Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi saluran pernafasan akut atau ISPA masih dianggap remeh oleh masyarakat.
Karena tanda-tanda yang muncul hanyalah batuk berdahak atau tidak berdahak dan seseg.
Akan tetapi berdasarkan penelitian dan kemajuan ilmu kedokteran, ISPA ternyata dapat
menyebabkan kematian. ISPA dapat disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Antara lain
masyarakat yang kurang memperhatikan lingkungannya. Bisa juga karena pola hidup yanbg
salah, virus serta bakteri.
Banyak diantara masyarakat yang kurang memahami tentang berbagai macam penyakit.
Misalnya saja mereka yang berpendidikan relative rendah yang kurang memperhatikan
lingkungan serta pola hidupnya.
Saat ini presentase terjadinya ISPA sudah tinggi. Terutama di Magelang, masyarakat terkena
ISPA sudah banyak, baik itu Rhinosinusitis, Sinusitis, dan Faringitis. Hal ini terbukti dengan
banyaknya pasien yang me;akukan pengobatan di Rumah Sakit Tk. II Dr. Soedjono
Magelang, melalui poliklinik maupun yang rawat inap di bangsal. Akan tetapi, pasien ISPA
yang menjalani rawat inap masih sedikit, dan banyak diantaranya masih anak-anak.
Berdasarkan pemikiran diatas penulis berusaha untuk menggali lebih dalam mengenai
infeksi saluran pernafasan akut tersebut, sebagai inti permasalahan pada tugas akhir ini.
Semoga dapat bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Siswa mampu malakukan pengkajian dan tindakan keperawatan pada pasien dengan infeksi
saluran pernafasan akut.
2. Tujuan Khusus
e. Siswa mampu mengevaluasi hasil tindakan pada pasien dengan infeksi saluran
pernafasan akut dalam asuhan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. PENGERTIAN
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA
merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi saluran
pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan
adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya
seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan
tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita
pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu
pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit
yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis,
faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan
pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan
tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan
pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga
akut harus mendapat antibiotic.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan
bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri.
Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi
pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) merupakan istilah yang digunakan untuk
menguraikan peradangan yang terjadi pada hidung, paranasal sinus, hulu kerongkongan,
pangkal tenggorokan, batang tenggorokan, dan saluran pernapasan diagnosis umum yang
termasuk didalamnya adalah rhinosinusitis virus(flu biasa), sinusitis akut, dan pharyngitis
akut. Sistem saluran pernapasan atas lain, yang lebih serius termasuk epigglotis dan
penyakit batuk yang disertai dengan sesak napas. Terjadinya ISPA karena masuknya virus,
dan bakteri. Sebab utama ISPA adalah Virus dan kemudian diikuti oleh bakteri. Kebanyakan
ISPA disebabkan oleh virus yang akan sembuh dengan sendirinya, tanpa pemberian obat-
obat terapeutik, namun pemberian antibiotik dapat mempercepat proses penyembuhan.
2. ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis penyakit bakteri, virus, dan riketsia. Virus
penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenvirus, Koronavirus,
Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (DepKes.RI,2004).
Virus adalah penyebab utama infeksi saluran napas atas penyakit-penyakit yang ditimbulkan
seperti, rhinosinusitis, faringitis, dan sinusitis akut. Rhinosinusitis disebabkan oleh virus dan
bakteri seperti Streptococcus pneumonia, dan Haemophilus influenzae.4 Faringitis
merupakan radang pada tenggorokan yang dapat disebabkan oleh virus Ebstein-Barr,
influenza, infeksi virus immunodefisiensi human akut. Dan bakterial yang umumnya adalah
Streptococcus pyogenes, Streptococcus viridians, streptococcus beta hemolyticus yang
umumnya disebut “strep tenggorokan”.1,2 Sinusitis akut merupakan inflamasi sinus-sinus
paranasal dan lendir hidung yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, peradangan pada
saluran hidung, dan penyakit-penyakit tertentu misal asma, gangguan sistem imun,dan
alergi.
3. PATHOFISIOLOGI
Infeksi saluran napas atas dapat terjadi karena transmisi organisme melalui penyegar udara,
droplet, dan melalui tangan yang dapat menjadi jalan masuk bagi virus. Hal ini dapat terjadi
pada kondisi yang penuh sesak. Pada faringitis disebabkan penularan terjadi melalui droplet,
kuman mengilfitrasi lapisan epitel, jika epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial
bereaksi sehingga terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.
Pada sinusitis, saat terjadi infeksi saluran pernapasan atas melalui virus, hidung akan
mengeluarkan ingus yang dapat menghasilkan superinfeksi bakterial, sehingga dapat
menyebabkan pathogen-pathogen bakterial masuk ke dalam rongga-rongga sinus. Selain itu
sinusitis dapat terjadi karena alergi musiman, gangguan mekanisme pengaliran sinus,
berenang, intubasi hidung yang lama, dan perluasan infeksi gigi ke dalam rongga sinus.
4. GAMBARAN KLINIS
Gejala yang terjadi pada rhinosinusitis termasuk kemacetan hidung, ingus, batuk, sakit
kepala, bersin, bunyi sengau, dan sakit tenggorokan. Demam tinggi sangat jarang terjadi,
dan jika terjadi seharusnya menimbulkan kecurigaan akan diagnosis alternative. Gejala
khusus akan terjadi kurang dari 7 hari, namun sampai 25% dari seluruh pasien akan
mengalami gejala hingga 14 hari. Penyakit ini sering terjadi, tetapi gejala-gejala yang lebih
parah jarang sekali ditemui. Jika gejala-gejala bertahan lama melampaui 7 hari, klinis
seharusnya mulai memperhatikan komplikasi-kompikasi seperti bronchitis, sinusitis,
bakterial sekunder, atau otitis media.1 Pada faringitis akan terjadi kenaikan suhu hingga
400C, rasa gatal, kering pada tenggorokan, lesu, nyeri sendi, batuk yang kronis, kesulitan
menelan, dan rasa sakit pada kerongkongan. Sedangkan pada sinusitis biasanya mengalami
gejala lebih dari 1 minggu, misalnya sakit gigi maxillary, sakit kepala yang lebih berat pada
pagi hari, nyeri wajah, kadang-kadang demam dan batuk, serta bunyi sengau. Pada anak-
anak dapat disertai dengan deman hingga 390C, khusus pada anak-anak gejala batuk lebih
hebat saat siang hari, terjadinya parau menandakan kelanjutan dari radang tenggorokan.
5. PENATALAKSANAAN
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan
strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena
pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada
pengobatan penyakit ISPA) .
Upaya pencegahan
• Immunisasi.
• Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang
bersih
• Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
• Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek
Dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan
demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari.
Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air
(tidak perlu air es).
• Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½
sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
6. KOMPLIKASI
Komplikasi yang di dapat dari infeksi saluran pernafasan akut adalah terjadinya obstruksi
jalan nafas dengan segala akibatnya, bronkopneumonia, atelektasis.
a. Kardiovaskuleer: miokarditis, yang dapat terjadi akibat toksin yang dibentuk kuman
difteri
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Ganggguan pertukaran pada gas b/d kekurangan suplai oksigen (obstruksi jalan napas
oleh sekresi spasme bronkus jebakan udara) kerusakan alveoli
d) Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
1. Biodata
a. identitas pasien :
NRP/NIP: 030228579
Kesatuan : Diknas
Agama : Islam
d. Penanggung jawab :
1) Nama : Tn J
Pasien datang via UDG dengan keluhan sejakk sore sehabis PKL, tiba-tiba badan
panas dingin, batuk berdahak 5 hari, terdapat dahak, sesak nafas (dengan
posisi supinasi).
Pada saat pengkajian pasien mengeluh sesak nafas, makan dan minum kurang,
tenggorokan terasa gatal dan susah menelan, badan lemes seperti demam dan
terasa hangat, serta sputum yang dikeluarkan berwarna putih kekuning-
kuningan dan kental. Pasien juga terlihat menghabiskan ½ porsi yang diberikan
rumah sakit, pasien terlihat merasa sakit dan meringis saat menelan, posisi
tidur semi fowler dengan diganjal bantal, terlihat seseg, batuk berdahak,
terdapat nyeri telan, saat berjalan ke kamar mandi terlihat dipapah.
Pasien belum pernah menderita penyakit seperti sekarang. Dan pasien belum
pernah opname sebelumnya.
e. Riwayat Sosial :
Di dekat rumah pasien terdapat tempat penumpukan barang-barang bekas.
3. Pemeriksaan fisik :
Kesadaran : Composmentis
N=84 kali/menit
S=37ºC
RR=28 kali/menit
BB : 44 kg
TB : 158 cm
Kepala : Mesocephal
Mulut : Lidah tidak kotor, gigi bersih, bibir kering, tidak terdapat caries.
Dada :
Abdomen
Perkusi : Thympani
Ekstremitas Bawah: Pergerakan baik, tidak ada lesi, tidak terdapat oedem.
Skala : Skala ±3
4. a. Terapi
b. Data Penunjang
· Rontgent
· Laboratorium
WBC Flags :1
Differensial :
LED :4/10
5. Pengelompokan Data
a. Data Subyektif
5) Pasien mengatakan badan lemes, seperti demam dan terasa agak hangat
b. Data Obyektif
3) Batuk berdahak
8) Suhu:37ºC
Q : Seperti di tusuk-tusuk
S : skala 3
6. Analisa Data
8. INTERVENSI
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan kekurangan suplai oksigen
2 Nyeri akut berhubungan dengan
inflamasi pada membran mukosa faring
dan tonsil
3 Gangguan kebutuhan nutrisi
berhubungan dengan anoreksia
4 Resiko tinggi penularan infeksi
berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (adanya infeksi
penekanan imun
5 Gangguan aktivitas berhubungan
dengan kelemahan fisik
9. CATATAN PERKEMBANGAN
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis mengkaji dan melakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam
terdapat pembahasan sebagai berikut.
Diagnosa keperawatan yang pertama pada pasien adalah gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan kekurangan suplai oksigen
· DO: pernafasan cepat, saat batuk dan berbicara pasien terlihat seseg, batuk
berdahak dan posisi tidur semi fowler
Hal tersebut terjadi karena adanya obstruksi jalan nafas oleh sekresi spasme bronkus
jebakan udara. Penulis memprioritaskan masalah diatas karena sesuai dengan hierarki
Maslow yaitu pemenuhan Oksigen.
Diagnosa keperawatan yang kedua adalah nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
pada membran mukosa faring dan tonsil.
Nyeri tersebut terjadi di tenggorokan. Masalah ini muncul karena didapatkan data
sebagai berikut:
· DO: Pasien terlihat merasa sakit dan meringis saat menelan, dan hasil
pengkajian nyeri di tenggorokan.
Hal tersebut terjadi karena adanya nyeri telan pada tenggorokan. Penulis memilih
diagnosa diatas sebagai diagnosa yang kedua karena sesuai dengan hierarki Maslow yaitu
aman nyaman.
· DO: Pasien terlihat menghabiskan ½ porsio makan yang diberikan rumah sakit,
dan hasil IMT kurang dari batas normal
Hal tersebut muncul karena anoreksia yang terjadi akibat dari nyeri pada
tenggorokann sekunder. Pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat
diartikan nutrisi yang masuk ke tubuh tidak seimbang atau kurang dari nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuh. Diagnosa diatas dipilih karena bisa saling berhubungan dengan
diagnosa ke dua yaitu nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa
faring dan tonsil.
· DO: Suhu tinggi, sputum berwarna putih kekuning-kuningan dan kental, saat
batuk, mulut pasien tidak ditutup.
Hal tersebut terjadi karena adanya penurunan kerja silia, menetapnya sekret dan
tidak adekuatnya imunitas.
· DS: Pasien mengatakan badan terasa lemes, seperti demam dan terasa agak
hangat.
· DO: Pasien terlihat lemas, dan pasien dipapah saat ke kamar mandi
Hal tersebut terjadi karena kekurangan nutrisi dan menimbulkan kelemahan fisik.
Sehingga aktivitas pasien terganggu. Diagnosa diatas dipilih karena bisa saling berhubungan
sengan diagnosa ke tiga yaitu gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang berhubungan
dengan anoreksia. Diharapkan jika kebutuhan nutrisi terpenuhi, maka kelemahan tubuh
dapat teratasi.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang tidak muncul dalam asuhan keperawatan adalah:
Diagnosa diatas tidak muncul karena tidak mendapatkan data yang berhubungan
dengan diagnosa diatas.
BAB V
PENUTUP
Demikian yang dapat penulis sampaikan mengingat keterbatasan dan masih dalam tahap
belajar, maka dengan segala kerendahan hati penulis membuka saran dan kritik yang akan
menjadikan penulis lebih baik kemudian hari, khususnya untuk kesempurnaan tugas akhir
ini.
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Untuk Rumah Sakit Tk. II Dr. Soedjono Magelang, diharapkan dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik untuk memberi kepuasan pelayanan yang ada terhadap
klien khususnya pada pasien dinas.
2. Untuk Kepala Instalasi Pendidikan dan Kepala Sekolah SMK Kesdam IV/Diponegoro
diharapkan dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mutu
pendidikan.
3. Untuk Instalasi Pendidikan agar melengkapi semua sarana dan prasarana kesehatan
sehingga dalam praktek siswa dapat mengenal alat-alat kesehatan dengan jelas,
kshususnya alat-alat yang digunakan dalam pemberian tindakan pada penderita
infeksi saluran pernafasan akut.
4. Khususnya untuk staf pengajar dan pembimbing diharapkan dapat memberikan ilmu
kesehatan sesuai kemajuan zaman sehingga dapat memberntuk siswa dan siswi yang
berkualitas.
5. Untuk Ruang Bougenville, khususnya bagi penderita infeksi saluran pernafasan akut
diberikan ruangan tersendiri dan perawatan indikasi sesuai prosedur agar lenih
terpantau dalam proses keperawatan.
6. Untuk perawat dan tenaga medis khususnya agar meningkatkan keprofesionalisme
dalam bekerja.
7. Untuk adik kelas, belajarlah yang rajin untuk menghadapi kompetisi yag semakin
ketat di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
· Lo Re, Vincent. 2004. Hot Topics: Infectious Disease. Philadelphia.The Curtis Center.
http://www.clevelandclinic.com.
McGraw-Hill Companies.
· DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.