You are on page 1of 25

A S U H A N K E B I D A N A N PA D A A N A K “ F ”

U M U R 1 3 TA H U N D E N G A N T Y P H O I D
DI PAVILYUN SERUNI RSUD SWADANA
JOMBANG

Oleh :
IKA RACHMAWATY
NIM : 03.134

AKADEMI KEBIDANAN HUSADA


JOMBANG
2005
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan pada Anak. ”F” Umur 13 tahun dengan


typhoid di Pavilyun Seruni RSUD Swadana Jombang.
Dibuat dan disusun sebagai laporan praktek oleh :
Nama : Ika Rachmawaty
NIM : 03.134
Telah disahkan dan disetujui oleh pembimbing ruangan dan pembimbing
akademik pada :
Hari :
Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

KHARISMA, K.S.ST MUNASIH, AMK


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat
serta hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan pada
Anak. ”F” Umur 13 tahun dengan typhoid di Pavilyun Seruni RSUD Swadana
Jombang.
Pada kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Soelijah Hadi, M.Kes, selaku Direktur Akademi Kebidanan Husada
Jombang.
2. Ibu Kharisma K, S.Si.T, selaku dosen pembimbing Akademi Kebidanan
Husada Jombang.
3. Ibu Munasih, AMK, selaku pembimbing di Pavilyun Seruni RSUD Swadana
Jombang.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan asuhan kebidanan ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan


Asuhan Kebidanan ini. Untuk itu penulis membuka diri untuk menerima kritik
dan saran demi kesempurnaan Asuhan Kebidanan ini.
Semoga Asuhan Kebidanan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
khususnya bagi mahasiswa Akademi Kebidanan Husada Jombang.

Jombang, Nopember 2005

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan
pencernaan dan gangguan kesadaran.
Di Indonesia, demam typhoid dapat ditentukan sepanjang tahun. Ada
penelitian yang mendapatkan peningkatan jumlah kasus pada musim
penghujan. Ada pula yang mendapatkan hasil penelitian pada peralihan antara
musim kemarau dan musim penghujan.
Insiden tertinggi demam typhoid didapatkan pada anak-anak
berumur satu tahun. Sebagian besar (80 %) pasien yang dirawat, dibayar
kesehatan anak FKUI – RSCM Jakarta berumur 5 tahun (Buku Keperawatan
Anak Sakit, Ngastiah, hal 155)
Terdapat dua penularan salmonella typhoid yaitu pasien dengan
demam typhoid karier di daerah endemik transmisi terjadi melalui air yang
tercemar salmonella typhosa. Sedang di daerah non endemik transmisi terjadi
melalui makanan yang tercemar oleh karier.
Penderita demam typhoid perlu mendapatkan penanganan dini, yaitu
isolasi, desinfeksi pakaian, istirahat selama demam hingga dua minggu, diit
tinggi kalori, tinggi kalori, tinggi protein dan rendah serta. Penanganan dini
yang di lakukan pada penderita demam typhoid bertujuan untuk mengurangi
atau mencegah terjadinya dampak yang tidak di inginkan misalnya
perdarahan usus, perforasi usus, pentanitis, dehidrasi dan asidosis.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan manajement kebidanan verney sesuai
dengan kasus demam typhoid.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulkan data pada anak
dengan demam typhoid
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa, masalah dan
kebutuhan pada anak dengan demam typhoid
3. Mahasiswa dapat mengetahui masalah potensial pada anak dengan
demam typhoid
4. Mahasiswa dapat mengetahui tindakan segera pada anak dengan
demam typhoid
5. Mahasiswa dapat merencanakan rencana yang akan dilakukan
pada anak dengan demam typhoid
6. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana yang telah
direncanakan pada anak dengan demam typhoid
7. Mahasiswa mampu atau telah bisa mengevaluasi sejauh mana
keberhasilan yang telah dicapai setelah dilakukan tindakan pada
anak dengan demam typhoid

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Klien
Asuhan kebidanan ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan mengenai
penyakit demam typhoid.
1.3.2 Bagi Penulis
Asuhan kebidanan ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam
penatalaksanaan kebidanan pada anak dengan demam typhoid
1.3.3 Bagi Pendidikan
Asuhan kebidanan ini dapat dipakai sebagai bahan kepustakaan
1.3.4 Bagi Lahan Praktek
Asuhan kebidanan ini sebagai masukan untuk menerapkan
manajement kebidanan.
1.4 Cara Pengumpulan Data
1.4.1 Wawancara
Dengan cara tanya jawab langsung dengan pasien
1.4.2 Dokumentasi
Pengambilan data dari reka meolik pasien
1.4.3 Observasi
Pengambilan data dari mengobservasi langsung keadaan pasien
sehingga data tepat dan akurat
1.4.4 Study Pustaka
Pengumpulan data menggunakan buku literatur.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori Typhoid


2.1.1 Definisi
a. Tifus abdominalis (demam typhoid, enterik fefer) adalah penyakit
infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala
demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan
gangguan kesadaran (Kapita Selekta, 2000 : hal 432).
b. Tifus abdominalis (demam typhoid, enterik fefer) adalah penyakit
infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan
gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan saluran
cerna dan gangguan kesadaran (perawatan anak sakit, Ngastiah,
hal 155 : Ilmu kesehatan anak, 1985, hal 593).
c. Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 1 mg
dan terdapat gangguan kesadaran (Asuhan Keperawatan Anak
Sakit, 2001, hal 281).

2.1.2 Etiologi
Penyebab penyakit salmonella typhosa, basil gram negatif
yang bergerak dengan bulu getar, tak berspora, mempunyai sekurang-
kurangnya 3 macam antigen yaitu antigen „O“ (somatik terdiri dari
kompleks (ipo polisakardia), antigen „H“ (Flagela) dan antigen „Vi“
2.1.3 Patofisiolgi
Salmonella thypoid

Saluran Pencernaan

Diserap usus halus

Bakteri memasuki aliran


darah sistematik

Kel. Limfoid usus Hati Limpa Endotoxin


halus   
Hepatomegali Splenomegali `demam
Tukak 
Perdarahan & perforasi nyeri perabaan

2.1.4 Gambaran Klinis


Gambaran klinis pada anak biasanya lebih ringan dari pada orang
dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi
terjadi melalui makanan. Jika melalui minuman terlama 30 hari.
Selama masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu
perasaan tidak enak pada badan (malaise), lesu, nyeri kepala, pusing
dan tidak bersemangat, nafsu makan berkurang.
Menyusul gambaran klinis yang biasa ditemukan adalah
1. Demam
Berlangsung 3 minggu bersifat remiten dan suhu tidak tinggi
sekali selama minggu pertama suhu tubuh berangsur angsur naik
setiap hari. Biasanya menurun di pagi hari dan meningkat lagi
pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur
angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah-
pecah, lidah tertutup selaput putih kotor (Coaked Tongue), ujung
dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor, dalam abdomen
dapat ditemukan keadaan perut kembung (Meteorismus), hati
limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Sering terjadi
konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa
dalam yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi sopor, koma
atau gelisah (kecuali penyakitnya berat dan terlambat
mendapatkan pengobatan). Pada punggung dan anggota gerak
dapat ditemukan roseola (bintik bintik kemerahan karena emboli
basil dalam kapiler kulit) ditemukan pada minggu pertama,
demam, kadang juga ditemukan bradikardi dan epistaksis pada
anak besar.

2.1.5 Pemeriksaan Diagnosa


Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Tepi
Terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif dan ancosinofil
pada permulaan sakit, mungkin terdapat anemia dan
trombositopenia ringan.
b. Darah untuk kultur (biakan empedu) dan widal
Biakan empedu untuk menemukan salmonella typhosa dan
pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan yang dapat
menentukan diagnosis tifus abdominalis secara pasti .
Untuk membuat diagnosis yang di perlukan ialah titer, zat anti
terhadap antigen „O“ yang bernilai 1/200 CO atau lebih dan
menunjukkan kenaikan yang progresif digunakan untuk membuat
diagnosis.
Titer terhadap antigen „H“ tidak diperlukan untuk diagnosis
karena dapat tetap tinggi setelah mendapatkan imunisasi atau bila
pasien telah lama sembuh

2.1.6 Penatalaksanaan Terapeutik


a. Isolasi Pasien, desinfeksi pakaian dan ekstreta
b. Perawatan yang baik utuk menghindari komplikasi, mengingat
sakit yang lama, lemah, anorexia, dan lain-lain
c. Istirahat selama demam sampai dengan 2 mg setelah suhu normal
kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk jika tidak panas
lagi, bila berdiri kemudian berjalan di ruangan.
d. Diet makanan harus mengandung cukup cairan, kalori tinggi
protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung serat, tidak
merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Bila
kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair melalui sonde.
Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat pula diberikan
makanan lunak.
e. Obat pilihan adalah klorofenikal, kecuali jika pasien tidak cocok
dapat diberikan obat lainnya seperti kotrimoxazol. Pemberian
kloramfenikol dengan dosis tinggi yaitu 100 mg /kg BB /hari
(maksimal 2 gram /hari), diberikan 4 kali / hari peroral intravena
f. Bila terdapat kombinasi terapi disesuaikan dengan penyakitnya.
Bila terjadi dehidrasi dan asidosis diberikan cairan intravena dan
sebagainya.

2.1.7 Penatalaksanaan Keperawatan


Beberapa masalah yang dapat timbul pada pasien dengan
typhoid antara lain :
1. Kebutuhan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
ada nafsu makan, mual dan kembung
2. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya
intake cairan dan peningkatan suhu tubuh
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan
kesadaran
4. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan istirahat total
5. Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi
Perencanaan terhadap masalah-masalah tersebut dengan
kriteria hasil sebagai berikut :
1. Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi
2. Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan
3. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan kesadaran yang
lebih lanjut
4. Anak dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kondisi fisik dan
tingkat perkembangan anak.
5. Anak akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
Pelaksanaan / implementasi terhadap intervensi masalah-
masalah tersebut diatas, yaitu :
1. Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan
 Menilai status nutrisi anak
 Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat di toleransi
anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pad saat
selera makan anak meningkat.
 Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi
 Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan
dengan tehnik porsi kecil tetapi sering
 Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan
dengan skala yang sama
 Mempertahankan kebersihan mulut anak
 Menjelaskan pentingnyaintake nutrisi yang adekuat untuk
penyembuhan penyakit
 Koleborasi untuk memberikan makanan melalui parental jika
pemberian makanan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan
gizi anak.
2. Mencegah kurangnya volume cairan
 Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit
setiap empat jam
 Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan turgor
tidak elastis, ubun-ubun cekung, produksi urin menurun,
membran mukosa kering, bibir pecah-pecah
 Mengobservasi dan mencatat intake dan out put dan
mempertahankan intake intake dan out put yang adekuat
 Memonitor dan mencatat berat badan pada waktu yang sama
dengan skala yang sama
 Memonitori pemberian cairan melalui intravena setiap jam
 Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (Insesible
water loss / iwl) dengan memberikan kompres atau dengan
tepid sponge
 Memberikan antibiotik fungsi persepsi sensori
3. Mempertahankan fungsi persepsi sensori
 Kaji status neurologi
 Istirahatkan anak hingga suhu badan dan tanda-tanda vital
stabil
 Hindari aktivitas yang berlebihan
 Pantau tanda-tanda vital
4. Kebutuhan perawatan diri terpenuhi
 Mengkaji aktivitas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan
tugas perkembangan anak.
 Menjelaskan kepada anak dan keluarga aktivitas yang dapat
dan tidak dapat di lakukan hingga demam
 Membantu memnuhi kebutuhan dasar anak
 Melibatkan peran keluarga dalam memnuhi kebutuhan dasar
anak
5. Mempertahankan suhu dalam batas normal
 Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertemia
 Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan
 Beri minum yang cukup
 Beri kompres air biasa
 Lakukan tepid spone (seka)
 Pakaiakan baju yang tipis dan menyerap keringat
 Pemberian obat antipireksia
 Pemberian cairan parenteral (IV) yang adekuat
2.1.8 Komplikasi
 Perdarahan  Meningitis
 Pervorasi  Kolestsisis
 Peritonitis  Ensetelopati

2.1.9 Prognosis
Prognosis pada anak baik asal pasien cepat berobat mortalitas
pada pasien yang di rawat ialah 6 %. Prognosis menjadi tidak baik bila
terdapaty gambaran klinik yang berat seperti :
 Demam tinggi
 Kesadaran menurun (sopor, koma atau delirium)
 Terdapat komplikasi menurun yang berat (dehidrasi, asidosis,
perforasi)

2.2 Askeb Teori


2.2.1 Pengkajian Data
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama dan alamat.
2. Keluhan utama
Perasaan tidak enak pada badan, lesu, nyeri kepala, nafsu
makan kurang.
3. Riwayat penyakit sekarang
Panas lebih dari 3 hari, menurun di pagi hari dan meningkat
lagi pada sore dan malam hari.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah / tidak terinfeksi salmonela typhosa
5. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh salah
satu anggota keluarga yang meliputi penyakit menular atau
menurun.
6. Riwayat neonatus
a. Prenatal
Riwayat yang menyatakan sejak dalam kandungan.
b. Natal
Riwayat dimana kandungan telah berakhir / pada waktu
persalinan.
c. Post natal
Riwayat dimana sesudah masa kandungan berakhir (setelah
persalinan).
7. Riwayat imunisasi
Untuk mengetahui imunisasi apa saja yang sudah didapat oleh
pasien.
8. Pola kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui kebiasaan sehari-hari yang dilakukan pasien
a. Pola nutrisi
Variasi (berbagai bentuk) makanan apa saja yang
dikonsumsi, frekuensi, komposisi dan porsi yang
dikonsumsi oleh pasien.
b. Pola aktivitas
Untuk mengetahui aktivitas apa saja yang bisa dilakukan
oleh pasien.
c. Pola istirahat tidur
Untuk mengetahui berapa lama waktu istirahat anak
terganggu atau tenang.
d. Pola eliminasi
BAB : Frekuensi, konsistensi  konstipasi.
BAK : Hematuria, anuria
B. Data Obyektif
a. Keadaan Umum
Kesadaran : composmentis, apatis, somnolen, sopor, koma.
TTV : T : Umumnya normal.
N : Nadi bisa kecil cepat dan dangkal tergantung
berat ringannya penyakit, kadang terjadi
bradikardi.
S : Umumnya terjadi demam tapi tidak tinggi
sekali, terutama pada malam / sore hari dan
menurun pada pagi hari.
RR : Umumnya normal.
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bagaimana bentuk, keadaan kulit kepala,
bagaimana warna rambut.
Muka : Bagaimana ekspresi wajah, oedem atau tidak,
pucat atau tidak.
Mata : Simetris / tidak, conjungtiva pucat atau tidak,
warna sklera ikterus atau tidak.
Hidung : Ada pernafasan cuping hidung / tidak, ada
sekret / tidak, ada polip / tidak.
Gigi & Mulut : Bibir kering atau tidak, gigi dan mulut bersih
atau tidak, ada stomatitis / tidak, lidah kotor /
tidak.
Telinga : Simetris / tidak, ada serumen / tidak, bersih
atau tidak.
Leher : Ada / tidak pembesaran kelenjar thyroid, ada /
tidak pelebaran vena jugularis.
Dada : Thorax  ada retraksi interkosta, ada
wheezing dan ronchi / tidak.
Perut : Perut sering kembung / meteorismus, kadang
hati dan limpa membesar disertai nyeri pada
perabaan.
Genetalia : Kelaminnya apa, bersih / tidak, ada kelainan /
tidak.
Ekstremitas : Akral hangat atau dingin, oedem / tidak.
c. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahuio
adanya typhoid, yaitu :
 Darah tepi
Terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif dan
aneosinofil pada permulaan sakit, mungkin terdapat anemia
dan trombositopeni ringan.
 Widal
 Untuk membuat diagnosis yang diperlukan ialah titer,
zat anti terhadap antigen ”O” yang bernilai 1/200 atau
lebih menunjukkan kenaikan yang progresif digunakan
untuk kebutuhan diagnosis.
 Titer terhadap antigen ”H” tidak diperlukan untuk
diagnosis karena dapat tetap tinggi setelah mendapat
imunisasi / bila pasien lelah sembuh lama.

2.2.2 Identifikasi Diagnosa, Masalah dan kebutuhan


Diagnosa dan masalah yang muncul dari hasil pengumpulan
data yaitu secara subyektif maupun obyektif.
2.2.3 Antisipasi Masalah Potensial
 Dehidrasi
 Pervorasi usuh
2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Tindakan segera yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk
mencegah penyakit atau masalah yang berlanjut.
2.2.5 Intervensi
DX : An. ”…..” Umur …….. dengan typhoid.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan dalam waktu ……….
Diharapkan kondisi pasien stabil dan tidak terjadi
komplikasi.

Intervensi
1. Lakukan pendekatan pada px dan keluarga
R/ Terjadi hubungan kerja sama yang baik antara px dan
keluarga sehingga timbul kepercayaan kepada petugas.
2. Jelaskan keadaan px saat ini kepada anggota keluarga
R/ Informasi mengurangi kecemasan akibat ketidaktahuan.
3. Batasi gerak anak hingga demam berangsur-angsur turun
R/ Mencegah demam berkepanjangan, mencegah terjadinya
pervorasi usus.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet TKTP, rendah serat dan
tidak merangsang dan anjurkan orang tua untuk memberikan
makanan porsi kecil tapi sering
R/ Diet yang sesuai dapat memaksimalkan kerja usus dan
memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
Makanan dalam porsi kecil tapi sering mengurangi kerja
lambung dan menyesuaikan dengan nafsu makan anak.
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat yang sesuai
R/ Mempercepat proses penyembuhan.

2.2.6 Implementasi
Merupakan realisasi dari intervensi yang ditetapkan namun
dalam kegiatan tertentu tindakan yang harus dilakukan disesuaikan
dengan kondisi anak.
2.2.7 Evaluasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dilakukan
dengan menggunakan
S : Pernyataan subyektif yang ditanyakan pasien.
O : Keadaan pasien yang dapat diamati secara langsung oleh
petugas.
A : Pernyataan tentang gangguan yang terjadi apakah sudah
teratasi atau belum.
P : Rencana / intervensi yang akan dilakukan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian
Tanggal pengkajian 28 – 11 – 2005 Jam : 17.00 WIB
Data Subyektif
MRS : 28 – 11 – 2005 No. Reg :
Nama : An “F” Nama Orang tua : Tn “S”
Umur : 13 th Umur : 30 th
Pendidikan : SD Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam Pendidikan : SMA
Alamat : Peterongan Agama : Islam
Alamat : Peterongan

Keluhan Utama
Panas, nyeri perut

Riwayat Penyakit Sekarang


4 hari yang lalu tanggal 24 – 11 – 2005 badan anaknya panas setelah
pulang sekolah, malamnya muntah 1 x. Besoknya ditambah mimisan sedikit
ketika panas diberi obat penurun panas, panas turun sebentar.Tanggal 27 – 11
– 2005 muntah lagi 1 x. Tanggal 28 – 11 – 2005 dibawa ke PKM Peterongan
dan dianjurkan ke RSUD

Riwayat Penyakit Dahulu


Ibu mengatakan anaknya tidak pernah MRS sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit menular atau menahun seperti hepatitis B, TB, hipertensi, diabetes
militus, asma, dan sebagainya..
Riwayat Antenatal
a. Prenatal
Waktu hamil anaknya merupakan kehamilan kedua dan periksa rutin ke
bidan, mendapatkan obat berupa Fe, vitamin C dan kalk, mendapat
imunisasi TT 2 x/hari.
b. Natal
Anak lahir dengan BB 2700 gr ditolong oleh dukun.
c. Post Natal
Anak mendapat ASI sampai usia 4 bulan mendapat makanan tambahan
diatas 4 bulan berupa pisang.

Riwayat Imunisasi
 BCG  DPT 1,2,3  Polio 1,2,3,4
 Campak  Hepatitis 1,2,3  Lain – lain

Pola Kebiasaan Sehari – hari


a. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Makan 3 x/hari porsi sedang dengan komposisi nasi,
lauk dan sayur, minum 5-6 gelas/hari air putih, es dan
teh.
Saat sakit : Makan 2 x/hari porsi sedikit, komposisi nasi, lauk dan
sayur, minum 5-6 gelas/hari teh hangat, susu dan air putih.
b. Pola Aktivitas
Sebelum sakit : Anak bersekolah di SD mulai jam 07.00 - 12.30
sepulang sekolah biasanya anak bermain dengan teman-
temannya.
Saat sakit : Anak hanya tidur di tempat tidur hanya bangun jika
ingin buang air.
c. Pola Istirahat
Sebelum sakit : Siang pukul 14.00 – 16.00 Malam pukul 21.00 – 05.00
Saat sakit : Anak lebih banyak tidur dan sering terbangun.
d. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : BAB 1 x/hari lembek, warna kuning, bau khas.
BAK 4-5 x/hari, warna kuning jernih, bau khas.
Saat sakit : Selama sakit anak hanya BAB 2 x warna kuning
kecoklatan, lembek, bau khas, BAK 3 x/hari warna
kuning jernih, bau khas.
e. Pola Kebersihan Diri
Sebelum sakit : Mandi 2 x/hari, gosok gigi 2 x/hari, keramas 3 x/mgg,
ganti pakaian luar dan dalam tiap habis mandi.
Saat sakit : Px belum mandi dan hanya diseka saja.

Data Obyektif
a. Kesadaran : Composmentis
b. Keadaan Umum : Lemah
TTV : N : 92 x/menit
S : 396 oC
RR : 18 x/ menit
T : 120/70 mmHg
BB : 22 kg
TB : 110 cm
c. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Rambut hitam, lurus, bersih, tidak berketombe,
tidak rontok.
Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
porselin.
Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
Gigi & Mulut : Bibir kering, tidak pecah-pecah, gigi tidak
berlubang, tidak ada pembengkakan tonsil.
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada
gangguan pendengaran.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada
pembendungan vena jugularis.
Dada : Simetris, tidak ada retraksi interkosta, tidak ada
wheezing, tidak ada ronchi.
Perut : Perut kembung, terdapat hepatomegali.
Punggung : Simetris, tidak ada kelainan bentuk punggung.
Ekstremitas atas : Simetris, terpasang infus RL pada tangan kiri.
Ekstremitas bawah : Simetris, tidak oedem, tidak varises.

d. Pemeriksaan Penunjang
Widal tanggal 28 – 11 – 2005 Ty O (+) 1/200 PA (-)
Ty H (+) 1/100 PB (-)
Hb 12,0 (P : 13,4 – 17,7)
Leokosit 4.200 (4700 – 10.300)
Hematokrit 37,3 (P : 40 – 48)
Trombosit 187.000 (150.000 – 350.000)

II. Identifikasi Diagnosa Masalah


Dx : Anak. ”F” umur 13 tqhun dengan typhoid
Ds : Ibu mengatakan badan anaknya panas sejak 4 hari yang lalu
Do : - KU lemah
- TTV : N : 92x / menit
S : 396 oC
RR : 18 x/menit
T : 120/70 mmHg
BB : 22 kg
TB : 110 cm
- Badan teraba panas
- Tes widal : (+) Ty O 1/200 PA (-)
Ty H 1/100 PB (-)
III. Antisipasi Masalah Potensial
Potensial terjadi dehidrasi

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


-

V. Intervensi
Dx : Anak "F“ umur 13 tahun dengan typhoid
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 24 jam diharapkan
px menjadi lebih baik.
Kriteria hasil : keadaan umum baik
TTV : T : 90/60 mmHg
N : 80 – 100 x/menit
RR : 16 – 24 x/menit
S : 36,5 – 37,5 0C

Intervensi
1. Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarga
R/ Diharapkan terjadi hubungan kerja sama yang baik antara keluarga
dan px dengan petugas sehingga timbul kepercayaan pada petugas.
2. Jelaskan keadaan pasien saat ini kepada anggota keluarga
R/ Informasi mengurangi kecemasan akibat ketidak tahuan sehingga
pasien dan keluarga kooperatif.
3. Observasi TTV
R/ TTV merupakan parameter awal ketidak normalam dalam tubuh.
4. Anjurkan ibu untuk mengompres anaknya
R/ Kompres membantu pelepasan panas secara konduksi.
5. Anjurkan ibu untuk mengganti pakaian anaknya dengan pakaian yang tipis
dan menyerap keringat
R/ Mempercepat pelepasan panas secara konveksi dan evaporasi.
6. Anjurkan ibu untuk memberi anaknya minum yang cukup
R/ Membantu melepas panas melalui BAK sehingga suhu tubuh
menurun.
7. Anjurkan ibu untuk melarang anaknya sering bergerak (badrees total)
R/ Mencegah demam berkepanjangan, mencegah pervorasi usus.
8. Kolaborasi dengan tim Gizi untuk diet TKTP rendah serah
R/ Diet yang sesuai dapat memaksimalkan kerja usus
9. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
R/ Dengan terapi yang tepat diharapkan keadaan pasien cepat membaik.

VI. Implementasi
Tanggal : 28 – 11 – 2005
Dx : Anak ”F” umur 13 tahun dengan typhoid
1. Melakukan pendekatan pada pasien dan keluarga dengan cara bersikap
ramah dan murah senyum.
2. Menjelaskan tentang keadaan pasien kepada keluarga bahwa saat ini
keadaan masih lemah dan membutuhkan perawatan dengan ditunjang
adanya hasil laborat.
3. Mengobservasi TTV : T : 120/70 mmHg S : 37,2 oC
N : 88 x/mnt RR : 20 x/mnt
4. Menganjurkan ibu untuk mengganti pakaian anaknya dengan pakaian
yang tipis dan menyerap keringat.
5. Mengajari ibu mengompres anaknya pada bagian badan, punggung,
ketiak, tengkuk dan mengganti kompres jika sudah teraba hangat.
6. Menganjurkan ibu memberi anaknya minum yang cukup (susu).
7. Berkolaborasi dengan tim gizi untuk diet TKTP rendah serat.
8. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
 Inj. Cefotaksim 700 mg
 Ulsikus ½ amp
 Parasetamol
VII.Evaluasi
Tanggal 29 – 11 – 2005
S : Ibu mengatakan badan anaknya tidak panas lagi
O : - Keadaan umum lemah
- TTV : N : 88 x /menit
S : 37,1 oC
RR : 18 x /menit
T : 120/70 x/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Interveransi dilanjutkan
– Observasi TTV
– Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet TKTP rendah
serat.

You might also like