You are on page 1of 15

KERANGKA ACUAN KERJA

PENETAPAN ZONASI DAN PENATAAN


AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KOTA
MEDAN

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH


PEMERINTAH KOTA MEDAN
2018

1
KERANGKA ACUAN KERJA
PENETAPAN ZONASI DAN PENATAAN AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI
KOTA MEDAN

URAIAN PENDAHULUAN

1. Latar Ketertiban dan kenyamanan kota (tidiness and convenience) merupakan fungsi
Belakang turunan terpenting dari penataan ruang kota. Tujuan utama penataan ruang
kota adalah terciptanya keserasian antar fungsi kegiatan di dalam ruang kota.
Penataan ruang kota ini mutlak diperlukan karena dinamika ruang kota
cenderung bergerak ke arah terjadinya kompetisi ruang yang sangat potensial
bagi timbulnya konflik ruang. Potensi konflik ini sudah barang tentu harus
diantisipasi melalui penataan ruang yang baik.

Fenomena pertumbuhan Pedagang Kaki Lima (PKL) telah menjadi isu nasional
karena menimbulkan potensi konflik ruang yang akan berdampak negatif bagi
ketertiban dan kenyamanan kota. Konflik ruang yang ditimbulkan oleh PKL
biasanya terjadi ketika PKL sudah menempati ruang publik kota pada
tingkatan tertentu sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi ruang publik
tersebut. Contoh yang umum terjadi adalah terganggunya fungsi trotoar
sebagai tempat pejalan kaki dan fungsi jalan sebagai tempat penglaju
kendaraan bermotor. Dalam kaitan inilah maka upaya penataan PKL menjadi
sangat penting dilakukan sebagai bagian dari penataan ruang kota untuk
menjamin terwujudnya ketertiban dan kenyamanan kota. Kini hal itu tertuang
dalam Undang-undang penataan ruang yang baru yaitu UU No.26/2007. Salah
satu pasal dari UU tersebut yaitu pasal 28c menyebutkan bahwa dalam
rencana tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan
pemanfaatan sarana dan prasarana untuk kegiatan sektor informal. Secara
tersirat dari pasal tersebut diamanatkan bagi pemerintah kota untuk
menyediakan ruang bagi kegiatan sektor informal, diantaranya PKL.

Kondisi PKL di Kota Medan saat ini, sudah semakin padat dan hampir tiap
kecamatan di Kota Medan telah ditemui kegiatan PKL dan kecenderungan
jumlah PKL setiap tahunnya selalu meningkat. Hal ini dapat dilihat dari
semakin berkurangnya fungsi trotoar jalan bagi pedestrian akibat ruang ini

2
digunakan oleh PKL untuk melakukan kegiatannya. Keberadaan PKL di Kota
Medan berakibat mengganggu kenyamanan pejalan kaki karena ruang
geraknya digunakan oleh PKL dan kemacetan yang diakibatkan ruang pinggir
jalan digunakan untuk menyimpan gerobak/tempat dagangan para PKL
sehingga lebar jalan bagi kendaraan bermotor semakin sempit. Akibat lain
dari kegiatan PKL ialah menimbulkan kenampakan fisik kota yang buruk.

Kota Medan adalah kota pusat pertumbuhan di provinsi Sumatera Utara dan
merupakan pusat pertumbuhan di bagian barat Indonesia, kondisi ini akan
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan kota yang lebih cepat di
bandingkan dengan kota – kota disekitarnya. Selain itu, pertumbuhan dan
perkembangan Kota Medan akan menyebabkan semakin banyaknya peluang
bisnis yang dapat memacu peningkatan pertumbuhan jumlah Pedagang Kaki
Lima. Oleh karena itu sangat dibutuhkan suatu kegiatan penelitian tentang
solusi yang tepat untuk menata keberadaan pedagang kaki lima tersebut agar
selaras dengan perkembangan penataan kota.

Permasalahan PKL di Kota Medan, jika dirunut sebenarnya merupakan rantai


sebab akibat dari permasalahan sosial ekonomi dan penataan ruang di Kota
Medan. Permasalahan sosial ekonomi tersebut diantaranya ialah masalah
tingginya angka pertumbuhan penduduk, urabanisasi, tingkat pendidikan yang
masih rendah, dan terbatasnya lapangan kerja sehingga tidak sedikit yang
bekerja di sektor informal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah
satunya ialah kegiatan berdagang di trotoar jalan yang tidak sesuai dengan
pola pemanfaatan ruang yang seharusnya atau biasa disebut PKL. PKL di Kota
Medan bertempat di pinggir jalan maupun trotoar dan tempat parkir
kendaraan bemotor, sehingga berdampak pada terganggunya ruang pejalan
kaki dan kemacetan akibat penggunaan jalan untuk kegiatan PKL. Hal ini
timbul disebabkan ketidaktahuan PKL mengenai aturan mengenai penataan
ruang kota yang tertuang dalam dokumen RTRW dan aturan mengenai
penggunaan jalan raya dan tempat parkir.

Namun demikian, keberadaan PKL ini di satu sisi merupakan sektor yang
memberi kontribusi cukup besar terhadap perekonomian suatu kota, bahkan
hal ini terbukti pada saat terjadi krisis ekonomi di negara kita pada tahun

3
1997 dimana sektor ini mampu bertahan. Namun di sisi lain, kegiatan PKL ini
dianggap sebagai kegiatan yang mengganggu ketertiban dan kenyamanan
kota, bahkan ada juga yang menyebutnya sebagai ‘parasit kota’. Jumlah PKL ini
semakin lama semakin banyak akibat banyaknya sarana perdagangan yang
dibangun seperti mall, ruko, dan sebagainya yang bereksternalitas pada
tumbuhnya kegiatan ini. Hal ini jika dibiarkan berlarut-larut maka akan
menimbulkan dampak negatif terhadap penataan ruang Kota Medan. Untuk itu
perlu adanya penataan PKL sesuai amanat UU Penataan Ruang No. 26 tahun
2007.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa masalah PKL merupakan suatu


lingkaran sebab akibat dari aspek sosial ekonomi yang saling terkait. Untuk
itu, dalam mengkaji masalah PKL ini menurut Deguchi (2005) yang pertama
kali perlu diketahui adalah krakteristik dari PKL yang diidentifikasi
berdasarkan kondisi saat ini, perlengkapan dan perilaku berdagang
berdasarkan aspek fisik dan sosial. Sehingga dalam studi ini perlu
diidentifikasi jumlah PKL yang ada di Kota Medan, jenis usaha/dagangannya,
dan lokasi/sebarannya. Jumlah PKL ini menurut Deguchi (2005) kemudian
bisa dikelompokkan berdasarkan tipologi kenampakkan sementara
(temporary setting) berdasarkan 3 aspek yaitu: 1). human activity
(kegiatannya); 2). spatial feature (kenampakan spasial); dan 3). functional
cycle (lingkaran fungsi). Berdasarkan aspek human activity, Deguchi
membedakan PKL berdasarkan 5 kategori yaitu eating and drinking (penjual
makanan/minuman di pinggir jalan), b) food sales (penjual makanan), c)
product sales (penjual produk), d) service sales (penjual jasa), e) performances
(dance and music) and amusement (pertunjukkan dan hiburan seperti
pengamen).

Yang kedua, hal yang melatarbelakangi munculnya PKL selain aspek sosial
ekonomi ialah aspek kebijakan pemerintah yang salah satunya dituangkan ke
dalam RTRW Kota Medan. Pentingnya tinjauan terhadap aspek kebijakan
berupa RTRW Kota adalah untuk mengetahui sejauhmana PKL ini
diperhatikan kepentingannya dalam rencana tata ruang, apakah sudah ada
ruang untuk mereka atau tidak. Hal ini ditunjang dengan UU Penataan Ruang
No. 26 tahun 2007 yang mengharuskan dalam RTRW Kota untuk menyediakan

4
pengendalian dan pemanfaatan ruang untuk sektor informal, termasuk PKL.

Jika kepentingan untuk PKL belum ataupun telah termuat dalam RTRW, maka
perlu dibuat penetapan yang lebih spesifik dalam bentuk zonasi PKL untuk
penataan PKL yang merangkum kepentingan PKL, masyarakat, pemerintah
maupun swasta. Maka dari itu, Pemerintah Kota Medan melalui Bappeda Kota
Medan merasa perlu melakukan suatu kajian penetapan zonasi dan penataan
PKL di Kota Medan sebagai salah satu upaya menciptakan kenyamanan,
keserasian dan ketertiban ruang kota.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dapat


dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dikaji diantaranya:
1. Bagaimana karakteristik PKL di Kota Medan yang ditinjau dari aspek
sosial-ekonomi?
2. Bagaimana karakteristik konsumennya?
3. Bagaimana kebijakan pemerintah Kota Medan terhadap penataan PKL
terkait penataan ruangnya?
4. Bagaimana aspirasi PKL, masyarakat, pemerintah dan swasta dalam
penataan zonasi PKL di Kota Medan?

2. Maksud dan Adapun Studi ini bermaksud untuk menentukan zonasi aktifitas PKL di Kota
Tujuan Medan berdasarkan kepentingan PKL, masyarakat, pemerintah dan swasta.

Adapun tujuan utama dari penyusunan pekerjaan Penetapan Zonasi dan


Penataan Aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Medan adalah
merumuskan model zonasi penataan PKL di Kota Medan yang memiliki
keserasian ruang kota serta memberikan kenyamanan dan ketertiban baik
bagi Pedagang Kaki Lima pada khususnya maupun masyarakat kota pada
umumnya.

3. Sasaran Adapun sasaran dari kegiatan Penetapan Zonasi dan Penataan Aktivitas
Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Medan ini adalah :

1) Teridentifikasinya aspek sosial ekonomi PKL di Kota Medan.


2) Teridentifikasinya karakteristik konsumen aktifitas PKL di Kota Medan
3) Teridentifikasinya kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam
RTRW Kota Medan terkait pengendalian dan pemanfaatan ruang untuk

5
PKL.
4) Tersedianya model zonasi penataan PKL di Kota Medan.

4. Lokasi Di Medan
Kegiatan
5. Sumber Pelaksanaan pekerjaan kegiatan ini dilakukan berdasarkan Nomor DPA
Pendanaan SKPD ……………….. dengan kode kegiatan dengan anggaran berjumlah Rp.
205.250.000,- bersumber dari APBD Kota Medan tahun Anggaran 2018.

6. Nama dan Pemerintah Kota Medan a/n Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Organisasi (Bappeda) Kota Medan yang beralamat di Jl. Kapten Maulana Lubis No. 2
Pengguna Medan dengan nama Kegiatan Penetapan Zonasi dan Penataan Aktivitas
Anggaran Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Medan.

Pengguna Anggaran dalam kegiatan ini adalah Kepala Bappeda Kota Medan.

DATA PENUNJANG

7. Data Dasar 1. RTRW Kota Medan 2010 – 1030.


2. RDTR Kota Medan.
3. Data Jumlah PKL Kota Medan.

8. Standar 1. Adanya data dan informasi RTRW dan RDTR yang sudah disahkan
Teknis dan menjadi Perda.
2. Adanya data dan informasi kondisi tata guna lahan saat ini di
Pemerintah Kota Medan yang sudah diolah dan di kemas dengan baik.

9. Studi-Studi 1. Studi lokasi relokasi pedagang umkm (studi kasus beberapa lokasi)
2. Pemetaan dan Pengembangan lokasi-lokasi Pedagang Kaki Lima di Kota
Terdahulu
Medan.

6
10 Referensi 1. Peraturan Presiden No 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
. Hukum Milik Negara/Daerah.
2. Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2008 tentang perubahan atas
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 41 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.
5. Peraturan Daerah Kota Medan No. 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Kota Medan.
6. Peraturan Daerah Kota Medan No. .. Tahun 2015 tentang Rencana Detail
Tata Ruang Kota Medan

RUANG LINGKUP
11 Lingkup Adapun lingkup kegiatan penyusunan Penetapan Zonasi dan Penataan
. Kegiatan Aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Medan adalah :
1. Adanya tipologi dari karakteristik PKL yang diidentifikasi berdasarkan
kondisi saat ini, perlengkapan dan perilaku bisnis berdasarkan aspek
fisik dan sosial.
2. Sistem administrasi pemerintah dan implementasi-implementasinya
yang mengatur penggunaan jalan raya dan tempat-tempat yang
kondisinya penuh dengan kegiatan dari PKL sebagai sektor informal.
3. Adanya penyelewengan dan sistem manajemen sendiri didalam
karakteristik teknik pembuatan dan siklus jam kerja yang
membolehkan penggunaan sementara dan efisien dari jalan raya dan
tempat parkir.

Berkaitan dengan tujuan spesifik dari penelitian ini yang pertama ialah
mengkaji aspek sosial ekonomi dari PKL. Maka perlu diidentifikasi jumlah PKL
beserta jenis usaha/dagangannya, lokasi (penempatannya), modal usaha,
social capital (jaringan/networking, norma-norma, dan social trust), dan
kelembagaan dari PKL.

Dalam proses perencanaan tata ruang suatu wilayah secara sederhana Geddes
mengemukakan ada tiga tahapan, yaitu input, analisis, dan rencana. Setelah
ada input berupa aspek sosial dan ekonomi dari PKL, maka dalam proses

7
analisisnya dipertimbangkan pula aspek kebijakan pemerintah dalam
penataan ruang yang direpresentasikan dalam dokumen RTRW atau RDTR
Kota Medan. Hal itu dimaksudkan untuk melihat sejauhmana pemerintah
memperhatikan kebutuhan PKL dan sektor informal secara luas yang
dituangkan dalam konsep ruang.

Dengan berdasarkan aspirasi dari masyarakat, PKL (pendekatan Ethic), dan


pemerintah (pendekatan Emic) dengan menggunakan tools analisis akan
dibuat beberapa alternatif konsep penataan yang sesuai dengan kondisi
eksisting yang ada dan kebijakan yang ada. Dari setiap persepsi stakeholder
(PKL, masyarakat dan pemerintah) yang menghasilkan alternatif perencanaan
itu tentunya terdiri atas tiga tahapan penataan ruang yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian yang tentunya menurut aspirasi
masing-masing pihak.

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data Primer. Sumber data penelitian ini adalah data primer (primary
data). Data primer diperoleh melalui wawancara (interview) dan
menggunakan daftar pertanyaan (questionaire) yang telah terstruktur
dengan tujuan mengumpulkan informasi dari responden terpilih.
b. Data Sekunder. Data sekunder diperoleh melalui studi domentasi dari
bahan-bahan yang diterbitkan, seperti Data BPS, Peraturan Perundang-
undangan, Peraturan Pemerintah, dan referensi yang dapat mendukung
dalam penyelesaian penelitian ini.

I. Populasi Dan Sampel


A. Responden Pedagang Kaki Lima
Pengambilan sampel PKL menggunakan metode Proportional Stratified
Random Sampling. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode ini
adalah untuk pengambilan sampel pada populasi PKL. Metode sampling ini
merupakan suatu proses dua langkah yang mana populasi dibagi menjadi
subpopulasi atau tingkatan (Rahayu, 2005: 44). Populasi pedagang dalam
studi ini merupakan populasi yang heterogen. Oleh karena itu, digunakan
sampling berstrata. Pembuatan strata ditentukan berdasarkan karakteristik
tertentu sedemikian sehingga strata itu menjadi homogen. Strata yang

8
digunakan adalah berdasarkan jenis dagangan PKL dan lokasi PKL.

B. Responden Pengunjung
Pengambilan sampel dilakukan dengan Convenience Sampling atau Accidental
Sampling. Menurut Kusmayadi dan Sugiarto (2000:141) accidental sampling
adalah metode pengambilan sampel tanpa perencanaan secara seksama,
responden yang dimintai informasi diperoleh secara kebetulan tanpa
pertimbangan tertentu. Teknik convenience sampling atau accidental sampling
(sampel secara kebetulan) merupakan teknik sampling yang tergolong dalam
teknik non probability sampling. Di dalam teknik ini yang dianggap sebagai
anggota sampel adalah orang-orang yang mudah ditemui atau yang berada
pada waktu yang tepat, mudah ditemui dan dijangkau (Sri Rahayu, 2005: 43).
Alasan lain penggunaan teknik ini adalah karena data responden yang tidak
diketahui serta berubah-ubah. Dikarenakan jumlah populasi tidak dapat
diketahui secara pasti serta data responden berubah-ubah, maka jumlah
sampel menggunakan pendapat Fraenkel dan Wallen (dalam Sri Rahayu, 2005:
46) yaitu dalam penelitian deskriptif, jumlah sampel minimal adalah sebanyak
100 responden.
Jadi dalam penelitian ini pengunjung yang dijadikan responden sama dengan
jumlah responden PKL sebanyak 255 responden yang terbagi kedalam
beberapa zona sesuai responden PKL. Pengunjung yang ditemui baik
pengunjung yang sedang berbelanja pada pedagang kaki lima, maupun
pengunjung yang berada di sekitar lokasi PKL.

C. Responden Para Pakar


Untuk responden pakar, penarikan sampel dilakukan terhadap pihak
pemerintah Kota Medan (wakil dari Bappeda, Satpol PP, DiskopUMKM),
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Akademisi. Pemilihan responden
dalam AHP dilakukan berdasarkan teknik purposive sampling dengan
pertimbangan bahwa responden adalah pelaku, baik individu atau lembaga
yang dianggap mengerti permasalahan yang terjadi dan mempunyai
kemampuan dalam pembuatan kebijakan atau memberi masukan kepada para
pengambil kebijakan yaitu pemerintah, non pemerintah, perguruan tinggi, dan
masyarakat.

9
Purposive sampling yaitu dengan cara memilih salah satu atau beberapa
kelompok secara purposive (memilih dengan sengaja dengan pertimbangan
tertentu) sesuai dengan klasfikasi yang telah ditentukan.

II. Metode Analisis


Dalam kegiatan penyusunan Penetapan Zonasi dan Penataan Aktivitas
Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Medan. Metode analisis yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif serta
deskriptif kualitatif dan Analytical Hierarcky Process (AHP). Metode analisis
kualitatif digunakan menganalisis kondisi eksisting kawasan PKL di Kota
Medan, analisis kebijakan penataan ruang dan peraturan daerah yang ada
terkait penataan PKL beserta analisis alternatif model penataan PKL Kota
Medan, dimana data ini bersifat monografis atau dalam bentuk kasus-kasus
yang tidak disusun ke dalam suatu struktur klasifikatoris.

Sedangkan analisis kuantitatif yang akan dipakai ialah analisis statistic


nonparametric untuk menguji karakteristik social ekonomi PKL, konsumen,
dan pedagang formal serta hubungannya dengan kebijakan terkait penataan
PKL. Sedangkan Penyusunan Daftar Skala Prioritas mengikuti metode
Analytical Hierarcky Process (AHP) untuk mengetahui prioritas alternatif
Arahan Penataan PKL di tiap kawasan PKL di Kota Medan.

Dalam penyajian data karakteristik PKL, karakteristik konsumen, kajian


kebijakan, aspirasi pelaku (stakeholder) terkait model penataan PKL dibantu
dengan tabel, diagram, kode (kategori), dan peta yang disajikan dengan
menggunakan sistem informasi geografis.

10
11
12 Keluaran Output dari kegiatan Penetapan Zonasi dan Penataan Aktivitas Pedagang Kaki
. Lima (PKL) di Kota Medan adalah teridentifikasinya zonasi PKL di tiap
kecamatan di Kota Medan.

13 Peralatan, 1. Pengguna jasa akan menyediakan para stafnya untuk dilibatkan


. material, dalam membantu pekerjaan ini.
2. Data dan fasilitas yang disediakan oleh pengguna jasa dapat
personil dan
digunakan dan harus dipelihara oleh penyedia jasa.
fasilitas dari
3. Beberapa data hasil studi ataupun data lain yang pernah dilakukan
Pengguna
oleh instansi pengguna jasa akan diberikan.
Anggaran 4. Akomodasi dan ruangan kantor berserta peralatan penunjang
administrasi perkantoran wajib disediakan oleh penyedia jasa
sedangkan dana operasional atas fungsionalisasi fasilitas tersebut
dapat menggunakan dana pelaksanaan kegiatan sesuai ketentuan
yang berlaku.
5. Pengguna jasa akan menyediakan kebutuhan lainnya yang diperlukan
dalam proses kegiatan ini.

14 Peralatan dan 1. Penyedia jasa harus menyediakan dan memelihara


. material dari semua fasilitas dan peralatan yang dipergunakan untuk kelancaran
penyedia jasa pelaksanaan pekerjaan.
2. Beberapa peralatan minimal yang diprioritaskan
konsultansi
dimiliki oleh penyedia jasa antara lain komputer/laptop, printer, selain
tenaga ahli yang sesuai.
3. Penyedia jasa wajib menyediakan berbagai
referensi baik referensi kajian ilmiah maupun peraturan perundang-
undangan yang menjadi landasan pelaksanaan kegiatan.
4. Penyedia jasa harus mampu menghadirkan ketua
tim atau salah satu tenaga ahli yang dikuasakan sebagaimana nama
yang tercantum dalam dokumen penawaran sebagai penyaji saat
pembahasan laporan kemajuan.

15 Lingkup Penyedia Jasa berwenang untuk mendapatkan data dan informasi yang
. kewenangan dibutuhkan dari pengguna Jasa dalam rangka membantu terlaksananya
penyedia jasa kegiatan ini.

12
16 Jangka waktu Untuk dapat menyelesaikan kegiatan Penetapan Zonasi Dan Penataan
. penyelesaian Aktivitas Pedagang Kaki Lima (Pkl) Di Kota Medan diharapkan dapat
kegiatan diselesaikan dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak ditandatanganinya Perjanjian
Kontrak Kerja.

17 Personil  Team Leader : 1 Orang


. Bertugas sebagai pimpinan proyek pembuatan Penetapan Zonasi dan
Penataan Aktivitas Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Medan dan
bertanggung jawab penuh atas berlangsungnya pekerjaan dari awal
hingga tahap akhir pembangunan. Memiliki latar belakang pendidikan
minimal S-1 Teknik Planologi/Teknik Arsitek/ Teknik Industri dengan
pengalaman kerja lebih dari 5 tahun.
 Ahli Perencanaan : 1 Orang
Tenaga ahli ini bertanggung jawab dalam menghasilkan desain yang
sesuai dengan kondisi kawasan. Latar belakang pendidikan minimal
S-1 Sipil/Arsitektur/Planologi serta memiliki pengalaman desain site
plan lebih dari 3 tahun.
 Ahli Arsitek : 1 Orang
Tenaga ahli ini bertanggung jawab dalam menilai desain yang sesuai
dengan kaidah tata lingkungan. Latar belakang pendidikan minimal S-1
Arsitektur serta memiliki pengalaman dalam perencanaan desain lebih
dari 3 tahun.
 Ahli Ekonomi : 1 Orang
Tenaga ahli ini bertanggung jawab dalam menilai efek ekonomi yang
ditimbulkan bila lokasi lahan dikembangkan menjadi Lokasi PKL. Latar
belakang pendidikan minimal S-1 Ekonomi/T. Industri serta memiliki
pengalaman dalam perencanaan ekonomi lebih dari 3 tahun.
 Asisten Tenaga Ahli : 1 Orang
Membantu ahli perencanaan, ekonomi dan lingkungan dalam
mengumpulkan data dan menganalisa data dan desain yang dibutuhkan.
 Drafter : 1 Orang
Membantu ahli perencanaan dalam membuat gambar desain yang
dibutuhkan.

 Staf Administrasi dan Umum : 1 Orang

13
Membantu tim secara keseluruhan kegiatan termasuk diantaranya dalam
hal administrasi dan keuangan.

18 Jadwal JADWAL KEGIATAN BULAN


. tahapan BULAN I BULAN II BULAN III
No KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
pelaksanaan
kegiatan 1. Persiapan Awal Pekerjaan
2. Inventarisasi Data
Sekunder
3. Penyusunan Laporan
Pendahuluan
4. Penyampaian Laporan
Pendahuluan / Presentasi
5. Survey Lapangan
6. Kompilasi dan Analisa Data
7. Penyampaian Draft
Laporan Akhir / Presentasi
8. Penyempurnaan Draft
Laporan Akhir

LAPORAN
19 Laporan Laporan Pendahuluan memuat: Latar belakang kegiatan, Ruang Lingkup
. Pendahuluan dan Organisasi Pelaksana dan Metodologi.
Laporan Pendahuluan harus diserahkan selambat-lambatnya dalam 3 (tiga)
minggu sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.

20 Laporan Draft Laporan Draft Akhir memuat: Data dan Informasi yang telah dikumpulkan
. Akhir diolah, dianalisa dan dikemas secara menarik dan interkatif. Laporan Draft
Akhir harus diserahkan selambat-lambatnya dalam 9 (sembilan) minggu
sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.

21 Laporan Laporan Akhir memuat: Penyempurnaan dari Draft Laporan Akhir dan
. Akhir dikemas secara menarik dan interaktif.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya dalam waktu 12 (dua belas)
minggu sejak SPMK diterbitkan sebanyak sebanyak 10 (sepuluh) buku

14
laporan, beserta CD Laporan sebanyak 5 (lima) keping..

LAIN-LAIN
22 Produksi Semua kegiatan jasa konsultasi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di dalam
. dalam Negeri wilayah Negara Republik Indonesia yaitu di Kota Medan.

23 Persyaratan Jika kerjasama dengan penyedia jasa konsultasi lain diperlukan untuk
. Kerjasama pelaksanaan kegiatan jasa konsultasi ini maka persyaratan berikut harus
dipatuhi:
1. Ada surat kerja sama.
2. Tanggung jawab pelaksanaan pekerjaan tetap ada di perusahaan yang
memenangkan pekerjaan ini.

24 Pedoman Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan berikut:


. Pengumpulan 1. Diketahui pihak BAPPEDA Kota Medan.
Data 2. Menjaga kerahasiaan data kecuali mendapat ijin dari BAPPEDA Kota
Lapangan Medan.

15

You might also like