You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit infeksi saluran pernafasan akut atau ISPA masih dianggap remeh oleh masyarakat.
Karena tanda-tanda yang muncul hanyalah batuk berdahak atau tidak berdahak dan seseg.
Akan tetapi berdasarkan penelitian dan kemajuan ilmu kedokteran, ISPA ternyata dapat
menyebabkan kematian. ISPA dapat disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Antara lain
masyarakat yang kurang memperhatikan lingkungannya. Bisa juga karena pola hidup yanbg
salah, virus serta bakteri.

Banyak diantara masyarakat yang kurang memahami tentang berbagai macam penyakit.
Misalnya saja mereka yang berpendidikan relative rendah yang kurang memperhatikan
lingkungan serta pola hidupnya.

Saat ini presentase terjadinya ISPA sudah tinggi. Terutama di Magelang, masyarakat terkena
ISPA sudah banyak, baik itu Rhinosinusitis, Sinusitis, dan Faringitis. Hal ini terbukti dengan
banyaknya pasien yang me;akukan pengobatan di Rumah Sakit Tk. II Dr. Soedjono
Magelang, melalui poliklinik maupun yang rawat inap di bangsal. Akan tetapi, pasien ISPA
yang menjalani rawat inap masih sedikit, dan banyak diantaranya masih anak-anak.

Berdasarkan pemikiran diatas penulis berusaha untuk menggali lebih dalam mengenai
infeksi saluran pernafasan akut tersebut, sebagai inti permasalahan pada tugas akhir ini.
Semoga dapat bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Siswa mampu malakukan pengkajian dan tindakan keperawatan pada pasien dengan infeksi
saluran pernafasan akut.

2. Tujuan Khusus

a. Siswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan infeksi saluran


pernafasan akut dalam asuhan keperawatan

b. Siswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan infeksi


saluran pernafasan akut dalam asuhan keperawatan.

c. Siswa mampu menetapkan intervensi keperawatan pada psien dengan infeksi


saluran pernafasan akut dalam asuhan keperawatan.
d. Siswa mampu mengimplementasikan intervensi pada pasien dengan infeksi
saluran pernafasan akut dalam asuhan keperawatan.

e. Siswa mampu mengevaluasi hasil tindakan pada pasien dengan infeksi saluran
pernafasan akut dalam asuhan keperawatan.

f. Siswa mampu mengetahuin faktor pendukung dan penghambat serta solusi


pemecahan masalahnya.

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. PENGERTIAN

ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA
merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi saluran
pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan
adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya
seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan
tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita
pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.

Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu
pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit
yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis,
faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan
pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan
tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan
pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga
akut harus mendapat antibiotic.

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.

Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan
bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri.
Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi
pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.

Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) merupakan istilah yang digunakan untuk
menguraikan peradangan yang terjadi pada hidung, paranasal sinus, hulu kerongkongan,
pangkal tenggorokan, batang tenggorokan, dan saluran pernapasan diagnosis umum yang
termasuk didalamnya adalah rhinosinusitis virus(flu biasa), sinusitis akut, dan pharyngitis
akut. Sistem saluran pernapasan atas lain, yang lebih serius termasuk epigglotis dan
penyakit batuk yang disertai dengan sesak napas. Terjadinya ISPA karena masuknya virus,
dan bakteri. Sebab utama ISPA adalah Virus dan kemudian diikuti oleh bakteri. Kebanyakan
ISPA disebabkan oleh virus yang akan sembuh dengan sendirinya, tanpa pemberian obat-
obat terapeutik, namun pemberian antibiotik dapat mempercepat proses penyembuhan.

2. ETIOLOGI

Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis penyakit bakteri, virus, dan riketsia. Virus
penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenvirus, Koronavirus,
Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (DepKes.RI,2004).

Virus adalah penyebab utama infeksi saluran napas atas penyakit-penyakit yang ditimbulkan
seperti, rhinosinusitis, faringitis, dan sinusitis akut. Rhinosinusitis disebabkan oleh virus dan
bakteri seperti Streptococcus pneumonia, dan Haemophilus influenzae.4 Faringitis
merupakan radang pada tenggorokan yang dapat disebabkan oleh virus Ebstein-Barr,
influenza, infeksi virus immunodefisiensi human akut. Dan bakterial yang umumnya adalah
Streptococcus pyogenes, Streptococcus viridians, streptococcus beta hemolyticus yang
umumnya disebut “strep tenggorokan”.1,2 Sinusitis akut merupakan inflamasi sinus-sinus
paranasal dan lendir hidung yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, peradangan pada
saluran hidung, dan penyakit-penyakit tertentu misal asma, gangguan sistem imun,dan
alergi.

3. PATHOFISIOLOGI

Infeksi saluran napas atas dapat terjadi karena transmisi organisme melalui penyegar udara,
droplet, dan melalui tangan yang dapat menjadi jalan masuk bagi virus. Hal ini dapat terjadi
pada kondisi yang penuh sesak. Pada faringitis disebabkan penularan terjadi melalui droplet,
kuman mengilfitrasi lapisan epitel, jika epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial
bereaksi sehingga terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.
Pada sinusitis, saat terjadi infeksi saluran pernapasan atas melalui virus, hidung akan
mengeluarkan ingus yang dapat menghasilkan superinfeksi bakterial, sehingga dapat
menyebabkan pathogen-pathogen bakterial masuk ke dalam rongga-rongga sinus. Selain itu
sinusitis dapat terjadi karena alergi musiman, gangguan mekanisme pengaliran sinus,
berenang, intubasi hidung yang lama, dan perluasan infeksi gigi ke dalam rongga sinus.

4. GAMBARAN KLINIS

Gejala yang terjadi pada rhinosinusitis termasuk kemacetan hidung, ingus, batuk, sakit
kepala, bersin, bunyi sengau, dan sakit tenggorokan. Demam tinggi sangat jarang terjadi,
dan jika terjadi seharusnya menimbulkan kecurigaan akan diagnosis alternative. Gejala
khusus akan terjadi kurang dari 7 hari, namun sampai 25% dari seluruh pasien akan
mengalami gejala hingga 14 hari. Penyakit ini sering terjadi, tetapi gejala-gejala yang lebih
parah jarang sekali ditemui. Jika gejala-gejala bertahan lama melampaui 7 hari, klinis
seharusnya mulai memperhatikan komplikasi-kompikasi seperti bronchitis, sinusitis,
bakterial sekunder, atau otitis media.1 Pada faringitis akan terjadi kenaikan suhu hingga
400C, rasa gatal, kering pada tenggorokan, lesu, nyeri sendi, batuk yang kronis, kesulitan
menelan, dan rasa sakit pada kerongkongan. Sedangkan pada sinusitis biasanya mengalami
gejala lebih dari 1 minggu, misalnya sakit gigi maxillary, sakit kepala yang lebih berat pada
pagi hari, nyeri wajah, kadang-kadang demam dan batuk, serta bunyi sengau. Pada anak-
anak dapat disertai dengan deman hingga 390C, khusus pada anak-anak gejala batuk lebih
hebat saat siang hari, terjadinya parau menandakan kelanjutan dari radang tenggorokan.

5. PENATALAKSANAAN

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan
strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena
pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada
pengobatan penyakit ISPA) .

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan


penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus
batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat.
Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan
minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :

Upaya pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

• Immunisasi.

• Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

Pengobatan dan perawatan

Pinsip perawatan ISPA antara lain :

• Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari


• Meningkatkan makanan bergizi

• Bila demam beri kompres dan banyak minum

• Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang
bersih

• Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.

• Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek

Pengobatan antara lain :

• Mengatasi panas (demam)

Dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan
demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari.
Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air
(tidak perlu air es).

• Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½
sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

6. KOMPLIKASI

Komplikasi yang di dapat dari infeksi saluran pernafasan akut adalah terjadinya obstruksi
jalan nafas dengan segala akibatnya, bronkopneumonia, atelektasis.

a. Kardiovaskuleer: miokarditis, yang dapat terjadi akibat toksin yang dibentuk kuman
difteri

b. Kelainan pada urogenital (ginjal): nefritis

c. Kelainan saraf: dapat berupa paralisis atau parase.

7. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Ganggguan pertukaran pada gas b/d kekurangan suplai oksigen (obstruksi jalan napas
oleh sekresi spasme bronkus jebakan udara) kerusakan alveoli

b) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d anoreksia


c) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.

d) Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder

e) Kurang pengetahuan b/d perawatan di rumah

f) Perubahan proses keluarga b/d anak yang menderita penyakit

g) Gangguan aktivitas b/d status kesehatan

BAB III

TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan tgl 05-01-2010 jam 20.00

1. Biodata

a. identitas pasien :

Nama : Nn. A. P Umur : 18 tahun

Pangkat-gol : anak PNS gol III

NRP/NIP: 030228579

Kesatuan : Diknas

Jenis kelamin : Perempuan


Pendidikan : SMK

Agama : Islam

Alamat : Canguk, RT/RW: 3/21, Kelurahan Rejo Utara, Kecamatan


Magelang Tengah, Magelang.

b. No Rekam Medik : 22.06.02.4319

c. Tgl masuk RS : 4 Januari 2010, jam 23.50 WIB

d. Penanggung jawab :

1) Nama : Tn J

2) Pekerjaan : PNS gol III

3) Alamat : Canguk, RT/RW: 3/21, Kelurahan Rejo Utara, Kecamatan


Magelang Tengah, Magelang

e. Dx medis : Infeksi saluran pernafasan akut

2. a. Keluhan utama : Batuk berdahak terus menerus

b. Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang via UDG dengan keluhan sejakk sore sehabis PKL, tiba-tiba badan
panas dingin, batuk berdahak 5 hari, terdapat dahak, sesak nafas (dengan
posisi supinasi).

Pada saat pengkajian pasien mengeluh sesak nafas, makan dan minum kurang,
tenggorokan terasa gatal dan susah menelan, badan lemes seperti demam dan
terasa hangat, serta sputum yang dikeluarkan berwarna putih kekuning-
kuningan dan kental. Pasien juga terlihat menghabiskan ½ porsi yang diberikan
rumah sakit, pasien terlihat merasa sakit dan meringis saat menelan, posisi
tidur semi fowler dengan diganjal bantal, terlihat seseg, batuk berdahak,
terdapat nyeri telan, saat berjalan ke kamar mandi terlihat dipapah.

c. Riwayat penyakit dahulu :

Pasien belum pernah menderita penyakit seperti sekarang. Dan pasien belum
pernah opname sebelumnya.

d. Riwayat penyakit keluarga :

Keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama.

e. Riwayat Sosial :
Di dekat rumah pasien terdapat tempat penumpukan barang-barang bekas.

3. Pemeriksaan fisik :

a. Keadaan umum : Lemah dan Sesak nafas

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD = 120/90 mmHg

N=84 kali/menit

S=37ºC

RR=28 kali/menit

BB : 44 kg

TB : 158 cm

IMT : 17,63 (kurus)

Kepala : Mesocephal

Rambut : Tidak mudah rontok, warna hitam, tidak terdapat ketombe.

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak


menggunakan alat bantu penglihatan, tidak buta warna

Telinga : Pendengaran baik, tidak terdapat cerumen, tidak menggunakan


alat bantu pendengaran.

Hidung :Tidak terdapat polip, tidak terdapat secret, penciuman tidak


terganggu

Mulut : Lidah tidak kotor, gigi bersih, bibir kering, tidak terdapat caries.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.

Tenggorokan : Tenggorokan terasa sakit dan gatal, serta sulit menelan.

Dada :

inspeksi : Pengembangan paru sama.

Palpasi : Vocal fremetus kanan dan kiri sama.

Perkusi : tidak ada akumulasi cairan.

Auskultrasi : Whezing (-), ronchi (+), vesikuler.


Jantung

Inspeksi : Icus cordis tidak nampak.

Palpasi : Icus cordis teraba di mid linea clavikula sinistra 5, ±2cm

Perkusi : S1 dan S2 reguler.

Auskultrasi : gallop (-), mur-mur (-).

Abdomen

Inspeksi : Perut datar, tidak terdapat lesi

Auskultrasi : Bising usus 10 kali/menit

Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar. Tidak terdapat massa

Perkusi : Thympani

Ekstremitas atas : Pergerakan baik, tidak ada lesi, terpasang infus RL di


tangan kiri.

Ekstremitas Bawah: Pergerakan baik, tidak ada lesi, tidak terdapat oedem.

Genetalia : Tidak ada penyakit kelamin, tidak ada nyeri.

Kulit : Turgor kulit baik, kulit teraba hangat.

Ekstremitas : sensasi terhadap tajam (+), terhadap panas (+).

Pengkajian nyeri di tenggorokan:

Permitten : Nyeri timbul saat batuk dan menelan

Qualitas : Seperti ditusuk-tusuk

Region : Nyeri terleyak di tenggorokan

Skala : Skala ±3

Time : Selama batuk dan menelan

4. a. Terapi

Terapi tanggal 5 Januari 2010

· Infus RL 500 cc 20 tetes per menit

· Injeksi Ceftriaxine 0,1 mg 2x1 (iv)


· Pamol 500 mg 3x1 tablet (oral)

· DMP 15 mg 3x1 tablet (normal)

b. Data Penunjang

· Rontgent

Ronthent thorax pada tanggal 5 Januari 2010:

COR : Bentuk dan besarnya normal

Pulmones : Aspek tenang, tidak terlihat tanda-tanda aktivitas proses


tuberculosis

· Laboratorium

Hasil laboratorium tanggal 5 Januari 2010;

WBC : 7,8. 10³/mm³ (3,5.10³/mm³-100.10³/mm³)

RBC : 5,3. 10³/mm³ (3,80.10³/mm³-5,0)0.10³/mm³)

HGB : 11,6 g/dl (11,0 g/dl-16,5 g/dl)

HCT : 33,3 L% (35,0L%- 50,0 L%)

PLT ; 220.10³/mm³ (150.10³/mm³-450.10³/mm³)

PCT : 180% (100&-500%)

MCV : 65 Lm³ (80 Lm³-97 Lm³)

MCH : 22,5 L pg (26,5 Lpg- 33,5 Lpg)

MCHC :34.7 g/dl (31,5 g/dl-35,0 g/dl)

RDW : 14,1 % (10,0%- 18,0%)

MPV : 8,2 m³ (6,5 m³-11,0 m³)

PDW : 15,1 % (10,0&-18,0%)

WBC Flags :1

Differensial :

% LYM : 12,1 L% (17,0 L%-48,0 L%)


% MON : 1,6 L% (4,0 L%-10,0 L%)

%GRA : 86,3 H% (43,0 H%-76,0 H%)

% LYM : 0,9 L 10³/mm³ (1,2 L 10³/mm³-3,2 L10³/mm³)

%MON : 0,1 L 10³/mm³ (0,3 L 10³/mm³-0,8 L10³/mm³)

%GRA : 6,8.10³/mm³ (1,2. 10³/mm³- 6,8.10³/mm³)

LED :4/10

5. Pengelompokan Data

a. Data Subyektif

1) Pasien mengatakan seseg

2) Pasien mengatakan batuk berdahak

3) Pasien mengatakan makan dan minum kurang

4) Pasien mengatakan tenggorokan terasa gatal dan sakit

5) Pasien mengatakan badan lemes, seperti demam dan terasa agak hangat

6) Pasien mengatakan sulit menelan

7) Pasien mengatakan sering batuk

b. Data Obyektif

1) Pernafasan cepat (RR=28 kali/menit)

2) Saat batuk dan berbicara pasien terlihat seseg

3) Batuk berdahak

4) Posisi tidur pasien semi fowler

5) Pasien terlihat menghabiskan ½ porsi makan yang diberikan rumah sakit

6) BB pasien: 44 kg, TB: 158 cm. Sehingga IMT: 17,63

7) Pasien terlihat lemas, dan dibantu (dipapah) saat berjalan ke kamar


mandi

8) Suhu:37ºC

9) Sputum berwarna putih kekuning-kuningan dan kental, dan saat batuk


tidak ditutup
10) Pasien terlihat merasa sakit dan meringis saat menelan

11) Pengkajian nyeri di tenggorokan:

P : Nyeri timbul saat batuk dan menelan

Q : Seperti di tusuk-tusuk

R : Nyeri terletak di tenggorokan

S : skala 3

T : Selama menelan dan batuk

6. Analisa Data

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1 DS: Gangguan pertukaran Kekurangan suplai
· Pasien mengatakan seseg gas oksigen
· Pasien mengatakan batuk
berdahak
DO:
· Pernafasan cepat (RR=28
kali/menit)
· Saat batuk dan berbicara
pasien terlihat seseg
· Batuk berdahak
· Posisi tidyur pasien semi
fowler
2 DS: Gangguan pemenuhan Anoreksia
· Pasien mengatakan makan kebutuhan nutrisi
dan minum kurang
· Pasien mengatakan
tenggorokan sakit dan gatal
· Pasien mengatakan sulit
menelan dan terdapat nyeri telan
DO:
· Pasien terlihat menghabiskan
½ porsi makan yang diberikan
rumah sakit
· BB:44kg, TB:158cm, IMT:
17,63
3 DS: Gangguan aktivitas Kelemahan fisik
· Pasien mengatakan badan
terasa lemes, demem, dan terasa
agak hangat
DO:
· Pasien terlihat lemas
· Pasien dibantu (dipapah) saat
berjalan kle kamar mandi
4 DS: Resiko tinggi penularan Tidak kuatnya
· Pasien mengatakan badan infeksi pertahanan sekunder
terasa lemas, seperti demem dan (adanya infeksi
terasa agak hangat penekanan imun)
· Pasien mengatakan sering
batuk
DO:
· Suhu: 37ºC
· Sputum berwarna putih
kekuning-kuningan dan kental
· Saat batuk mulut tidak
ditutup
5 DS: Nyeri akut Inflamasi pada
· Pasien mengatakan sulit membran mukosa
menelan, dan terdapat nyeri telan faring dan tonsi
DO:
· Pasien terlihat merasa sakit
dan meringis saat menelan
· Pengkajian nyeri di
tenggorokan:
P: Nyeri timbul saat batuk dan
menelan
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Nyeri terletak di tenggorokan
S: skala ±3
T: selama batuk dan menelan

7. Perumusan Diagnosa Sesuai Prioritas

a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kekurangan suplai oksigen ditandai


dengan seseg, RR:28 kali/menit, batuk berdahak, posisi tidur ssemi fowler
b) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
ditandai dengan disfagia (sulit menelan) dan nyeri telan
c) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia ditandai
dengan makan dan minum kurang, IMT kurang dari batas normal
d) Resiko tinggi penularan infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (adanya infeksi penekanan imun) ditandai dengan badan lemes, demam,
sputum berwarna putih kekuning-kuningan dan kental
e) Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan lemes,
demem, ADL dibantu keluarga

8. INTERVENSI
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan kekurangan suplai oksigen
2 Nyeri akut berhubungan dengan
inflamasi pada membran mukosa faring
dan tonsil
3 Gangguan kebutuhan nutrisi
berhubungan dengan anoreksia
4 Resiko tinggi penularan infeksi
berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (adanya infeksi
penekanan imun
5 Gangguan aktivitas berhubungan
dengan kelemahan fisik

9. CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal/jam Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


06.01.2010 Diagnosa 1 a. Memonitor rata-rata
20.00 WIB kedalaman, irama dan usaha
respirasi,, suara nafas dan
pola nafas
b. Memberi posisi pasien semi
fowler agar mudah dalam
respirasi
c. Mengauskultasi suara nafas
dan suara tambahan
d. Mengajarkan batuk efektif
e. Memberikan obat
Dexametorphan 15 mg, 3X1
tablet
Diagnosa 2 a. Mengamati/observasi
keluhan nyeri, mencatat
intensitasnya (dengan skala
0-10)
b. Menganjurkan pasien untuk
menghindari allergen/ iritan
terhadap debu, bahan kimia,
asap rokok
c. Mengalihkan rasa nyeri
dengan tekhnik distraksi dan
relaksasi, yaitu dengan
mengajarkan teknik bernafas
dalam
d. Menganjurkan berkumur
dengan air garam
Diagnosa 3 a. Mengurangi tindakan
selama jam makan, sehingga
tindakan dilakukan setelah
jam makan
b. Menghindari makanan
panas
c. Konsultasi dengan ahli gizi
pemberian diit TKTP
Memberi snack
Diagnosa 4 a. Menjaga keseimbangan
antara istirahat dan aktivitas
b. Menganjurkan tutup mulut
dan hidung jika bersin, jika
ditutup dengan tissue, buang
segera ke tempat sampah
Menganjurkan pada pasien
untuk mengkonsumsi vitamin
C, A dan mineral seng atau
anti oksidan jika kondisi
menurun atau asupan makan
berkurang
Diagnosa 5 a. Mengobservasi aktivitas
pasien
b. Memberi penjelasan
tentang pentingnya aktivitas,
yaitu agar otot-otot tidak
lemas
c. Menganjurkan pasien untuk
menggerakkan atau
mengangkat ekstremitas atas
dan bawah
d. Membantu pasien
memenuhi kebutuhan
dengan membantu aktivitas
pasien
07.01.2010 Diagnosa 1 a. Memonitor rata-rata S:
16.00 WIB kedalaman, irama dan usaha · Pasien
respirasi,, suara nafas dan mengatakan tidak
pola nafas terlalu seseg
b. Memberi posisi pasien semi O:
fowler agar mudah dalam · TD: 120/90 mm
respirasi Hg
c. Mengauskultasi suara nafas · N/S: 84x/menit
dan suara tambahan /36ºC
d. Mengajarkan batuk efektif · Batuk berdahak
e. Memberikan obat· Pasien tidak
Dexametorphan 15 mg, 3X1 terlihat seseg
tablet A:
· Masalah teratasi
sebagian
P:
· Lanjutkan
intervensi a, b, c,
dan d
Diagnosa 2 a. Mengamati/observasi S:
keluhan nyeri, mencatat · Pasien
intensitasnya (dengan skala mengatakan nyeri
0-10) berkurang
b. Menganjurkan pasien untuk O:
menghindari allergen/ iritan
· Pasien terlihat
terhadap debu, bahan kimia, lebih relaks (tidak
asap rokok menahan nyeri)
c. Mengalihkan rasa nyeri · Pasien tidak
dengan tekhnik distraksi dan mengeluh nyeri
relaksasi, yaitu dengan A:
mengajarkan teknik bernafas· Masalah teratasi
dalam sebagian
d. Menganjurkan berkumur P:
dengan air garam · Lanjutkan
intervensi a, b, c,
dan d.
Diagnosa 3 a. Mengurangi tindakan S:
selama jam makan, sehingga · Pasien
tindakan dilakukan setelah mengatakan nafsu
jam makan makan bertambah
b. Menghindari makanan O:
panas · Pasien terlihat
c. Konsultasi dengan ahli gizi menghabiskan 1
pemberian diit TKTP porsi makan yang
Memberi snack diberikan rumah
sakit
A:
· Masalah teratasi
sebagian
P:
· Lanjutkan
intervensi a, b, c,
dan d.
Diagnosa 4 a. Menjaga keseimbangan S:
antara istirahat dan aktivitas· Pasien
b. Menganjurkan tutup mulut mengatakan badan
dan hidung jika bersin, jika terasa lebih enak
ditutup dengan tissue, buang O:
segera ke tempat sampah · Suhu: 36,7ºC
Menganjurkan pada pasien · Sputum
untuk mengkonsumsi vitamin berwarna putih
C, A dan mineral seng atau kekuning-kuningan
anti oksidan jika kondisi · Tidak terdapat
menurun atau asupan makan tanda infeksi atau
berkurang komplikasi
A:
· Masalah teratasi
sebagian
P:
· Lanjutkan
intervensi a, d, dan
e
Diagnosa 5 a. Mengobservasi aktivitas S:
pasien · Pasien
b. Memberi penjelasan mengatakan badan
tentang pentingnya aktivitas, terasa lebih enak
yaitu agar otot-otot tidak O:
lemas · Aktivitas sudah
c. Menganjurkan pasien untuk tidak dibantu,
menggerakkan atau terutama saat ke
mengangkat ekstremitas atas kamar mandi dan
dan bawah saat makan
d. Membantu pasien A:
memenuhi kebutuhan · Masalah teratasi
dengan membantu aktivitas P: -
pasien

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis mengkaji dan melakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam
terdapat pembahasan sebagai berikut.

Diagnosa keperawatan yang pertama pada pasien adalah gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan kekurangan suplai oksigen

Masalah tersebut muncul karena didapatkan data sebagai berikut:


· DS: Pasien mengatakan seseg dan batuk berdahak

· DO: pernafasan cepat, saat batuk dan berbicara pasien terlihat seseg, batuk
berdahak dan posisi tidur semi fowler

Hal tersebut terjadi karena adanya obstruksi jalan nafas oleh sekresi spasme bronkus
jebakan udara. Penulis memprioritaskan masalah diatas karena sesuai dengan hierarki
Maslow yaitu pemenuhan Oksigen.

Diagnosa keperawatan yang kedua adalah nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
pada membran mukosa faring dan tonsil.

Nyeri tersebut terjadi di tenggorokan. Masalah ini muncul karena didapatkan data
sebagai berikut:

· DS: Pasien mengatakan sulit menelan.

· DO: Pasien terlihat merasa sakit dan meringis saat menelan, dan hasil
pengkajian nyeri di tenggorokan.

Hal tersebut terjadi karena adanya nyeri telan pada tenggorokan. Penulis memilih
diagnosa diatas sebagai diagnosa yang kedua karena sesuai dengan hierarki Maslow yaitu
aman nyaman.

Diagnosa keperawatan yang ketiga adalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi


berhubungan dengan anoreksia.

Masalah ini muncul karena didapatkan data sebagai berikut:

· DS: Pasien mengatakan makan dan minum kurang, pasien mengatakan


tenggorokan gatal dan sakit, pasien mengatakan sulit menelan dan
terdapat nyeri telan.

· DO: Pasien terlihat menghabiskan ½ porsio makan yang diberikan rumah sakit,
dan hasil IMT kurang dari batas normal

Hal tersebut muncul karena anoreksia yang terjadi akibat dari nyeri pada
tenggorokann sekunder. Pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat
diartikan nutrisi yang masuk ke tubuh tidak seimbang atau kurang dari nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuh. Diagnosa diatas dipilih karena bisa saling berhubungan dengan
diagnosa ke dua yaitu nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa
faring dan tonsil.

Diagnosa keperawatan yang ke empat adalah resiko tinggi penularan infeksi


berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekkunder.

Masalah ini muncul karena didapatkan data sebagai berikut:


· DS: Pasien mengatakan badan terasa lemes, demam, dan teraba agak hangat,
dan pasien mengatakan sering batuk.

· DO: Suhu tinggi, sputum berwarna putih kekuning-kuningan dan kental, saat
batuk, mulut pasien tidak ditutup.

Hal tersebut terjadi karena adanya penurunan kerja silia, menetapnya sekret dan
tidak adekuatnya imunitas.

Diagnosa keperawatan yang ke lima adalah gangguan aktivitas berhubungan dengan


kelemahan fisik.

Masalah ini muncul karena mendapatkan data sebagai berikut:

· DS: Pasien mengatakan badan terasa lemes, seperti demam dan terasa agak
hangat.

· DO: Pasien terlihat lemas, dan pasien dipapah saat ke kamar mandi

Hal tersebut terjadi karena kekurangan nutrisi dan menimbulkan kelemahan fisik.
Sehingga aktivitas pasien terganggu. Diagnosa diatas dipilih karena bisa saling berhubungan
sengan diagnosa ke tiga yaitu gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang berhubungan
dengan anoreksia. Diharapkan jika kebutuhan nutrisi terpenuhi, maka kelemahan tubuh
dapat teratasi.

Sedangkan diagnosa keperawatan yang tidak muncul dalam asuhan keperawatan adalah:

· Kurang pengetahuan berhubungan dengan parewatan dirumah

· Perubahan proses keluarga berhubungan dengan pasien yang menderita


penyakit.

Diagnosa diatas tidak muncul karena tidak mendapatkan data yang berhubungan
dengan diagnosa diatas.

BAB V

PENUTUP
Demikian yang dapat penulis sampaikan mengingat keterbatasan dan masih dalam tahap
belajar, maka dengan segala kerendahan hati penulis membuka saran dan kritik yang akan
menjadikan penulis lebih baik kemudian hari, khususnya untuk kesempurnaan tugas akhir
ini.

A. Kesimpulan

Selama pengkajian hingga proses keperawatan pada pasien infeksi saluran


pernafasan akut ini penulis dapat memahami dan menerapkan pendekatan proses asuhan
keperawatan. Disamping itu penulis dapat menyusun intervensi dan melakukan
implementasi pada penderita infeksi saluran pernafasan akut serta dapat membuat
diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data dan tinjauan teori. Dengan berpedoman
pada tinjauan teori, penulis dapat memahami dan mengetahui keakuratan dan kebenaran
sumber-sumber teori setelah dilakukannya proses keperawatan pada kasus infeksi saluran
pernafasan akut. Jadi apapun yang bersifat pengetahuan, harusnya terlebih dahulu
mengetahui dan mempelajari teori. Karena teori merupakan hasil pengamatan dan
penelitian oleh para ahli yang sudah teruji keakuratannya. Dengan begitu penulis masih
harus bannyak belajar sehingga mampu menerapkan sistem pendokumentasian
keperawatan yang benar dan nyata pada penderita infeksi saluran pernafasan akut.

B. Saran

1. Untuk Rumah Sakit Tk. II Dr. Soedjono Magelang, diharapkan dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik untuk memberi kepuasan pelayanan yang ada terhadap
klien khususnya pada pasien dinas.
2. Untuk Kepala Instalasi Pendidikan dan Kepala Sekolah SMK Kesdam IV/Diponegoro
diharapkan dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mutu
pendidikan.
3. Untuk Instalasi Pendidikan agar melengkapi semua sarana dan prasarana kesehatan
sehingga dalam praktek siswa dapat mengenal alat-alat kesehatan dengan jelas,
kshususnya alat-alat yang digunakan dalam pemberian tindakan pada penderita
infeksi saluran pernafasan akut.
4. Khususnya untuk staf pengajar dan pembimbing diharapkan dapat memberikan ilmu
kesehatan sesuai kemajuan zaman sehingga dapat memberntuk siswa dan siswi yang
berkualitas.
5. Untuk Ruang Bougenville, khususnya bagi penderita infeksi saluran pernafasan akut
diberikan ruangan tersendiri dan perawatan indikasi sesuai prosedur agar lenih
terpantau dalam proses keperawatan.
6. Untuk perawat dan tenaga medis khususnya agar meningkatkan keprofesionalisme
dalam bekerja.
7. Untuk adik kelas, belajarlah yang rajin untuk menghadapi kompetisi yag semakin
ketat di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

· Lo Re, Vincent. 2004. Hot Topics: Infectious Disease. Philadelphia.The Curtis Center.

http://www.clevelandclinic.com.

· Arif Mansjoer,dkk. 2004. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jakarta: Media Aesculapius.

· Slaven,Ellen. 2007. “INFECTIOUS DISEASES”. North America. The

McGraw-Hill Companies.

· Ngastiyah, (2005), Perawatan Anak Sakit , Edisi Kedua, EGC, Jakarta

· DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.

· Doenges, Marlyn E . Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian perawatan pasien

You might also like