You are on page 1of 9

Misteri sepucuk surat

Dibalik senyumannya tersimpan sebuah misteri

yang tidak akan pernah aku ketahui


A
bagian 1

sebuah mobil memasuki perkampungan kecil di kaki gunung, seorang gadis keluar dari
mobil tersebut dengan rambut yang terurai, bola matanya yang cokelat menggunakan sebuah topi
hangat dikepalanya dan syal dilehernya. Namanya Mecca, ia adalah anak seorang pengusaha
yang kaya raya.

^~^

Setelah berjalan beberapa saat dan bertanya kebeberapa orang disana, ia berhenti
disebuah rumah panggung yang cukup besar dengan taman yang cukup luas dipenuhi bunga
didepannya. Ia pun menaiki satu persatu anak tangga dan berjalan menuju ke pintu rumah
tersebut.

“permisi” Aisyah sembari mengetuk pintu.

“sebentar” terdengar seorang perempuan menjawab sembari membukakan pintu.

“tante Dinda”

“maaf, ini siapa ya?”

“tante ini aku Aisyah, keponakan tante. Anaknya pak Heru dan bu Santi”

“Aisyah? Kalau nggak salah udah hampir 6 th kita pisah terus nggak ada kabar sama sekali dari
kamu maupun orang tua kamu. Sekarang kamu sudah besar” tante Dinda memeluk Aisyah.

“maaf tante, soalnya mama papa sibuk ngurusin pekerjaannya masing-masing dan aku sama
Alifa juga sibuk dengan sekolah masing-masing”

“oh iya orang tua kamu mana, Alifa? Nggak ikut” tante Dinda mempersilahkan Aisyah masuk
kedalam.

“aku cuman sendiri kok tante”


Setelah perbincangan panjang itu terlihat seorang gadis setahun lebih tua dari Aisyah
menggunakan seragam sekolah diikuti seorang bapak-bapak menggunakan seragam dinas masuk
dari pintu depan.

“lho, ada siapa bu” Asya bertanya sembari mencium tangan ibunya.

“ini, masa kamu nggak tahu sih”

“emangnya siapa yang datang bu?”

“Ayah juga nggak tau. Ini Aisyah keponakan ayah anaknya kak Santi”

“Aisyah, udah besar kamu. Bagaimana kabarmu nak, kenapa kamu nggak kabarin om atau tante
supaya om bisa jemput”

“udah, aku nggak apa-apa kok om”

“wah bagaimana kabar sepupu aku yang manja ini” Asya mencoba mengejek Aisyah.

“udah kalian kan baru ketemu, jadi jangan mulai brantem lagi. Asya ajak Aisyah masuk
kekamar istirahat”

Malam itu Semua orang sudah berada dimeja makan kecuali Aisyah. Tapi ketika Asya
memanggil Aisyah kekamarnya, terlihat Aisyah tertidur dengan pulas. Namun yang sebetulnya
Aisyah terbangun kembali saat Asya keluar dari kamarnya. Aisyah bermaksud tidak ingin
menemui keluarga Asya karena sesampainya ia dibandara hingga dirumah tantenya, mama
maupun papanya tidak menghubunginya sekalipun. Ia bermaksud menghubungi adiknya Alifa
tapi ia sempat melihat jam ternyata adalah waktu belajarnya.

^~^

Hari masih gelap diluar kamar Aisyah tapi jam di dinding sudah menunjukkan pukul
05:11 AM. Ia berjalan menuju pintu depan dengan langkah pelan, agar tante Dinda yang berada
didapur bersama Asya tidak mengetahui kalau ia hendak keluar rumah di pagi buta itu. Ia
bermaksud ingin pergi kegunung yang tidak terlalu tinggi tidak jauh dari rumah tantenya itu.
Sesampainya ia digunung tersebut dan mencapai sebuah pohon dipuncaknya terlihat ia
meneteskan air mata mengingat masa dimana terakhir kali ia bermain bersama teman-temannya
yang diiring canda dan tawa ketika ia belibur kerumah tantenya sebelum ia memutuskan pindah
keSingapore. Sementara itu, Asya yang hendak memanggil Aisyah mendapati kamarnya kosong
hanya HP-nya yang terus berbunyi.

“halo, assalamualaikum. Ini siapa ya?” Asya menjawab telepon tersebut.

“halo, waalaikumsalam ini saya Santi ibunya Aisyah, ini siapa ya?”

“oh, tante Santi ya. Maaf tante Asya nggak tahu”

“Asya. Asya anaknya Dimas dan Dinda!”

“iya tante ini aku, ada apa ya tante”

“Aisyah-nya udah sampai tidak dirumah kamu?”

“udah kok tante, malah tadi siang Aisyah-nya sampai”

“kok bisa, jadi dia nggak nemuin kakak-nya dulu”

“dia bilang sih nggak tante”

“ya udah nggak apa-apa, ibu kamu mana? Tante mau bicara”

Asya sembari berlari kearah dapur menemui ibunya.

“bu, ini tante Santi mau bicara katanya”

“assalamualaikum kak, lama nggak ada kabarnya”

“waalaikumsalam, baik. Aku mau ngomong sesuatu tentang Aisyah, tapi kamu jangan kasih tahu
dia ya”

“emangnya apa kak, serius banget”

“sebenarnya Aisyah itu punya penyakit asma dan jantung, tapi kamu nggak usah kuatir. Selama
dia nggak banyak beraktivitas yang membuatanya kecapean itu nggak mengganggu”

“Aisyah udah tahu kak?”


“iya, karena itu dia nggak mau ngerepotin kamu dan Dimas. Jadi aku harap kamu bisa jagain
kesehatannya ya, dan yah aku sudah kirim surat kepindahan sekolahnya dan mungkin sore nanti
Farel dan pak Parman kesitu bawa suratnya dan mobil”

“mobil, untuk apa?

“untuk antisipasi Aisyah ketika kesekolahnya maupun bepergian agar dia nggak kecapean”

“tapi, kalo pak Parmannya nginap. Yang jagain rumah kakak diTanggerang nanti siapa, kan
cuman ada bi Asmi doang”

“oh iya, kalo gitu biar Aisyah saja yang bawa mobilnya sendiri”

Setelah perbincangan panjang itu tepat pukul 06:00 AM Asya dan ayahnya bersiapa-siap
dan saat itupun Aisyah pulang langsung dihampiri tantenya dengan hati yang sangat ketakutan.
Tapi setelah melihat keadaannya yang baik-baik saja ketakutannya pun berkurang. Ketika om
Dimas pamit untuk mengantar Asya kesekolahnya, terlihat muka Aisyah menjadi pucat dan di
iringi tarikan nafas yang sangat cepat, om Dimas pun langsung membantu isrinya itu membawa
Aisyah kesofa ruang tengah. Namun hampir 5 menit Aisyah tak berkata-kata dan terus kesakitan
maka dibawanya kepuskesmas terdekat didesa itu. karena dokter yang menanganinya lama
memeriksa, om Dimas pun meminta Asya untuk berangkat kesekolahnya sendiri dengan berjalan
kaki. Tidak lama Asya meninggalkan tempat tersebut dokter pun keluar dan menjelaskan
penyakit yang diderita Aisyah, tapi tante Dinda tidak terkejut sama sekali. Namun ia kawatir
dengan kondisi Aisyah. Setelah om Dimas dan istrinya menemui Aisyah yang terbaring lemah
ditempat tidur, bermaksud menyampaikan bahwa ia harus menginap, Aisyah lansung bersikeras
menolaknya dan langsung ingin pulang. Karena itu om Dimas memutuskan untuk merawat
Aisyah dirumah saja, itu tidak masalah karena ia adalah seorang Lurah didesa tersebut.

Setiba Asya pulang dari sekolahnya, ia mendapati Aisyah sedang berbaring dikamarnya
dengan selang infuse ditangannya. Ia bertanya-tanya kenapa sepupunya harus dipasangi selang
infuse segala, namun baik ayah dan ibunya hanya menjawab kalau Aisyah hanya butuh istirahat.
Malam itu Asya membantu menyuapi Aisyah, Asya terus menghiburnya. Namun, sedetikpun
Aisyah tidak pernah tersenyum, tapi ia terus mencobanya. Selesai menyuapi Aisyah, ia berjalan
menuju dapur tapi langkahnya terhenti saat ia mendengar pembicaraan orang tuanya di ruang
tengah. Ketika ia mendengar bahwa Aisyah akan sekolah bersamanya, ia melompat kegirangan
dan terhenti ketika ia mendengar suara mobil berhenti didepan rumahnya.
“permisi” seseorang mengetuk pintu.

“iya sebentar” tante Dinda hampir bersamaan dengan Asya membuka pintu.

“assalamualaikum tante”

“waalaikumsalam, Farel. Ayo masuk nak”

“iya makasih tante”

“Farel, ada apa?” om Dimas bertanya.

“begini om aku disuruh mama buat bawain surat pindah Aisyah dan mobil”

“iya mama kamu udah kasih tahu tante kok” tante Dinda menjawab.

“oh iya, Aisyah mana ya tante?”

“sebenarnya penyakitnya kambuh lagi, tapi udah agak baikan kok”

Asya yang berdiri disebelah sofa tempat ayahnya duduk terkejut dengan apa yang
dikatakan ibunya tadi. Setelah Farel dan pak Parman pamit untuk pulang dan memberikan semua
barang-barang adiknya termasuk sebuah gitar, Asya langsung minta penjelasan dari ibunya
tentang penyakit yang diderita sepupunya itu.

^~^

Pagi itu Aisyah bermaksud untuk pergi kebukit tersebut, namun tante Dinda sudah berdiri
didepan pintu kamarnya dan menyuruhnya untuk tetap dikamar sebelum tante Dinda
mengijinkannya. Pukul 08:15 AM tante Dinda mengajak Aisyah berjalan-jalan, sepanjang jalan
ia menjadi perhatian semua orang karena pakaiannya yang agak berbeda. Celana jins sebatas
lutut, switer parasut, sebuah syal dan topi dipakainya karena jarang seorang perempuan didesa
mereka ada yang berpakaian seperti itu.
bagian 2

Sebuah mobil Alpart hitam menjadi pusat perhatian saat memasuki pekarangan sekolah,
saat itu tepat pukul 07:15 AM hampir semua siswa telah berada dikelas-nya masing-masing.
Asya keluar dari mobil tersebut disusul Aisyah yang sembari mengunci mobil dan terus menjadi
perhatian hingga mereka memasuki sebuah ruang guru dan berbincang. Tidak lama mereka
keluar dari ruangan tersebut diikuti seorang guru dan merekapun harus berpisah, Asyah yang
berjalan menuju kelas XI.IPA sedangkan Aisyah mengikuti guru tadi menuju kekelas X.IPA.

“assalamualaikum anak-anak” guru tadi menyapa semua siswanya sembari meletakkan beberapa
buku di atas mejanya.

“waalaikumsalam Buuuuuuuuuu” semua siswa menjawab bersamaan.

“baiklah anak-anak, hari ini kita kedatangan siswa pindahan. Silahkan kamu memperkenalkan
diri”

“perkenalkan……”

“tunggu, ketika memulai pembicaraan kamu harus mengucapkan salam” seorang siswa
perempuan memotong pembicaraan Aisyah.

“assalamualaikum, perkenalkan nama saya Aisyah Kartika Putri bisa dipanggil Aisyah, saya
tinggal dirumah om saya yaitu om Dimas dan sekian terima kasih wassalamuaalaikum”

“baik sudah cukup, ada yang mau bertanya?” guru tadi menengahi.

“saya bu, kalo boleh tahu kamu pindahan dari mana?” seorang siswa perempuan menjawab dari
bangku paling belakang.

“saya pindahan dari Singapore yaitu nbhf”

“baiklah Aisyah kamu sekarang kamu duduk dibangku yang kosong saja ya”

Saat bel istirahat semua siswa sudah berada dikantin sekolah termasuk Aisyah yang
duduk disebuah bangku seorang diri menunggu sepupunya. Tidak lama ia hanya duduk sendiri
hanya meminum sebotol air, dua orang siswa perempuan menghampirinya. Kedua siswa tersebut
langsung duduk didepannya kemudian memintanya untuk masuk keGeng mereka yaitu
sekelompok perempuan disekolah itu yang terkenal dengan kekayaan orang tua mereka, selalu
bolos dan selalu merebut apa yang dimiliki orang yang ia benci atau tidak ia sukai. Tapi Aisyah
terus saja duduk diam tidak menanggapi pembicaraan kedua orang didepannya dan Asya pun
datang lalu menyuruh mereka untuk tidak mengganggu sepupunya itu. Setelah kedua orang
tersebut pergi meninggalkan meja tersebut, beberapa siswa perempuan terlihat menghampiri
mereka.

“permisi, apakah kami bisa duduk disini?” salah seorang siswa tadi meminta ijin kepada Asya.

“Suzan, ayo duduk” jawab Asya.

“hai, nama aku Suzan kita belum sempat kenalan saat dikelas” Suzan sembari mengulurkan
tangannya ke Aisyah namun, Aisyah hanya membalas dengan senyuman dengan lesung pipinya
yang indah.

“ini sepupu kak Asya ya?” Tahira bertanya.

“iya” jawab Asya.

“kak Asya udah makan?” Tanya Atasya.

“belum, emangnya kenapa”

“kalau belum biar aku yang traktir”

“jangan cuman kak Asya doang yang ditraktir, kalau mau semuanya sekalian” Mita menengahi.

“yaudah, kalian pesan aja aku yang bayar” jawab Atasya.

Setelah semua pesanan mereka semua datang, lalu bersama-sama menyantapnya Tahira
yang terus-terus bertanya didalam hatinya langsung mengeluarkan isi hatinya tersebut.

“Aisyah, kok kamu cuman minum air saja. Emangnya kamu nggak lapar apa”

“iya, kamu pesan aja aku yang bayar kok” sambung Atasya.

Sebelum Asya menjawab, Aisyah langsung mendahuluinya karena ia tidak ingin ada
orang yang tahu soal penyakitnya dan sembari menggeser kakinya kedekat kaki sepupunya itu.
Kemudian Asya yang pintar mengalihkan pembicaraan langsung mengubah topic pembicaraan.

^~^

Ketika bel pulang berbunyi Aisyah menunggu sepupunya didalam mobilnya sembari
memainkan HP-nya dan tidak beberapa lama, Asya datang dan langsung masuk kemobil tersebut
namun sebelum ia menutup pintu ia melihat Mita dan Tahira yang sedang menunggu orang
tuanya untuk menjemput.

“Mita, Tahira ayo kemari ikut kami”

“emangnya boleh kak” Tahira bertanya.

“iya nggak ada yang larang kok”

“siapa tahu Aisy………”

“Aisyah, mereka boleh ikutkan?” Tanya Asya kesepupunya itu yang langsung di iya kan.

Setelah itu mereka langsung masuk kemobil tersebut dan hanya berbicara dengan Asya,
karena Aisyah yang duduk di kursi kemudi serius memperhatikan jalan saja sedari tadi.

You might also like