis gravidarum dengan cara :

a. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai

suatu proses yang fisiologik

8
9

b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah

merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan

hilang setelah kehamilan 4 bulan.

c. Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam

jumlah kecil tapi sering

d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari

tempat tidur, erlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan

dengan teh hangat.

e. makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan

f. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat

dingin

g. Defekasi teratur

h. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting,

dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.

6. Penatalaksanaan

Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang maka

diperlukan :

a. Obat – obatan

1) Sedativa : phenobarbital

2) Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B – kompleks

3) Anti histamin : Dramamin, avomin

9
10

4) Anti emetik (pada keadan lebih berat) : Disiklomin hidrokhloride

atau khlorpromasin

5) Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu

dikelola di rumah sakit.

b. Isolasi

1) Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan

peredaran udara yang baik.

2) Catat cairan yang keluar masuk.

3) Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar

penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan.

4) Tidak diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam.

Kadang – kadang dengan isolasi saja gejala – gejala akan

berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

c. Terapi psikologik

1) Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat

disembuhkan

2) Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan

3) Kurangi pekerjaan sera menghilangkan masalah dan konflik

d. Cairan parenteral

1) Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan

glukose 5% dalam cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari)

10
11

2) Dapat ditambah kalium, dan vitamin(vitamin B kompleks,

Vitamin C)

3) Bila kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena

4) Bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum

membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang

tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala – gejala

akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik

e. Menghentikan kehamilan bila pengobatan tidak berhasil, bahkan

gejala semakin berat hingga timbul ikterus, delirium, koma,

takikardia, anuria, dan perdarahan retina, pertimbangan abortus

terapeutik.

B. SEROTINUS

1. Pengertian Serotinus

Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih

lama yaitu 42 minggu. Dihitung berdasarkan rumus Neagle dengan siklus

haid rata-rata 28 hari (Mochtar, R. 2009).

Masa post kehamilan adalah kehamilan yang berlangsung melebihi

42 minggu dan masa kehamilan 249 hari dari kehamilan normal (May A.

K. & Mahl Meister. R. M. 2009).

Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang umur kehamilannya

lebih dari 42 minggu (Hanifa, 2002).

11
12

Kehamilan lewat waktu (serotinus) adalah kehamilan melewati

waktu 294 hari atau 42 minggu. Kehamilan lewat dari 42 minggu ini

didasarkan pada hitungan usia kehamilan (dengan rumus Neagle), menurut

Anggarani (2007 : 83).

Rumus Neagle ini adalah untuk menghitung tanggal kelahiran bayi

yaitu (tanggal +7, bulan -3, tahun +1) atau (tanggal +7, bulan +9, tahun

+0), menurut C Trihendradi (2010 : 11).

Jadi dapat disimpulkan bahwa kehamilan serotinus adalah

kehamilan yang lewat waktu lebih dari 42 minggu belum terjadi

persalinan yang bisa berpengaruh pada janin dapat meninggal dalam

kandungan karena kekurangan zat makanan dan oksigen.

2. Etiologi

Penyebab terjadinya serotinus belum diketahui secara pasti,

namun ada faktor yang bisa menyebabkan serotinus seperti halnya

teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab

terjadinya kehamilan postterm sebagai akibat gangguan terhadap

timbulnya persalinan. Beberapa teori yang menjadi pendukung

terjadinya kehamilan serotinus antara lain sebagai berikut:

a. Pengaruh Progesteron

Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya

merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu

proses biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas

12
13

uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa

terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih berlangsungnya

pengaruh progesterone.

b. Teori Oksitosin

Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan

postterm memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara

fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan

dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang

pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab

kehamilan postterm.

c. Teori Kortisol/ACTH Janin

Dalam teori ini diajukan bahwa “pemberi tanda” untuk

dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-

tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi

plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar

sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya

produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus,

hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada

janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik

sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan (Sarwono

Prawirohardjo, 2009: 687).

13
14

d. Saraf Uterus

Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser

akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak

ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat

pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai

penyebab terjadinya kehamilan postterm.

e. Herediter

Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang

mengalami kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk

melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren (1999)

seperti dikutip Cunningham, menyatakan bahwa bilamana seorang

ibu mengalami kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan,

maka besar kemungkinan anak perempuannya akan mengalami

kehamilan postterm (Sarwono Prawirohardjo, 2009: 687).

f. Kurangnya air ketuban.

g. Insufisiensi plasenta (Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi III,

2008).

3. Klasifikasi Kehamilan Serotinus

Menurut Prawiroharjo (2009 : 691), klasifikasi pada bayi lewat

bulan adalah :

a. Stadium I yaitu kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan

terjadi maserasi seperti kulit kering, rapuh, dan mudah

14
15

mengelupas.

b. Stadium II seperti stadium I dan disertai pewarnaan mekonium

(kehijauan) di kulit.

c. Stadium III seperti stadium I dan disertai dengan pewarnaan

kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.

4. Patofisiologi

Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38

minggu dan kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu.

Hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan estriol dan plasental

laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan

kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali.

Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak

sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 akibat tidak

timbul his sehingga pemasakan nutrisi dan O2 menurun menuju janin di

samping adanya spasme arteri spiralis menyebabkan janin resiko

asfiksia sampai kematian dalam rahim.

Makin menurun sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat

mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat dan penurunan berat

disebut dismatur, sebagian janin bertambah besar sehingga

memerlukan tindakan operasi persalinan, terjadi perubahan

metabolisme janin, jumlah air ketuban berkurang dan makin kental

menyebabkan perubahan abnormal jantung janin (Wiknjosastro, H.

15
16

2009, Manuaba, G.B.I, 2011 & Mochtar R, 2009).

5. Komplikasi

Menurut Mochtar (1998), komplikasi yang terjadi pada kehamilan

serotinus yaitu :

a. Komplikasi pada Ibu

Komplikasi yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan partus lama, inersia

uteri, atonia uteri dan perdarahan postpartum.

2. Komplikasi pada Janin

Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti berat badan janin bertambah besar,

tetap atau berkurang, serta dapat terjadi kematian janin dalam kandungan.

Menurut Prawirohardjo (2006), komplikasi yang terjadi pada

kehamilan serotinus yaitu komplikasi pada Janin. Komplikasi yang terjadi

pada bayi seperti :

a) gawat janin.

b) gerakan janin berkurang.

c) kematian janin.

d) asfiksia neonaturum dan kelainan letak.

Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus

yaitu komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi seperti :

a) kelainan kongenital.

b) sindroma aspirasi meconium.

16
17

c) gawat janin dalam persalinan.

d) bayi besar (makrosomia).

e) pertumbuhan janin terlambat.

f) kelainan jangka panjang pada bayi.

6. Dasar Diagnosis Ketuban Pecah Dini

Diagnosa KPD ditegakan dengan cara:

a. Anamnesa

Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan

yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan

perlu juga diperhatikan warna, keluarnya cairan tersebut tersebut his

belum teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah.

b. Inspeksi

Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan

dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih

banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas. (Sujiyatini dkk, 2009)

c. Pemeriksaan dengan spekulum

Pemeriksaan dengan spekulum pada ketuban pecah dini akan

tampak keluar cairan dari orificium uteri eksternum (OUE), kalau

belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta

batuk, mengejan atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak

17
18

keluar cairan dari ostium uteri dan trekumpul pada forniks anterior.

(Sujiyatini dkk, 2009)

d. Pemeriksaan dalam

Cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada

lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu

dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum

dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam

pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan pada ketuban pecah dini

yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan

dan dibatasi sedikit mungkin. (Fadlun dkk, 2011)

7. Pemeriksaan Penunjang Ketuban Pecah Dini

Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban

dalam kavum uteri. Pada kasus ketuban pecah dini trtelihat jumlah cairan

ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita

oligohidramnion. Walaupun pendekatan diagnosis ketuban pecah dini

cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah

bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana.

(Sujiyatini dkk, 2009).

8. Komplikasi Ketuban Pecah Dini

18
19

a. Pada ibu meliputi : partus lama dan infeksi, atonia uteri, infeksi nifas

dan perdarahan post partum (Mochtar, 2012)

b. Pada bayi atau janin meliputi : asfiksia, prematuritas dan Intra Uteri

Fetal Death (IUFD). (Rukyah, 2010)

9. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini

Gambaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat

dijabarkan sebagai berikut:

a. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya

kematangan paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan

perkembangan paru yang sehat.

b. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioanionitis yang menjadi

pemicu sepsis, meningitis janin, dan persalinan prematuritas.

Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan

diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan

kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.

c. Pada usia kehamilan 24 minggu sampai 32 minggu, perlu

dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan

kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.

d. Menghadapi ketuban pecah dini, diperlukan konseling terhadap ibu

dan keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan

mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk

19
20

menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya.

e. Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG.

f. Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan pada selang

waktu 6 jam sampai 24 jam, bila tidak terjadi his spontan. (Manuaba,

2010)

10. Pimpinan Persalinan

Ada bermacam-macam pendapat mengenai penatalaksanaan

dan pimpinan persalinan diantaranya sebagai berikut:

a. Bila anak belum viable (kurang dari 36 minggu), penderita

dianjurkan untuk beristirahat ditempat tidur dan berikan obat-obat

antibiotika profilaksis, spasmolitika, roboransia dengan tujuan untuk

mengundur waktu smapi anak viable. (Fadlun dkk, 2011)

b. Bila anak sudah viable ( lebih dari 30 minggu), lakukan induksi

partus 6-12 jam setelah lag phase dan berikan obat-obatan

antibiotika profilaksis. Pada kasus- kasus tertentu dimana induksi

partus dengan PGE2 dan atau drip sintosinon gagal, maka

lakukanlah tindakan operatif. (Fadlun dkk, 2011)

11. Pencegahan Ketuban Pecah Dini

Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang

terbukti cukup efektif. Mengurangi aktifitas atau istirahat pada akhir

20
21

triwulan kedua atau awal triwulan ketiga sangat dianjurkan. (Fadlun

dkk, 2011)

C. POST SECTIO CESAREA (SC)

1. Pengertian

Sectio Caesarea adalah adalah suatu cara melahirkan janin dengan

membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau

vagina atau sectio caesaria adalah suatu histerektomia untuk janin dari

dalam rahim yang bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan baik pada

ibu maupun pada bayi (Mochtar, 2002 ).

Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan

melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (winkjosastro,

2008).

2. Jenis-jenis sectio caesarea

Menurut Mochtar (2002) jenis-jenis sectio caesarea adalah sebagai

berikut:

a. Sectio caesarea transperitonealis

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus

uteri kira-kira sepanjang 10 cm.

Kelebihan :

1) Mengeluarkan janin lebih cepat

21
22

2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih

3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.

Kekurangan :

1) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak

ada riperitonearisasi yang baik.

2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri

Spontan.

b. Sectio Caesarea ismika (profunda)

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada

segmen bawah rahim kira-kira 10 cm.

Kelebihan :

1) Penjahitan luka lebih mudah

2) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik

3) Tumpang tindih dari peritoneal flat baik sekali untuk menahan

penyebaran isi uterus ke rongga periutoneum

4) Perdarahan kurang

22
23

5) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri

spontan kurang atau lebih kecil.

Kekurangan :

1) Luka dapat melebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga dapat

menyebabkan uterine putus dan terjadi perdarahan hebat.

2) Keluhan pada kandung kemih postoperatif tinggi.

c. sectio caesarea ekstraperitonialis

Yaitu sectio caesarea tanpa membuka peritonium perietalis,

dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.

3. Indikasi Secsio Cesarea

Indikasi sectio caesarea menurut (Mochtar, 2002) adalah sebagai

berikut :

Indikasi untuk ibu :

1. Plasenta pevia sentralis dan lateralis

2. Panggul sempit

Batas terendah panggul untuk dapat melahirkan adalah CV=8 cm.

Panggul dengan CV=8 dapat dipastikan tidak dapat melahirkan janin yang

23
24

normal, dan harus dilakukan dengan cara sectio caesarea, CV=8-10 cm dapat

dilakukan sectio caesarea secara sekunder.

3. Disproporsi sefalo pelvik

Yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala dengan panggul

4. Rupture uteri

5. Partus lama

6. Partus tak maju

7. Pre eklamsi dan hipertensi

Indikasi untuk janin

1. Mal presentasi janin

a. Letak lintang

1) Bila ada kesempitan panggul sectio caesarea adalah cara

terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup.

2) Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong

dengan sectio caesarea.

3) Multipara letak lintang dapat lebih dulu dengan cara yang lain

b. Letak bokong

24
25

Dianjurkan sestio caesarea bila ada panggul sempit, primigravida,

janin besar, presentasi dahi dan muka bila reposisi dan cara lain tidak

berhasil, presentasi rangkap atau gemeli

2. Gawat Janin

Segera lakukan operasi agar tidak terjadi keracunan atau kematian

janin, sesuai dengan indikasi sectio caesarea. Kontra indikasi :

a) Janin mati atau berada dalam keadaan kritis, kemungkinan janin hidup

kecil. Dalam hal ini tidak ada alasan untuk melakukan sectio caesarea.

b) Janin lahir, ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilitas untuk sectio

caesarea ekstra peritoneal tidak ada.

c) Kurangnya pengalaman dokter bedah dan tenaga medis yang kurang

memadai.

3. Adaptasi / perubahan

1. Pengaruh anestesi pada post op sectio caesarea

Pada jam pertama setelah anestesi merupakan waktu yang

potensial berbahaya bagi ibu karena ada beberapa masalah yangn

timbul dan pengaruh anestesi seperti sumbatan pada jalan nafas diikuti

sianosis dan henti jantung yang disebabkankarena lidah jatuh ke

bawah atau ke belakang menutupi faring, terjadi gangguan eliminasi

25
26

yang disebabkan karena adanya penurunan peristaltik usus selama 24

jam, setelah pembedahan daerah pelvis atau abdomen akan

berlangsung beberapa hari, konstipasi dapat disebabkan karena kurang

aktivitas, tidak adekuatnya intake bahan makanan yang mengandung

serat. Pengaruh anestesi juga dapat menyebabkan kebutuhan nutrisi

terganggu.

2. Luka post op sectio caesarea

Luka post op sectio caesarea dapat menimbulkan masalah

seperti nyeri. Rasa nyeri timbul setelah operasi karena terjadi tarikan,

manipulasi jaringan, terputusnya jaringan juga dapat terjadi akibat

stimulus ujung syaraf oleh karena bahan kimia yang dilepas pada saat

operasi atau iskemi jaringan akibat gangguan suplai darah ke salah

satu bagian tubuh sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman dan

aktivitas dapat terganggu. Pada luka juga dapat menyebabkan

perdarahan yang disebabkan karena terputusnya jaringan dan terbuka,

sehingga dapat menimbulkan defisit volume cairan, Hb berkurang,

daya tahan tubuh menurun dan dapat menimbulkan infeksi pada luka

post op.

3. Perubahan pada korpus uteri

26
27

Pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal setelah

kelahiran bayi tersebut disebut involusio. Dalam 12 jam setelah

persalinan, fundus uteri berada kira-kira 1 cm di atas umbilicus, 6 hari

post partum ±2 jari di bawah pusat dan uterus tidak teraba setelah 10-

12 hari post partum. Peningkatan kontraksi uteri segera setelah

persalinan yang merupakan respon untuk mengurangi volume intra

uteri. Pada uteri terdapat pelepasan plasenta sebesar telapak tangan,

tempat pelepasan plasenta belum sempurna sampai 6 minggu post

partum, uterus mengeluarkan cairan melalui vagina yang disebut

lochea. Pada hari pertama dan kedua cairan berwarna merah disebut

lochea rubra, setelah satu minggu lochea berwarna kuning disebut

lochea serosa, dan dua minggu setelah persalinan cairan berwarna

putih disebut lochea alba.

4. Perdarahan pada servik

Bagian atas servik sampai segmen bawah uteri menjadi sedikit

edema, indo servik menjadi lembut, terlihat memar dan terkoyak yang

memungkinkan terjadinya infekasi.

5. Vagina dan perineum

Dinding vagina yang licin secara berangsur-angsur ukuranya

akan kembali normal selam 6 sampai 8 minggu post partum.

27
28

6. Payudara

Sekresi dan ekskresi kolostrum berlangsung beberapa hari

setelah persalinan. Pada hari ke tiga dan ke empat post partum

payudara menjadi penuh dan tegang, keras, tetapi setelah proses laktasi

dimulai payudara terasa lebih nyaman, jadi itu perlu adanya sistem

rooming in.

7. Sistem kardiovaskuler

Volume darah cenderung menurun akibat perdarahan post op,

suhu badan meningkat dalam 24 jam pertama. Pada 6-8 jam pertama

post partum umunya ditemukan bradikardi. Keadaan pernafasan

berubah akibat dari anestesi.

8. Sistem endokrin

Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin selama masa

nifas yaitu : hormone plasenta yang menurun dengan cepat setelah

persalinan. Keadaan hormone plasenta laktogen (HPL ) merupakan

keadaan yang tidak terdeteksi selama 24 jam, keadaan estrogen dalam

plasenta menurun sampai 10% dari nilai ketika hamil dalam waktu 3

jam setelah persalinan. Pada hari ke tujuh keadaan progesteron dalam

plasenta menurun sampai dibawah nilai lutheal pertama. Pada

hormone pituitary keadaan prolaktin pada darah meninggi dengan

28
29

cepat pada kehamilan. Pada ibu yang tidak laktasi prolaktin akan turun

dan mencapai keadaan seperti sebelum kehamilan dalam waktu dua

minggu.

9. Sistem integumen

Strial yang diakibatkan karena regangan kulit abdomen

mungkin akan tetap bertahan lama setelah persalinan tetapi akan

menghilang. Bila terdapat kloasma biasanya akan memutih dan

kelamaan akan menghilang.

10. Sistem urinari

Fungsi ginjal akan normal dalam beberapa bulan setelah

persalinan, pada klien yang terpasang kateter kemungkinan akan

terjadi infeksi pada saluran perkemihan.

11. Sistem gastrointestinal

Gangguan nutrisi terjadi 24 jam setelah post partum sebagai

akibat dari pembedahan dengan anestesi general yang mengakibatkan

tonus otot saluran pencernaan akan lebih lama berada dalam saluran

makan akibat pembesaran rahim.

4. Komplikasi

Menurut (Mochtar, 2002) komplikasi dari ketuban pecah dini yaitu:

29
30

Komplikasi yang paling sering yaitu sindrom distress pernapasan

yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir, peningkatan resiko infeksi. Semua

ibu hamil dengan ketuban pecah dini prematur sebaiknya dievaluasi untuk

kemungkinan terjadinya korion dan amnion), selain itu kejadian prolaps atau

keluarnya tali pusat.

Sedangkan komplikasi dari sectio caesarea menurut (Mochtar, 2002)

yaitu:

1. Infeksi puerperal ( nifas )

Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum keadaan pembedahan

sudah ada gejala-gejala infeksi intra parfum atau ada faktor-faktor yang

merupakan gejala infeksi.

a. nfeksi bersifat ringan : kenaikan suhu beberapa hari saja.

b. Infeksi bersifat sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih

tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung.

c. Infeksi bersifat berat : dengan peritonitis septis ileus paralitik, ini

sering kita jumpai pada partus teriambat, dimana sebelumnyatelah

terjadi infeksi intraportal karena ketuban yang telah lama.

Penanganannya adalah dengan pemberian cairan elektrolik dan

antibiotik yang adekuat dan tepat.

30
31

2. Perdarahan

Rata-rata darah hilang akibat sectio caesaria dua kali lebih banyak dari

pada yang hilang dengan kelahiran melalui vagina. Kira-kira 800 -1000 ml

yang disebabkan oleh banyaknya pembuluh darah yang terputus dan

terbaka, atonia uteri dan pelepasan pada plasenta.

3. Emboli pulmonal

Terjadi karena penderita dengan insisi abdomen kurang dapat

mobilisasi di bandingkan dengan melahirkan melaui vagina (normal).

4. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

reperitonialisasi terlalu tinggi.

5. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang.

D. BAYI BERAT LAHIR RENDAH

1. Definisi bayi baru lahir

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonates merupakan individu

yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta

harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke

kehidupan ekstrauterin.(dewi Vivian, 2010)

BBL adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu

sampai 42 minggu, memiliki berat lahir 2500 gram sampai 4000

gram. Bayi baru lahir dapat dilahirkan melalui 2 cara, secara normal

melalui vagina atau melalui operasi cesar. Bayi baru lahir harus mampu

31
32

beradaptasi dengan lingkungan yang baru karena setelah plasentanya

dipotong maka tidak ada lagi asupan makanan dari ibu selain itu kondisi

bayi baru lahir masih rentan terhadap penyakit. Karena itulah bayi

memerlukan perawatan yang insentif.Jagalah kebersihan bayi dan berikan

nutrisi yang cukup kepada bayi melalui ASI.

Berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi lahir yang berat lahirnya

saat kelahiran kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2449 gram.

(Prawirohardjo, Sarwono, 2006)

Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat lahir

kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Berat lahir

adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Unuk

keperluan bidan di desa berat lahir masih dapat diterima apabila dilakukan

penimbangan dalam 24 jam pertama ( Depkes RI, 2009)

2. Prognosis BBLR

Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya

masalah perinatal, misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/

makin rendah berat bayi makin tinggi angka kematian), asfiksia / iskemia

otak, sindroma gangguan pernafasan, perdarahan intraventrikuler,

dysplasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasias, infeksi, gangguan

metabolic (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia ).

Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan

orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal

32
33

(pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah infeksi,

mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbillirubinemia,

hipoglikemia, dan lain-lain.(Prawihardjo, Suwarna, 2005)

3. Etiologi

Penyebab BBLR sangat kompleks.BBLR dapat disebabkan oleh

kehamilan kurang bulan, bayi kecil untuk masa kehamilan atau kombinasi

keduanya.

Bayi kurang bulan adalah bayi yang lahir sebelum umur kehamilan 37

minggu. Sebagian bayi kurang bulan belum siap hidup diluar kandungan

dan mendapatkan kesulitan untuk mulai bernapas, menghisap, melawan

infeksi dan menjaga tubuhnya agar tetap hangat.( Depkes RI, 2009)

4. Prinsip Dasar BBLR

Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat

badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).

Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir

rendah dibedakan dalam:

a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahiR 1500-2500 gram

b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram

c. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir< 1000 gram

(Prawirohardjo, 2002)

5. Penyebab BBLR terdiri dari faktor :beberapa

a. Faktor ibu

33
34

1) Penyakit

Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya

BBLR diantaranya : hipertensi dan ginjal yang kronik,

penderita diabtes mellitus yang berat, toksemia, hipoksia ibu (

tinggal didaerah pegunungan, hemoglobinopati, penyakit paru

kronik ) anemia berat, pre-eklampsia, infeksi selama kehamilan

( infeksi kandung kemih), hepatitis, IMS, HIV/AIDS, malaria.(

Depkes RI, 2009)

2) Kebiasaan ibu

Kebiasaan ibu yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR

diantaranya perokok, peminum alkohol, pekerja berat, dan

pengguna obat terlarang.( Depkes RI, 2009)

Rokok merupakan bentuk penyalahgunaan yang sering

dilakukan. Insidensi perempuan hamil yang merokok sekitar

16,3 – 52%, tergantung populasi yang diteliti (Sarwono, 2006).

Asap rokok mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia

berbeda yang dilepaskan ke dalam udara sebagai partikel dan

gas. Fase prtikulat asap rokok termasuk nikotin, "tar" (itu

sendiri terdiri dari banyak bahan kimia), benzena dan benzo.

Fase gas termasuk karbon monoksida, amonia,

dimethylnitrosamine, formaldehida, hidrogen sianida dan

akrolein. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh

34
35

National Cancer Institute pada bulan November 2001

dilaporkan ada 69 karsinogen diketahui atau lebih dalam asap

rokok (Barry, 2004).

Merokok selama hamil berkaitan dengan keguguran,

perdarahan vagina, kelahiran prematur, dan bayi dengan berat

lahir rendah (BBLR).Kejadian BBLR pada ibu perokok adalah

dua kali lipat dibanding yang bukan perokok dan perokok

ringan (<5 rokok sehari) dikaitkan dengan peningkatan

kejadian BBLR. Secara keseluruhan tingkat kejadian BBLR

adalah 8,8% untuk kelahiran perokok dan 4,5% untuk

kelahiran bukan perokok. Di antara perokok, tingkat BBLR

terus meningkat dengan meningkatnya konsumsi rokok

(Ventura, et al., 2003).

3) Usia Ibu dan Paritas Ibu

Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang

dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia <20 dan >35 tahun, selain

itu jarak kehamilan yang terlalu pendek ( kurang dari 1 tahun )

juga mempengaruhi terjadinya BBLR. (Depkes RI, 2009 ).

35
36

Paritas ibu juga berperan penting terhadap penyebab

terjadinya BBLR,menurut istilah kebidanan paritas dibagi

dalam 3 kategori yaitu:

a) Primigravida yaitu ibu yang memiliki satu anak

b) Multigravida yaitu ibu yang memiliki 2-4 anak

c) Grandemulti yaitu ibu yang memiliki lebih dari 4

anak

4) Status Ekonomi Ibu

Status ekonomi ibu juga sangat berpengaruh terhadap

penyebab terjadinya BBLR antara lain: keadaan ibu yang

sangat miskin, beratnya kurang, dan status gizinya kurang.(

Depkes RI, 2009 ).

5) Umur Kehamilan

Menurut Teori Prawirohardjo tahun 2005 makin rendah

masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan makin

tinggi morbiditas dan mortalitasnya.

6) Faktor uterus dan plasenta

Kelainan pembuluh darah (hemangioma), insersi tali pusat

yang tidak normal, uterus bikornis, infark plasenta, transfuse

dari kembar yang satu ke kembar yang lain, sebagian plasenta

lepas.( Prawirohardjo, Sarwono, 2005 ).

36
37

7) Faktor janin

Bayi ganda, kelainan kromosom, cacat bawaan,

infeksi dalam kandungan ( toksoplasmosis, rubella,

sitomegalovirus, herpes, sifilis ; TORCH ). ( Prawirohardjo,

Sarwono, 2005 ).

Selain itu juga ada faktor janin lain yang dapat

menyebabkan BBLR adalah Bayi prematur adalah suatu proses

kelahiran bayi sebelum usia kehamilan 37 minggu atau

sebelum 3 minggu dari waktu perkiraan persalinan.

Berdasarkan atas timbulnya bermacam-macam problematik

pada derajat prematuritas maka usher ( 1975 ) menggolong kan

bayi tersebut dalam tiga kelompok. Yaitu :

a) Bayi yang sangat premature ( extremely premature ) : 24

– 30 minggu. Bayi dengan masa gestasi 24 – 27 minggu

masih sangat sukar hidup terutama di Negara yang belum

atau sedang berkembang. Bayi dengan masa gestasi 28 –

30 minggu masih mungkin dapat hidup dengan perawatan

yang sangat intensif ( perawat yang sangat terlatih dan

menggunakan alat-alat yang canggih ) agar dicapai hasil

yang optimum.

b) Bayi pada derajat premature yang sedang ( moderately

premature ) : 31-36 minggu. Pada golongan ini

37
38

kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik dari

golongan pertama dan gejala sisa yang dihadapinya di

kemudian hari juga lebih ringan, asal saja pengelolaan

terhadap bayi ini betul-betul intensif.

c) Borderline premature : masa gestasi 37-38 minggu.

Bayi ini mempunyai sifat-sifat premature dan matur.

Biasanya beratnya seperti bayi matur dan dikelola

seperti bayi matur, akan tetapi sering timbul

problematic seperti yang dialami bayi premature,

misalnya sindroma gangguan pernapasan,

hiperbilirubinemia, daya isap yang lemah dan

sebagainya, sehingga bayi ini harus diawasi dengan

seksama.

8) Hidramnion adalah jumlah air ketuban melebihi 2000 cc sering

terjadi pada kehamilan kembar. Pada kehamlan kembar, janin

dengan jantung kuat mengakibatkan hidramnion karena

pengeluaran air kencingnya lebih banyak.

9) Kelainan Kromosom

6. Masalah-masalah yang terjadi pada BBLR

a. Asfiksia

38
39

BBLR kurang, cukup atau lebih bulan, semuanya berdampak

pada proses adaptasi pernapasan waktu lahir sehingga mengalami

asfiksia lahir. BBLR membutuhkan kecepatan dan keterampilan

resusitasi.

b. Gangguan napas

Gangguan napas yang sering terjadi pada BBLR kurang bulan

adalah penyakit membrane hialin, sedangkan pada BBLR lebih bulan

adalah aspirasi mekonium.BBLR yang mengalami gangguan napas

harus segera dirujuk ke fasilitas rujukan yang lebih tinggi.

c. Hipotermi

Terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan system

pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang.Metode

kanguru dengan “kontak kulit dengan kulit” membantu BBLR tetap

hangat.

d. Hipoglikemi

Karena hanya sedikitnya simpanan energy pada bayi baru lahir

dengan BBLR.BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah

lahir dan minum sangat sering ( setiap 2 jam ) pada minggu pertama.

7. Masalah pemberian ASI

Ukuran tubuh BBLR sangat kecil, kurang energi, lemah,

lambungnya kecil dan tidak dapat mengisap.BBLR sering mendapatkan

ASI dengan bantuan, membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang

39
40

lebih sedikit tapisering. BBLR dengan kehamilan > 35 minggu dan berat

lahir > 2000 gram umumnya bisa langsung menetek

8. Infeksi

Karena sistem kekebalan tubuh BBLR belum matang. Keluarga

dan tenaga kesehatan yang merawat BBLR harus melakukan tindakan

pencegahan infeksi antara lain dengan mencuci tangan dengan baik.

9. Ikterus (kadar bilirubin yang tinggi)

Karena fungsi hati belum matang.BBLR menjadi kuning lebih

awal dan lebih lama dari pada bayi yang cukup beratnya.

10. Masalah perdarahan

Berhubungan dengan belum matangnya system pembekuan darah

saat lahir. Pemberian injeksi vitamin K 1 dengan dosis 1 mg intramuskuler

segera sesudah lahir (dalam 6 jam pertama) untuk semua bayi baru lahir

dapat mencegah kejadian perdarahan ini. Injeksi ini dilakukan dipaha kiri.

11. Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi

dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain :

a. Gangguan perkembangan

40
41

b. Gangguan pertumbuhan

c. Gangguan penglihatan (Retinopati)

d. Gangguan pendengaran

e. Penyakit paru kronis

f. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit

g. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

12. Gambaran klinis BBLR

Bayi lahir dengan berat lahir rendah mempunyai lemak dibawah

kulit yang sangat sedikit, karena beratnya kurang dari 2500 gram.

13. Tanda-tanda bayi kurang bulan (KB)

a. Kulit tipis mengkilap

b. Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk

dengan sempurna

c. Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan

terutama pada punggung

d. Jaringan payudara belum terlihat, putting masih berupa titik

e. Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia

minora

f. Pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis kadang

belum turun

41
42

g. Rajah telapak kaki kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk

h. Kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur

i. Aktifitas dan tangisnya lemah

j. Reflex menghisap dan menelan tidak efektif/lemah.

14. Karakteristik Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

a. Prematuritas murni

1) Berat badan kurang dari 2500 gram, PB 45 cm, lingkar kepala

dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm.

2) Masa gestasi kurang dari 37 mingg

3) tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin.

4) Kepala lebih besar dari badan

5) Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga, dan

lengan

6) Lemak subkutan kurang

7) Ubun-ubun dan sutura lebar

8) Rambut tipis, halus

9) Tulang rawat dan daun telinga immature

10) Putting susu belum terbentuk dengan baik

11) Pembuluh darah kulit banyak terlihat peristaltic usus dapat

terlihat

42
43

12) Genetalia belum sempurna, labia, minora belum tertutup oleh

labia mayora (pada laki-laki)Bayi masih posisi fetal

13) Pergerakan kurang dan lemah

14) Otot masih hipotonik

15) Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan

sering mengalami serangan apnoe.

16) Refleks tonic neck lemah

17) Refleks menghisap dan menelan belum sempurna.

15. Dismature

Pre term : sama dengan bayi premature murni

Post term:

a. Kulit pucat/ bernod, mekonium kering keriput, tipi

b. Vernix aseosa tipis/ tak ada

c. Jaringan lemak dibawah kulit tipis

d. Bayi tampak gesit, aktif dan kuat

e. Tali pusat berwarna kuning kehijauan

(Pantiawati, Ika 2010)

16. Komplikasi pada BBLR

43
44

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah

antara lain:

a. Hipotermia

b. Hipoglikemia

c. Gangguan cairan dan elektrolit

d. Hiperbilirubinemia

e. Sindroma gawat nafas

f. Infeksi

g. Perdarahan intravaskuler

h. Apnea of prematurity

i. Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada BBLR antara lain:

a. Gangguan perkembangan

b. Gangguan pertumbuhan

c. Gangguan penglihatan

d. Gangguan pendengaran

e. Penyakit paru kronis

f. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

17. Diagnosis Bayi Berat Lahir Rendah

44
45

Menegakan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir

bayi dapat diketahui dengan dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.

a. Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk

menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap terjadinya BBLR

1) Umur ibu

2) Riwayat hari pertama haid

3) Riwayat persalinan sebelumnya

4) Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

5) Aktivitas

6) Kenaikan berat badan selama hamil

7) Penyakit yang diderita selama hamil

8) Obat-obatan yang diminum selama hamil

b. Pemeriksaan fisik

Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR

antara lain:

1) Berat badan kurang dari 2500 gram

2) Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

45
46

3) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk

masa kehamilannya. ( IDAI, 2004)

c. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :

1) Pemeriksaan skor ballard

2) Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan

3) Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas

diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.

4) Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir

dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8

jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat

nafas.

5) USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan <2500

gram.

18. Penatalaksanaan bayi berat lahir rendah

a. Medikamentosa

Pemberian Vitamin K1 :

1) Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau

2) Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat

lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)

46
47

b. Diatetik

Pemberian nutrisi yang adekuat

1) Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit

demi sedikit

2) Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan

melalui sendok atau pipet

3) Apabila bayi belum ada reflex mengisap dan menelan harus

dipasang siang penduga/ sonde fooding.

Bayi premature atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena

reflex menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI

dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa

lambung atau pipet.Dengan memegang kepala dan menahan dagu, bayi dapat

dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan

dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada putting. ASI merupakan

pilihan utama :

 Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang

cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai

kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.

 Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20

gram/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali semingu.

47
48

E. IMPLANT

1. Pengertian

Implant adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk

yang terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada

lengan atas (Handayani, 2010:116). Implant adalah Alat kontrasepsi yang

berbentuk kapsul kosong silastic (karet silikon) yang di isi dengan hormon

dan ujung-ujungnya kapsul yang ditutup dengan silastic adhesive (Hanafi,

2004:179).

Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul silastik

berisi hormon jenis progestin (progestin sintetik) yang dipasang dibawah kulit

(BKKBN, 2003).

Kontrasepsi Implan adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan pada

bagian subdermal, yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja

panjang, dosis rendah dan reversibel untuk wanita (Speroff & Darney, 2005).

Implant adalah salah satu jenis kontrasepsi yang pemakaiannya yaitu

dengan cara memasukkan tabung kecil dibawah kulit pada bagian tangan yang

dapat dilakukan oleh petugas kesehatan.

Tabung kecil berisi hormon tersebut akan terlepas sedikit-sedikit,

sehingga mencegah kehamilan (Proverawati, 2009:51). Implant adalah salah

satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari sejenis karet

silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas (Handayani,

2010:116).

48
49

Dari beberapa pengertian KB implant diatas maka dapat disimpulkan

bahwa implant adalah salah satu alat kontrasepsi yang dipasang pada lengan

atas yang dimasukkan kebawah kulit bersifat hormonal dan bersifat jangka

panjang.

a. Profil Menurut Sulistyawati (2010:81)

Profil Implant terdiri dari:

1) Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau

Implanon

2) Nyaman

3) Dapat dipakai oleh semua Ibu dalam usia Reproduksi

4) Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan

5) Kesuburan segera kembali setelah implant dicabut

6) Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan

bercak dan amenorea

7) Aman dipakai pada masa laktasi

b. Jenis KB Implant

Menurut Prawirahardjo (2006:MK-53) terdapat 3 jenis implant yaitu:

1) Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan

panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg

Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.

49
50

2) Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-

kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3- Keto-

desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

3) Jadena dan Indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg

Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

Menurut Handayani (2010:116) terdapat 2 macam implant ada 2 yaitu:

1) Non Biodograndable implant Dengan ciri – ciri sebagai berikut :

a) Norplant (6 “kasul”), berisi hormon Levonogrestel, daya kerja 5

tahun.

b) Norplant-2 (2 batang), berisi hormon Levonogrestel, daya kerja 3

tahun.

c) Satu batang, berisi hormon ST-1435, daya kerja 2 tahun. Rencana

siap pakai : tahun 2000 d) Satu batang, berisi hormone 3-keto

desogesteri daya kerja 2,5-4 tahun.

Sedangkan Non Biodograndable Implant dibedakan menjadi 2 macam,

yaitu :

a) Norplant Dipakai sejak tahun 1987, terdiri dari 6 “ kapsul” kosong

silastic (karet silicon) yang diisi dengan hormon Levonogrestel dan

ujung – ujung kapsul ditutup dengan silastic adhesive. Tiap “

kapsul” mempunyai panjang 34 mm, diameter 2,4 mm, berisi 36

mg levonorgestrel, serta mempunyai ciri sangat efektif dalam

50
51

mencegah kehamilan untuk lima tahun. Saat ini Norplant banyak

dipakai.

b) Norplant -2 Dipakai sejak tahun 1987, terdiri dari dua batang

silactic yang padat, dengan panjang tiap batang 44 mm. Dengan

masing – masing batang diisi 70 mg Levonorgestrel di dalam

matriks batangnya. Ciri norplan- 2 adalah sangat efektif untuk

mencegah kehamilan 3 tahun.

2) Biodegrodable Implant Macam implant biodegradable dibagi menjadi

2 macam :

a) Carpronor, suatu “ kapsul” polymer yang berisi levonorgestrel,

pada awal penelitian dan pengembangannya, carpronor berupa

suatu “kapsul” biodegradable yang mengandung levonorgestrel

yang dilarutkan dalam minyak ethyl-aleate dengan diameter “

kapsul”< 0,24 cm dan panjang “ kapsul” yang teliti terdiri dari 2

ukuran, yaitu :

(1) 2,5 cm : berisi 16 mg levonogestrel, melepaskan 20 mcg

hormonnya/ hari.

(2) 4 cm : berisi 25 levonorgestrel, melepaskan 30 – 50 mcg

hormonal/hari.

b) Narethindrone Pellets

(1) Pellets dibuat dari 10 % kolesterol murni dan 90%

norechindrone (NET).

51
52

(2) Setiap pellets panjang 8 mm berisi 35 mg NET, yang akan

dilepaskan saat pellet dengan perlahan – lahan “melarut”.

(3) Pellets berukuran kecil, masing – masing sedikit lebih besar

dari pada butir besar.

(4) Uji coba pendahuluan menggunakan n4 dan 5 pellets.

(5) Dosis harian NET dan efektivitas kontrasepsi bertambah

dengan banyaknya jumlah pellets.

(6) Sediaan empat pellets tampaknya memberikan perlindungan

yang besar terhadap kehamilan untuk sekurang – kurangnya 12

bulan.

(7) Lebih dari 50% akseptor pellets mengalami pola haid regular.

Perdarahan inter menstrual atau perdarahan bercak merupakan

problin utama.

(8) Terjadi rasa sakit payudara pada 4 % akseptor

(9) Jumlah kecil dari kolesterol dalam masing – masing pellets

kurang dari 2% kolesterol dalam satu butir telur ayam tidak

mempunyai efek pada kadar kolesterol darah akseptor. (10)

Insersi pellets dilakukan pada bagian dalam lengan atas

prosedur insersi seperti pada capronor dan dapat dipakai

dengan inserter yang sama.

(11)Daerah insersi disuntikkan dengan anestesi lokal lalu dibuat

insisi 3 mm. Pellets diletakkan kira – kira 3 cm dibawah kulit.

52
53

Tidak diperlukam penjahitan luka insisi, cukup ditutup dengan

verband saja.

c. Cara Kerja

Cara kerja implant menurut Saifuddin (2006:MK:54) adalah sebagai

berikut:

1) Mengentalkan lendir serviks. Kadar levonorgestrel yang konstan

mempunyai efek nyata terhadap mucus serviks. Mukus tersebut

menebal dan jumlahnya menurun, yang membentuk sawar untuk

penetrasi sperma.

2) Menganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi

implantasi. Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap maturasi

siklik endometrium yang diinduksi estradiol dan akhirnya

menyebabkan atrofi. Perubahan ini dapat mencegah implantasi

sekalipun terjadi fertilisasi. Meskipun demikian, tidak ada bukti

mengenai fertilisasi yang dapat dideteksi pada pengguna implant.

3) Mengurangi transportasi sprema. Perubahan lendir serviks menjadi

lebih kental dan sedikit, sehingga menghambat pergerakan sperma.

4) Menekan ovulasi. Menekan ovulasi karena progesteron menghalangi

pelepasan luteinizing hormone (LH). Levonorgestrel menyebabkan

supresi terhadap lonjakan LH, baik pada hipotalamus maupun

hipofisis, yang penting untuk ovulasi.

53
54

d. Efektifitas Implant

Menurut Hanafi (2004:182) efektivitas implant yaitu:

1) Efektivitas tinggi, angka kegagalan norplant < 1 per 100 wanita per

tahun dalam 5 tahun pertama.

2) Efektivitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun, dan pada tahun

ke 6 kira – kira 2,5 - 3% akseptor menjadi hamil.

3) Norplant – 2 sama efektifnya seperti Norplant, untuk waktu 3 tahun

pertama. Semula diharapkan norplant – 2 juga akan efektif untuk 5

tahun, tetapi ternyata setelah pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan

dalam jumlah besar yang tidak diduga sebelumnya, yaitu sebesar 5-

6%. Penyebab belum jelas, disangka terjadi penurunan dalam

pelepasan hormonnya.

e. Keuntungan implant

Menurut Noviawati (2009:146) antara lain:

1) Keuntungan menurut kontrasepsi

a) Daya guna tinggi.

b) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).

c) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.

d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.

e) Bebas dari pengaruh estrogen.

f) Tidak mengganggu kegiatan senggama.

54
55

g) Tidak mengganggu ASI.

h) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.

i) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

j) Keuntungan menurut Non kontrasepsi

k) Mengurangi nyeri haid.

l) Mengurangi jumlah darah haid.

m) Mengurangi/ memperbaiki anemia.

n) Melindungi terjadinya kanker endomentrium.

o) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.

p) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul.

q) Menurunkan angka kejadian endometriosis. 23 g.

f. Kerugian Implant

Kerugian implant menurut Anggraini (2011:200) antara lain:

1) Tidak memberikan efek protektif terhadap penyakit Menular Seksual,

termasuk AIDS.

2) Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan

pencabutan.

3) Akseptor tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini

sesuai keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.

4) Dapat mempengaruhi baik penurunan maupun kenaikan berat badan.

55
56

5) Memiliki semua risiko sebagai layaknya setiap tindak bedah minor

(infeksi, hematoma dan perdarahan).

6) Secara kosmetik susuk Norplant dapat terlihat dari luar

7) Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan terjadinya perubahan pola

daur haid:

a) Perdarahan bercak (spotting) atau ketidakteraturan daur haid.

b) Hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid (lazimnya

berkurang dengan sendirinya setelah bulan pertama masa

penggunaan).

c) Amenorea (20%) untuk beberapa bulan atau tahun.

8) Timbulnya keluhan-keluhan yang mungkin berhubungan dengan

pemakaian susuk Norplant, seperti:

a) Nyeri kepala.

b) Peningkatan/penurunan berat badan.

c) Nyeri payudara.

d) Perasaan mual.

e) Pusing/pening kepala.

f) Perubahan perasaan ( mood) atau kegelisahan.

g) Dermatitis atau jerawat.

h) Hirsutismus.

56
57

9) Pada wanita yang pernah mengalami terjadinya kista ovarium, maka

penggunaan susuk Norplant tidak memberikan jaminan pencegahan

terbentuknya kembali kista ovarium dikemudian hari.

g. Indikasi Implant

Indikasi Implant menurut Varney (2004:485) adalah sebagai berikut:

1). Wanita yang sedang dalam masa menyusui (setelah enam minggu

masa nifas).

2). Wanita pasca keguguran.

3). Wanita usia reproduksi.

4). Wanita yang mengalami efek samping yang tidak diinginkan akibat

penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi yang mengandung

estrogen.

5). Wanita yang sulit mengalami kesulitan mengingat jadwal meminum

pil atau enggan melakukan manipulasi yang diperlukan pada metode

sawar.

6). Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah,

atau anemia bulan sabit.

7). Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.

8). Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung

estrogen.

57
58

9). Wanita yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang (mis. Wanita

yang masa usianya suburnya telah berakhir, tetapi tidak menginginkan

strelisasi).

10). Wanita yang ingin mengatur jarak kehamilannya.

h. Kontra Indikasi Kontra indikasi menurut Noviawati Setya (2009:139)

antara lain:

1). Hamil atau diduga hamil.

2). Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

3). Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara atau riwayat

kanker payudara.

4). Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.

5). Menderita mioma uterus dan kanker payudara.

6). Penyakit jantung, hipertensi, diabetes militus.

7). Penyakit tromboemboli. 8. Gangguan toleransi glukosa.

i. Efek Samping dan Penanganannya Menurut Handayani (2010:114) Efek

samping dan penanganan implant adalah sebagai berikut:

1). Amenorea

Penanganan :

58
59

a) Pastikan hamil atau tidak, dan bila tidak hamil, tidak memerlukan

penanganan khusus, cukup konseling saja.

b) Bila klien tetap saja tidak dapat menerima, angkat implant dan

anjurkan menggunakan kontrasepsi lain.

c) Bila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan kehamilan,

cabut implant dan jelaskan, bahwa progestin tidak berbahaya bagi

janin. Bila diduga terjadi kehamilan ektopik, klien dirujuk. Tidak

ada gunanya memberikan obat hormonal untuk memancing

timbulnya perdarahan.

2). Perdarahan bercak (spotting) ringan

Penanganan :

Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada

tahun pertama. Bila tidak ada masalah dan Klien tidak hamil, tidak

diperlukan tindakan apa pun. Bila klien tetap saja mengeluh masalah

perdarahan dan ingin melanjutkan pemakaian implant dapat diberikan

pil kombinasi satu siklus atau ibu profen 3x800 mg selama 5 hari.

Terangkan kepada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil

kombinasi habis. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa,

berikan 2 tablet pil kombinasi untuk 3 – 7 hari dan kemudian

dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi, dapat juga diberikan 50

59
60

µg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14 – 21

hari.

3). Ekspulsi

Penanganan :

Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih

ditempat dan apakah terdapat tanda – tanda infeksi daerah insersi. Bila

tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang

kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang berbeda. Bila ada infeksi

cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan

yang lain atau anjurkan klien menggunakan metode kontrasepsi lain.

4). Infeksi pada daerah insersi

Penanganan :

Bila terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air, atau

antiseptil.Berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implant jangan

dilepas dan klien diminta kembali satu minggu. Apabila tidak

membaik, cabut implant dan pasang yang baru pada sisi lengan yang

lain atau cari metode kontrasepsi yang lain. Apabila ditemukan abses,

bersihkan dengan antiseptik, insisi dan alirkan pus keluar, cabut

implant, lakukan perawatan luka dan berikan antibiotik oral 7 hari.

5). Berat badan naik / turun

60
61

Penanganan :

Informasikan kepada klien bahwa perubahan berat badan 1- 2 kg

adalah normal.Kaji ulang diet klien apabila terjadi perubahan berat

badan 2 kg atau lebih. Apabila perubahan berat badan ini tidak dapat

diterima, bantu klien mencari metode lain.

j. Efek pada Sistem Reproduksi

Efek pada sistem reproduksi menurut Hanafi (2004:183) yaitu sebagai

berikut:

1). Tidak dilaporkan adanya efek samping yang serius terhadap sistem

reproduksi pada pemakaian norplant.

2). Memang pada 10 % akseptor ditemukan adanya kista ovarium yang

sementara, ada yang sampai mencapai ukuran 10 cm. Umumnya tidak

diperlukan tindakan pembedahan, pengeluaran implant atau

pengobatan lainnya, karena kista tersebut akan mengalami regresi

spontan dalam waktu 6 jam.

3). Yang menjadi kekhwatiran adalah kemungkinan bertambahnya resiko

dari kehamilan ektopik.

4). Efek kontrasepsi implant menghilang dengan cepat setelah implantnya

dikeluarkan. Mantan akseptor implant dapat menjadi hamil secepatnya

seperti wanita yang sama sekali tidak memakai kontrasepsi apapun.

61
62

Dari 95 wanita yang menginginkan kehamilan, 50 % sudah hamil

setelah 3 bulan menghentikan implantnya dan 86 % setelah 1 tahun.

5). Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa jumlah kecil dari

levonorgestrel yang dilepaskan oleh Norplant tidak mempunyai efek

buruk pada bayi yang sedang dikandung maupun pada bayi yang

masih menyusu.

6). Pemakaian implant selama laktasi tidak mempengaruhi kadar hormon

bayinya. Kadar immunoglobin serum dan kadar Folikel Stimulating

Hormone (FSH), Luteinizing Hormone (LH) dan testosterone di dalam

urine adalah sama pada bayi yang disusui akseptor implant dan yang

disusui akseptor metode barier ataupun ibu – ibu yang sama sekali

tidak menggunakan kontrasepsi apapun.

k. Waktu Memulai Menggunakan Implan

Waktu memulai menggunakan implant menurut Saifudin (2006:MK-56)

sebagai berikut:

1). Setiap saat selama siklus haid hari ke -2 sampai hari ke – 7. Tidak

diperlukan metode kontrasepsi tambahan.

2). Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi

kehamilan. Bila diinsersi setelah hari ke – 7 siklus haid, klien jangan

62
63

melakukan hubungan seksual atau menggunakan metode kontrasepsi

lain untuk 7 hari saja.

3). Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja

diyakini tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual

atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

4). Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan,

insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien tidak

perlu memakai metode kontrasepsi lain.

5). Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali,

insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan

seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain

untuk 7 hari saja.

6). Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin

menggantinya dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap saat, 31

asal saja diyakini klien tersebut tidak hamil, atau klien menggunakan

kontrasepsi terdahulu dengan benar.

7). Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, implant

dapat diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak

diperlukan metode kontrasepsi lain.

8). Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontasepsi nonhormonal kecuali

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan klien ingin

menggantinya dengan implant, insersi implant dapat dilakukan setiap

63
64

saat, asal saja diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu

sampai datangnya haid berikutnya.

9). Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin

menggantinya dengan implant, implant dapat diinsersikan pada saat

haid dari hari ke – 7 dan klien jangan melakukan hubungan seksual

selam 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

AKDR segera dicabut.

10). Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan.

l. Instruksi Untuk Klien Menurut Noviawati Setya (2009:142) Intruksi untuk

klien atau akseptor implant antara lain:

1) Daerah insersi harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48 jam

pertama. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi pada luka insisi.

2) Perlu dijelaskan bahwa mungkin terjadi sedikit rasa perih,

pembengkakan atau lebam pada daerah insisi. Hal ini tidak perlu

dikhawatirkan.

3) Pekerjaan rutin harian tetap dikerjakan. Namun, hindari benturan,

gesekan atau penekanan pada daerah insersi.

4) Balutan penekan jangan dibuka selama 48 jam, sedangkan plester

dipertahankan hingga luka sembuh (biasanya 5 hari).

5) Setelah luka sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci dengan

tekanan yang wajar.

64
65

6) Bila ditemukan adanya tanda – tanda infeksi seperti demam,

peradangan atau bila rasa sakit menetap selama beberapa hari segera

kembali ke klinik.

m. Informasi Lain Yang Perlu Disampaikan Kepada Klien

Informasi lain yang perlu disampaikan kepada klien menurut Saifudin

(2006:MK-57) adalah sebagai berikut:

1). Efek kontrasepsi timbul beberapa jam setelah insersi dan berlangsung

hingga 5 tahun bagi norplant dan 3 tahun bagian implant implanon dan

akan berakhir sesaat setelah pengangkatan.

2). Sering ditemukan gangguan pola haid, terutama pada 6 sampai 12

bulan pertama. Beberapa perempuan mungkin akan mengalami

berhenti haid sama sekali.

3). Obat – obat tuberculosis atau obat epilepsi dapat menurunkan

efektivitas implant.

4). Efek samping yang berhubungan dengan implant dapat berupa sakit

kepala, penambahan berat badan dan nyeri payudara. Efek- efek

samping ini tidak berbahaya dan biasanya akan hilang dengan

sendirinya.

5). Norplan dicabut selama setelah 5 tahun pemakaian, susuk Implanon

dicabut setelah 3 tahun dan bila dikehendaki dapat dicabut lebih awal.

65
66

6). Sering-sering untuk memeriksa implant yang sudah tertanam pada

lengan atas untuk memastikan batang implant masih berada di tempat

pemasangan awal.

7). Bila norplant dicabut sebelum 5 tahun dan susuk implanon sebelum 3

tahun, kemungkinan hamil sangat besar dan meningatkan resiko

kehamilan ektopik.

8). Berikan kepada klien kartu yang ditulis nama, tanggal insersi, tempat

insersi dan nama klinik.

9). Implant tidak melindungi klien dari infeksi menular seksual, termasuk

AIDS. Bila pasangannya memiliki resiko, perlu menggunakan kondom

untuk melakukan hubungan seksual.

n. Prosedur Pemasangan

Prosedur pemasangan menurut Handayani (2010:122 ) yaitu :

1). Terhadap calon akseptor dilakukan konseling dan KIE yang selengkap

mungkin mengenal norplant ini sehingga calon akseptor benar – benar

mengerti dan menerimanya sebagai cara kontrasepsi yang akan

dipakainya dan diberikan informed consent untuk ditanda tangani oleh

suami isteri.

2). Persiapan alat – alat yang diperlukan :

a) Sabun antiseptik

b) Kasa steril

66
67

c) Cara aseptik

d) Kain steril yang mempunyai lubang

e) Obat anestesi lokal

f) Semprit dan jarum suntik

g) Trokar no. 10

h) Sepasang sarung tangan steril

i) Satu set kapsul norplant (2 buah)

j) Scapel yang tajam 35

r) Teknik Pemasangan

a) Tenaga kesehatan mencuci tangan dengan sabun

b) Daerah tempat pemasangan (lengan kiri bagian atas) dicuci dengan

sabun antiseptik.

c) Calon akseptor dibaringkan terlentang ditempat tidur dan lengan

kiri diletakkan pada meja kecil disamping tempat tidur akseptor.

Persiapan tempat pemasangan implant

d) Gunakan hand scoon steril dengan benar.

e) Lengan kiri pasien yang akan dipasang diolesi dengan cairan

antiseptik / betadin.

f) Daerah tempat pemasangan norplant ditutup dengan kain steril

yang berlubang.

g) Dilakukan injeksi obat anestesi kira – kira 6 – 10 cm diatas lipatan

siku.

67
68

h) Menguji efek anestesi sebelum melakukan insisi pada kulit.

i) Setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjang 0,5 cm dengan

scapel yang tajam.

j) Trokar dimasukkan melalui lubang insisi sehingga sampai pada

jaringan bawah kulit.

k) Kemudian kapsul dimasukan didalam trokar.

l) Demikian dilakukan berturut – turut dengan kapsul kedua, kapsul

dibawah kulit diletakkan demikian rupa sehingga susunannya

seperti kipas.

m) Setelah semua kapsul berada dibawah kulit, trokar ditarik pelan –

pelan keluar.

n) Kontrol luka apakah ada perdarahan atau tidak.

o) Dekatkan luka dan beri plester kemudian dibalut dengan perban

untuk mencegah perdarahan dan agar tidak terjadi hematom.

p) Nasehat pada aseptor agar luka jangan basah, selama lebih kurang

3 hari dan datang kembali jika terjadi keluhan – keluhan yang

menganggu.

q) Jadwal Kunjungan Kembali ke Klinik Jadwal kunjungan kembali

ke klinik menurut Anggraini (2011:203) Klien tidak perlu kembali

ke klinik, kecuali ada masalah kesehatan atau klien ingin mencabut

implant. Klien dianjurkan kembali ke klinik tempat implant

dipasang bila ditemukan hal – hal sebagai berikut :

68
69

(1) Amenorea yang disertai nyeri perut bagian bawah.

(2) Perdarahan yang banyak dari kemaluan.

(3) Rasa nyeri pada lengan.

(4) Luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah.

(5) Ekspulsi dari batang implant.

(6) Sakit kepala hebat atau penglihatan menjadi kabur.

(7) Nyeri dada hebat.

(8) Dugaan adanya kehamilan. Jadwal kontrol ulang setelah

pemasangan KB Implant yaitu 3 hari, 1 minggu atau sewaktu-

waktu bila ada keluhan (Proverawati, 2007:51).

o. Peringatan Khusus Bagi Pengguna Implant Menurut (Anggraini,

2011:203)

Peringatan khusus bagi pengguna implant terdiri dari:

1). Terjadi keterlambatan haid yang sebelumnya teratur, kemungkinan

telah terjadi kehamilan

2). Nyeri perut bagian bawah yang hebat, kemungkinan terjadi kehamilan

ektopik

3). Terjadi perdarahan banyak dan lama

4). Adanya nanah atau perdarahan pada bekas inersi implant

5). Ekspulsi batang implant (Norplant)

69
70

6). Sakit kepala migran, sakit kepala yang berulang yang berat atau

penglihatan menjadi kabur.

70
71

Pemeriksaan Penunjang

1. Bila HPHT dicatat dengan baik, diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar.

2. Bila wanita tidak tahu atau lupa haid terakhirnya, maka hanyalah dengan

pemeriksaan antenatal care yang teratur dapat diikuti dengan naik nya fundus uteri,

mulainya gerakan janin maka sangat membantu diagnosis.

3. Pemeriksaan berat badan ibu, apakah berkurang? Dan juga lingkar perut dan jumlah

air ketuban.

4. Pemeriksaan Rontgenology dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada bagian

distal femur, bagian proksimal tibia dan tulang kuboid.

5. Ultrasonografi untuk menentukan ukuran bipariental, gerakan janin dan jumlah air

ketuban.

6. Pemeriksaan sitology air ketuban : air ketuban diambil dengan amnion sintesis baik

transvaginal mau pun trans abdominal.

7. Amnioskopy untuk melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya

karena kekeruhan oleh mekonium.

8. Kardiotokografy untuk mengawasi dan membaca denyut jantung janin karena

insufisiensi plasenta.

9. Uji oksitoxin : dengan infuse tetes oksitoxin dan diawasi reaksi terhadap kontraksi

uterus.

10. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin.

11. Pemeriksaan pH darah kepala janin.

12. Pemeriksaan sitology vagina. (Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid I).

71
72

J. Penatalaksanaan

1. Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah monitoring janin

sebaik-baiknya.

2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat

ditunggu dengan pengawasan ketat. (Taufan, 2012).

3. Lakukan pemeriksaan dengan cara Bishop skore.

Bishop skore adalah suatu cara untuk menilai kematangan serviks dan responsnya

terhadap suatu induksi persalinan, karena telah diketahui bahwa serviks bishop skore

rendah artinya serviks belum matang dan memberikan angka kegagalan yang lebih

tinggi dibanding serviks yang matang. Lima kondisi yang dinilai dari serviks adalah :

a) Pembukaan (Dilatation) yaitu ukuran diameter leher rahim yang terenggang. Ini

melengkapi pendataran, dan biasanya merupakan indikator yang paling penting dari

kemajuan melalui tahap pertama kerja.

b) Pendataran/penipisan (Effacement) yaitu ukuran regangan sudah ada di leher rahim.

c) Penurunan kepala janin (Station) yaitu mengambarkan posisi janin kepala dalam

hubungannya dengan jarak dari iskiadika punggung, yang dapat teraba jauh di dalam

vagina posterior (sekitar 8-10 cm) sebagai tonjolan tulang.

d) Konsistensi (Consistency) yaitu dalam primigravida leher rahim perempuan

biasanya lebih keras dan tahan terhadap peregangan, seperti sebuah balon sebelumnya

belum meningkat. Lebih jauh lagi, pada wanita muda serviks lebih tangguh dari pada

wanita yang lebih tua.

72
73

e) Posisi ostinum uteri (Position) yaitu posisi leher rahim perempuan bervariasi antara

individu. Sebagai anatomi vagina sebenarnya menghadap ke bawah, anterior dan

posterior lokasi relatif menggambarkan batas atas dan bawah dari vagina. Posisi

anterior lebih baik sejajar dengan rahim, dan karena itu memungkinkan peningkatan

kelahiran spontan.

Tabel 2.1 Bishop Skore

Achadiat (2004 : 17-18)

Skore 0 1 2 3

Pembukaan 0 1 3-4 5-6

Pendataran 0-30% 40-50% 60-70% 80%

Station -3 -2 -1 +1+2

Konsistensi Keras Sedang Lunak Sangat lunak

Posisi Os Posterior Tengah Anterior Anterior

Untuk menilai Bishop Skore yaitu :

a) Bishop Skore > 5 yaitu induksi persalinan

73
74

Cara induksi persalinan adalah

1) Menggunakan tablet Misoprostol/Cytotec yaitu 25-50 mg yang diletakkan di

forniks posterior setiap 6-8 jam hingga munculnya his / kontraksi.

2) Menggunakan oksitoksin intravena yaitu infus oksitoksin biasanya mengandung

10-20 unit ekuivalen dengan 10.000-20.000 mU dicampur dengan 1000 ml larutan

Ringer Laktat, masing-masing menghasilkan konsistensi oksitoksin 10-20 mU/ml.

Tabel 2.2 Regimen Oksitoksin pada Induksi Persalinan

Kenneth J. Laveno

Skore 0 1 2 3

Pembukaan 0 1 3-4 5-6

Pendataran 0-30% 40-50% 60-70% 80%

Station -3 -2 -1 +1+2

Konsistensi Keras Sedang Lunak Sangat lunak

Posisi Os Posterior Tengah Anterior Anterior

b) Bishop Skore < 5

1) Pemantauan janin dengan prafil biofisik, Nonstress test (NST), Contraction Stess

Test (CST).

2) Volume ketuban normal, NST reaktif yaitu diulangi 2x / minggu.

74
75

3) Volume ketuban normal, NST non reaktif, CST positif yaitu dilakukan SC.

4) Volume ketuban normal, NST non reaktif dan CST negatif yaitu dilakukan

pengulangan CST dalam 3 hari.

5) Oligohidramnion (kantong amnion < 2 cm) yaitu dilakukan SC.

6) Deselerasi variable yaitu matangkan serviks dan induksi persalinan.

7) Pematangan serviks dapat dilakukan dengan kateter voley, oksitoksin, prostaglandin

(Misoprostol), relaksin (melunakkan serviks), pemecahan selaput ketuban.

8) Persalinan per vaginam yaitu Ibu miring ke kiri, berikan oksigen, monitor DJJ,

induksi persalinan dengan tetes Pitosin (jika tidak ada kontraindikasi dan belum ada

tanda hipoksia intrauterine), tetes Pitoksin di naikkan jangan melebihi 2 m U/ menit

atau di naikkan dengan interval < 30 menit, amniotomi pada fase aktif, infus

intraamniotik dengan 300 - 500 mL NaCl hangat selama 30 menit yaitu untuk

mengatasi.

9) Oligohidramnion dan mekoneum, konfirmasi kesejahteraan janin.

10) Dilakukan Sectio Caesaria, jika gawat janin (deselerasi lambat, pewarnaan

mekoneum), gerakan janin abnormal (< 5 kali / 20 menit), contraction stress test

(CST), berat Badan > 4000 gr, malposisi, malpresentasi, partus > 18 jam, bayi belum

lahir, menurut Kurniawati (2009 : IX 41-42).

11) Dilakukan vakum ekstraksi, syarat vakum, menurut Manuaba (2003 : 159) yaitu :

a) Pembukaan minimal 5.

b) Ketuban negatif atau dipecahkan.

c) Anak hidup, letak kepala atau bokong.

75
76

d) Penurunan minimal H II.

e) His dan reflek mengejan baik.

K. Pengelolaaan Selama Persalinan Hamil Serotinus

Menurut Kurniawati (2009) yaitu pengolalaan selama persalinan tentang serotinus

sebagai berikut :

1) Pemantauan yang baik terhadap ibu (aktivitas uterus) dan kesejahteraan janin.

2) Hindari penggunaan obat penenang atau analgetika selama persalinan.

3) Awasi jalannya persalinan.

4) Persiapan oksigen dan bedah sesar bila sewaktu-waktu terjadi kegawatan janin.

5) Cegah terjadinya aspirasi mekoneum dengan segera mengusap neonatus dan

dilanjutkan resusitasi sesuai dengan prosedur pada janin dengan cairan ketuban

bercampur mekoneum.

6) Segera setelah lahir, bayi harus segera di periksa terhadap kemungkinan

hipoglikemia, hipovolemi, hipotermi, dan polisitemi.

7) Pengawasan ketat terhadap neonatus dengan tanda-tanda serotinus.

8) Hati-hati kemungkinan terjadinya distosia bahu.

9) Perlu kita sadari bahwa persalinan adalah saat paling berbahaya bagi janin serotinus

sehingga setiap persalinan kehamilan serotinus harus dilakukan pengamatan ketat dan

sebaiknya dilaksanakan di Rumah Sakit.

76

You might also like