You are on page 1of 6

STRES & KOPING KELUARGA

I. Konsep Stres dan Koping Dasar Keluarga


 Stres adalah respon atau keadaan ketegangan yang disebabkan oleh stresor/ oleh
tuntutan aktual/yang dirasakan yang tetap tidak teratasi (Antonovsky, 1979;
Burr,1973).
 Stressor merupakan agen presipitasi yang mengaktifkan proses stress (Burr et al.,
1993) dalam keluarga stressor dapat berupa peristiwa atau pengalaman
interpersonal (di dalam/luar keluarga), lingkungan, ekonomi, atau sosial-budaya.
Contohnya seperti Ambiguitas Janda(hidup sendiri) yang apabila stressor
terakumulasi dan besarnya stressor dalam kehidupan akan memberikan perkiraan
stress yang dialami keluarga (Olson et al., 1983).
 Interpretasi anggota Keluarga terhadap pengalaman mereka.
 Koping terdiri atas upaya pemecahan masalah yang dihadapi oleh individu dengan
tuntutan yang sangat relevan dengan kesejahteraannya, tetapi membebani sumber
seseorang (Lazarus, Averill, & Opton 1974).
 Koping Keluarga proses aktif saat keluarga memanfaatkan sumber keluarga yang
ada dan mengembangkan perilaku serta sumber baru yang akan memperkuat unit
keluarga dan mengurangi dampak peristiwa hidup penuh stress (McCubbin, 1979).
Respon atau perilaku koping keluarga merupakan tindakan atau kognisi khusus
yang dilakukan keluarga saat beradaptasi terhadap stress (McCubbin, McCubbin,
Nevin & Cauble, 1981). Dengan bergesar koping dr tingkat Individu menjadi
koping keluarga, koping akan menjadi lebih kompleks.
 Krisis Keluarga, merupakan kondisi kekacauan, tidak teratur, atau
ketidakmampuan dalam sistem keluarga yang berlangsung secara terus menerus
(McCubbin, Nevin, & Cauble, 1981). Krisis terjadi ketika sumber dan strategi
adaftif keluarga tidak efektif.
 Adaptasi adalah proses mengelola tuntutan stressor melalui pemanfaatan sumber,
koping dan stategi pemecahan masalah. Hasil akhirnya adalah perubahan keadaan
fungsi yang dapat positif/negatif yang dapat meningkatkan/menurunkan keadaan
sejahtera keluarga (Burgess, 1978).
 Adaptasi Keluarga suatu proses saat keluarga terlibat dalam respon langsung
terhadap tuntutan stressor yang ekstensif, dan menyadari bahwa perubahan
sistemik dibutuhkan dalam unit keluarga.
 Koheresi Keluarga merupakan kunci sumber resistensi individu & keluarga.
 Resilience Keluarga proses adaptasi keluarga yang mana kita meihat keluarga
“ditantang” bukan “hancur”. Karena kemalangan (Walsh, 1998).
II. Konsep Stres
Stres adalah respon atau keadaan ketegangan yang disebabkan oleh stresor/
oleh tuntutan aktual/yang dirasakan yang tetap tidak teratasi (Antonovsky, 1979;
Burr,1973).
a. Fase Waktu Stress
1. Periode Antrestress
Merupakan periode antisipasi sebelum melawan stresor. Dalam periode ini
seseorang sadar terhadap bahaya yang mengancam. Jika keluarga dapat
mengidentifikasi stressor, bimbingan antisipasi serta strategi koping pencegahan dapat
dicari atau diberikan untuk memperlemah atau mengurangi dampak stressor.
2. Periode Stress Aktual
Defensif dan bertahan yang sangat dasar digunakan selama periode ini, jika
stress dalam keluarga sangat berat. Respon koping yang paling membantu selama
periode stress seringkali intra keluarga dan mencari dukungan spiritual.
3. Periode Pasca Stress
Terdiri dari strategi untuk mengembalikan keluarga dalam keadaan
homeostasis. Untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga selama fase ini keluarga
perlu saling bekerja sama, saling mengungkapkan perasaan, dan memecahkan
masalahnya atau mencari dan memanfaatkan dukungan keluarga guna memperbaiki
situasi penuh stress.
Empat kemungkinan hasil akhir pasca trauma :
a. Keluarga berfungsi pada tingkat lebih tinggi
b. Keluarga berfungsi pada tingkat sama dengan pra stress
c. Keluarga berfungsi pada tingkat lebih rendah
d. Perpecahan keluarga (perceraian, perpisahan, pengabaian)
Ketika keluarga berada pada tingkat c & d saat itulah membutuhkan bantuan
profesional untuk membantu keluarga meningkatkan rangkaian strategi koping yang
efektif.

III. Teori Stress Keluarga

a. Model ABCX (Hill, 1949)


Pra Krisis
Situasi dipandang sebagai hasil akhir negatif bagi keluarga.
Teori Stress Keluarga Hill (1949) lahir pada saat PD (Perang Dunia) Ke-II untuk
menjelaskan respon keluarga terhadap perpisahan dan penyatuan karena perang.
Model yang paling singkat menguraikan faktor-faktor yang menyebabkan krisis atau
bukan krisis dalam keluarga. Disusun menjadi Model ABCX (Faktor, A, B,C dan X)
Faktor A (Adanya Stressor atau peristiwa stressor aktual )
Faktor B ( Sumber & Penggunaan mekanisme koping keluarga)
Faktor C (Persepsi & interpretasi keluarga terhadap stressor atau peristiwa Stressor
Faktor X (Terlihat seperti krisis / bukan krisis yang merupakan nilai akhir)
b. Model ABCX GANDA (McCubbin & Patterson, 1982), modifikasi model
sebelumnya yang mana Faktor A diperluas hingga mencakup stresor asli dan
akumulasi.
c. Model PENYESUAIAN & ADAPTASI KELUARGA (Patterson, 1988),
menekankan pada hasil akhir positif yang mungkin
d. Model RESILIENCY (McCubbin & McCubbin, 1993), berdasarkan model
sebelumnya dan menekankan pada kekuatan dan resilience keluarga. Konsep
penjelasan baru ditambahkan : pola fungsi keluarga yang baru (tipe keluarga) dan
skema atau pandangan dunia keluarga. Variable koping diperluas hingga mencakup
pemecahan masalah.
- Biasanya Pasca krisis
- Krisis dipandang sebagai sebuah tantangan sebagai sebuah indikasi bahwa
keluarga harus membuat beberapa perubahan mendasar mengenai fungsi umum
keluarga dalam upaya beradaptasi dengan peristiwa stress. Penekanan utama
model ini adalah pada resilience keluarga atau kemampuan mereka untuk pulih
dari peristiwa yang menyedihkan. Model ini didasarkan empat asumsi yang
mendasarkan mengenai kehidupan keluarga, antara lain :
 keluarga menghadapi kesulitan dan perubahan keluarga sebagai aspek kehidupan
yang dialami dan dapat diprediksi sepanjang siklus kehidupan.
 keluarga mengembangkan kekuatan yang dirancang untuk meningkatkan tumbuh
kembang unit keluarga serta melindungi keluarga dari gangguan utama dalam
menghadapi transisi dan perubahan keluarga.
 keluarga mengembangkan kekuatan dan kemampuan dasar serta unit yang
dirancang untuk melindungi keluarga dari stresor dan ketegangan yang tidak
diharapkan dan meningkatkan adaptasi keluarga setelah suatu krisis keluarga atau
transisi dan perubahan besar.
 keluarga mendapatkan manfaat dan berperan pada jaringan hubungan dan sumber
dalam komunitas, terutama selama peridoe stress dan krisis.
IV. STRATEGI KOPING KELUARGA

Strategi Koping Perilaku, Kognitif, dan Emosional diartikan sebagi masalah atau
situasi khusus. Dan stategi koping disesuaikan dengan jenis stresor. Stratego “Kognitif”
(menerima situasi) akan membantu 90% IRT

Dengan begitu , peneliti stres dalam keluarga telah menunjukan bahwa dengan
menggunakan berbagai koping strategi untuk mengatasi stres lebih penting dibandingkan
menggunakan satu atau dua jenis strategi koping tertentu sepanjang waktu (Burr, Day, &
Bahr, 1993; Burr et al., 1994;McCubbin, Olson, & Larsen 1991)

a. Strategi Koping Keluarga Internal


1. Strategi Hubungan.
 Mengandalkan kelompok keluarga, bersatu bergantung pada sumber meeraka
sendiri merupakan satu dari proses yang penting dalam badai kehidupan dan
keluarga berhasil melalui masalah dengan menciptakan struktur dan organisasi
yang lebih besar di rumah dan keluarga.
 Kebersamaan yang lebih besar, berbagi perasaan dan pemikiran bersama keluarga
 Fleksibilitas peran, merupakan dimensi utama dalam adaptasi keluarga.
Contohnya fleksibilitas peran suami-istri sebagai strategi koping yang fungsional.
2. Strategi Kognitif
 Normalisasi, proses teruus-menerus yang melibatkan pengakuan penyakit kronik
tetapi menegaskan kehidupan keluarga sebagai kehidupan yang normal.
 Pengendalian makna masalah dengan pembingkaian ulang dan penilaian pasif,
menekankan bahwa dengan memiliki pandangan yang positif merupakan proses
utama dalam Resiliency Keluarga.
 Pemecahan masalah bersama, merupakan strategi koping kognitif & komunikasi
keluarga dengan cara pemecahan masalah dimulai dari mendiskusikan masalah
dengan segera, mencari pemecahan yang di dasari logika, dan mencapai
kesepakatan.
 Mendapatkan informasi dan pengetahuan, dimana pasien mencari pelayanan
kesehatan untuk mendaptkan materi yang terkait penyakit tersebut.
3. Strategi Komunikasi
 Terbuka dan jujur
 Menggunakan Humor & Tawa, dalam penyampaian kepada keluarga harus
membuat media semenarik mungkin serta tidak membuat keluarga bosan dengan
materinya tersebut.
b. Strategi Koping Keluarga Eksternal
1. Strategi Komunitas, Memelihara jaringan aktif dengan komunitas dan anggota
keluarga.
2. Strategi dukungan sosial
 Keluarga besar
 Teman
 Tetangga
 Kelompok Swa-Bantu
 Dukungan sosial formal
3. Strategi Spiritual
 Mencari bantuan rohaniawan
 Lebih terlibat dalam aktivitas keagamaan
 Memiliki keyakinan terhadap Allah
 Berdoa
 Mencari pembaruan dan keterkaitan dalam hubungan yang erat dengan alam.

Setiap keluarga memiliki strategi koping yang berbeda-beda. dan dari koping ini
mungkin adekuat dan mungkin kurang adekuat pada stress yang dimiliki keluarga.
Koping terdiri dari perubahan kognitif dan usaha perilaku secara konstan untuk
mengelola tuntutan-tuntutan eksternal dan internal spesifik yang dinilai melebihi dari
sumber individu (Lazarus & Folkman, 1984).
Walsh (2005) menyatakan proses kunci dalam resiliens keluarga termasuk system
keyakinan, pola organisasi, dan komunikasi keluarga. System keyakinan keluarga
meliputi membuat arti kesulitan, mempertahankan pandangan positif, dan dapat
melampui kesulitan melalui system keyakinan/ spiritual. Keluarga yang berkomunikasi
dengan jelas, dan dapat membuka ekspresi emosional dan memiliki pendekatan
pemecahan masalah yang kolaboratif memfasilitasi resiliens keluarga (Walsh, 2005).
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, Marilyn M. (2010). Buku Ajar Keperawtan Keluarga: Riset, Teori, dan Praktik..
Jakarta : EGC

Rice, Virginia H. (2012). Handbook of Stress, Coping, and Health : implications for Nursing
Research, Theory, and Practice - 2nd ed. United States America : SAGE

You might also like