Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berbagai ragam budaya, adat, dan kelompok. Sebagai falsafah bangsa, Pancasila
merupakan norma dasar yang dijadikan sebagai sumber dari segala sumber hukum
norma dasar negara dan segala bentuk hukum di Indonesia harus diukur menurut
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, serta didalam aturan hukum itu harus
tercermin kesadaran dan rasa keadilan yang sesuai dengan kepribadian dan
falsafah hidup bangsa. Dan Pancasila itu ada merupakan hasil dari masyarakat
dirumuskan oleh para pendiri Negara Indonesia dengan cara menggali nilai-nilai
sebelum mendirikan Negara. Dari nilai-nilai yang sudah ada sebelum mendirikan
1
Drs. C.S.T. Kansil, S.H., 1990, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, PT.
Pradnya Paramita, Jakarta, hal : 68.
2
Prof. DR. Kaelan, M.S., 2014, Pendidikan Pancasila Edisi Reformasi, Paradigma,
Yogyakarta, hal : 97.
Negara berarti Pancasila memang sudah memiliki nilai budaya yang dimiliki
bangsa Indonesia secara keseluruhan yang telah dituangkan ke dalam lima sila
Pancasila.
terbentuk tidak lepas dari sifat dan hakikat dari kebudayaan itu adalah sikap dan
tingkah laku manusia yang selalu dinamis, bergerak dan beraktivitas untuk
dengan manusia lainnya. Hal inilah yang menyebabkan suatu produk hukum yang
dibuat harus melihat dan mengikuti kebudayaan masyarakat dimana hukum itu
diterapkan. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum yang paling
tinggi kedudukannya juga akan menjadi tumpuhan dalam setiap perubahan dan
undangan di Indoenesia.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Budaya Hukum
nilai Pancasila bertitik tolak dari konstitusi, the supreme law of the land (hukum
tertinggi), dengan mengerahkan segala potensi dan kemampuan sumber daya yang
sistem hukum, untuk menjaga berbagai produk hukum yang dilahirkan tetap
Hukum bukan sekedar alat yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan tertentu,
tetapi hukum itu merupakan perangkat tradisi, obyek pertukaran nilai yang tidak
netral dari pengaruh sosial dan budaya. Secara tidak langsung mengenai sosial dan
Hukum harus dilihat sebagai suatu sistem yang utuh. Hukum merupakan
suatu sistem, berarti bahwa hukum itu merupakan suatu tatanan, dimana hukum
merupakan suatu kesatuan yang utuh yang terdiri dari bagian-bagian atau unsur-
unsur yang saling berkaitan erat satu sama lain. Sistem dapat diartikan dalam
beberapa arti :
kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur yang mempunyai interaksi satu sama lain
dan bekerja untuk mencapai tujuan kesatuan tersebut. dari setiap sistem
dapat dikatakan bahwa suatu sistem adalah tidak terlepas dari asas-asas yang
fungsional. Sehingga dalam sistem hukum yang baik tidak boleh ada
ada.
Secara sosiologis, hukum sebagai sistem nilai yang merupakan sub sistem
dari sistem sosial. Hukum sebagai sistem nilai yang merupakan sub sistem dari
sistem sosial sebenarnya menjabarkan bahwa hukum merupakan das sein dan das
sollen yang antara sisi yang satu dengan sisi yang lainnya yaitu antara das sein
dan das sollen tidak mudah untuk dipertemukan bahkan seringkali mereka
terlepad dari faktor-faktor non yuridis yang hidup dan berkembang yang salah
satunya adalah kultur hukum atau budaya hukum. Budaya sebagai produk
masyarakat amat beragam bentuk dan jenisnya dan berbeda tidak hanya
masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain pun juga berbeda, sehingga
hukum seorang pedagang kaki lima dengan seorang guru, sopir dengan pegawai,
dan sebagainya.
1. Stuktur hukum :
produk hukum.
2. Substansi hukum :
3. Budaya hukum :
kuat, kredibel, akuntabel dan capabel. Substansi harus selaras dengan rasa
tempatnya yang logis dalam kerangka budaya milik masyarakat umum. Elemen
budaya hukum (legal culture) yang harus diperhatikan. Budaya hukum dapat
mengenai baik dan buruknya dapat dipengarhi dari budaya hukumnya dimana
mayoritas berperilaku positif maka manusia yang ada disekitarnya pun ikut dan
setiap perilaku manusia telah diatur dalam suatu peraturan hukum, baik itu
peraturan dalam bentuk tertulis maupun peraturan dalam bentuk tidak tertulis
yang kesemuanya itu mempunyai sifat yang memaksa untuk yang tertulis, seperti
undang-undang dan pelengkap tetapi harus ditaati pula oleh masyarakat, seperti
hukum adat.
yang sama dari masyarakat tertentu terhadap gejala-gejala hukum. Tanggapan itu
suatu budaya hukum menunjukkan tentang pola perilaku individu sebagai anggota
penegakkan huku, tidak luput dari peran serta msayarakat sebagai subyek
mendukung tegaknya hukum seperti main hakim sendiri, tidak bersahabat dengan
yaitu ada faktor yang bersal dari dalam dan ada yang berasal dari luar.
1. Faktor dari dalam
sistem dapat bekerja sama. Namun, apabila salah satudari komponen sitem tidak
dapat bekerja sebagaimana mestinya, maka hukum yang tegak adalah sebuah
angan-angan belaka.
karena terbentuk dari budaya dan kebiasaan masyarakat. Sehingga hukum dapat
dianggap selalu dapat mengerti apa yang dibutuhkan oleh manusianya. Apabila
saat ini sudah dizaman yang dapat dibilang modern, maka hukum pun harus
sesuai dengan zaman yang sekarang. Tetapi tidak jarang hukum dijaman yang
dengan teorinya tentang Jenjang Norma Hukum (Die theorie von stufenordnung
der rechtsnormen) sebagai pengembangan dari teori Hans Kelsen tentang Jenjang
Norma (stufentheorie).3
3
Jazim Hamidi, 2006, Revolusi Hukum Indonesia: Makna, Kedudukan dan Implikasi
Hukum Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945 dalam Sistem Ketatanegaraan RI, Konstitusi Press
dan Citra Media, Jakarta dan Yogyakarta, hlm. 59.
4
Dardji Darmodihardjo, 1999, Pokok-pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana
Filsafat Hukum Indonesia, Gramedia, Jakarta, hlm. 21
3. Formelegezetze atau undang-undang formal yang pada peraturan tersebut
dan peraturan yang otonom, baik yang lahir dari delegasi maupun atribusi;
Dalam negara terdapat suatu dasar fundamental atau pokok kaidah yang
merupakan sumber hukum positif yang dalam ilmu hukum tata negara disebut
tersebut intinya tidak lain adalah Pancasila. Maka Pancasila merupakan cita-cita
hukum, kerangka berpikir, sumber nilai serta sumber arah penyusunan dan
konsep norma dasar dan konstitusi menurut Kelsen dan pengembangan yang
dibuat Hans Nawiasky, serta melihat hubungan antara Pancasila dan UUD 1945.
5
Penempatan Pancasila sebagai Staatsfundamental-norm pertama kali disampaikan oleh
Notonagoro. Pancasila dilihat sebagai cita hukum (rechtsidee) merupakan bintang pemandu. Posisi
ini mengharuskan pembentukan hukum positif adalah untuk mencapai ide-ide dalam Pancasila,
serta dapat digunakan untuk menguji hukum positif. Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai
Staatsfundamentalnorm maka pembentukan hukum, penerapan, dan pelaksanaanya tidak dapat
dilepaskan dari nilai-nilai Pancasila.
Memang hingga kini masih terjadi polemik di kalangan ahli hukum mengenai
sebenarnya yang dapat disebut sebagai sumber dari segala sumber hukum.6
hukum atau kebijakan negara lainnya yaitu: (1) kebijakan umum dan politik
hukum harus tetap menjaga integrasi atau keutuhan bangsa baik secara ideologi
maupun secara teritori, (2) kebijakan umum dan politik hukum haruslah
(negara hukum) sekaligus, (3) kebijakan umum dan politik hukum haruslah
didasarkan pada upaya membangun keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
(4) kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada prinsip toleransi
Pancasila, secara yuridis harus diderivasikan kedalam UUD Negara Indonesia dan
seperti ini Pancasila telah memiliki legitimasi filosofis, yuridis dan politis. Dalam
6
Jimly Assihiddiqie, 2006, Pengantar Ilmu Tata Negara, Sekretariat Jenderal dan
Kesekretariatan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta.
7
Mahfud MD, 1998, Politik Hukum di Indonesia, LP3ES, Jakarta, hlm.35.
kapasitas ini Pancasila telah diderivasikan dalam suatu norma-norma dalam
masyarakat maka hukum harus senantiasa di perbaharui agar aktual atau sesuai
suatu tata hukum yang memberi arti dan makna bagi hukum itu sendiri sehingga
tanpa dasar yang di berikan oleh Pancasila maka hukum akan kehilangan arti dan
maknanya sebagai hukum itu sendiri. Demikian juga dengan fungsi regulatifnya
Pancasila menentukan apakah suatu hukum positif itu sebagai produk yang adil
tolak derivasi (sumber penjabaran) dari tertib hukum di Indonesia termasuk UUD
1945. Dalam pengertian inilah menurut istilah ilmu hukum disebut sebagai
1999:59).
yaitu sumber hukum ditinjau dari bentuk dan tata cara penyusunan hukum, yang
8
Notonagoro, Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pencasila, Pidato 18 November 1968
(Djakarta : Pantju-ran Tujuh, 1975), hlm.20 sebagaimana dikutip Philipus M Hadjon, Pancasila
Sebagai Dasar Negara Dan Hukum Tata Negara Dalam Jurnal Yustika (Surabaya : FH UBAYA,
1998), hlm.63.
Sumber material hukum, yauitu suatu sumber hukum yang menentukan materi
dalamnya terkanndung nilai nilai religious, nilai hukum kodrat, nilai hukum moral
Dengan demikian Pancasila menentukan isis dan bentuk peraturan per undang
tiadanya kontradiksi antara berbagai peraturan per undang undangan baik secara
ketidakseraian atau bertentangan satu norma hukum dengan norma hukum lainnya
yang secara hierarkhis lebih tinggi apalagi dengan Pancasila sebagai sumbernya,
karenanya norma hukum yang lebih rendah itu batal demi hukium (Mahfud,
1999:59).
pembaharuan hukum juga harus bersumber pada kenyataan empiris yang ada
Menurut Johan Galtung suatu perubahan serta pengembangan secara ilmiah harus
mempertimbangkan 3 unsur (1) nilai, (2) teori atau norma, dan (3) fakta atau
9
Kaelan. 2010, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta, hlm. 244
Oleh karena itu dalam reformasi hukum dewasa ini selain Pancasila
sumber nilai, terdapat unsure pokok yang justru tidak kalah pentingnya yaitu
kenyataan empiris yang ada dalam masyarakat. Oleh karena masyarakat bersifat
dalam norma norma hukum dengan sendirinya selama hal tersebut didak
bertentangan dengan nilai nilai hakiki yang terkandung dalam sila sila Pancasila.
Dengan demikian maka upaya untuk reformasi hukum akan benar benar mampu
mengantarkan ketingkatan harkat dan martabat yang lebih tinggi sebagai makhluk
10
Ibid, hlm. 245
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
2. Dalam negara terdapat suatu dasar fundamental atau pokok kaidah yang
merupakan sumber hukum positif yang dalam ilmu hukum tata negara
pembaharuan hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Kansil, 1990. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta : PT. Pradnya
Paramita.
Paradigma.