Professional Documents
Culture Documents
1
KERANGKA ACUAN KERJA
PENETAPAN ZONASI DAN PENATAAN AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI
KOTA MEDAN
URAIAN PENDAHULUAN
1. Latar Ketertiban dan kenyamanan kota (tidiness and convenience) merupakan fungsi
Belakang turunan terpenting dari penataan ruang kota. Tujuan utama penataan ruang
kota adalah terciptanya keserasian antar fungsi kegiatan di dalam ruang kota.
Penataan ruang kota ini mutlak diperlukan karena dinamika ruang kota
cenderung bergerak ke arah terjadinya kompetisi ruang yang sangat potensial
bagi timbulnya konflik ruang. Potensi konflik ini sudah barang tentu harus
diantisipasi melalui penataan ruang yang baik.
Fenomena pertumbuhan Pedagang Kaki Lima (PKL) telah menjadi isu nasional
karena menimbulkan potensi konflik ruang yang akan berdampak negatif bagi
ketertiban dan kenyamanan kota. Konflik ruang yang ditimbulkan oleh PKL
biasanya terjadi ketika PKL sudah menempati ruang publik kota pada
tingkatan tertentu sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi ruang publik
tersebut. Contoh yang umum terjadi adalah terganggunya fungsi trotoar
sebagai tempat pejalan kaki dan fungsi jalan sebagai tempat penglaju
kendaraan bermotor. Dalam kaitan inilah maka upaya penataan PKL menjadi
sangat penting dilakukan sebagai bagian dari penataan ruang kota untuk
menjamin terwujudnya ketertiban dan kenyamanan kota. Kini hal itu tertuang
dalam Undang-undang penataan ruang yang baru yaitu UU No.26/2007. Salah
satu pasal dari UU tersebut yaitu pasal 28c menyebutkan bahwa dalam
rencana tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan
pemanfaatan sarana dan prasarana untuk kegiatan sektor informal. Secara
tersirat dari pasal tersebut diamanatkan bagi pemerintah kota untuk
menyediakan ruang bagi kegiatan sektor informal, diantaranya PKL.
Kondisi PKL di Kota Medan saat ini, sudah semakin padat dan hampir tiap
kecamatan di Kota Medan telah ditemui kegiatan PKL dan kecenderungan
jumlah PKL setiap tahunnya selalu meningkat. Hal ini dapat dilihat dari
semakin berkurangnya fungsi trotoar jalan bagi pedestrian akibat ruang ini
2
digunakan oleh PKL untuk melakukan kegiatannya. Keberadaan PKL di Kota
Medan berakibat mengganggu kenyamanan pejalan kaki karena ruang
geraknya digunakan oleh PKL dan kemacetan yang diakibatkan ruang pinggir
jalan digunakan untuk menyimpan gerobak/tempat dagangan para PKL
sehingga lebar jalan bagi kendaraan bermotor semakin sempit. Akibat lain
dari kegiatan PKL ialah menimbulkan kenampakan fisik kota yang buruk.
Kota Medan adalah kota pusat pertumbuhan di provinsi Sumatera Utara dan
merupakan pusat pertumbuhan di bagian barat Indonesia, kondisi ini akan
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan kota yang lebih cepat di
bandingkan dengan kota – kota disekitarnya. Selain itu, pertumbuhan dan
perkembangan Kota Medan akan menyebabkan semakin banyaknya peluang
bisnis yang dapat memacu peningkatan pertumbuhan jumlah Pedagang Kaki
Lima. Oleh karena itu sangat dibutuhkan suatu kegiatan penelitian tentang
solusi yang tepat untuk menata keberadaan pedagang kaki lima tersebut agar
selaras dengan perkembangan penataan kota.
Namun demikian, keberadaan PKL ini di satu sisi merupakan sektor yang
memberi kontribusi cukup besar terhadap perekonomian suatu kota, bahkan
hal ini terbukti pada saat terjadi krisis ekonomi di negara kita pada tahun
3
1997 dimana sektor ini mampu bertahan. Namun di sisi lain, kegiatan PKL ini
dianggap sebagai kegiatan yang mengganggu ketertiban dan kenyamanan
kota, bahkan ada juga yang menyebutnya sebagai ‘parasit kota’. Jumlah PKL ini
semakin lama semakin banyak akibat banyaknya sarana perdagangan yang
dibangun seperti mall, ruko, dan sebagainya yang bereksternalitas pada
tumbuhnya kegiatan ini. Hal ini jika dibiarkan berlarut-larut maka akan
menimbulkan dampak negatif terhadap penataan ruang Kota Medan. Untuk itu
perlu adanya penataan PKL sesuai amanat UU Penataan Ruang No. 26 tahun
2007.
Yang kedua, hal yang melatarbelakangi munculnya PKL selain aspek sosial
ekonomi ialah aspek kebijakan pemerintah yang salah satunya dituangkan ke
dalam RTRW Kota Medan. Pentingnya tinjauan terhadap aspek kebijakan
berupa RTRW Kota adalah untuk mengetahui sejauhmana PKL ini
diperhatikan kepentingannya dalam rencana tata ruang, apakah sudah ada
ruang untuk mereka atau tidak. Hal ini ditunjang dengan UU Penataan Ruang
No. 26 tahun 2007 yang mengharuskan dalam RTRW Kota untuk menyediakan
4
pengendalian dan pemanfaatan ruang untuk sektor informal, termasuk PKL.
Jika kepentingan untuk PKL belum ataupun telah termuat dalam RTRW, maka
perlu dibuat penetapan yang lebih spesifik dalam bentuk zonasi PKL untuk
penataan PKL yang merangkum kepentingan PKL, masyarakat, pemerintah
maupun swasta. Maka dari itu, Pemerintah Kota Medan melalui Bappeda Kota
Medan merasa perlu melakukan suatu kajian penetapan zonasi dan penataan
PKL di Kota Medan sebagai salah satu upaya menciptakan kenyamanan,
keserasian dan ketertiban ruang kota.
2. Maksud dan Adapun Studi ini bermaksud untuk menentukan zonasi aktifitas PKL di Kota
Tujuan Medan berdasarkan kepentingan PKL, masyarakat, pemerintah dan swasta.
3. Sasaran Adapun sasaran dari kegiatan Penetapan Zonasi dan Penataan Aktivitas
Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Medan ini adalah :
5
PKL.
4) Tersedianya model zonasi penataan PKL di Kota Medan.
4. Lokasi Di Medan
Kegiatan
5. Sumber Pelaksanaan pekerjaan kegiatan ini dilakukan berdasarkan Nomor DPA
Pendanaan SKPD ……………….. dengan kode kegiatan dengan anggaran berjumlah Rp.
205.250.000,- bersumber dari APBD Kota Medan tahun Anggaran 2018.
6. Nama dan Pemerintah Kota Medan a/n Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Organisasi (Bappeda) Kota Medan yang beralamat di Jl. Kapten Maulana Lubis No. 2
Pengguna Medan dengan nama Kegiatan Penetapan Zonasi dan Penataan Aktivitas
Anggaran Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Medan.
Pengguna Anggaran dalam kegiatan ini adalah Kepala Bappeda Kota Medan.
DATA PENUNJANG
8. Standar 1. Adanya data dan informasi RTRW dan RDTR yang sudah disahkan
Teknis dan menjadi Perda.
2. Adanya data dan informasi kondisi tata guna lahan saat ini di
Pemerintah Kota Medan yang sudah diolah dan di kemas dengan baik.
9. Studi-Studi 1. Studi lokasi relokasi pedagang umkm (studi kasus beberapa lokasi)
2. Pemetaan dan Pengembangan lokasi-lokasi Pedagang Kaki Lima di Kota
Terdahulu
Medan.
6
10 Referensi 1. Peraturan Presiden No 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
. Hukum Milik Negara/Daerah.
2. Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2008 tentang perubahan atas
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 41 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.
5. Peraturan Daerah Kota Medan No. 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Kota Medan.
6. Peraturan Daerah Kota Medan No. .. Tahun 2015 tentang Rencana Detail
Tata Ruang Kota Medan
RUANG LINGKUP
11 Lingkup Adapun lingkup kegiatan penyusunan Penetapan Zonasi dan Penataan
. Kegiatan Aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Medan adalah :
1. Adanya tipologi dari karakteristik PKL yang diidentifikasi berdasarkan
kondisi saat ini, perlengkapan dan perilaku bisnis berdasarkan aspek
fisik dan sosial.
2. Sistem administrasi pemerintah dan implementasi-implementasinya
yang mengatur penggunaan jalan raya dan tempat-tempat yang
kondisinya penuh dengan kegiatan dari PKL sebagai sektor informal.
3. Adanya penyelewengan dan sistem manajemen sendiri didalam
karakteristik teknik pembuatan dan siklus jam kerja yang
membolehkan penggunaan sementara dan efisien dari jalan raya dan
tempat parkir.
Berkaitan dengan tujuan spesifik dari penelitian ini yang pertama ialah
mengkaji aspek sosial ekonomi dari PKL. Maka perlu diidentifikasi jumlah PKL
beserta jenis usaha/dagangannya, lokasi (penempatannya), modal usaha,
social capital (jaringan/networking, norma-norma, dan social trust), dan
kelembagaan dari PKL.
Dalam proses perencanaan tata ruang suatu wilayah secara sederhana Geddes
mengemukakan ada tiga tahapan, yaitu input, analisis, dan rencana. Setelah
ada input berupa aspek sosial dan ekonomi dari PKL, maka dalam proses
7
analisisnya dipertimbangkan pula aspek kebijakan pemerintah dalam
penataan ruang yang direpresentasikan dalam dokumen RTRW atau RDTR
Kota Medan. Hal itu dimaksudkan untuk melihat sejauhmana pemerintah
memperhatikan kebutuhan PKL dan sektor informal secara luas yang
dituangkan dalam konsep ruang.
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data Primer. Sumber data penelitian ini adalah data primer (primary
data). Data primer diperoleh melalui wawancara (interview) dan
menggunakan daftar pertanyaan (questionaire) yang telah terstruktur
dengan tujuan mengumpulkan informasi dari responden terpilih.
b. Data Sekunder. Data sekunder diperoleh melalui studi domentasi dari
bahan-bahan yang diterbitkan, seperti Data BPS, Peraturan Perundang-
undangan, Peraturan Pemerintah, dan referensi yang dapat mendukung
dalam penyelesaian penelitian ini.
8
digunakan adalah berdasarkan jenis dagangan PKL dan lokasi PKL.
B. Responden Pengunjung
Pengambilan sampel dilakukan dengan Convenience Sampling atau Accidental
Sampling. Menurut Kusmayadi dan Sugiarto (2000:141) accidental sampling
adalah metode pengambilan sampel tanpa perencanaan secara seksama,
responden yang dimintai informasi diperoleh secara kebetulan tanpa
pertimbangan tertentu. Teknik convenience sampling atau accidental sampling
(sampel secara kebetulan) merupakan teknik sampling yang tergolong dalam
teknik non probability sampling. Di dalam teknik ini yang dianggap sebagai
anggota sampel adalah orang-orang yang mudah ditemui atau yang berada
pada waktu yang tepat, mudah ditemui dan dijangkau (Sri Rahayu, 2005: 43).
Alasan lain penggunaan teknik ini adalah karena data responden yang tidak
diketahui serta berubah-ubah. Dikarenakan jumlah populasi tidak dapat
diketahui secara pasti serta data responden berubah-ubah, maka jumlah
sampel menggunakan pendapat Fraenkel dan Wallen (dalam Sri Rahayu, 2005:
46) yaitu dalam penelitian deskriptif, jumlah sampel minimal adalah sebanyak
100 responden.
Jadi dalam penelitian ini pengunjung yang dijadikan responden sama dengan
jumlah responden PKL sebanyak 255 responden yang terbagi kedalam
beberapa zona sesuai responden PKL. Pengunjung yang ditemui baik
pengunjung yang sedang berbelanja pada pedagang kaki lima, maupun
pengunjung yang berada di sekitar lokasi PKL.
9
Purposive sampling yaitu dengan cara memilih salah satu atau beberapa
kelompok secara purposive (memilih dengan sengaja dengan pertimbangan
tertentu) sesuai dengan klasfikasi yang telah ditentukan.
10
11
12 Keluaran Output dari kegiatan Penetapan Zonasi dan Penataan Aktivitas Pedagang Kaki
. Lima (PKL) di Kota Medan adalah teridentifikasinya zonasi PKL di tiap
kecamatan di Kota Medan.
15 Lingkup Penyedia Jasa berwenang untuk mendapatkan data dan informasi yang
. kewenangan dibutuhkan dari pengguna Jasa dalam rangka membantu terlaksananya
penyedia jasa kegiatan ini.
12
16 Jangka waktu Untuk dapat menyelesaikan kegiatan Penetapan Zonasi Dan Penataan
. penyelesaian Aktivitas Pedagang Kaki Lima (Pkl) Di Kota Medan diharapkan dapat
kegiatan diselesaikan dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak ditandatanganinya Perjanjian
Kontrak Kerja.
13
Membantu tim secara keseluruhan kegiatan termasuk diantaranya dalam
hal administrasi dan keuangan.
LAPORAN
19 Laporan Laporan Pendahuluan memuat: Latar belakang kegiatan, Ruang Lingkup
. Pendahuluan dan Organisasi Pelaksana dan Metodologi.
Laporan Pendahuluan harus diserahkan selambat-lambatnya dalam 3 (tiga)
minggu sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.
20 Laporan Draft Laporan Draft Akhir memuat: Data dan Informasi yang telah dikumpulkan
. Akhir diolah, dianalisa dan dikemas secara menarik dan interkatif. Laporan Draft
Akhir harus diserahkan selambat-lambatnya dalam 9 (sembilan) minggu
sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.
21 Laporan Laporan Akhir memuat: Penyempurnaan dari Draft Laporan Akhir dan
. Akhir dikemas secara menarik dan interaktif.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya dalam waktu 12 (dua belas)
minggu sejak SPMK diterbitkan sebanyak sebanyak 10 (sepuluh) buku
14
laporan, beserta CD Laporan sebanyak 5 (lima) keping..
LAIN-LAIN
22 Produksi Semua kegiatan jasa konsultasi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di dalam
. dalam Negeri wilayah Negara Republik Indonesia yaitu di Kota Medan.
23 Persyaratan Jika kerjasama dengan penyedia jasa konsultasi lain diperlukan untuk
. Kerjasama pelaksanaan kegiatan jasa konsultasi ini maka persyaratan berikut harus
dipatuhi:
1. Ada surat kerja sama.
2. Tanggung jawab pelaksanaan pekerjaan tetap ada di perusahaan yang
memenangkan pekerjaan ini.
15