You are on page 1of 7

NAMA : AYU YUNITA SIMANJUNTAK

NIM : PO1031215006

TUGAS FOOD SERVICE


TOPIK DALAM BUDAYA
1. Enkulturasi
Proses mempelajari nilai dan norma kebudayaan yang dialami individu selama hidupnya.
Menurut E. Adamson Hoebel enkulturasi adalah kondisi saat seseorang secara sadar atau
pun tidak sadar mencapai kompetensi dalam budayanya dan
menginternalisasi budaya tersebut
Contoh :
1. Dengan bersosialisai individu dalam menjadi anggota masyarakat akan mendapat
kedudukan yang baik. Misalnya seorang pegawai swasta dapat menduduki jabatan
sebagai RT dan disegani oleh masyarakat sekelilngnya karena mendpat
kedudukan yang baik pula di kalangan masyarakat.
2. Seorang pelajar akan mengerti posisinya di masyarakat. Misal seorang
pelajar menjalankan rutinitas kesehariannya belajar di Sekolah dan aktivitas
sosial lainnya di luar sekolah . Seorang pelajar pun akan menyesuaikan dengan
kondisi lingkungan sekitarnya seperti dalam keluarga maka dia akan bertindak
sopan dan membantu orang tuanya. Kemudian di lingkungan luar rumah akan
bertindak sebagai anggota masyarakat yang baik dengan tidak berbuat
menyimpang seperti mabuk mabukan, berkendara motor ugal-ugalan. Sehingga
seorang pelajar ini dapat diterima sesuai dengan harapan masyarakat.
3. Seorang individu bisa mengenal jati dirinya di lingkungan sekitarnya misal
seorang ibu rumah tangga yang kesehariannya mengurus anak dan kegiatan rumah
tangga lainnya akan dapat mengenal lebih jauh tentang jati dirinya dalam
pandangan lingkungan sekitarnya seperti halnya ikut acara arisan kampung, ikut
membantu kebutuhan ibu-ibu tetangga lainnya dan bercengkrama dengan tetangga
seakan akan menjadi sosok ibu rumah tangga yang mengerti situasi sosial di
lingkungan dimana ia berada.
4. Seorang bapak Lurah akan mengetahui eksistensinya sebagai kepala kelurahan
dimana ia pimpin. Dia akan mengetahui dia sebagai factor utama yang paling
berpengaruh dalam perubahan, kemajuan,dan kemunduran suatu masyarakat yang
dibawah naungannya. Oleh karena itu dia sadar sebagai bapak lurah dia harus
bersosialisasi untuk menjadi seorang pemimpin yang bijaksana dan disegani oleh
masyarakat.
5. Senang membantu orang lain, hidup sederhana, santun, dll.

2. Akulturasi
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia
dengankebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.
Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri
tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.

Contoh :

1. Salah satu fashion khas orang Jawa yang biasa dikenakan perempuan adalah kebaya.
Pakaian, sebagai salah satu produk dari kebudayaan, merefleksikan dinamika
kebudayaan itu sendiri. Kita mengenal adanya tren fashion yang menggambarkan
adanya popularitas fashion kekinian yang dinamis dan berubah dari waktu ke waktu.
Masuknya agama Islam ke Jawa membawa perubahan bagaimana kaum perempuan
muslim berpakaian. Salah satunya adalah kain penutup kepala yang biasa disebut
jilbab atau kerudung atau hijab. Proses akulturasi terjadi ketika perempuan Jawa
muslim mengombinasikan antara jilbab dan kebaya. Mengenakan kebaya dan
berhijab adalah contoh akulturasi fashion.
2. Seorang mahasiswa dari luar Negeri, misalnya Timor Leste, kuliah di Bandung
selama tujuh tahun. Hampir saja DO tapi terselamatkan karena ijin cutinya di terima.
Setelah kuliah ia masih tinggal di Bandung selama setahun karena kerja part-time
dan ketagihan sama kulinernya. Jauh dan mahalnya ongkos pulang kampung
membuat ia hanya pulang sekali dalam setahun. Ketika kembali ke kampungnya, ia
kaget karena tiba-tiba lumayan fasih berbahasa Sunda, meskipun percuma juga
dipakai karena orang kampungnya nggak ada yang tau ia ngomong apa. Ilustrasi di
atas contoh akulturasi linguistik atau bahasa di level individual. Tentu saja kita
anggap ia nggak lupa bahasa lokal.
3. Perhatikan arsitektur masjid Cheng Ho di beberapa kota di Jawa dan Sumatera.
Cheng Ho adalah seorang laksamana muslim dari China. Ia pernah singgah di
berbagai wilayah di nusantara. Sebenarnya ada beberapa masjid di Indonesia yang
dinamai Masjid Cheng Ho. Pendiriannya merupakan simbol perpaduan budaya.
Dalam contoh alkulturasi ini kita hanya akan melihat arsitekturnya. Masjid Cheng
Ho di beberapa kota di Indonesia memiliki arsitektur khas yang merupakan
perpaduan antara Lokal, Arab dan Tionghoa. Melihat sekilas masjid Laksamana
Cheng Ho, kita bisa menemukan contoh akulturasi dalam bidang arsitektur.
4. Makan bakmi, apalagi menggunakan sumpit, boleh merasakan sensasi seolah-olah
seperti orang Jepang atau China. Mie kuah itu sendiri adalah produk budaya berupa
makanan dari China. Sumpit tergantung modelnya, yang lebih pendek konon dari
Jepang. Bakmi itu sendiri adalah produk perpaduan antara makanan Indonesia dan
Tiongkok. Menyantap bakmi menggunakan sumpit artinya menikmati hasil
akulturasi makanan Indonesia dan Tiongkok.
5. Motif Batik Tiga Negeri menunjukkan corak warna yang bervariasi. Secara historis,
istilah tiga negeri berarti corak batik yang merupakan perpaduan dari batik bercorak
khas Lasem, Pekalongan dan Solo yang ketika masa kolonial, ketiga daerah tersebut
secara administratif di klasifikasikan sebagai negeri, alaih-alih kota seperti sekarang
ini. Penjelasan ini pun hanyalah salah satu dari beberapa versi sejarah yang ada. Kita
tidak akan mempermasalahkan sejarahnya, biarkan para sejarawan yang menekuni
perbatikan memecahkannya. Di sini kita menerima definisinya sebagai perpaduan
corak batik yang berbeda-beda dari tiga wilayah jadi satu tanpa kehilangan corak
asalnya. Batik Tiga Negeri adalah contoh akulturasi yang diekspresikan melalui
motif batik.

3. Bahasa dan Simbol


a. Bahasa
Bahasa merupakan sebuah pengucapan yang indah dalam suatu elemen kebudayaan
dan mampu menjadi alat perantara utama bagi kebutuhan manusia untuk meneruskan
atau mengadaptasi kan kebudayaan. Aada dua macam bentuk bahasa yaitu bahasa
lisan dan bahasa tulisan.
b. Simbol
Simbol mengungkapkan sesuatu yang sangat berguna untuk melakukan komunikasi.
Berdasarkan apa yang disampaikan Syam tersebut, simbol dengan demikian memiliki
peran penting dalam terjadinya komunikasi. Dalam kajian interaksionisme simbolik,
simbol sendiri diciptakan dan dimanipulasi oleh individu-individu yang bersangkutan
demi meraih pemahamannya, baik tentang diri maupun tentang masyarakat.
Contoh :
1) Budaya batak :
Cicak merupakan binatang yang selalu ada dimana-mana, termasuk di setiap rumah.
Nah, orang Batak juga diharapkan bisa menjadi seperti cicak, bisa ‘menempel’
dimana-mana, meskipun bukan di rumahnya sendiri. Para suku Batak yang seringkali
merantau haruslah dapat tinggal dan beradaptasi dimanapun tempat perantauannya.
Juga saat dalam situasi genting, dapat menyelamatkan diri dengan mengecoh
musuhnya.
Sementara empat payudara dimaksudkan untuk melambangkan sosok ibu yang penuh
dengan unsur kehidupan, kasih sayang, kesucian, dan kesuburan. Seperti suku-suku
lainnya, suku Batak juga selalu menjunjung dan menghormati ibunya. Dulu, sosok
wanita ideal pada suku Batak juga digambarkan dengan wanita yang berpayudara
besar karena diyakini dapat memberikan ASI yang berlimpah dan bermanfaat bagi
kesehatan anak-anaknya.
Simbol cicak dan empat payudara tersebut juga posisinya selalu sama, yakni cicak
yang menghadap keempat payudara. Ini artinya adalah orang Batak selalu mengingat
dan pulang ke tanah kelahiran dimana ibunya berada, walau sejauh apapun mereka
merantau.
2) Budaya karo :
Kebudayaan jawa merupakan budaya yang penuh dengan simbol, lambang atau
simbol ini dapat berupa seloka, pepatah, candra sengkala, maupun kisah atau
dongeng. Simbol ini berfungsi sebagai media atau perantara budaya manusia terhadap
hasil tingkah laku atau hasil kreasi manusia seperti bahasa, benda, warna, suara,
tindakan atau perbuatan. Simbol-simbol ini menciptakan budaya Jawa yang edi-peni
dan adi-luhung.
3) Budaya Jawa
Bahasa Jawa yang penuh kembang, lambang dan sinamuning samudana atau
tersembunyi dalam kiasan harus dibahas dan dikupas dengan perasaan yang dalam,
serta tanggap ind sasmita atau dapat mengkap maksud/ makna yang sebenarnya, yang
tersembunyi. Seperti pepatah, Wong Jawa nggone rasa, pada gulangening kalbu, ing
sasmita amrih lantip, kuwawa nahan hawa, kinemat mamong driya, yang maksudnya,
Orang Jawa itu tempat perasaan mereka selalu bergulat dengan kalbuatau suara hati
atau jiwa, agar pintar dalam mengungkap maksud yang tersembunyi, dengan jalan
berusaha menahan nafsu, sehingga akal atau rasio dapat menangkap maksud yang
sebernarnya. (Budiono Herusatoto. 2008: 1370).
4) Pulau Papua
Lambang Papua berbentuk perisai berpaju lima, menggambarkan kesiapsiagaan dan
ketahanan. Lima paju menunjukkan keseluruhan unsur Pancasila. Dalam perisai
berpaju lima terdapat gambar tiga buah tugu berdiri di atas tumpukan batu bersusun 5
dan 9 menggambarkan perjuangan Trikora dan kemenangan Pepera tahun 1969. Padi
dan kapas, masing-masing berjumlah 7 butir dan 8 buah kapas dengan tangkai terikat
sehelai pita bertekuk 4 dan berjurai 5. Secara keseluruhan melukiskan Proklamasi 17
Agustus 1945, hari kemerdekaan Republik Indonesia. Tiga buah gunung berjajar
sama tinggi, berpuncak salju menggambarkan ciri provinsi Papua
5) Pulau Aceh
Ranup di Aceh hanya disuguhkan dalam momen dan kesempatan tertentu saja.
Seperti, Upacara Adat Perkawinan. Upacara Peumulia Jame (penyambutan tamu).
Dalam beberapa Upacara Adat tersebut, Ranup diletakkan ke dalam Cawan yang
terbuat dari Logam Kuningan. Bahkan dalam Adat Perkawaninan itu Ranup disusun
dan ditata hingga membentuk Kerucut setinggi paha orang dewasa.
Ranup menjadi simbol bahkan menjadi salah satu tradisi yang diutamakan serta sakral
dalam Upacara Adat perkawinan dan Peumuliya Jamee. "Ranup masih di sakralkan
sebagai umpama tamsilan pengganti lidah dan lisan, dalam prosesi meminang, pesta
perkawinan, maupun peumuliya jamee, sirih tetap diutamakan. Ranup merupakan
salah satu syarat yang tidak boleh terlewat dalam prosesi adat tersebut.

4. Ritual
Serangkaian kegiatan yang dilaksanakan terutama untuk tujuan simbolis.
Ritual dilaksanakan berdasarkan suatu agama atau bisa juga berdasarkan tradisi dari suatu
komunitas tertentu. Kegiatan-kegiatan dalam ritual biasanya sudah diatur dan ditentukan,
dan tidak dapat dilaksanakan secara sembarangan.
Contoh :
1) Kanibalisme
Merupakan sebuah praktik memakan daging atau organ tubuh manusia.
Kanibalisme merupakan sebuah bentuk primitif dari Nekropagi yang lebih
mengerikan dan kejam. Jika di nekropagi manusia yang dimakan adalah
manusia yang telah mati dalam waktu relatif lama (mayat), maka kanibalisme
adalah memakan manusia tanpa peduli apakah manusia itu masih hidup atau
tidak. Jika ia masih hidup, bunuh saja dan langsung dimakan, itulah praktik
kanibalisme.
Salah satu suku yang masih melakukan ritual ini adalah Suku Korowai,
Papua Tenggara. Dalam suku tersebut ada sebuah peraturan dimana jika
diketahui seseorang melakukan praktik dukun atau bahkan seorang dukun, ia
akan disiksa, dibunuh lalu dimakan. Bahkan ada yang mengatakan otaknya
biasa langsung dimakan, saat masih hangat. Para antropologis percaya bahwa
sekarang ini ritual ini sudah jarang dilakukan, ini hanya mitos untuk menarik
turis.
2) Tradisi Potong Jari – Papua
Tradisi yang terbilang ekstrim ini memang sudah banyak ditinggalkan oleh
suku Dani. Potong jari adalah tradisi untuk menunjukan kesedihan karena
ditinggal oleh anggota keluarga. Bagi suku Dani jari mempunyai arti yang
lebih dalam, disimbolkan sebagai bentuk kerukunan, kebersatuan, dan
kekuatan dalam diri manusia ataupun sebuah keluarga.
3) Gigi Runcing Suku Mentawai – Kalimantan
Bagi suku Mentawai wanita yang cantik harus memenuhi tiga kriteria.
Pertama, telinganya yang panjang. Kedua, tubuhnya dihiasi titi atau tato.
Ketiga, giginya yang runcing. Tradisi untuk meruncingkan gigi ini diyakini
akan menambah kecantikan sang wanita.
4) Tabuik – Sumatera Barat
Tabuik adalah bahasa Arab yang memiliki arti kata tabut atau mengarak.
Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat di Pantai Barat, Sumatera Barat yang
diselenggarakan secara turun menurun. Upacara tabuik ini digelar setiap hari
Asyura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram. Upacara tradisi ini menjadi
simbol dan bentuk ekspresi rasa duka yang mendalam dan rasa hormat umat
Islam di Pariaman terhdapat cucu Nabi Muhammad SAW.
5) Batombe – Sumatera Barat
Berpantun memang menjadi salah satu ciri orang Indonesia. Di Sumatera
Barat terdapat tradisi berpantun, awalnya batombe adalah tradisi yang biasa
dilakukan ketika membangun rumah gadang. Pada intinya tradisi ini ingin
menghibur orang yang bekerja agar lebih bersemanagt. Selain berpantun,
batombe juga mengharuskan para pemainnya untuk menari.

5. Budaya dipakai bersama – sama


Kebudayaan merupakan hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya yaitu masyaraakat
yang menghasilkan tekhnologi dan kebudayaan kebendaan yang terabadikan pada
keperluan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia yaitu kebijaksanaan yang sangat
tinggi di mana aturan kemasyarakatan terwujud oleh kaidah-kaidah dan nilai-nilai
sehingga denga rasa itu, manusia mengerti tempatnya sendiri, bisa menilai diri dari segala
keadaannya.
Contoh :
1) Contoh Tarian Daerah
 Tarian dari Aceh : Tari saman, Tari Seudati dan Tari Pukat
 Tarian dari Sumatra Utara : Manduda, Tortor dan Serampang Dua Belas
 Tarian dari Jawa Timur : Ngremo dan Reog
2) Contoh Lagu Daerah
 Lagu Daerah Aceh : Beungong Jeumpa
 Lagu Daerah Jakarta : Kicir-kicir
 Daerah Jawa Tengah : Suwe Ora Jamu
 Lagu Lagu Daerah Papua : Apuse
3) Contoh Alat Musik Daerah
 Alat Musik dari Jawa barat : Angklung
 Alat Musik dari Jawa Tengah : Gamelan
4) Rumah Adat di Indonesia
 Rumah Gadang : Minangkabau/Sumatera Barat
 Rumah Limas : Sumatra Selatan
5) Pakaian dan Senjata Adat di Indonesia
Pakaian adat masing-masing daerah juga berbeda-beda, pakaian adat ini
umumnya dipakai pada acara-acara tertentu atau ritual-ritual tertentu. Misal saja
dipakai pada saat pernikahan, upacara adat dan acara-acara yang lainnya. Berikut
adalah contoh pakaian adat beserta dengan daerah asalnya :
 Baju Inong : Aceh
 Kain Ulos : Batak/Sumatra Utara
 Baju Kurung : Minangkabau
 Kebaya : Jawa
 Baju Bodo : Sulawesi Selatan

6. Budaya bersifat dinamis


Kebudayaan itu tidak bersifat statis, ia selalu berubah atau bersifat dinamis. Tanpa adanya
“gangguan” dari kebudayaan lain atau asing pun dia akan berubah dengan berlalunya
waktu. Bila tidak dari luar, akan ada individu-individu dalam kebudayaan itu sendiri yang
akan memperkenalkan variasi -variasi baru dalam tingkah-laku yang akhirnya akan
menjadi milik bersama dan dikemudian hari akan menjadi bagian dari kebudayaannya.
Dapat juga terjadi karena beberapa aspek dalam lingkungan kebudayaan tersebut
mengalami perubahan dan pada akhirnya akan membuat kebudayaan tersebut secara
lambat laun menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi tersebut.
Contoh :
1) Setiap kebudayaan pasti mengalami perubahan atau perkembangan, walaupun kecil
dan sering kali tidak dirasakan oleh anggota-anggotanya. Coba perhatikan corak
pakaian pada potret nenek anda ketika masih muda, lalu bandingkan dengan corak
pakaian anda saat ini. Tentu keduanya berbeda. Itulah contoh kecil perubahan dalam
masyarakat. Umumnya, unsur kebedaan seperti teknologi lebih terbuka terhadap
proses perubahan, dibandingkan dengan unsur rohani seperti moral dan agama yang
cenderung statis.
2) Budaya kita orang islam biasanya bila ingin melakukan ibadah membawa al quran
tetapi karena terburu buru dan tertinggal namun kecanggihan teknologi sekarang
biasa digantikan dengan gadget dengan aplikasi al quran didalamnya
3) Budaya kita orang kristen biasanya bila ingin melakukan ibadah pada hari minggu
membawa alkitab tetapi karena terburu buru dan tertinggal namun kecanggihan
teknologi sekarang biasa digantikan dengan gadget dengan aplikasi alkitab
didalamnya
4) Dengan kecanggihan teknologi sekarang membuat budaya membawa buku
berkurang berganti dengan handphone dengan mengakses internet.
5) Dengan kecanggihan tekonologi dijaman modern mahasiswa membuat tugas yang
biasanya dengan tulis tangan atau dengan mesin ketik sekarang dapat digantikan
dengan laptop atau note book yang mempermudah kerja.

You might also like