Professional Documents
Culture Documents
A. Definisi
Kolangitis adalah peradangan akut dinding saluran empedu, hampir selalu disebabkan infeksi bakteri
pada lumen steril.
Kolangitis Sklerotik Primer adalah peradangan saluran empedu di dalam dan di luar hati, yang pada
akhirnya membentuk jaringan parut dan menyebabkan penyumbatan.
B. Etiologi
> terjadi akibat obstruksi saluran empedu, terutama koledokolitiasis, dan penyebab jarang seperti
tumor, kateter, indwelling stents, pancreatitis akut, dan striktur ringan. Bakteri (E. coli, klebsiella,
clostridium, bacteroides, enterobacter, streptococcus grup D) kemungkinan besar masuk ke sfingter
oddi. Sebagian pula, kolangitis parasit, misal, fasciola hepatica, skistosomiasis, dll
> Pada kolangitis sklerotik primer, pembentukan jaringan parut akan mempersempit dan akhirnya
menyumbat saluran, menyebabkan sirosis.
Penyebabnya tidak diketahui, tapi tampaknya berhubungan dengan kelainan sistem kekebalan
C. Manifestasi klinik
Penyakit ini biasanya dimulai secara bertahap dengan kelelahan yang amat sangat, gatal-gatal dan
jaudince. Bisa terjadi serangan nyeri perut bagian atas dan demam karena terjadinya peradangan
pada saluran empedu, tetapi sangat jarang.
Terdapat pembesaran hati dan limpa, atau gejala-gejala sirosis.
Bisa juga terjadi hipertensi portal, asites dan kegagalan hati, yang bisa berakibat fatal.
Tanda dan gejala kolangitis sclerosing primer meliputi:
1. Sakit perut.
2. Menggigil
3. Diare
4. Kelelahan
5. Demam
6. Gatal
7. Berat badan turun
8. Menguning dari mata dan kulit (kuning)
D. Diagnosis
>Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan kolangiopankreatografi endoskopik
retrograd atau kolangiografi perkutaneus.
Pada kolangiopankreatografi endoskopik retrograd, rontgen dilakukan setelah penyuntikan bahan
radiopak ke dalam salluran empedu melalui suatu endoskopi.
Pada kolangiografi perkutaneus, foto rontgen diambil setelah penyuntikan langsung zat radioopak ke
dalam saluran empedu.
Mungkin diperlukan pemeriksaan mikroskopik dari jaringan hati yang diperoleh melalui biopsi, untuk
memperkuat diagnosis.
E. Komplikasi
Infeksi berulang dari saluran empedu (kolangitis bakterialis) merupakan komplikasi dari penyakit ini
dan membutuhkan pengobatan antibiotik.
Kanker saluran empedu (kolangiokarsinoma) terjadi pada 10-15% penderita.Tumor ini tumbuh lambat
dan pengobatannya berupa prosedur endoskopik untuk memasukkan suatu alat ke dalam saluran
empedu, guna membuka saluran yang tersumbat.Kadang perlu dilakukan pembedahan.
F. Pengobatan
Obat-obatan seperti kortikosteroid, azatioprin, penisilamin dan metotreksat tidak terbukti efektif dan
menyebabkan efek samping yang berat. Efektivitas ursodiol juga masih belum jelas. Kolangitis
sklerotik primer mungkin memerlukan pencangkokan hati, yang merupakan satu-satunya pengobatan
yang diketahui untuk penyakit ini.
Penyempitan saluran bisa dilebarkan melalui prosedur endoskopik atau pembedahan.
G. Perawatan
Pengobatan untuk sclerosing primer fokus pada pengurangan kolangitis tanda-tanda dan gejala
dari penyakit. Sclerosing Kolangitis Primer berlangsung perlahan, tetapi biasanya berakhir dengan
kegagalan hati dan kebutuhan untuk transplantasi hati. Rata-rata waktu dari diagnosa pertama untuk
transplantasi hati adalah 12 sampai 18 tahun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Kolangitis akut adalah infeksi bakterial yang akut dari saluran empedu yang tersumbat baik
secara parsiil atau total; sumbatan dapat disebabkan oleh penyebab dari dalam lumen
saluran empedu misalnya batu koledokus, askaris yang memasuki duktus koledokus atau dari luar
lumen misalnya karsinoma caput pankreas yang menekan duktus koledokus, atau dari dinding
saluran empedu misalnya kolangio-karsinoma atau striktur saluran empedu.
Etiologi
Cholangitis dapat disebabkan oleh berbagai keadaan patologis yang semuanya akan berakhir
dengan stasis aliran cairan empedu dan akhirnya terjadi infeksi oleh bakteri akibat adanya
multiplikasi yang meningkat pada sistem bilier. Berbagai jenis etiologi dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 1. : Etiologi Kholangitis
Choledocholithiasis
Striktur sistem bilier
Neoplasma pada sistem bilier
Komplikasi iatrogenik akibat manipulasi "CBD" (Common Bile Duct)
Parasit : cacing Ascaris, Clonorchis sinensis
Pankreatitis kronis
Pseudokista atau tumor pankreas
Stenosis ampulla
Kista Choledochus kongenital atau penyakit Caroli
Sindroma Mirizzi atau Varian Sindroma Mirizzi
Diverticulum Duodenum
Batu saluran empedu adalah penyebab terbanyak (hampir 90%), yang kemudian disusul
oleh striktur sistem bilier dan tumor pada sistem bilier. Di negara-negara Asia Tenggara dan Cina
cacing tidak jarang ditemukan sebagai penyebab, walaupun jenis cacing yang ditemukan berbeda-
beda.
Patofisiologi
Faktor utama dalam patogenesis dari cholangitis akut adalah obstruksi saluran bilier,
peningkatan tekanan intraluminal, dan infeksi saluran empedu. Saluran bilier yang terkolonisasi
oleh bakteri namun tidak mengalami pada umumnya tidak akan menimbulkan cholangitis. Saat ini
dipercaya bahwa obstruksi saluran bilier menurunkan pertahanan antibakteri dari inang. Walaupun
mekanisme sejatinya masih belum jelas, dipercaya bahwa bakteria memperoleh akses menuju
saluran bilier secara retrograd melalui duodenum atau melalui darah dari vena porta. Sebagai
hasilnya, infeksi akan naik menuju ductus hepaticus, menimbulkan infeksi yang serius.
Peningkatan tekanan bilier akan mendorong infeksi menuju kanalikuli bilier, vena hepatica, dan
saluran limfatik perihepatik, yang akan menimbulkan bacteriemia (25%-40%). Infeksi dapat
bersifat supuratif pada saluran bilier.
Saluran bilier pada keadaan normal bersifat steril. Keberadaan batu pada kandung empedu
(cholecystolithiasis) atau pada ductus choledochus (choledocholithiasis) meningkatkan insidensi
bactibilia. Organisme paling umum yang dapat diisolasi dalam empedu adalah Escherischia coli
(27%), Spesies Klebsiella (16%), Spesies Enterococcus (15%), Spesies Streptococcus (8%),
Spesies Enterobacter (7%), dan spesies Pseudomonas aeruginosa (7%). Organisme yang
ditemukan pada kultur darah sama dengan yang ditemukan dalam empedu. Patogen tersering
yang dapat diisolasi dalam kultur darah adalah E coli (59%), spesies Klebsiella (16%),
Pseudomonas aeruginosa (5%) dan spesies Enterococcus (4%). Sebagai tambahan, infeksi
polimikrobial sering ditemukan pada kultur empedu (30-87%) namun lebih jarang terdapat pada
kultur darah (6-16%).
Saluran empedu hepatik bersifat steril, dan empedu pada saluran empedu tetap steril
karena terdapat aliran empedu yang kontinu dan keberadaan substansi antibakteri seberti
immunoglobulin. Hambatan mekanik terhadap aliran empedu memfasilitasi kontaminasi bakteri.
Kontaminasi bakteri dari saluran bilier saja tidak menimbulkan cholangitis secara klinis; kombinasi
dari kontaminasi bakteri signifikan dan obstruksi bilier diperlukan bagi terbentuknya cholangitis.
Tekanan bilier normal berkisar antara 7 sampai 14 cm. Pada keadaan bactibilia dan
tekanan bilier yang normal, darah vena hepatica dan nodus limfatikus perihepatik bersifat steril,
namun apabila terdapat obstruksi parsial atau total, tekanan intrabilier akan meningkat sampai
18-29 cm H2O, dan organisme akan muncul secara cepat pada darah dan limfa. Demam dan
menggigil yang timbul pada cholangitis merupakan hasil dari bacteremia sistemik yang
ditimbulkan oleh refluks cholangiovenososus dan cholangiolimfatik.
Penyebab tersering dari obstruksi bilier adalah choledocholithiasis, striktur jinak, striktur
anastomosis bilier-enterik, dan cholangiocarcinoma atau karsinoma periampuler. Sebelum tahun
1980-an batu choledocholithiasis merupakan 80% penyebab kasus cholangitis yang tercatat.
B. Penatalaksanaan diet sesuai permasalahan gizi
1. Jenis diet : Diet rendah lemak dan tinggi protein, diberikan kepada pasien moderate
cholangitis yang telah menjalani operasi pengangkatan kandung empedu. dimana jumlah lemak
yang diberikan rendah untuk mengurangi kontraksi kandung empedu,serta tinggi protein untuk
mempercepat proses penyembuhan luka operasi, Protein yang diberikan mempunyai nilai biologis
tinggi sehingga lebih mudah untukdiserap. Ada tiga jenis diet rendah lemak yang diberikan yaitu :
Pengertian Cholangitis
Cholangitis adalah infeksi yang terjadi pada saluran empedu (saluran yang dilewati oleh
cairan empedu dari hati menuju kandung empedu dan usus). Cairan empedu yang
diproduksi oleh hati dibutuhkan tubuh untuk membantu proses pencernaan.
Pada keadaan normal, cairan empedu bersifat steril. Akan tetapi, ketika terjadi penyumbatan
pada saluran empedu, maka tumpukan cairan empedu tadi akan berisiko menimbulkan
infeksi.
Cholangitis merupakan infeksi bakteri dari sistem duktus bilier, yang bervariasi tingkat
keparahannya dari ringan dan dapat sembuh sendiri sampai berat dan dapat mengancam
nyawa.
Pertama kali dikemukakan pada tahun 1877 oleh Charcot, ia mempostulatkan bahwa penyakit
ini berhubungan dengan proses patologi berupa obstruksi bilier dan infeksi bakteri.
Cholangitis merupakan salah satu komplikasi dari batu pada ductus choledochus. Penyakit ini
perlu diwaspadai karena insidensi batu empedu di Asia Tenggara cukup tinggi, serta
kecenderungan penyakit ini untuk terjadi pada pasien berusia lanjut, yang biasanya memiliki
penyakit penyerta yang lain yang dapat memperburuk kondisi dan mempersulit terapi.
Obstruksi juga dapat terjadi pada bagian manapun dari saluran empedu, yang membawa
empedu dari hepar kekandung empedu dan usus. Bakteri yang sering dikultur pada empedu
adalah Eschericia Coli, Klebsiella, Pseudomonas, Proteus, Enterococcus, Clostridium
perfiringens, Bacteroides fragilis. Bakteri anaerob yang dikultur hanya sekitar 15% kasus.
Patofisiologi kolangitis sekarang ini dimengerti sebagai akibat kombinasi 2 faktor, yaitu
cairan empedu yang terinfeksi dan obstruksi biliaris. Peningkatan tekanan intraduktal yang
terjadi menyebabkan refluks bakteri ke dalam vena hepatik dan sistem limfatik perihepatik
yang menyebabkan bakterimia.
Pada tahun 1959, Reynolds dan Dargon menggambarkan keadaan yang berat pada penyakit
ini dengan menambahkan komponen syok sepsis dan gangguan kesadaran.
Gejala Cholangitis
Seseorang yang menderita cholangitis biasanya akan mengalami gejala-gejala berupa:
Bentuk nyeri akibat cholangitis bervariasi, ada yang terasa tajam, tumpul, atau menyerupai
kram. Selain pada perut bagian tengah atau kanan, kadang-kadang nyeri bisa terasa sampai
punggung dan bagian bawah tulang belikat kanan.
Cholangitis bisa diderita oleh siapa saja, baik laki-laki atau perempuan. Sebagian besar kasus
terjadi pada usia 50-60 tahun. Pada kondisi yang parah, cholangitis berisiko menyebabkan
kematian jika diabaikan atau tidak ditangani secara benar. Tingkat kematian akibat
cholangitis dilaporkan berkisar antara 13-88 persen.
Penyebab Cholangitis
Sebagian besar kasus cholangitis disebabkan oleh infeksi bakteri. Saluran empedu yang
tersumbat, misalnya diakibatkan oleh batu empedu atau tumor, bisa menyebabkan bakteri
berkembang biak di dalamnya dan menyerang saluran empedu.
Selain pada seseorang yang mengalami penyumbatan saluran empedu, risiko terkena
cholangitis juga bisa terjadi pada:
Komplikasi Cholangitis
Infeksi yang terjadi di dalam saluran empedu bisa saja menyebar ke hati dan menyebabkan
disfungsi pada organ tersebut. Selain itu, komplikasi lain yang mungkin saja terjadi akibat
cholangitis akut adalah:
Diagnosis Cholangitis
Pemeriksaan awal akan dimulai dengan mengidentifikasi gejala yang diderita, riwayat medis
pribadi dan keluarga. Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat
apakah ada tanda-tanda kelainan seperti: jaundice (muncul warna kekuningan pada kulit dan
bagian putih di mata) serta bagian atas perut yang teraba lunak.
MRI scan.
CT scan.
USG abdomen (perut).
Pemeriksaan X-ray yang dipadukan dengan endoskopi atau ERCP(endoscopic retrograde
cholangiopancreatography).
Pemeriksaan X-ray yang dipadukan dengan penyuntikan cairan pewarna khusus secara
langsung ke dalam saluran empedu atau PTC(percutaneous transhepatic cholangiography).
Jika diperlukan, dokter juga kemungkinan akan merekomendasikan tes dan kultur darah guna
melihat tanda-tanda infeksi sekaligus mengukur fungsi hati.
Pengobatan Cholangitis
Jika Anda merasakan gejala-gejala cholangitis, segera temui dokter untuk menjalani
pemeriksaan. Makin cepat kondisi ini terdiagnosis dan diobati, maka peluang sembuh
menjadi makin tinggi. Jangan menganggap remeh gejala cholangitis karena kondisi ini bisa
menyebabkan kematian.
Sebagian besar kasus cholangitis ditangani oleh dokter melalui pemberian obat-obatan
antibiotik untuk membunuh bakteri penyebab infeksi. Jika cara ini tidak berhasil dilakukan,
maka dokter akan merekomendasikan operasi.
Dokter biasanya akan menunggu kondisi pasien stabil terlebih dahulu sebelum melakukan
operasi. Namun pada pasien cholangitis yang gejalanya memburuk secara cepat atau pada
pasien yang kondisinya sangat buruk, biasanya akan langsung dilakukan prosedur operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Burkitt G, Quick C, Gatt D. Management of gallstone disease in essensial surgery, second
edition, New York ; Churchill Livingstone, 1996, P : 215-220.
Brunicardi F, Andersen D, Billiar T, dkk. Cholangitis in Schwartz Principles of Surgery,
Eight edition, New York ; McGraw-Hill, 2000, p : 1203-1213.
CM Townsend, RD Beauchamp et al., 2004. Sabiston Textbook of Surgery, Biological basis
of modern surgical practice, 17th Ed, Elsevier-Saunders.
Cameron L, John, Terapi bedah Mutakhir, Edisi 4, Binarupa Aksaram Jakarta, 1997, hal :
476-479.
CT Albanese, JT Anderson et al., 2006. Current surgery diagnosis and treatment. Mc Graww
Hill Companies.
Debas, T. Haile, Gastrointestinal Surgery, Pathophysiology and Management, p : 208-203.
De Jong, Wim, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997 hal : 776-778.
FC Brunicardi, DK Andersen et al., 2007. Schwartz Principle’s of Surgery, 8th Ed. Mc
Graww Hill Companies.
Luhulima, JW, dr, Prof, Abdomen, Anatomi II, Bagian Antomi FKUH, Makassar, 2001. hal
: 28-29.
Northon A, Jeffery, Balinger, Randal R, Chang EA, et al, Surgery Basic Science and
Clinical Evidence, Part I, New York, Sprinset Comp, 2000, p : 568-574.
Sabiston C, Davidm Textbook of Surgery, WB. Sauders company, 1968, p : 1154 – 1161.
1. Definisi
Kolangitis (radang saluran empedu) adanya radang pada saluran empedu
Kolangitis adalah peradangan akut pada dinding saluran empedu hampir selalu disebabkan
infeksi bakteri pada lumen steril
Kolangitis akut adalah infeksi bakterial yang akut dari saluran empedu yang tersumbat baik
secara parsial atau total
Kolangitis akut merupakan infeksi bakterial yang terjadi pada obstruksi saluran billier
terutama yang ditimbulkan oleh batu empedu
Tingkat keparahan kolangitis akut dapat diklaasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu kelas 1
(mild,ringan), kelas 2 (moderate,sedang), kelas 3 (severe,berat) atas dasar dua faktor klinis
timbulnya disfungsi organ dan respon terhadap perawatan medis awal
3. Penyebab
Kolangitis dapat disebabkan oleh berbagai keadaan patologis yang semuanya akan berakhir
dengan statis aliran empedu dan akhirnya terjadi infeksi
Choledocholitiasis
Striktur bilier sistem
Neoplasma pada sistem bilier
Parasit cacing Ascaris
Pankreatitis kronis
Tumor pankreas
HIV/AIDS
4. Pohon masalah
Nyeri
Gangguan pemenuhan
nutrisi
dehidrasi
Mual
muntah
Makanan
tertahan di
lambung
Penurunan
peristaltik
usus
Iritatif
saluran
cerna
Nyeri kuadran
kanan atas
Peningkatan
suhu tubuh
Hipertermi
Kenaikan
SGOT &
SGPT
Ganggu
an pola
tidur
Distensi kandung
kemih
inflamasi
Iritasi lumen
Obstruksi
Batu empedu
Cholangitis
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Uji laboratorium
Pemeriksaan darah rutin : leukosit pada pasien dengan cholangitis 79% memiliki sel darah
putih melebihi 10.000/ml dengan angka rata rata 13.600. pasien sepsis dapat leukopenik.
b. Ultrasonografi
Menunjukkan pelebaran saluran empedu. Ultrasonografi dapat membedakan kolestasi
extrahepati dan intrahepati dengan ketepattan 96% pada saluran empedu yang melebar.
c. CT-Scan
Dapat mendeteksi batu saluran empedu sedikit lebih banyak dibandingkan dengan
ultrasonografi dan dpat juga menentukan setinggi apa dan penyebab obstruksi.
d. Pemeriksaan fungsi hati
Kemungkinan besar konsisten dengan cholangitis hiperbilirubinemia terdapat SGOP dan
SGPT biasanya sedikit meningkat.
Bab II
Konsep asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Cholangitis cukup jarang terjadi, biasanya terjadi bersamaan dengan penyakit lain yang
menimbulkan obstruksi billier dan bactibilia missal setelah prosedur ERCP, 1-3% pasien
mengalami cholangitis.
b. Keluhan utama pada penderita kolangitis, klien mengeluh nyeri perut kanan atas nyeri tidak
menjalar /menetap, nyeri pada saat menarik nafas dan nyeri seperti ditusuk tusuk
c. Riawayat penyakit
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat medis pasien mungkin dapat membantu contohnya riwayat dari keadaan berikut
dapat meningkatkan resiko cholangitis
- Batu kandung empedu atau batu saluran empedu
- Pasca cholecystectomy
- Manipula endoskopik atau ERCP cholangiogram
- Riwayat cholangitis sebelumnya
- Riwayat HIV/AIDS: choalngitis yang berhubungan dengan aids memliki cirri edema bilier
ekstrahepatik ulserasi dan obstruksi bilier
Riwayat penyakit sekarang
Banyak pasien yang dating dengan ascending cholangitis tidak memiliki gejala klasik
tersebut. Sebagian besar pasien mengeluh nyeri abdomen kuadran lateral atas. Gejala lain
yang dapat terjadi meliputi: jaundice, demam, menggigil dan kekakuan, nyeri abdomen tinja
yang acholis.
Riwayat penyakit keluarga
Perlu dikaji apabila klien mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes mellitus, hipertensi,
anemia.
d. Pemeriksaan fisik
a. System pernafasan
Inspeksi : dada tampak, pernafasan dangkal klien tampak gelisah
Palpasi : vocal vremitus teraba merata
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak terdapat suara tambahan (ronchi, wheezing)
b. System kardiovaskuler
Terdapat takikardi dan diaphoresis
c. System neurologi
Tidak terdapat gangguan pada system neurologi
d. Simtem pencernaan
Inspeksi : tampak ad distensi abdomen diperut kanan atas klien mengeluh mual muntah
Auskultasi : peristaltic usus 5-12x / menit flatulensi
Perkusi : adanya pembengkakan di abdomen atas/ kuadran kanan atas nyeri tekan epigastrium
e. System eliminasi
Warna urine lebih pekat dan warna feses seperti tanah liat
f. System integument
Terdapat ikterik/jaundice dengan kulit berkeringat dan gatal
g. System musculoskeletal
Terdapat kelemahan otot karena gangguan produksi ATP
2. Diagnose keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan distensi kandung kemih
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi
3. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan mual muntah
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan iritasi lumen
5. Dehidrasi berhubungan dengan mual muntah
3. Intervensi keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan distensi kandung kemih
Tujuan : setalah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24jam nyeri berkurang
Criteria hasil
- Keadaan umum normal pasien tampak nyaman
- Nyeri berkurang pasien tampak rileks ditunjukkan dengan skala nyeri 1-3
- Pasien melakukan managemen nyeri saat nyeri kembali dating
- Ttv dalam batas normal
Intervensi
1. BHSP
R/ dengan hubungan saling percaya mempermudah proses keperwatan
2. Observasi, catat lokasi dan skala nyeri dan karakter nyeri
R/ membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan /
perbaikan penyakit
3. Anjurkan pasien dalam posisi nyaman
R/ pada posisi fowler rendah menurunkan tekanan intra abdomen
4. Anjurkan managemen nyeri distraksi relaksasi nafas dalam
R/ untuk melakukan koping pasien terhadap nyeri
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic
R/ untuk mengatasi nyeri
6. Observasi tanda tanda vital
R/ untuk mengetahui perkembangan pasien
7. Kaji respon pasien
R/ wajah menunjukkan perasaan yang dirasakan klien
Daftar pustaka