You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ca mamae adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan pada payudara,
berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobulusnya) maupun komponen
selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan payudara
(Rasjidi, 2010).
Menurut Kumar dkk (2009), kurva insident usia pada ca mamae bergerak naik terus sejak
usia 30 tahun. Kanker ini jarang di temukan pada wanita usia 20 tahun. Angka tertingi pada
usia 45-66 tahun.
Keperawatan paliatif adalah adalah setiap bentuk perawatan medis atau perawatan
yangberkonsentrasi pada pengurangan keparahan gejala penyakit, daripada berusaha untuk
menghentikan, menunda, atau sebaliknya perkembangan dari penyakit itu sendiri atau
memberikan menyembuhkan.Tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan
penyakit. Dan yang ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya (WHO, 2010).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia adalah
kanker paru-paru, ca mamae, kanker usus besar, kanker lambung dan kanker hati. Sementara
data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker
adalah kanker leher rahim, ca mamae, kanker getah bening, kulit dan kanker nasofaring. Ca
mamae merupakan kanker terbanyak yang diderita oleh wanita. Angka kematian akibat ca
mamae mencapai 5 juta pada wanita. Ca mamae merupakan penyebab kematian karena
kanker tertinggi pada wanita yaitu sekitar 19%. Lima data terakhir menunjukkan bahwa kema
tian akibat ca mamae pada wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi (WHO).
Penyebab masalah Tidak satupun penyebab spesifik dari ca mamae,sebaliknya
serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapt
menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa
perubahan genetik belum berkaitan dengan ca mamae, namun apa yang menyebabkan
perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau
mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein yang menekan atau menigkatkan
perkembangan ca mamae.(Brunner dan Sudart, 2001).
Akibat dari ca mamae Kehilangan mammae dapat menjadi pukulan yang hebat terhadap
rasa percaya diri wanita karena wanita yang telah mengalami mastectomy merasa kurang
menarik, kurang seksual dan kurang puas dengan penampilan fisik mereka. Menangani ca
mammae bukan hanya sekedar menyelamatkan nyawa atau sebuah mammae, melainkan
usaha pencapaian kualitas hidup terbaik(Lincoln and Wilensky, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
a. Apa Definisi dari ca mamae ?
b. Apa klasifikasi dari ca mamae ?
c. Apa etiologi dari ca mamae ?
d. Bagaimana patofisiologi ca mamae ?
e. Bagaimana pathway pada ca mamae ?
f. Apa manifestasi klinis dari ca mamae ?
g. Apa pemeriksaan penunjang ca mamae ?
h. Apa saja pencegahan ca mamae ?
i. Bagaimana penatalaksanaan ca mamae ?
j. Bagaimana menyusun pengkajian dari ca mamae?
k. Bagaimana menyusun analisis data dari ca mamae?
l. Apa saja diagnosa yang muncul dari ca mamae ?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Diperolehnya pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
paliatif dan keperawatan keluarga dengan masalah kesehatan ca mamae
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan Definisi dari ca mamae
b. Mampu menjelaskan klasifikasi dari ca mamae
c. Mampu menjelaskan etiologi dari ca mamae
d. Mampu menjelaskan Patofisiologi dari ca mamae
e. Mampu menjelaskan pathway pada ca mamae
f. Mampu menjelaskan manifestasi dari ca mamae
g. Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang dari ca mamae
h. Mampu menjelaskan pencegahan ca mamae
i. Mampu menjelaskan Penatalaksanaan dari ca mamae
j. Mampu menyusun pengkajian dari ca mamae?
k. Mampu menyusun analisis data dari ca mamae?
l. Mampu menyusun diagnosa yang muncul dari ca mamae ?
1.4 Manfaat
Manfaatnya yaitu :
 Kami sebagai mahasiswa dapat mampu menjelaskan mulai dari definisi, klasifikasi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, dan
Penatalaksanaan dari ca mamae.
 Selain itu, kami juga dapat mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan dari Contoh
Kasus ca mamae.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Ca mamae adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan pada payudara, berasal
dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobulusnya) maupun komponen selain
kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan payudara (Rasjidi,
2010).

Menurut Kumar dkk (2009), kurva insident usia pada ca mamae bergerak naik terus sejak
usia 30 tahun. Kanker ini jarang di temukan pada wanita usia 20 tahun. Angka tertingi pada
usia 45-66 tahun.Ca mamae merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya
pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di
kendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan Suddarth,
2005 ).
2.2 Klasifikasi
Pembagian stadium menurut Portman yang disesuaikan aplikasi klinik yaitu:

1. Stadium 1
Tumor teraba dalam payudara, bebas dari stadium jaringan sekitarnya, tidak
ada fixasi/ infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot). Besar tumor 1-2
cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjer getah bening regional belum teraba.
Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya agar sel kanker tidak dapat
menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini,
kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah 70%.
2. Stadium II
Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5-5 cm, sudah ada atau beberapa
kelenjer getah bening axila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm.
Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi
dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal.
Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah 30-40%.
3. Staium III A
Tumor sudah meluas pada payudara, besar tumor 5-10 cm, tapi masih bebas di
jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening axila masih bebas satu sama lain. Menurut
data Depkes, 87% ca mamae ditemukan pada stadium ini.
4. Stadium III B
Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah, ada edema (lebih dari
sepertiga permukaan kulit payudara) ulserasi, kelenjar getah bening axila melekat satu
sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm. Kanker sudah
menyebar pada seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang
rusuk dan otot dada.
5. Stadium IV
Tumor seperti pada stadium I,II,III tapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening
axila supra-klafikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah merembet menyerang
bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang
ada di batang leher. Tindakan yang harus dilakukan adalah mengangkat payudara.
Tujuan pengobatan pada palliative bukan lagi kuratif(menyembuhkan).
2.3 Etiologi

Tidak satupun penyebab spesifik dari ca mamae,sebaliknya serangkaian faktor genetik,


hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapt menunjang terjadinya kanker ini.
Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetik belum berkaitan dengan
ca mamae, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui.
Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh
protein yang menekan atau menigkatkan perkembangan ca mamae. Hormon steroid yang
dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam ca mamae.Dua hormone ovarium
utama-estradiol dan progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, yang
dapat mempengaruhi factor pertumbuhan bagi camamae(Brunner dan Sudart, 2001).

Faktor resiko timbul ca mamae terdiri dari faktor resiko yang tidak dapat di ubah
(unchangeable) dan dapat di ubah (changeable) yaitu :

2.3.1 Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable)


a. Umur
Semakin bertambahnya umur meningkat resiko ca mamae. Wanita paling
sering terserang ca mamae adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di
bawah wanita 40 tahun juga dapat terserang ca mamae, namun resikonya
lebih rendah dibandingkan wanita berusia diatas 40 tahun.
b. Menarche Usia Dini
Resiko terjadinya ca mamae meningkat pada wanita yang mengalami
menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih
awal berhubungan dengan lamanya paparan hormone estrogen dan
progesterone pada wanita yang berpengaruh terhadap proses proliferasi
jaringan termasuk jaringan payudara.
c. Menoupause usia lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami
ca mamae. Sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor jauh sebelum
terjadinya perubahan klinis. Kurang dari 25% ca mamae terjadi pada masa
sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor
terjadinya perubahan klinis.
d. Riwayat keluarga
Terdapat peningkatan resiko menderita ca mamae pada wanita yang
keluarganya menderita ca mamae tertentu. Apabila BRCA 1 (Breast
Cancer 2),yaitu suatu kerentanan terhadap ca mamae, untuk terjadi ca
mamae sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70
tahun. 10% ca mamae bersifat familial. Pada studi genetik ditemukan
bahwa ca mamae berhubungan dengan gen probabilitas.
e. Riwayat penyakit payudara jinak
Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki
peningkatan resiko untuk mengalami ca mamae. Menurut penelitian
Brinton (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang
mempunyai tumor payudara (adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis)
mempunyai resiko 2,0 kali lebih tinggi untuk mengalami ca mamae 4,0
kali lebih besar untuk terkena ca mamae (RR=4,0).
2.3.2 Faktor resiko yang dapat diubah / dicegah (changeable) :
a. Riwayat kehamilan
Usia lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan resiko mengalami
ca mamae. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan
desain cohort, wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun
mempunyai resiko 3,6 kali lebih besar dibandingkan wanita yang
kehamilan pertama sebelum 35 tahun untuk terkena ca mamae (RR=3,6).
Wanita yang multipara atau belum pernah melahirkan mempunyai faktor
resiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita multipara atau sudah lebih
dari sekali melahirkan untuk terkena ca mamae (RR=4,0)
b. Obesitas dan konsumsi lemak tinngi
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan ca mamae pada
wanita pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu
faktor resiko terjadinya ca mamae.
c. Penggunaan Hormone dan Kontrasepsi Oral
Hormone berhubungan dengan terjadinya ca mamae. Wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami ca mamae.
Kandungan estrogen dan progestron pada kontrasepsi oral akan
memberikan efek proliferasi berlebih pada kelenjer payudara. Wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai resiko
untuk mengalami ca mamae sebelum menopause.
d. Konsumsi Rokok
Wanita yang merokok meningkatkan resiko untuk mengalami ca mamae
daripada waita yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS
Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahawa
diperkirakaan resiko bagi wanita yang merokok untuk terkena ca mamae
2,36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok
(OR=2,36).
e. Riwayat Keterpaparan Radiasi
Radiasi diduga meningkatkan resiko kejadian ca mamae. Pemajanan
terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun
meningkatkan resiko ca mamae.
2.4 Patofisiologi

Ca mamae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal, mula-
mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut
menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Karsinoma membutuhkan waktu 7 tahun
untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba
(kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari karsinoma mammae
telah bermetastasis. Karsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke
jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah (Prince, Sylvia, Wilson
Lorrairee M, 1995).

Tumor / neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri:proliferasi yang
berlebihan dan tak berguna,yang tak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya.Proliferasi
abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan meninfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar keorgan-organ yang jauh.Didalam sel
tersebut telah terjadi perubahan secara biokimiawi terutama dalam maligna dan berubah
menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal (Prince,A Sylvia.2006).

Transformasi sel-sel kanker dibentik dari sel-sel normal dalam suatu proses rumut yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi, promosi dan progresi. Pada tahap
inisiasi terjadi suatu perubahan dalam genetiksel yang memancing selmenjadi
maligna.perubahan dalam denetic sel ini disebabakan oleh suatu gen yang disebut dengan
karsinogen,yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi atau penyinaran dan sinar matahari.
Tetapi, tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen harus
merupakan mutagen yang dapat menimbulkan mutasi pada gen (Sukarja,2000).

Apabila ditemukan suatu kesalahan maka basa-basa DNA yang terlihat akan dipotong dan
diperbaiki. Namun, kadang terjadi transkripsi dan tidak terdeteksi oleh enzim-enzim
pengoreksi. Pada keadaan tersebut akan timbul satu atau lebih protein regulator yang akan
mengenali kesalahan resebut dan menghentikan sel dititik tersebut dari proses
pembelahan.pada titik ini, kesalahan DNA dapat diperbaiki,atau sel tersebut deprogram untuk
melakukan bunuh diri yang secara efektif menghambat pewarisan kesalahan sel-sel keturunan
jika sel tersebut kembali lobs, maka sel tersebut akan menjadi mutasi permanen dan bertahan
di semua keturunan dan masuk ketahap irreversible (Cerwin ,2000).

Pada tahap promosi kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promoter,
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun
pun dapat membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan. Promotor
adalah zat non-mutagen tetapi dapat menikkan reaksi karsinogen dan tidak menimbulkan
amplifikasi gen produksi copi multiple gen (Sukarha, 2000).

Suatu sel yang telah megalami insiasi akan menjadi maligna. Sel yang belum melewati
tahap inisiasi tidak akan terpenngaruhi oleh promosi. Oleh karena itu, diperlukan beberapa
faktor untuk terj adinya suatu keganasan (gabungan dari sel yang akan peka dan suatu
karsinogen).

Pada tahap progresif terjadi aktivitas, mutasi, atau hilangnya gen.pada progresif ini timbul
perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Ca mamae menginvasi secara lokal dan
menyebar pertama kali melalui kelenjer getah bening regional, aliran darah, atau keduanya.
Ca mamae yang bermetastasis dapat mengenai seluruh organ tubuh, terutama paru-paru,
hepar, tulang, otak dan kulit (Weiss.M 2010).

Metastasis ca mamae biasanya muncul bertahun-tahun atau beberapa dekade setelah


diagnosis pertama dan terapi (Swart R, DAN Harris JE, 2011).

Stadium-stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaia Dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasienya,sudah sejauh mana tingkat
penyebaran kanker tersebut baik ke organ maupun penyebaran ketempat jauh.Stadium hanya
di kenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada tumor jinak.Untuk menentukan suatu
stadium,harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang
lainnya,yaitu histopologi,PA,rontgen,usg,danbila memungkinkan CT Scan,Scintigrafi
(Sukarja,2000)
2.5 Pathway

Penyakit Makanan dan berat badan : Radiasi : Riwayat


Fibrokistik: berat badan >>, hormon merangsang keluarga dan
papiloma, estrogen >>, gangguan pertumbuhan faktor genetik
hiperplasia atipik poliferasi sel (Hiperplasia) sel abnormal/
tumor

Penggunaan
Faktor hormon
Terpapar
Reproduksi : esterogen :
lebih lama
menarche pada Hiperplasia Gangguan penggunaan
dengan
umur muda, pada sel poliferasi sel obat
menopause pada hormon
antikoseptiva
umur lebih tua, estrogen mamae
oral jangka
kehamilan panjang
pertama pada
umur tua

Pembedahan MRM Mendesak Mendesak


Suplai nutrisi ke Mendesak
(modified radical sel saraf Pembuluh
jaringan ca jaringan sekitar
mastectomy darah

Suplai nutrisi ke Odem pada mamae


jaringan lain
Ukuran mamae Penekanan Aliran darah
mengecil pada sel saraf ke jaringan
Massa tumor mendesak
terhambat
BB menurun jaringan luar

MK: Gangguan
Body Image
MK: Nutrisi Perfusi jaringan
Kurang Dari Konsistensi
Kebutuhan Tubuh mamae Hipoksia
jaringan
MK :
ANSIETAS
ulkus
MK: Nyeri

Nekrotik
MK:
jaringan
Kerusakan
Integritas kulit

Bakteri
MK: Resiko Infeksi patogen
2.6 Manifestasi Klinis

Gejala- gejala kanker payudara yang tidak di sadari dan tidak di rasakan pada stadium dini
menyebabkan bayak penderita yang berobat dalam kondisi stadium lanjut. Hal tersebut akan
mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk di sembuhkan. Bila kanker
payudara dapat di ketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan (Ramli
M, 2013)

Gejala yang timbul data penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak , seperti:

 Timbul benjolan pada payudara yang dapat di raba dengan tangan, makin lama
benjolan makin keras dan bentuknya tidak beraturan.
 Saat benjolan mulai membesar,barulah mulai terasa nyeri saat ditekan, karena
tepenebalan pada kulit payudara.
 Bentuk, ukuran, berat salah satu payudara berubah bentuk karena terjadi
pembengkakan.
 Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil di bawah
ketiak.
 Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam yang tadinya
berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan.
 Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang tidak
sedang hamil.
 Luka pada payudara tidak sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati.
 Kulit payudara seperti mengerut kulit jeruk (peuau d’orange) akibat dari neoplasma
menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.
2.7 Pemeriksaan Diagnostik

Ada beberapa pemeriksaan penunjang.Namun secara umum terbagi 2 yaitu non invasive
dan invasive :

2.7.1 Non Invasive


a. Mammografi
Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar X yang
diradiasikan pada payudara. Kelebihan mammografi adalah kemampuan
mendeteksi tumor yang belum teraba (radius 0,5 cm) sekalipun masih dalam
stadium dini.Waktu yang tepat untuk melakukan mammografi pada wanita
usia produktif adalah hari ke 1-14 dari siklus haid. Pada perempuan usia
nonproduktif dianjurkan untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini
berbeda-beda berkisar antara 83%-95%.
b. Ultrasound
Ultrasound telah digunakan sejak awal 50-an. Alat tersebut sangat berguna dan
akurat dalam mengevaluasi densitas payudara dan dan akurat dalam
membedakan antara kista dengan massa padat. Namun untuk masa yang lebih
kecil antara 5-10 mm tidak dapat divisualisasi dan massa pada jaringan lemak
payudara sulit dievaluasi. Keuntungannya adalah tidak ada radiasi dan tidak
ada nyeri.
c. Computerised Topografi dan Magnetic Resonance Imaging Scans

Penggunaan CT dan MRI untuk scanning untuk mengevaluasi kelainan


payudara sekarang sudah mulai diselidiki. Teknik ini mengambil peran dalam
mengevaluasi axila, mediastinum dan area supralivikula untuk adenopati dan
membantu dalam melakukan stging pada proses keganasan.
2.7.2 Invasiv
a. Sitologi Aspirasi
Sitologi aspirasi dilakukan menggunakan jarum halus (ukuran 20 atau yang
lebih kecil) dengan spuit untuk mengaspirasi sel pada area yang dicuriga, lalu
dismear di atas slide dan difiksasi segera dan diwarnai untuk evaluasi sitologi.
Jika specimen diambil secara tepat, prosedur ini sangat akurat. Namun
pemeriksaan ini tidak dapat untuk memeriksa gambaran histopatologi jaringan
sebab pemeriksaan ini tidak mampu mengambil struktur jaringan sekitar.
Teknik stereotaktik untuk sampling lesi nonpalble sudah menjadi hal umum
diamerika serikat. Kelemahan teknik ini adalah ketidak mampuan untuk
menentukan secara akurat resptor estrogen dan progesterone pada specimen
yang sangat kecil. Untuk menegtahui resptor menggunakan teknik ini sudah
dikembangkan namun masih belum merata keberadaanya dilaboratorium
patologi anatomi.
b. Core Needle Biopsy (CNB)
Biopsi jarum dengan menggunakan jarum bor yang besar sering dilakukan.
Hal tersebut lebih invasive dibandingkan dengan aspires jarum. CNB lebih
akurat dan bisa digunakan untuk menentukan reseptor estrogen dan
progesterone serta bisa dilakukan untuk memeriksa gambaran histopatologi.
c. Biopsy
Ini bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan ultrasound. Biopsi
TerbukaTerdapat berbagai macam teknik biopsy terbuka yaitu:
a) Biopsy Eksisi
Istilah biopsy Eksisi merujuk pada istilah yang berarti dengan
mengangkat seluruh massa yang terlihat dan biasanya dengan sedikit
batas jaringan yang sehat. Hal tersebut perlu direncanakan secara hati-
hati dan curiga lesinya bersifat gana. Kebanyakan boipsi bisa
dilakukan dengan lokal anestesi. Namun dengan kenyamanan pasien
biasa dilakukan dengan sedasi intravena. Poting beku biasa dilakukan
dan bisa disimpan untuk tes resptor estrogen dan progesterone.
b) Biopsi Insisi
Untuk lesi yang besar dan sulit untuk dilakukan biopsy eksisi biasanya
dilakukan biopsy insisi dengan hanya mengambil sedikit jaringan. Hal
ini bisa dilakukan dalam anestesi lokal dan cukup nyaman pada pasien
poli.
c) Needle-Guided Biopsy (GNB)
Skrinning mammografi bisa digunakan untuk melihat lesi
mencurigakan sebelum muncul secara klinis. Dan hal tersebut bisa
dijadikan petokan dalam melakukan biopsy jarum dengan bantuan
mammografi. Teknik ini dilakukan atas dasar prinsip menghilangkan
lesi secara presisi tanpa mengorbankan jaringan sehat sekitar. Pasien
dilakukan mamografi yang disesuaikan dengan film aslinya dan
dilakukan introduks berdasarkan gambaran film tersebut. Jadi bisa
disimpulkan NGB merupakan biopsy dengan bantuan mamograf.

d) Ultrasound-Guided Biopsy (UGB)


Untuk lesi yang tidak teraba anamun terlihat gambarannya melalui
ultrasound. Bisa dilakukan dengan pasien pada posisi supine, dan
payudara discan menggunakan tranducer. Lalu kulitnya ditandai
dengan pensil; lalu dilakukan biopsy secara standard. Aspirasi kista
juga bisa dilakukan dengan bantuan ultrasound.
e) Nipple Discharge Smear (NDS)
Setelah menekan daerah puting maka akan keluar cairan .cairan yang
bisa keluar bisa diusap pada gelas kaca difikasi dan dapat dilihat untuk
dievaluasi secara sitologi. Dilaporkan, sitologi dari NDS memiliki hasil
negative palsu sebesar 18% dan positif sebesar 2,5% jadi dibutuhkan
ketelitian dan kehatihatian dalam menginterprestasi hasil tersebut.
f) Nipple Biopsy
Perubahan epithelium dari puting sering terkait dengan gatal atau
nipple discharge biasa diperbolehkan untuk dilakukan biopsy puting.
Sebuah potongan nipple /areola complex bisa dieksisi dalam lokal
anatesi dengan tepi minimal.
2.8 Pencegahan
Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan insidens kanker
payudara dan secara tidak langsung akan menurun angka kematian akibat kanker payudara.
2.8.1 Pencegahan Primodial
Pencegahan primodial yaitu upaya pencegahan yang ditujukan kepada orang
sehat yang memiliki faktor resiko. Upaya yang dimaksudkan dengan
menciptakan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan kanker payudara
tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko
lainnya. Pencegahan primodial dilakukan melalui promosi kesehatan yang
ditunjukan pada orang sehat melalui upaya pola hidup sehat.
2.8.2 Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang
sudah memiliki faktor resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan
primer dilakukan melalui upaya menghindari diri dari keterpaparan berbagai
faktor resiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Konsep dasar dari
pencegahan primer adalah menurunkan insiden kanker payudara yang dapat
dilakukan dengan:
 Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.
 Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolahraga.
 Menghindari terlalu banyak terkena sinar X atau jenis radiasi lainnya.
 Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat.Serat akan
menyerap zat-zat yang bersifat karsinigen dan lemak, yang kemudian
membawanya keluar melalui feces.
 Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahan seperti tahu atau
tempe. Kedelai mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah
kanker dan genestein yang berfungsi sebagai ektrogen nabati
(fitoestrogen). Ektrogen nabati ini akan menempel pada reseptor
estrogen sel-sel epitel saluran kelenjer susu, sehingga akan
menghalangi estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang
akan merangsang tumbuhnya sel kanker.
 Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama
yang mengandung vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia, seperti
jeruk, wortel, tomat, labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak, kangkung,
kacang-kacangan dan biji-bijian.
Hampir setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita sendiri dari pada
oleh dokter. Karena itu, wankita hares mewaspadai setiap [perubahan yang terjadi pada
payudara. Untuk mampu menjelaskan perubahan-perubahantersebut dilakukan pemeriksaan
sederhana yang disebut pemeriksaan payudar sendiri (SADARI).
SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan secara teratur. Cara ini sangat efektif di
Indonesia karena tidak semua rumah sakit menyediakan fasilitas pemeriksaan memadai.
Kebiasaan ini memudahkan kita untuk menemukan perubahan pada payudara dan bulan ke
bulan. Pemeriksaan optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi
karena pada masa itu retensi cairan minimal dan payudara dalam keadaan lembut dan tidak
membengkak sehingga jika ada pembengkakan akan lebih mudah ditemukan. Jikan suadah
menopause maka pilihlah satu hari tertentu, misalnya hari pertama untuk mengingatkan
melakukan SADARI setiap bulan. 17,23 SADARI dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Langkah 1 : Berdiri didepan cermin, pandanglah kedua payudara. Letakkan kedua
tangan dipinggang dan dorong siku ke depan agar otot-otot dada menegang.
Perhatikan kemungkinan adanya perubahan yang tidak biasa seperti cairan dari
puting, pengerutan, penarikan atau pengelupasan kulit
2. Langkah 2 : Lebih diarahkan perhatian kecermin, tangkaplah kedua tangan di
belakang kepal dan tekan ke depan (gambar 2).
3. Langkah 3 : Angkat lengan kanan. Pergunakan 3-4 jari tangan kiri
untuk memeriksa payudara kanan secara lembut, hati- hati dan secara menyeluruh.
Dimulai dari bagian tepi sisi luar, tekankan ujung jari tangan membentuk
lingkaran itu secara lambat seputar payudara. Secara bertahap lakukan kearah
puting. Pastikan mencakup seluruh payudara. Berikan perhatian khusus di daerah
antara payudara dengan ketiak, termasuk bagian ketiak kiri. akan untuk setiap
ganjalan yang tidak biasa atau di bawah kulit (gambar 3 dan 4).
4. Langkah 4 : Dengan lembut, pijit puting susu dan lihat jika ada cairan yang keluar.
Tidak normal apabila keluar darah atau adanya cairan yang spontan (gambar 5).
5. Langkah 5 : Ulangi langkah (3) dan (4) dengan posisi berbaring. Berbaringlah di
tempat dengan permukaan rata. Berbaringlah dengan lengan kanan dibelakang
kepala dan bantal kecil atau lipatan handuk diletakan di bawah pundak. Posisi
menyebabkan payudara menjadi rata dan membuat pemeriksaan lebih mudah.
Lakukan gerakan melingkar yang sama seperti pada tahap (3) dan (4). Lakukan
pula untuk payudara kiri (gambar 6)
2.8.3 Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi akibat-
akibat yang lebih serius dari penyakit kanker payudara melalui diagnosa dan deteksi dini dan
pemberian pengobatan.
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Penatalaksanaan Medis
Adanya beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya
tergantung pada stadium klinik payudara. Pengobatan kanker payudara
biasanya meliputi pembedahan/ operasi, radioterapi/ penyinaran, kemoterapi,
dan terapi hormonal. Penatalaksanaan medis biasanya tidak dalam bentuk
tunggal, tetapi dalam beberapa kombinasi yaitu :
a. Pembedahan/operasi
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara
yang terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama dilakukan
pada kanker payudara stadium I dan II. Pembedahan dapat bersifat kuratif
(menyembuhkan) maupun paliatif (menghilangkan gejala-gejala penyakit).
Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat dilakukan
dengan 3 cars yaitu:
 Masektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan
sebagian dari payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan
pemberian pemberian terapi. Biasanya lumpektomi
direkomendasikan pada penderita yang besar tumornya kurang dari
2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
 Masektomi total (masetomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara saja, tetapi bukan kelenjer di ketiak.
 Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan
tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak.
b. Radioterapi
Radiologi yaitu proses penyinaraan pada daerah yang terkena kanker
dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh
sel kanker yang masih terisisa di payudara setelah payudara.tindakan ini
mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan
berkurang, warna kulit disekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan
leukosit cendrung menurun sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan ini
biasanya diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau masektomi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam
bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infuse yang bertujuan membunuh
sel kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker
yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari
kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut
rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
d. Terapi hormonal
Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormone estrogen,
oleh karena itu tindakan mengurangi pembentukan hormone dapat
menghambat laju perkembangan sel kanker, terapi hormonal disebut juga
dengan therapi anti estrogen karena system kerjanya menghambat atau
menghentikan kemampuan hormone estrogen yang ada dalam
menstimulus perkembangan kanker pada payudara.
2.10 Komplikasi
1. Limpedema
Limfedema terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe
bersirkulasi umum tidak berfungsi dengan kuat. Jika nodus axilaris dan sistem limfe
diangkat maka sistem kolater dan axilaris harus mengambil ahli fungsi mereka.
Limfedema dapat dicegah dengan meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi
yang prokximal. Jika terjadi limfedema keluasan biasanya berhubungan dengan
jumlah saluran limfatik kolateral yang diangkat selama pembedahan (Brunner &
Suddharta,2011).
2. Sidroma hiperkalsemik
Sidroma hiperkalsemik terjadi jika kanker menghasilkan hormon yang
meningkatkan kadar kalsium darah/ hormon yang secara langsung mempengaruhi
tulang.

You might also like