You are on page 1of 22

PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PERIKANAN DI

KECAMATAN MUNCAR, KABUPATEN BANYUWANGI

diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengolahan Limbah
Industri – IL4104

disusun oleh

Nama : Hendra Susanto

NIM : 15714003

PROGRAM STUDI REKAYASA INFRASTRUKTUR LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri adalah kegiatan ekonomi berupa pengolahan bahan mentah, bahan
baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang
lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayaan industri. Di Indonesia, kegiatan industri merupakan salah satu unsur
penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dari kegiatan ini akan
menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan konsumen, menciptakan lapangan
pekerjaan bagi tenaga kerja, dan meningkatkan devisa negara apabila diimpor ke
luar negeri.
Dari hasil aktivitas industri, tentunya akan menghasilkan limbah industri.
Limbah merupakan sisa hasil buangan suatu aktivitas atau usaha, baik berupa
padat, cair maupun gas. Pada umumnya yang menjadi perhatian utama adalah
limbah cair karena sangat dekat di dalam proses produksi industri seperti
pencucian komponen-komponen peralatan dan lantai ruang produksi serta
pencucian/pembersihan bahan baku dimana aktivitas tersebut akan
membutuhkan air yang cukup banyak. Dari aktivitas tersebut menyebabkan
munculnya sisa buangan cairan atau limbah cair industri. Efluen dari air
limbah tersebut apabila tidak diolah dengan baik sebelum dibuang ke
lingkungan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Di Indonesia, setiap Pemerintah Daerah menetapkan peraturan mengenai
efluen baku mutu air limbah untuk setiap aktivitas atau usaha yang bertujuan agar
efluen dari air limbah tersebut aman untuk dibuang ke lingkungan dan tidak
membebankan kemampuan self purifikasi pada badan air. Peraturan ini ditetapkan
atas dasar kemampuan teknologi pengolahan air limbah yang umum digunakan
serta daya tampung lingkungan. Karena itu setiap daerah dapat memiliki nilai
efluen efluen baku mutu air limbah yang berbeda-beda tergantung kepada kondisi
eksistingnya.
Industri Perikanan merupakan salah satu industri yang cukup berkembang di
wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta serta beberapa daerah
lainnya di luar Jawa. Kecamatan Muncar merupakan daerah yang dikenal akan
kawasan industri pengolahan ikan. Saat ini banyak industri pengolahan perikanan
skala besar maupun skala kecil dan rumah tangga berkembang dengan pesat.
Limbah industri hasil pengolahan perikanan biasanya langsung di buang ke
saluran umum dan tanpa diolah terlebih dahulu. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran lingkungan. Untuk mengatasi masalah tersebut, Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah membuat prototipe IPAL
untuk mengolah air limbah hasil pengolahan perikanan. Prototipe ini dilakukan
pada salah satu industri pengolahan perikanan di Kecamatan Muncar dan terbukti
efluen air limbah memenuhi baku mutu. Karena itu penulis tertarik untuk
membahas sistem pengolahan air limbah hasil perikanan di Kecamatan Muncar.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah disebutkan diatas, adapun masalah yang dapat
dirumuskan antara lain:
 Bagaimana kualitas konsentrasi efluen air limbah hasil pengolahan
perikanan di Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi?
 Apakah kualitas konsentrasi efluen air limbah hasil pengolahan perikanan
di Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi memenuhi baku mutu
efluen?
 Apa sistem pengolahan air limbah hasil pengolahan perikanan yang
digunakan di Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi?
 Bagaimana efisiensi dari unit pengolahan air limbah hasil pengolahan
perikanan di Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari laporan ini yaitu :
1. Mengetahui konsentrasi efluen air limbah hasil pengolahan perikanan di
Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi
2. Membandingkan kualitas efluen air limbah hasil pengolahan perikanan di
Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi dengan efluen baku mutu
3. Mengetahui sistem pengolahan air limbah hasil pengolahan perikanan di
Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi
4. Mengetahui efisiensi dari unit pengolahan air limbah hasil pengolahan
perikanan di Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi
Adapun manfaat dari laporan ini yaitu :
1. Mengetahui efluen baku mutu air limbah hasil pengolahan perikanan
2. Mengetahui sistem pengolahan air limbah hasil pengolahan perikanan
yang digunakan
3. Mengetahui efisiensi dari unit pengolahan air limbah hasil pengolahan
perikanan yang digunakan.
BAB II

KONDISI EKSISTING

Industri pengolahan ikan di Muncar terdiri dari berbagai jenis industri


pengolahan ikan, antara lain; industri pembuatan tepung ikan, industri pembuatan
minyak ikan, industri pengalengan ikan, industri pembekuan ikan, industri petis
ikan dll. Pada awalnya Industri ini berkembang sejak zaman penjajahan
Belanda dan merupakan industri kecil, tetapi saat ini sebagian dari industri
ini saat ini telah berkembang menjadi industri besar yang berorientasi ekspor.
Dari hasil survei dan pendekatan penghitungan kapasitas produksi yang
dilakukan, pada industri pengolahan ikan skala besar dan menengah, maka
rata-rata produksi per harinya adalah sebagai berikut :
 Industri pengalengan ikan = 145 ton/hari,
 Industri tepung ikan = 505 ton/hari,
 Industri cold storage = 210 ton/hari,
 Industri minyak ikan = 29 ton/hari,
 Produk ikan lainnya = 320 ton/hari.
 Total kapasitas = 1.209 ton/hari.
Sementara untuk industri skala kecil / rumah tangga rata-rata produksi per
harinya adalah sebagai berikut :
 Industri tepung ikan = 80 ton/hari,
 Industri minyak ikan =23.400 lt/hari,
 Industri pemindangan ikan = 100 ton/hari,
Sebaran industri pengolahan ikan di Muncar ini meliputi 3 desa yaitu :
Desa Tembokrejo, Kedungrejo dan Blambangan. Berdasarkan sumbernya, air
limbah yang dihasilkan di kawasan industri pengolahan ikan ini
dikelompokkan atas 2 jenis, yaitu:
1. Air limbah domestik, yaitu air limbah yang berasal dari kamar mandi,
toilet, kantin, wastafel dan tempat wudu. Sesuai dengan aktivitasnya,
maka sumber air limbah domestik ini dihasilkan oleh semua industri
yang ada.
2. Air limbah produksi, berasal aktivitas produksi seperti pencucian
komponen-komponen peralatan dan lantai ruang produksi,
pencucian/pembersihan bahan baku, pembersihan isi perut ikan,
pemasakan, dan pembersihan lokasi pabrik. Secara detail daftar industri
besar dan kecil serta jenis usahanya dapat dilihat pada Tabel sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Daftar Industri Besar dan Kecil Serta Jenis Usaha Kabupaten Banyuwangi,
Kecamatan Muncar
DKP, Kab. Banyuwangi Hasil Survei Tim KLH,
Tahun 2006 BPPT,IPB, Tahun 2007
Jenis Industri
Jumlah Produksi Jumlah Produksi
(unit) (ton/hari) (unit) (ton/hari)
Industri Besar
Tepung Ikan 35 350-525 27 505
Pengalengan
7 35-105 13 145
Ikan
Cold Storage 23 115-230 27 210
Pemurnian
7 7-35 4 29,85
Minyak Ikan
Lain-lain
Industri Kecil
Pemindangan 30 90-150
Pengasinan 47 5-47
Petis, Terasi 7 0,35-0,7
Tepung Ikan
12 na
Rakyat
Minyak Ikan
na na
Rakyat
(Sumber: Laporan Pengelolaan Lingkungan Industri Pengolahan Ikan di Muncar.
Kedeputian Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan, KLH. 2007).
Gambar 2.1 Peta Sebaran Industri Pengolahan Perikanan di Kecamatan Muncar
Sumber: BPPT, 2007
BAB III

TEORI DASAR

3.1 Karakteristik Limbah Perikanan


Limbah cair industri perikanan mengandung bahan organik yang tinggi.
Tingkat pencemaran limbah cair industri pengolahan perikanan sangat tergantung
pada tipe proses pengolahan dan spesies ikan yang diolah (Ibrahim 2005).
Terdapat 3 tipe utama aktivitas pengolahan ikan, yaitu industri pengalengan dan
pembekuan ikan, industri minyak dan tepung ikan, dan industri pengasinan ikan
(Priambodo 2011). Karakteristik limbah cair perikanan dapat dilihat melalui
parameter pH, jumlah padatan terlarut, suhu, bau, BOD, COD, dan konsentrasi
nitrogen serta fosfor (FAO 1996).
Limbah cair industri pengolahan ikan memiliki karakteristik jumlah bahan
organik terlarut dan tersuspensi yang tinggi jika dilihat dari nilai BOD dan COD.
Lemak dan minyak juga ditemukan dalam jumlah yang tinggi. Terkadang padatan
tersuspensi dan nutrien seperti nitrogen dan fosfor juga ditemukan dalam jumlah
tinggi. Limbah cair industri pengolahan ikan juga mengandung sodium klorida
dalam konsentrasi tinggi dari proses pembongkaran kapal, air pengolahan, dan
larutan asin (Colic et al. 2007). Secara umum karakteristik limbah cair industri
pengolahan ikan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Karakteristik Limbah Perikanan
Industri Industri
Industri
pengalengan minyak ikan
Parameter Satuan pengasinan
dan pembekuan Dan tepung
ikan
ikan ikan
Amonia mg/L 37 1,659 101
BOD mg/L 35 204 127
COD mg/L 34 196 360
Lemak dan
mg/L 1,401 12,750 1,305
minyak
(Sumber: Priambodo, 2011)
Pengolahan limbah cair yang pertama dilakukan adalah penyaringan
(screening), sedimentasi (sedimentation), pemisahan lemak dan minyak, dan
pengapungan (flotation). Pengolahan limbah cair pada tahap pertama ini
dilakukan untuk padatan yang mengapung dan mengendap. Penyaringan dapat
menghilangkan padatan berukuran besar (lebih besar 0,7 mm). Sedimentasi
dilakukan untuk menghilangkan padatan tersuspensi yang ada pada limbah cair.
Limbah cair perikanan mengandung jumlah minyak dan lemak yang berbeda.
Gravity separation dapat dilakukan untuk menghilangkan minyak dan lemak
yang terdapat di permukaan dan tidak teremulsi. Pengapungan adalah
pengolahan limbah cair untuk menghilangkan minyak, lemak dan padatan
tersuspensi. Sistem pengapungan merupakan sistem pengolahan limbah yang
efektif karena dapat juga menghilangkan minyak dan lemak (FAO 1996).
Tahap kedua pengolahan limbah cair adalah proses biologi dan kimia yang
betujuan untuk menghilangkan material organik yang terdapat pada limbah cair.
Tujuan pengolahan limbah cair secara biologi adalah untuk menghilangkan
padatan yang tidak mengendap dan bahan organik terlarut dengan mikroba.
Mikroorganisme bertanggung jawab mendegradasi bahan organik dan
menstabilkan limbah organik. Pengolahan limbah cair secara biologi dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pengolahan limbah secara aerobik dan
anaerobik. Proses pengolahan secara aerobik terdiri dari sistem lumpur aktif,
aerated lagoons, aerasi, trickling filters, rotating biological contractors, dan
pilihan pengolahan aerobic lainnya. Proses pengolahan secara anaerobik terdiri
dari digestion system dan imhoff tanks. Pengolahan limbah cair dapat juga
dilakukan secara fisika kimia, antara lain coagulation-floculation dan
disinfection yang terdiri dari klorinasi dan ozonasi (FAO 1996).

3.2 Teknologi Pengolahan Air Limbah


Pengolahan air limbah bertujuan untuk menghilangkan parameter pencemar
yang ada di dalam air limbah sampai batas yang diperbolehkan untuk dibuang ke
badan air sesuai dengan syarat baku mutu yang diizinkan atau sampai memenuhi
kualitas tertentu untuk dimanfaatkan kembali. Pengolahan air limbah secara garis
besar dapat dibagi yakni pemisahan padatan tersuspensi (solid–liquid
separation), pemisahan senyawa koloid, serta penghilangan senyawa polutan
terlarut. Ditinjau dari jenis prosesnya dapat dikelompokkan : proses pengolahan
secara fisika, proses secara kimia, proses secara fisika-kimia serta proses
pengolahan secara biologis.
A.Pengolahan Fisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air
buangan, bahan-bahan tersuspensi yang berukuran besar dan mudah mengendap atau
bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening)
merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi
yang berukuran besar dan terapung. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap
dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain
yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap
partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.
1. Proses Screening (Penyaringan)
Di dalam proses pengolahan air limbah, screening (saringan) atau
saringan dilakukan pada tahap paling awal. Saringan untuk penggunaan umum
dapat digunakan untuk memisahkan bermacam-macam benda padat yang ada di
dalam air limbah, misalnya kertas, plastik, kain, kayu, benda dari logam dan
lain-lain. Benda-benda tersebut jika tidak dipisahkan dapat menyebabkan
kerusakan pada sistem pemompaan dan unit peralatan pemisah lumpur
misalnya weir, block valve, nozzle, saluran serta perpipaan. Hal tersebut
dapat menimbulkan masalah yang serius terhadap operasional maupun
pemeliharaan peralatan. Saringan yang halus kadang-kadang dapat juga
digunakan untuk memisahkan padatan tersuspensi.
2. Unit Pemisah Pasir (Grit Removal)
Di dalam proses pengolahan air limbah pasir, kerikil halus, dan juga
benda-benda lain misalnya kepingan logam, pecahan kaca, tulang, dan lain
lain yang tidak dapat membusuk, harus dipisahkan terlebih dahulu. Hal ini
dilakukan untuk melindungi kerusakan pada peralatan mekanik seperti pompa,
flow meter dan lain-lain.
3. Sedimentasi
Merupakan suatu unit operasi untuk menghilangkan materi tersuspensi
atau flok kimia secara gravitasi. Proses sedimentasi pada pengolahan air
limbah umumnya untuk menghilangkan padatan tersuspensi sebelum
dilakukan proses pengolahan selanjutnya. Gumpalan padatan yang terbentuk
pada proses koagulasi masih berukuran kecil. Gumpalan-gumpalan kecil ini
akan terus saling bergabung menjadi gumpalan yang lebih besar dalam proses
flokulasi. Dengan terbentuknya gumpalan- gumpalan besar, maka beratnya
akan bertambah, sehingga karena gaya beratnya gumpalan-gumpalan tersebut
akan bergerak ke bawah dan mengendap pada bagian dasar tangki
sedimentasi. Bak sedimentasi dapat berbentuk segi empat atau lingkaran.
Pada bak ini aliran air limbah sangat tenang untuk memberi kesempatan
padatan/suspensi untuk mengendap.

B. Pengolahan Kimia
Biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak
mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat
organik beracun, dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.
Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan
sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah
diendapkan (koagulasi-flokulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-
reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.
1. Proses Koagulasi – Flokulasi
Partikel-partikel yang sangat halus maupun partikel koloid yang terdapat
dalam air limbah sulit sekali mengendap. Oleh karena itu perlu proses
dilakukan penambahan bahan kimia agar partikel-partikel yang sukar
mengendap tadi menggumpal menjadi besar dan berat sehingga kecepatan
pengendapannya lebih besar. Koagulasi adalah proses destabilisasi partikel
koloid dengan cara penambahan senyawa kimia yang disebut koagulan.
Koloid mempunyai ukuran tertentu sehingga gaya tarik menarik antara partikel
lebih kecil dari pada gaya tolak menolak akibat muatan listrik. Pada kondisi
stabil ini penggumpalan partikel tidak terjadi dan gerakan Brown
menyebabkan partikel tetap berada sebagai suspensi. Melalui proses koagulasi
terjadi destabilisasi, sehingga partikel-partikel koloid bersatu dan menjadi
besar. Dengan demikian partikel-partikel koloid yang pada awalnya sukar
dipisahkan dari air, setelah proses koagulasi akan menjadi kumpulan partikel
yang lebih besar sehingga mudah dipisahkan dengan cara sedimentasi, filtrasi
atau proses pemisahan lainnya yang lebih mudah. Flokulasi adalah proses
penggumpalan (agglomeration) dari koloid yang tidak stabil menjadi gumpalan
partikel halus (mikro-flok), dan selanjutnya menjadi gumpalan patikel yang
lebih besar dan dapat diendapkan dengan cepat. Senyawa kimia lain yang
diberikan agar pembentukan flok menjadi lebih cepat atau lebih stabil
dinamakan flokulan atau zat pembantu flokulasi (flokulan aid).

C. Pengolahan Biologi
S e m u a ai r b u a n g a n ya n g biodegradable dapat diolah secara
biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi
dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam
beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi
dengan segala modifikasinya.
Di dalam proses pengolahan air limbah khususnya yang mengandung
polutan senyawa organik, teknologi yang digunakan sebagian besar
menggunakan aktifitas mikroorganisme untuk menguraikan senyawa polutan
organik tersebut. Proses pengolahan air limbah dengan aktifitas mikro-
organisme biasa disebut dengan “Proses Biologis”.
Proses pengolahan air limbah secara biologis tersebut dapat dilakukan pada
kondisi aerobik (dengan udara), kondisi anaerobik (tanpa udara) atau
kombinasi anaerobik dan aerobik. Proses biologis aeorobik biasanya
digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban BOD yang tidak terlalu
besar, sedangkan proses biologis anaerobik digunakan untuk pengolahan air
limbah dengan beban BOD yang sangat tinggi. Menurut Bitton (1994),
proses pengolahan air limbah secara biologis dapat dibagi menjadi tiga yakni
proses biologis dengan biakan tersuspensi (suspended culture), proses
biologis dengan biakan melekat (attached culture) dan proses pengolahan
dengan sistem lagoon atau kolam.
Proses biologis dengan biakan tersuspensi adalah sistem pengolahan dengan
menggunakan aktivitas mikroorganisme untuk menguraikan senyawa
polutan yang ada dalam air dan mikroorganime yang digunakan dibiakkan
secara tersuspensi di dalam suatu reaktor. Beberapa contoh proses pengolahan
dengan sistem ini antara lain : proses lumpur aktif standar/ konvensional
(standard activated sludge), step aeration, contact stabilization, extended
aeration, oxidation ditch dan lainnya.
Proses biologis dengan biakan melekat yakni proses pengolahan limbah
dimana mikroorganisme yang digunakan dibiakkan pada suatu media sehingga
mikroorganisme tersebut melekat pada permukaan media. Proses ini disebut
juga dengan proses film mikrobiologis atau proses biofilm. Beberapa contoh
teknologi pengolahan air limbah dengan cara ini antara lain: trickling filter,
rotating biological contactor, contact aeration/oxidation dan lainnnya.
Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan lagoon atau kolam
adalah dengan menampung air limbah pada suatu kolam yang luas dengan
waktu tinggal yang cukup lama sehingga dengan aktivitas mikroorganisme
yang tumbuh secara alami, senyawa polutan yang ada dalam air akan
terurai. Untuk mempercepat proses penguraian senyawa polutan atau
memperpendek waktu tinggal dapat juga dilakukan proses aerasi. Salah satu
contoh proses pengolahan air limbah dengan cara ini adalah kolam aerasi
atau kolam stabilisasi (stabilization pond). Proses dengan sistem lagoon
tersebut kadang- kadang dikategorikan sebagai proses biologis dengan biakan
tersuspensi.
Pemilihan teknologi pengolahan air limbah harus mempertimbangkan
beberapa hal yakni antara lain jumlah air limbah yang akan diolah, kualitas
air hasil olahan yang diharapkan, kemudahan dalam hal pengelolaan,
ketersediaan lahan dan sumber energi, serta biaya operasi dan perawatan
diupayakan serendah mungkin Setiap jenis teknologi pengolahan air limbah
mempunyai keunggulan dan kekurangannya masing-masing, oleh karena itu
dalam hal pemilihan jenis teknologi tersebut perlu diperhatikan aspek
teknis, aspek ekonomis dan aspek lingkungan, serta sumber daya manusia yang
akan mengelola.

D. Pengolahan Lumpur
Lumpur yang dihasilkan dari proses sedimentasi dan hasil
pengolahan biologis diolah lebih lanjut untuk mengurangi air yang masih
terkandung di dalamnya. Proses pengolahan lumpur yang bertujuan
mengurangi kadar air tersebut sering disebut dengan pengeringan lumpur. Ada
empat cara proses pengurangan kadar air yaitu secara alamiah, dengan tekanan
(pengepresan), dengan gaya sentrifugal dan dengan pemanasan.
Pengeringan secara alamiah dilakukan dengan mengalirkan atau memompa
lumpur endapan ke sebuah area pengering (drying bed) yang mempunyai luas
permukaan yang besar. Proses pengeringan berjalan dengan alamiah, yaitu
dengan panas matahari dan angin yang bergerak di atas area pengering lumpur
tersebut. Cara pengeringan seperti ini tentu saja sangat bergantung dari cuaca
dan akan bermasalah bila terjadi hujan. Bila lumpur tidak mengandung
bahan yang berbahaya, maka area pengering lumpur dapat hanya berupa
galian tanah biasa, sehingga sebagian air akan meresap ke dalam tanah
dibawahnya. Contoh pengeringan lumpur antara lain pengeringan lumpur
dengan cara tekanan (pengepresan) dan proses pengeringan lumpur dengan
gaya centrifugal (centrifuge).
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Industri pengolahan hasil perikanan adalah usaha dan/atau kegiatan di bidang


pengolahan hasil perikanan meliputi kegiatan di bidang pengolahan hasil
perikanan meliputi kegiatan penggalengan, pembekuan dan/atau pembuatan
tepung ikan. Hasil efluen dari industri pengolahan ikan akan dibandingkan dengan
efluen baku mutu pengolahan ikan untuk mengetahui apakah efluen tersebut
memenuhi atau tidak. Baku mutu efluen yang digunakan adalah Keputusan
Gubernur Jawa Timur Nomor 45 Tahun 2002 Tentang Baku Mutu Limbah Cair
Industri Atau Kegiatan Usaha Lainnya Di Jawa Timur. Pada peraturan tersebut
juga tertera baku mutu efluen air lmbah, yang ditetapkan atas dasar kemampuan
teknologi pengolahan air limbah yang umum digunakan serta daya tampung
lingkungan. Adapun baku mutu efluen dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 4.1 Baku Mutu Air Limbah Untuk Industri Pengalengan/Pengolahan Ikan

Parameter Kadar maksimum


Volume Limbah Cair Maksimum 5m3/ton bahan baku ikan
BOD5 100 mg/l
COD 150 mg/l
TSS 30 mg/l
Minyak dan Lemak 6,5 mg/l
pH 6-9
(Sumber: LAMPIRAN I BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI INDUSTRI ATAU
KEGIATAN USAHA LAINNYA DI JAWA TIMUR TAHUN 2002)
Dari tabel dibawah, dapat diketahui bahwa untuk parameter seperti pH serta
minyak dan lemak telah memenuhi baku mutu efluen, sementara beberapa
parameter seperti BOD5, COD, dan TSS belum memenuhi baku mutu efluen.
Karena itu dibutuhkan adanya sistem pengolahan air limbah yang mampu
menurunkan konsentrasi dari parameter tersebut agar memenuhi baku mutu
sehingga tidak mencemari badan air.
Tabel 4.2 Perbandingan Efluen Air Limbah Pengolahan Ikan Dengan Efluen Baku Mutu

Efluen Baku Mutu Memenuhi


Kadar
Parameter (Kep Gub No 45 Baku
maksimum
Tahun 2002) Mutu/Tidak
tidak
BOD5 2670 mg/l 100 mg/l
memenuhi
tidak
COD 6245 mg/l 150 mg/l
memenuhi
tidak
TSS 1280 mg/l 30 mg/l
memenuhi
Minyak dan
5,79 mg/l 6,5 mg/l memenuhi
Lemak
pH 6,5 6-9 memenuhi
(Sumber: Pengolahan Data, 2018)
Pembuatan prototipe IPAL dilakukan untuk menguji seberapa efektif unit
pengolahan yang dipilih untuk mengolah air limbah hasil aktivitas pengolahan
perikanan. Dari hasil analisis kualitas efluen air limbah pengolahan perikanan
dipilih suatu sistem pengolahan air limbah yang meliputi pengolahan fisika,
kimia, dan biologi. Adapun pengolahan fisika, kimia, dan biologi yaitu sebagai
berikut:
Pengolahan fisika : saringan/bar screen, grit chamber, tangki pemisah aa
minyak, tangki pengendap.
Pengolahan kimia : koagulasi flokulasi, disinfeksi dan netralisasi
Pengolahan biologi : biofilter.
Pertama air limbah yang masih segar akan disalurkan ke bak penampungan
yang telah dilengkapi dengan saringan/bar screen, untuk memisahkan padatan-
padatan yang berukuran besar. Kemudian dari bak penampungan akan dipompa
menuju grit chamber untuk mengendapkan padatan yang berat seperti pasir-pasir
atau tanah. Dari grit chamber kemudian akan dialirkan ke tangki pemisah minyak
untuk memisahkan minyak dan lemak dari air limbah. Kemudian dari tangki
tersebut akan dialirkan secara gravitasi ke reaktor koagulasi flokulasi. Proses
koagulasi dilakukan dengan menambahkan koagulan berupa bahan kimia
(alum/tawas) dan pada reaktor ini juga dilengkapi dengan agitator. Setelah melalui
reaktor tersebut, air limbah akan dialirkan ke tangki pengendapan. Dari tangki
pengendapan selanjutnya akan dialirkan ke biofilter. Setelah dari biofilter
dilakukan disinfeksi dengan menggunakan kaporit untuk membunuh
mikroorganisme di dalam air limbah dan netralisasi berupa penambahan asam
(HCl) atau basa (NaOH) untuk mengatur pH air agar netral. Kemudian efluen air
limbah dapat dibuang ke badan air.

Gambar 4.1 Sistem Pengolahan Air Limbah Industri Pengolahan Perikanan


(Sumber: Setiyono dan S.Yudo, 2010)
Keterangan:
1.Bak Penampungan
2. Tangki Pemisah Minyak
3. Reaktor Koagulasi
4. Reaktor Flokulasi
5. Penambahan bahan koagulan
6. Penambahan bahan flocculant aid
7. Tangki Pengendapan
8. Biofilter Anaerob-Aerob
Adapun proses yang terjadi selama pengolahan dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Proses Flotasi
Aliran air limbah yang mengandung minyak dan lemak diberi tekanan
dengan kehadiran udara yang cukup untuk mendekati kejenuhan.
Akibatnya akan terbentuk gelembung-gelembung udara yang akan naik ke
permukaan dan membawa minyak dan lemak. Minyak dan lemak tersebut
naik ke permukaan karena pemerangkapan oleh gelembung-gelembung
udara tersebut. Proses ini terjadi pada tangki pemisah minyak, untuk
memisahkan minyak dan lemak sebelum masuk ke pengolahan berikutnya.
2. Proses Koagulasi-Flokulasi
Pada proses koagulasi dilakukan pengadukan cepat untuk mendestabilisasi
koloid pada air limbah sehingga nantinya akan pecah. Penambahan
koagulan dimaksudkan agar nantinya muatan positif pada koagulan yang
ditambahkan berikatan dengan muatan negatif pada koloid sehingga
nantinya akan membentuk flok dan mudah untuk diendapkan secara
gravitasi karena berat. Pada proses flokulasi dilakukan pengadukan lambat
agar flok yang terbentuk semakin besar. Penggabungan flok terjadi karena
adanya tumbukan antar partikel. Senyawa polutan seperti BOD, COD, dan
TSS dapat disisihkan pada proses ini dengan membentuk flok.
3. Proses Sedimentasi
Pada proses sedimentasi terjadi penyisihan materi tersuspensi secara
gravitasi karena berat massa jenis dari materi tersuspensi lebih besar dari
massa jenis air. Proses ini terjadi biasanya sebelum pengolahan utama
(prasedimentasi) atau sesudah proses kogulasi dan flokulasi Kecepatan
aliran dibuat tenang agar dapat mengendapkan materi tersuspensi. Waktu
detensi yang lama dan luas penampang bak yang besar memberikan
kesempatan kepada materi tersuspensi agar dapat mengendap. Senyawa
polutan seperti BOD, COD, dan TSS dapat diendapkan pada proses ini.
4. Proses Pengolahan Biologis
Efisiensi Biofilter Anaerob-Aerob sangat tinggi karena adanya kontak dari
air limbah dengan mikroorganisme dari air limbah maupun pada media
biofilm. Air limbah dilewatkan pada permukaan media kontak yang terlekat
dengan mikroorganisme (lapisan biofilm). Polutan organik di dalam air
limbah akan terurai menjadi gas CO2 dan CH4 dalam kondisi anaerob.
Kemudian polutan organik yang tersisa akan dikonversi menjadi CO2 dan
H2O, NH4 akan teroksidasi menjadi nitrit, dan H2S akan diubah menjadi
sulfat dalam kondisi aerob. Proses penguraian polutan organik dilakukan
oleh mikroroganisme pada lapisan biofilm tersebut. Senyawa polutan
seperti BOD, COD, dan TSS dapat disisihkan pada proses ini dengan
efisiensi yang cukup tinggi.
5. Proses Disinfeksi dan Netralisasi
Proses disinfeksi dilakukan untuk membunuh mikroorganisme patogen
dengan penambahan kaporit atau senyawa klor lainnya. Proses netralisasi
dilakukan untuk mengatur pH air agar tetap normal, biasanya pH air dijaga
pada rentang 6-9. Kedua proses ini dilakukan sebagai pengolahan terakhir
sebelum air yang diolah aman untuk dibuang ke badan air.
Kemudian setelah dilakukan start up selama kurang lebih 1,5 bulan, dilakukan
analisis kualitas air limbah pada salah satu industri pengolahan perikanan di
Muncar. Pengambilan sampel dilakukan pada empat titik, yaitu pada bak
ekualisasi, reaktor koagulasi flokulasi, biofilter, dan filtrasi. Dapat dilihat bahwa
parameter-parameter seperti BOD, TSS, dan COD telah memenuhi baku mutu
yang telah ditetapkan.
Tabel 4.3 Penyisihan Konsentrasi Parameter Pada Unit Pengolahan
Outlet
Outlet Bak Reaktor Outlet Bak Outlet
Parameter
ekualisasi koagulasi pengendap Biofilter
flokulasi
BOD5 4890,8 mg/l - 35,6 mg/l 5,2 mg/l
COD 12656,2 mg/l - 138,1 mg/l 20,7 mg/l
TSS 20458 mg/l 58 mg/l - -
Minyak dan
Telah memenuhi baku mutu
Lemak
pH Telah memenuhi baku mutu
(Sumber: Pengolahan Data, 2018)
Tabel 4.4 Efisiensi Penyisihan Konsentrasi Parameter Pada Unit Pengolahan

Reaktor
Bak Bak
Parameter koagulasi Biofilter
ekualisasi pengendap
flokulasi
BOD5 - - 99,3 % 85,4 %
COD - - 98,9 % 85 %
TSS - 99,7 % - -
Minyak dan
- - - -
Lemak
pH - - - -
(Sumber: Pengolahan Data, 2018)
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan ini yaitu :
1. Konsentrasi efluen air limbah hasil pengolahan perikanan di Kecamatan
Muncar, Kabupaten Banyuwangi yaitu terdiri dari BOD5 2670 mg/l;
COD 6245 mg/l; TSS 1280 mg/l; Minyak dan Lemak 5,79 mg/l; dan
pH 6,5.
2. Parameter pH serta minyak dan lemak telah memenuhi baku mutu
efluen, sementara untuk BOD5 , COD, dan TSS belum memenuhi baku
mutu efluen.
3. Sistem pengolahan air limbah hasil pengolahan perikanan di Kecamatan
Muncar, Kabupaten Banyuwangi terdiri dari saringan/bar screen, grit
chamber, tangki pemisah minyak, reaktor koagulasi flokulasi, tangki
pengendap, biofilter, dan disinfeksi.
4. Dari hasil analisis efluen air limbah pada salah satu industri pengolahan
perikanan menyatakan bahwa reaktor koagulasi flokulasi dapat
menyisihkan TSS sebesar 99,7%; bak pengendap dapat menyisihkan
BOD5 dan COD sebesar 99,3% dan 98,9%; Biofilter dapat menyisihkan
BOD5 dan COD sebesar 85,4% dan 85%.

5.2 Saran
1. Alternatif pengolahan limbah industri perikanan dapat menggunakan fixed
bed reactor, yaitu merupakan jenis pengolahan anaerob yang biasa
digunakan untuk pengolahan COD diatas 6000 ppm dengan efisiensi
mencapai 80%. Kelebihannya yaitu peralatannya yang murah dan mudah
dalam pengoperasiannya.
2. Penerapan teknologi produksi bersih pada industri perikanan yang
bertujuan untuk mengurangi limbah sebelum dilakukan pengolahan limbah
atau end of pipe treatment.
Daftar Pustaka
--------------”Laporan Verifikasi Kasus Pencemaran Kalimati Muncar–
Banyuwangi” Kantor Kementerian Lingkungan Hidup, tahun 2006.
Benefield, Larry, D and Randal, Cliiford.W. (1990), “Biological
Proccesses Design For Wastewater Treatment”. Prentice Hall, New York.
Colic M, W Morse, J Hicks, A Lechter and JD Miller. 2011. Case Study: Fish
Proccesing Plant Wastewater Treatment. Clean Water Technology, Inc.
Goleta, CA.
Kedeputian Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan, KLH, ”Laporan
Akhir Pengelolaan Lingkungan Industri Pengolahan Ikan di Muncar,
Banyuwangi,” tahun 2007.
Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 45 Tahun 2002 Tentang Baku Mutu
Limbah Cair Industri Atau Kegiatan Usaha Lainnya Di Jawa Timur.
Metcalf & Eddy, Inc., Wastewater Engineering Treatment : Treatment, and
Reuse Fourth Edition, McGraw-Hill, Inc., New York, 2014.
Muliani, Rizky Dwi. (2017). “Produksi Bersih Pada Industri Pangan Berbasis
Perikanan”. Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Pertanian, Program Studi
Teknologi Pangan, Fakultas Teknik Universitas PGRI .Semarang.
Prayudi, Teguh dkk. “Bagian 3 Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri
Makanan Dengan Bahan Baku Ikan, Udang, Unggas, dan Daging,” BPPT.
Priambodo, Guntur. “Technical and Social Impacts of Wastewater From Fish
Processing Industry in Kota Muncar of Indonesia”. Surabaya: Department of
Environmental Engineering Sepuluh Nopember Institute of Technology
(2011).
Said, N.I. (2000). “Pengolahan Air Limbah dengan Proses Biofilter
Anaerob-Aerob”. Jurnal Teknologi Lingkungan, BPPT. Jakarta.
Setiyono, S. Yudo, ”Laporan Akhir Prototipe Alat Pengolah Limbah
Industri Pengolahan Ikan di Muncar, Kab. Banyuwangi”, BPPT, 2006.

You might also like