Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Dan pada tahun 1934 seorang dokter dari Inggris bernama Mary
Walker melihat adanya gejala-gejala yang serupa antara Miastenia gravis
dengan keracunan kurare. Mary Walker menggunakan antagonis kurare yaitu
fisiotigmin untuk mengobati Miastenia gravis dan ternyata ada kemajuan
nyata dalam penyembuhan penyakit ini. Miastenia gravis banyak timbul
antara umur 10-30 tahun. Pada umur dibawah 40 tahun miastenia gravis
lebih banyak dijumpai pada wanita. Sementara itu diatas 40 tahun lebih
banyak pada pria . Insidens miastenia gravis di Amerika Serikat sering
dinyatakan sebagai 1 dalam 10.000. Tetapi beberapa ahli menganggap angka
ini terlalu rendah karena sesungguhnya banyak kasus yang tidak pernah
terdiagnosis.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DEFINISI
Miastenia gravis adalah suatu kelainan autoimun yang ditandai oleh suatu
kelemahan abnormal dan progresif pada otot rangka yang dipergunakan secara
terus-menerus dan disertai dengan kelelahan saat beraktivitas. Penyakit ini timbul
karena adanya gangguan dari synaptic transmission atau pada neuromuscular
junction. Dimana bila penderita beristirahat, maka tidak lama kemudian kekuatan
otot akan pulih kembali 5 .
II.2 EPIDEMIOLOGI
2
II.3 ETIOLOGI
Sejumlah temuan telah dikaitkan dengan MG, seperti perempuan dan orang
dengan leukosit antigen tertentu manusia (HLA) memiliki kecenderungan genetik
terhadap penyakit autoimun. Profil histokompatibilitas kompleks meliputi HLA-
B8, HLA-DRw3, dan HLA-DQw2 (meskipun ini belum terbukti berhubungan
dengan bentuk MG okular). Penyakit SLE dan RA mungkin berhubungan dengan
MG. Sensitisasi terhadap antigen asing yang memiliki reaktivitas silang dengan
reseptor AcH nikotinat telah diusulkan sebagai penyebab miastenia gravis, tetapi
antigen pemicu belum diidentifikasi 3 .
3
b. Penisilamin - Ini dapat menyebabkan miastenia sejati, dengan tingginya titer
antibodi anti-ACHR terlihat pada 90% kasus, namun, kelemahan ringan dan
pemulihan penuh dicapai seminggu sampai sebulan setelah penghentian
obat
c. Beta-adrenergik reseptor blocking agen (misalnya, propranolol dan
oxprenolol)
d. Lithium
e. Magnesium
f. Procainamide
g. Verapamil
h. Quinidine
i. Klorokuin
j. Prednisone
k. Timolol (yaitu, agen beta-blocking topikal digunakan untuk glaukoma)
l. Antikolinergik (misalnya, trihexyphenidyl)
m. Agen blocking neuromuscular (misalnya, vecuronium dan curare) harus
digunakan dengan hati-hati pada pasien MG untuk menghindari blokade
neuromuskuler yang berkepanjangan
n. Nitrofurantoin juga telah dikaitkan dengan perkembangan MG okular dalam
1 laporan kasus; penghentian pemberian obat mengakibatkan pemulihan
lengkap.
II. 4 PATOFISIOLOGI
Otot rangka dan otot lurik dipersarafi oleh nervus besar bermielin yang
berasal dari sel kornu anterior medula spinalis dan batang otak. Nervus ini
mengirim keluar aksonnya dalam nervus spinalis atau kranialis menuju perifer.
Nervus yang bersangkutan bercabang berkali-kali dan mampu merangsang 2000
serat otot rangka. Kombinasi saraf motorik dan serabut otot yang dipersarafinya
disebut unit motorik. Meskipun setiap neuron motorik mempersyarafi banyak
serabut otot, tetapi setiap serabut otot dipersyarafi oleh hanya satu neuron
motorik.
4
komponen dasar : elemen prasinaptik, elemen pascasinaptik dan celah sinaptik.
Elemen prasinaptik terdiri dari akson terminal yang terdiri berisi vesikel sinaptik
dengan neurotransmiter asetilkolin. Asetilkolin disintesis dan disimpan dalam
akson terminal (Button). Membran plasma akson terminal disebut membran
prasinaps. Elemen pascasinaps terdiri dari membran pascasinaps atau ujung
lempeng motorik dari serat otot. Membran pascasinaps dibentuk oleh invaginasi
yang disebut saluran sinaps membran otot atau sarkolema kedalam tonjolan akson
terminal. Membran pascasinaps memiliki banyak lipatan yang sangat
meningkatkan luas permukaan.
5
Miastenia Gravis yang dapat mengakibatkan regurgitasi melalui hidung ketika
berusaha menelan dan pasien dapat mengalami aspirasi, gangguan suara
(disfonia). Kelemahan otot pernapasan juga ditandai dengan batuk lemah dan
akhirnya serangan dispnea, dan ketidakmampuan membersihkan mukus dari
cabang trakeobronkial. Selain itu terjadi kelemahan otot ekstremitas yang
menyebabkan pasien kesulitan untuk berdiri, berjalan, atau bahkan menahan
lengan di atas kepala (Misalnya ketika sedang menyisir rambut) 7 .
6
II.5 GEJALA KLINIS
7
Miastenia gravis dikarakteristikkan melalui adanya kelemahan yang
berfluktuasi pada otot rangka dan kelemahan ini akan meningkat apabila sedang
beraktivitas 4 .
Penderita akan merasa ototnya sangat lemah pada siang hari dan kelemahan
ini akan berkurang apabila penderita beristirahat 8. Gejala klinis miastenia gravis
antara lain :
8
Gambar : Manifestasi Klinis Miastenia Gravis
Tabel : Manifestasi Klinis Pada Miastenia Gravis Dari Gejala Yang Sering Terjadi Sampai Pada Gejala yang Jarang Terjadi 7
Jarang terjadi
II.6 KLASIFIKASI
9
Klasifikasi Klinis Miastenia Gravis 7
10
Klasifikasi Klinis
Kelompok I Miastenia Okular Hanya menyerang otot-otot ocular,
disertai ptosis dan diplopia
Kelompok Miastenia Umum
A. Miastenia umum ringan Awitan (onset) lambat, biasanya
pada mata, lambat laun menyebar
ke otot-otot rangka dan bulbar
System pernafasan tak terkena.
Respon terhadap terapi obat baik
Angka kematian rendah
B. Miastenia umum sedang Awitan bertahap dan sering
disertai gejala-gejala ocular, lalu
berlanjut semakin berat dengan
terserangnya seluruh otot-otot
rangka dan bulbar
Disartria, disfagia, dan sukar
mengunyah lebih nyata
dibandingkan dengan miastenia
umum ringan. Otot-otot
pernafasan tak terkena
Respon terhadap terapi obat
kurang memuaskan dan aktivitas
klien terbatas, tetapi angka
kematian rendah
C. Miastenia umum berat 1. Fulminan akut:
Awitan yang cepat dengan
kelemahan otot-otot rangka
dan bulbar dan mulai
terserangnya otot-otot
pernafasan
Biasanya penyakit
berkembang maksimal dalam
waktu 6 bulan
Respon terhadap obat buruk
Insiden krisis miastenik,
kolinergik, maupun krisis
gabungan keduanya tinggi
Tingkat kematian tinggi
2. Lanjut
Miastenia gravis berat timbul
paling sedikit 2 tahun setelah
awitan gejala-gejala kelompok
I atau II 11
Miastenia gravis dapat
berkembang secara perlahan
atau tiba-tiba
Tabel : Klasifikasi miastenia gravis menurut Myasthenia Gravis Foundation of
America (MGFA) 6 .
12
II.7 DIAGNOSIS
A. Anamnesis
13
kedutan kelopak mata merupakan cara lain untuk menguji kelelahan otot.
Pasien diarahkan untuk melihat ke bawah selama 10-15 detik dan kemudian
kembali dengan cepat dalam posisi semula. Pengamatan pada gerak kelopak
mata yang lebih ke atas ditambah dengan kedutan dan diikuti oleh reposisi
kembali ke kondisi ptosis, mengidentifikasi kelelahan yang mudah terjadi
dan pemulihan yang lambat dari otot. Tanda mengintip terjadi ketika fisura
palpebral melebar setelah periode penutupan kelopak mata secara volunter 4
C. Pemeriksaan Laboratorium 4
a. Anti-asetilkolin reseptor antibodi
Merupakan salah satu tes yang penting pada penderita miastenia gravis. Tes
ini menunjukkan hasil positif pada sekitar 84% pasien yang menderita
thymoma dalam usia kurang dari 40 tahun. Pada pasien tanpa thymoma
dengan usia lebih dari 40 tahun, anti-SM Ab dapat menunjukkan hasil positif.
14
Hampir 50% penderita miastenia gravis yang menunjukkan hasil anti-AChR
Ab negatif (miastenia gravis seronegarif), menunjukkan hasil yang positif
untuk anti-MuSK Ab.
d. Antistriational antibodies
D. Imaging 2
a. Chest x-ray
b. MRI
Pada otak dan orbita sebaiknya tidak digunakan sebagai pemeriksaan rutin.
MRI dapat digunakan apabila diagnosis miastenia gravis tidak dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang lainnya dan untuk mencari
penyebab defisit pada saraf otak.
15
Beberapa diagnosis banding untuk menegakkan diagnosis miastenia gravis,
antara lain 3,8 :
1. Adanya ptosis atau strabismus dapat juga disebabkan oleh lesi nervus III
pada beberapa penyakit selain miastenia gravis, antara lain :
a. Meningitis basalis (tuberkulosa atau luetika)
b. Infiltrasi karsinoma anaplastik dari nasofaring
c. Aneurisma di sirkulus arteriosus Willisii
d. Paralisis pasca difteri
e. Pseudoptosis pada trachoma
f. Apabila terdapat suatu diplopia yang transient maka kemungkinan
adanya suatu sklerosis multipleks.
g. Sindrom Eaton-Lambert (Lambert-Eaton Myasthenic Syndrome),
penyakit ini dikarakteristikkan dengan adanya kelemahan dan kelelahan
pada otot anggota tubuh bagian proksimal dan disertai dengan kelemahan
relatif pada otot-otot ekstraokular dan bulbar. Pada LEMS, terjadi
peningkatan tenaga pada detik-detik awal suatu kontraksi volunter,
terjadi hiporefleksia, mulut kering, dan sering kali dihubungkan dengan
suatu karsinoma terutama oat cell carcinoma pada paru. EMG pada
LEMS sangat berbeda dengan EMG pada miastenia gravis. Defek pada
transmisi neuromuscular terjadi pada frekuensi renah (2Hz) tetapi akan
terjadi ahmbatan stimulasi pada frekuensi yang tinggi (40 Hz). Kelainan
pada miastenia gravis terjadi pada membran postsinaptik sedangkan
kelainan pada LEMS terjadi pada membran pre sinaptik, dimana
pelepasan asetilkolin tidak berjalan dengan normal, sehingga jumlah
asetilkolin yang akhirnya sampai ke membran postdinaptik tidak
mencukupi untuk menimbulkan depolarisasi.
h. Botulisme
Efek dari racun ini terbatas untuk blokade terminal perifer saraf
kolinergik, termasuk neuromuskuler junction, postganglionik ujung saraf
parasimpatik, dan ganglia perifer. Blokade ini menghasilkan karakteristik
penurunan kelumpuhan bilateral dari otot yang diinervasi oleh saraf
otonom cranial, tulang spinal, dan kolinergik tetapi tidak terdapat
penurunan saraf adrenergik atau sensoris. Botulisme memiliki pola berat,
progresif, dan simetris.
16
II. 9 PENATALAKSANAAN
a. Antikolinesterase
Pyridostigmine bekerja pada otot polos, sistem saraf pusat (SSP), dan
kelenjar sekretori, kerjanya memblok AChE. Agen intermediate-acting,
lebih disukai dalam penggunaan klinis daripada “short-acting” bromida
neostigmine dan “long acting” klorida ambenonium. Bekerja dalam 30-
60 menit, efek berlangsung 3-6 jam. MG tidak mempengaruhi semua
otot rangka yang sama, dan semua gejala mungkin tidak dapat
dikendalikan tanpa efek samping. Pada pasien kritis atau pasca operasi,
obat diberikan secara intravena (IV). Di Amerika Serikat,
pyridostigmine tersedia dalam 3 bentuk: 60-mg tab, 180-mg timespan
tablet, dan 60 mg/5 ml sirup. Efek dari tablet timespan bertahan 2,5 kali
lebih lama. Bentuk timespan adalah sebagai adjuvan pyridostigmine
reguler untuk mengontrol gejala myasthenic pada malam hari.
Penyerapan dan bioavailabilitas tablet timespan bervariasi antara
pasien. Dapat diberikan piridostigmin 30-120 mg per oral tiap 3 jam
atau neostigmin bromida 15-45 mg per oral tiap 3 jam. Piridostigmin
biasanya bereaksi secara lambat. Terapi kombinasi tidak menunjukkan
hasil yang menyolok.
b. Neostigmine
17
Apabila diperlukan, neostigmin metilsulfat dapat diberikan secara
subkutan atau intramuskularis (15 mg per oral setara dengan 1 mg
subkutan/intramuskularis), didahului dengan pemberian atropin 0,5-1,0
mg.
c. Steroid
1. Prednisone
18
berhubungan dengan titer antibodi menurun, biasanya terjadi pada
1-4 bulan.
2. Methylprednisolone
d. Imunosupresan
1. Azatioprin
19
dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan fungsi hati. Sesudah itu
pemeriksaan laboratorium dikerjakan setiap bulan sekali.
Pemberian prednisolon bersama-sama dengan azatioprin sangat
dianjurkan. Karena efek samping kortikosteroid, klinisi dan dokter
seringkali menggunakan steroid-sparing medications, misalnya:
azathioprine, dengan dosis yang ditingkatkan secara bertahap
sampai 2-3 mg/KgBB/hari PO. Perbaikan maksimal dicapai dalam
waktu 1-2 tahun, karena kerja azathioprine yang lebih lambat
daripada kortikosteroid. Azathioprine digunakan bersama-sama
dengan kortikosteroid, bukan sebagai monoterapi.
2. Mycophenolate mofetil
3. Cyclosporine
e. Imunoglobulin
20
IVIG direkomendasikan untuk MG krisis, pada pasien dengan
kelemahan berat yang kurang terkontrol dengan agen lainnya, atau
sebagai pengganti dari pertukaran plasma dengan dosis 1 g / kg.IVIG
efektif dalam MG sedang atau berat yang memburuk menjadi krisis.
Dosis tinggi IVIG berhasil pada MG, meskipun mekanisme kerja tidak
diketahui. Hal ini digunakan dalam manajemen krisis (misalnya,
myasthenic krisis dan periode perioperatif) bukan atau dalam kombinasi
dengan plasmapheresis. Seperti plasmapheresis, ia memiliki onset yang
cepat, tetapi efek berlangsung hanya dalam waktu singkat.
f. Plasmaparesis
g. Thimektomi
21
sebagai pilihan untuk meningkatkan kemungkinan remisi atau
perbaikan 4 .
II. 10 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien miastenia gravis antara lain 3 :
1. Bisa timbul miastenia crisis atau cholinergic crisis akibat terapi yang tidak
diawasi
2. Pneumonia
3. Bullous death
II. 11 PROGNOSIS
Dalam myasthenia gravis (MG) okuler, lebih dari 50% kasus berkembang ke
myasthenia gravis (MG) umum dalam waktu satu tahun, remisi spontan <10%.
Sekitar 15-17% pasien akan tetap mengalami gejala okular selama masa tindak
lanjut rata-rata hingga 17 tahun. Pasien-pasien ini disebut sebagai myasthenia
gravis (MG) okular. Sisanya mengembangkan kelemahan umum dan disebut
sebagai generalized myasthenia gravis (MG). Sebuah studi dari 37 pasien
myasthenia gravis (MG) menunjukkan bahwa kehadiran thymoma terkait dengan
gejala yang lebih buruk 4 .
22
BAB III
KESIMPULAN
23
sering terjadi pada usia 60 tahun. Pada anak, prognosis sangat bervariasi tetapi
relatif lebih baik daripada orang dewasa.
DAFTAR PUSTAKA
24
5. James F.H. 2008. Epidemilogy and Pathophysiology.
Dalam Jr.M.D,penyunting. Myasthenia Gravis A Manual For Health Care
Provider. Edisi ke1. Amerika.
6. Myasthenia Gravis and Related Disorders of The
Neuromuscular Junction. In: Ropper A, Brown R, eds. Adam and Victor’s :
Principles of Neurology 8thed. McGraw Hill. 2005.
7. Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M., 2006.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit ed. 6 vol.2. EGC. Jakarta.
8. Romi, Gilhus, Aarli. Myasthenia gravis: clinical,
immunological,and therapeutic advances. Acta Neurol Scand. 2005
25